• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) SEREALIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) SEREALIA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

GERAKAN PENGENDALIAN

ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) SEREALIA

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

(3)

i

KATA PENGANTAR

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah salah satu faktor pembatas pencapaian produksi tanaman pangan. Penanganan OPT dapat dilakukan dengan strategi preemptif maupun responsif. Gerakan pengendalian OPT Serealia merupakan upaya responsif yang dilakukan secara bersama sama untuk menurunkan populasi/serangan OPT di lapangan, khususnya pada komoditas padi dan jagung.

Pelaksanaan gerakan pengendalian OPT didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan dan rekomendasi dari Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) setempat. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa pengendalian fisik seperti gropyokan atau aplikasi bahan pengendali OPT baik berupa agens pengendali hayati (APH) maupun insektisida kimia.

Selain ketepatan waktu dan cara yang dilakukan, keberhasilan gerakan pengendalian OPT ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak terkait Dinas Pertanian Provinsi/kabupaten, UPT

BPTPH/LPHP/BPT, Keltan/RPH/ Alumni SLPHT, petani/

masyarakat.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Serealia disusun sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan dalam melakukan gerakan pengendalian di lapangan. Diharapkan kegiatan dapat berjalan optimal sehingga populasi OPT terkendali.

Jakarta, Januari 2018

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan,

Ir. Yanuardi, M.M.

(4)

Petunjuk Teknis Gerakan Pengendalian OPT Serealia

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Seralia disadur dari berbagai sumber, diperkaya dan disusun kembali oleh Tim Penyunting dengan arahan oleh Tim Pengarah. Untuk itu, kami menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyusunan, sehingga tercetaknya buku ini.

Tim Pengarah Ir. Yanuardi, MM Ir. R. Deddy Ruswansyah, MM

Gandi Purnama, SP, M.Si. Edi Eko Sasmito, SP, M.Sc.

Tim Penyunting Aat Ahadiati Ir. Dyah Mutiawari Nurhalisa, L.N., SP Desain dan Layout Fakih Zakaria, SP

(5)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 2 1.3. Dasar Hukum ... 2 1.4. Pengertian ... 4

BAB II. RUANG LINGKUP GERAKAN PENGENDALIAN OPT ... 7 2.1. Pengertian ... 6 2.2. Tujuan ... 6 2.3. Keluaran ... 6 2.4. Sasaran ... 6 2.5. Pelaksanaan kegiatan... 6

BAB III. TATA LAKSANA GERAKAN PENGENDALIAN OPT 3.1. Perencanaan ... 8

3.2. Pelaksanaan ... 8

3.3. Evalusi Hasil Kegiatan ... 11

BAB IV. PELAPORAN ... 12

BAB V. PENUTUP ... 13 Daftar Gambar

(6)

Petunjuk Teknis Gerakan Pengendalian OPT Serealia

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Operasional Gerakan Responsif

“Spot Stop” Pengendalian OPT ... 9

Gambar 2. Langkah-langkah Gerakan Pengendalian

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor risiko dalam budidaya tanaman yang menyebabkan kehilangan hasil. Perubahan waktu tanam dan budidaya tanaman yang intensif dapat mendukung perkembangan OPT antara lain tikus, wereng batang cokelat (WBC), penggerek batang padi (PBP), tungro dan Bacterial Leaf Blight (BLB), serta kerdil rumput/kerdil hampa.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang No 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Pasal 20 menyatakan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penerapan PHT dilakukan melalui upaya preemtif dan responsif. Upaya preemtif adalah upaya perencanaan agroekosistem dengan

merekayasa lingkungan pertanaman agar terjadi

keseimbangan sehingga perkembangan OPT terkelola tidak melebihi ambang pengendalian. Kegiatannya adalah penerapan budidaya tanaman sehat, antara lain tanam jajar legowo, pergiliran tanaman/varietas, penggunaan varietas tahan, pemupukan berimbang, penanaman refugia, dan pemanfaatan musuh alami/agens pengendali hayati.

