• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIALOG DRAMA “DANAU MANINJAU” (Bujang Sambilan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIALOG DRAMA “DANAU MANINJAU” (Bujang Sambilan)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DIALOG DRAMA “DANAU MANINJAU”

DIALOG DRAMA “DANAU MANINJAU”

 (Bujang Sambilan)

 (Bujang Sambilan)

….Disuatu perkampungan di kaki gunung Tinjau, tinggal 10 bersaudara yang teridiri dari 9 orang ….Disuatu perkampungan di kaki gunung Tinjau, tinggal 10 bersaudara yang teridiri dari 9 orang lelaki, dan 1 orang perempuan. Mereka tinggal bersama tanpa ayah dan ibu mereka. Karena, kedua lelaki, dan 1 orang perempuan. Mereka tinggal bersama tanpa ayah dan ibu mereka. Karena, kedua orang tua mereka telah lama meninggal. Dan sekarang, yang tersisa dari peninggalan kedua orang orang tua mereka telah lama meninggal. Dan sekarang, yang tersisa dari peninggalan kedua orang tuanya hanyalah sebuah rumah kecil, dan sepetak sawah yang di garap oleh 9 lelaki bujang tuanya hanyalah sebuah rumah kecil, dan sepetak sawah yang di garap oleh 9 lelaki bujang yangsering di sebut bujang Sembilan. Bujang Sembilan itu terdiri dari Kukuban, dia adalah kepala yangsering di sebut bujang Sembilan. Bujang Sembilan itu terdiri dari Kukuban, dia adalah kepala keluarga, kudun, Bayua, Malin

keluarga, kudun, Bayua, Malintang, Galapuang, Balotang, Galapuang, Balok, Batang, k, Batang, Bayang, kaciak. Satu lai adik dari parBayang, kaciak. Satu lai adik dari paraa Bujang Sembilan yang paling bungs

Bujang Sembilan yang paling bungsu, bernama Siti Rasani yang sering di panggil Sani. u, bernama Siti Rasani yang sering di panggil Sani. Sani adalahSani adalah cewek cantik, elok, anggun, dan pintar memasak se kampung Tinjau. Banyak lelaki yang diam-diam cewek cantik, elok, anggun, dan pintar memasak se kampung Tinjau. Banyak lelaki yang diam-diam suka padanya, namun, para kakak yang selalu mengawasi Sani membuat para pemuda desa suka padanya, namun, para kakak yang selalu mengawasi Sani membuat para pemuda desa mengurung

mengurungkan niat kan niat untuk meminang Sani.untuk meminang Sani.

Ketika Sore sore, Bujang Sembilan dan Sani sedang ngobrol-ngobrol bareng sambil makan rujak Ketika Sore sore, Bujang Sembilan dan Sani sedang ngobrol-ngobrol bareng sambil makan rujak buatan Sani yang pedesnya ga nahan.

buatan Sani yang pedesnya ga nahan. Bayua :

Bayua : “berapa kilo ini cabenya? Pedas sekali,Dik”.“berapa kilo ini cabenya? Pedas sekali,Dik”. Galapuang :

Galapuang : “Asin pula..”. Sani hanya cengari cengir kuda,“Asin pula..”. Sani hanya cengari cengir kuda, Kudun :

Kudun : “mau kawin bukan kau, Dik?”.“mau kawin bukan kau, Dik?”. (kudun mencocol biji kedongodong dengan(kudun mencocol biji kedongodong dengan sambal rujak. Bujang Sembilan tertawa dan penasaran.

sambal rujak. Bujang Sembilan tertawa dan penasaran.

Sani :

Sani : “ah, tidak bang, “ah, tidak bang, memang kebetulan aja rujaknya asin. Heheee…”memang kebetulan aja rujaknya asin. Heheee…” Kukuban :

Kukuban : ‘kamu ga punya ‘kamu