Upaya responsif adalah tindakan pengendalian OPT

berdasarkan hasil pengamatan agroekosistem secara periodik. Apabila ditemukan serangan/populasi OPT di bawah ambang pengendalian dilakukan pengendalian menggunakan Agens Pengendali Hayati (APH)/pestisida nabati, dan apabila di atas ambang pengendalian dapat digunakan pestisida kimia dengan menerapkan prinsip enam tepat (6T) yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat jenis, (3) tepat dosis dan konsentrasi, (4) tepat cara, (5) tepat waktu, dan (6) tepat mutu.

(8)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Serealia

2 Kebijakan pembangunan pertanian yang berkelanjutan perlu didukung dengan pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi agar tidak mengakibatkan resistensi dan resurjensi OPT, serta tidak membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan. Oleh karena itu, pengendalian OPT diutamakan menggunakan bahan pengendali yang ramah lingkungan.

Kunci keberhasilan pengendalian OPT ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain bersifat spesifik lokasi, dilaksanakan dalam hamparan yang luas, serentak, koordinasi yang baik antar instansi/aparat terkait, dan peran aktif petani. Oleh karena itu perlu disusun acuan untuk mengoptimalkan gerakan pengendalian OPT di lapangan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan selaku institusi yang bertanggungjawab terhadap pengendalian OPT menerbitkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT. Petunjuk teknis ini diharapkan dapat dijadikan panduan oleh para pemangku kepentingan dalam hal pengendalian OPT.

1.2. Tujuan

1) Menyediakan acuan bagi pelaksanaan kegiatan gerakan pengendalian OPT serealia

2) Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan gerakan pengendalian

1.3 Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup;

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

c. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

(9)

3 d. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

e. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani;

f. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;

g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 12; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 258.6);

h. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

i. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional;

j. Peraturan Presiden Nomor 162 Tahun 2014 tentang Rincian APBN TA 2015 (Seluruh Alokasi Transfer ke Daerah TA 2015);

k. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 tentang Peningkatan Pengendalian Hama Wereng Cokelat pada Tanaman Padi.

l. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2011 tentang

Pengamanan Produksi Beras Nasional Dalam

Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrim.

m. Peraturan Menteri Keuangan No : 143/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelahaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.

(10)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Serealia

4

n. Keputusan Menteri Pertanian No.

887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pedoman

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

o. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2015 tentang Pendaftaran Pestisida.

p. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

135/Permentan/OT.140/12/2014 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor

125/Permentan/OT.140/11/2014 tentang Penugasan Kepada Gubernur dalam Pelaksanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Pengelolaan Dana Tugas Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2015;

q. Keputusan Menteri Pertanian Nomor

887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan;

r. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan;

1.4 Pengertian

a. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, menganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada tanaman, termasuk di dalamnya adalah hama, penyakit, gulma, dan virus.

b. POPT-PHP adalah sumberdaya manusia perlindungan tanaman (THL dan PNS) yang diberi tugas dan tanggung jawab serta hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada suatu organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan pengelolaan OPT dan DPI di lapangan.

c. Gerakan pengendalian adalah tindakan pengelolaan untuk menekan serangan OPT pada aras/ambang yang tidak merugikan secara ekonomi, yang dilakukan secara massal

(11)

5 dan serentak, baik melalui upaya preemptif maupun responsif.

d. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) adalah

institusi/kelembagaan perlindungan yang secara khusus menangani masalah pengendalian OPT, mempunyai tenaga terampil, bergerak cepat, dan mempunyai sarana pengendalian yang memadai.

e. Regu Pengendalian Hama (RPH) adalah organisasi/bagian organisasi dari kelompok tani yang bergerak di bidang perlindungan tanaman, dan bertugas dalam pengendalian OPT.

f. Spot stop adalah tindakan yang dilakukan secara dini untuk mengendalikan sumber serangan OPT agar tidak menyebar dan menimbulkan kerusakan.

(12)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Serealia

6

BAB II RUANG LINGKUP GERAKAN PENGENDALIAN

OPT SEREALIA 2.1 Pengertian

Gerakan pengendalian OPT Serealia adalah upaya pengendalian responsif yang dilaksanakan secara bersama – sama dalam hamparan yang luas berdasarkan hasil pengamatan OPT yang dilakukan oleh Pengendali OPT. 2.2 Tujuan

Gerakan Pengendalian OPT Serealia bertujuan untuk: 1. Mengendalikan serangan OPT di lokasi sumber

serangan.

2. Menurunkan intensitas serangan OPT pada hamparan yang luas

2.2 Keluaran

1) Teratasinya sumber serangan OPT di hamparan yang luas 2) Menurunnya luas intensitas serangan OPT

2.3 Sasaran

1) Memberdayakan dan meningkatkan peran serta petani dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan massal pengendalian OPT

2) Mengamankan pertanaman dari serangan OPT dan meminimalkan kerugian secara ekonomi.

2.4 Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan adalah Dinas Pertanian Provinsi/UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Laboratorium Pengamatan Hama dan Panyakit, Brigade Proteksi Tanaman Pangan, Regu Pengendalian Hama (RPH), dan petani. Pelaksanaan di lapangan dapat melibatkan

(13)

7

instansi terkait seperti aparatur pemerintahan (Camat/Lurah/Kepala Desa), TNI, Tokoh Masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya.

(14)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Serealia

8

BAB III TATA LAKSANA GERAKAN PENGENDALIAN OPT 3.1 Perencanaan

1) POPT melakukan pengamatan dan menyusun

rekomendasi pengendalian berdasarkan hasil pengamatan baik pengamatan keliling maupun pengamatan tetap. 2) POPT, Penyuluh Pertanian, dan Kepala UPTD Pertanian

melakukan pertemuan koordinasi dengan kelompok tani/gabungan kelompok tani yang lahannya terdapat populasi OPT. Pertemuan tersebut membahas rencana gerakan pengendalian OPT meliputi SDM, lokasi, waktu pelaksanaan, jenis OPT sasaran dan sarana pengendalian. 3) Sarana pengendalian yang digunakan dapat berupa APH/pestisida nabati atau pestisida kimia sesuai kondisi lapangan.

3.2. Pelaksanaan

1) Mekanisme Pelaksanaan

Langkah-langkah gerakan pengendalian sebagai berikut :

a) Hasil pengamatan yang dilakukan POPT-PHP

ditemukan adanya spot serangan OPT yang dinilai membahayakan

b) Laporan hasil pengamatan POPT-PHP atau Laporan Peringatan Bahaya/Peringatan Dini disampaikan kepada Koortikab POPT-PHP, kemudian berkoordinasi dengan Penyuluh Pertanian dan Mantri Tani/Kepala Cabang Dinas (KCD)/Ka UPTD Tk. Kecamatan.

c) Penyuluh dan Mantri Tani/KCD/Ka UPTD Tingkat Kecamatan meneruskan laporan hasil pengamatan OPT kepada Camat

d) Camat selaku Koordinator Gerakan Masyarakat di tingkat kecamatan menggunakan laporan tersebut

(15)

9 sebagai dasar untuk melaksanakan gerakan massal pengendalian OPT

e) Petugas lapangan melakukan bimbingan teknis dan pembinaan pelaksanaan gerakan massal pengendalian OPT serta mengupayakan bantuan bahan dan sarana pengendalian OPT sesuai rekomendasi POPT-PHP kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, LPHP/BPT, atau Dinas Pertanian Provinsi/BPTPH.

f) Pelaksanaan gerakan pengendalian OPT melibatkan SDM sesuai yang direncanakan.

Gambar 1. Operasional Gerakan Responsif Pengendalian OPT

2) Bimbingan Teknis

Bimbingan teknis dilaksanakan untuk memberikan penjelasan teknis kepada peserta gerakan pengendalian OPT oleh petugas lapangan. Materi yang disampaikan adalah:

(16)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Serealia

10

a) Jenis OPT yang akan dikendalikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT(abiotik dan biotik).

b) Jenis bahan pengendali yang sesuai dengan OPT sasaran

c) Waktu pelaksanaan yang tepat

d) Penggunaan alat dan bahan pengendali OPT dengan penyemprotan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

 Kalibrasi alat pengendalian

 Penentuan dosis dan konsentrasi bahan pengendali

OPT

 Penentuan jenis nozzel sesuai dengan OPT sasaran

 Pembuatan larutan semprot sesuai OPT sasaran

dan luasan yang akan dikendalikan

 Cara aplikasi yang tepat sesuai dengan OPT sasaran

e) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat aplikasi pestisida. Alat Pelindung Diri tersebut adalah : baju lengan panjang, celana panjang, topi, kaca mata pelindung, masker, sarung tangan, dan sepatu boot.

3) Pelaksanaan pengendalian

a) Bahan pengendali OPT :

 Apabila dari hasil pengamatan di pertanaman

ditemukan populasi/intensitas serangan OPT di

bawah ambang pengendalian, aplikasi

menggunakan APH/Pesnab

 Apabila hasil pengamatan ditemukan

populasi/intensitas serangan OPT di atas ambang pengendalian dan cenderung meningkat, dilakukan aplikasi pestisida kimia secara tepat sesuai ketentuan.

(17)

11

b) Membuat larutan semprot :  Sesuai dengan luas hamparan  Dilarutkan dalam drum plastik/seng  Dibagikan sesuai kapasitas takaran tanki c) Mengaplikasikan :

 Aplikasi bahan pengendali sebaiknya dilakukan pada sore hari (pukul 15.00 – 17.00) untuk menghindari terpaparnya musuh alami oleh bahan pengendali, yang aktif pada pagi hari.

 Aplikasi dilakukan dengan memperhatikan arah angin

 Aplikasi diarahkan sesuai dengan keberadaan OPT sasaran

3.3 Evaluasi Hasil Kegiatan

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan gerakan pengendalian OPT. Evaluasi dilakukan dengan cara pengamatan pertanaman, paling lambat dilakukan 3 – 7 hari setelah kegiatan gerakan pengendalian OPT. Untuk OPT tertentu misalnya Wereng Batang Coklat (WBC)/kerdil rumput/kerdil hampa, dalam keadaan eksplosi evaluasi paling lambat dilakukan 3 hari setelah aplikasi. Apabila populasi masih di atas ambang pengendalian dilakukan pengendalian lanjutan pada hari ke-4

Kegiatan evaluasi dilakukan oleh petani dengan bimbingan petugas lapangan. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk perencanaan tindakan selanjutnya.

(18)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Serealia

12

BAB IV PELAPORAN Laporan lengkap kegiatan gerakan pengendalian OPT disusun oleh penanggung jawab yang menangani kegiatan gerakan pengendalian OPT Serealia. Laporan meliputi laporan fisik pelaksanaan dan hasil evaluasnya, serta laporan keuangan disampaikan oleh penanggung jawab kegiatan kepada provinsi dan pusat (form laporan terlampir).

Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura berkewajiban menyampaikan laporan singkat per triwulan tentang pelaksanaan gerakan pengendalian OPT padi dan jagung serta melaporkan gerakan pengendalian OPT sesuai form pada lampiran. Laporan singkat pelaksanaan gerakan pengendalian OPT dikirimkan paling lambat tanggal 10 pada bulan pertama triwulan berikutnya melalui alamat e-mail : pengendalian_optserealia@yahoo.com

(19)

13 BAB V PENUTUP Pengamanan produksi dari serangan OPT mutlak diperlukan untuk menuju swasembada pangan berkelanjutan. Pengendalian OPT adalah tanggung jawab petani/masyarakat dan Pemerintah. Pemerintah dapat membantu petani/masyarakat pada saat terjadi eksplosi. Pengendalian OPT akan berjalan dengan baik apabila ada koordinasi antar instansi terkait dan partisipasi aktif petani/masyarakat dalam pengendalian OPT.

Gerakan pengendalian OPT merupakan upaya pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT. Pelaksanaan

gerakan pengendalian OPT hendaknya mengutamakan

penggunaan bahan pengendali hayati, dilakukan secara massal dan dalam hamparan yang luas. Pelaksanaan gerakan pengendalian OPT diharapakan akan meningkatkan peran serta petani/masyarakat dalam upaya pengamanan produksi dari serangan OPT.

(20)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Serealia

14 Gambar 2 Langkah-langkah Gerakan Pengendalian OPT

Lampiran 1. Form Laporan Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT PETANI REGU PENGENDALIAN HAMA (RPH) BRIGADE PROTEKSI TANAMAN (BPT) POPT-PHP CAMAT DIPERTA KAB/LPHP DIPERTA PROV/BPTPH MANTRI TANI/PPL KOORTIKAB POPT - PHP G E R A K A N P E N G E N D A L I A N O P T PUSAT (DITLIN TP) PROV/BPTP H Melakukan pengamatan OPT di wilayah pengamatan Meneruskan laporan pengamatan OPT Mengkoordinasikan laporan dari POPT-PHP

Koordinator kegiatan Gerakan Masyarakat Kecamatan, laporan sebagai dasar kampanye

pengendalian secara massal oleh petani dan

memberi bantuan bila memungkinkan Melakukan pencanangan/ pendampingan gerakan pengendalian OPT di daerah endemis OPT/potensi Membina POPT dan mempertimbangkan bantuan pengendalian kepada petani jika

dinilai Meneruskan laporan dari Diperta kab/kota ke Pusat Sebagai gudang penyimpanan sarana pengendalian OPT/sarana penanggulangan DPI dan membina RPH

(21)

15 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.2. Kondisi Umum Lokasi Pelaksanaan 1.3. Tujuan

1.4. Sasaran

BAB II. PERSIAPAN KEGIATAN

2.1. Penentuan Lokasi 2.2. Pertemuan Koordinasi 2.3. Peserta

2.4. Penggunaan Sarana Pengendalian BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Waktu dan Lokasi 3.2. Peserta yang hadir

3.3. Varietas dan Stadia Pertanaman

3.4. Jenis OPT, Kategori Serangan dan Bahan Pengendali

3.5. Pelaksanaan Gerakan Pengendalian BAB IV. EVALUASI HASIL KEGIATAN

BAB V. PENUTUP

Lampiran

(22)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Serealia

16 Lampiran 2.

REKAPITULASI LAPORAN TRIWULANAN PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT PADI DAN JAGUNG

No. Kelompok Tani Desa Kecamatan Kabupaten/ Kota Pelaksanaan Waktu Varietas Pertanaman Jenis OPT Stadia Serangan Kategori Bahan Pengendali Sumber Bahan Pengendali Luas Pengendalian Luas Hamparan di Lokasi Pengendalian Kondisi Pertanaman 1 Minggu setelah Pengendalian Jenis Volume PROVINSI : ...

(23)

17 Lampiran 3.

Volume Anggaran

(Rp. 000,-) Kali % Fisik Anggaran Fisik Anggaran

Kali Rp. 000 % Rp. 000 % Unit Rp. 000,- Unit Rp.

000,-Ketera nga n *) : pi l i h s a l a h s a tu

Rekapitulasi Laporan Keuangan Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Padi dan Jagung

Anggaran Anggaran Volume Kabupaten/ Kecamatan No SP2D Definitif

Gerakan Pengendalian Padi/Jagung *)

Realisasi Sisa

(24)

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Serealia

Gambar

Gambar 1.  Operasional Gerakan Responsif  Pengendalian OPT

Referensi

Dokumen terkait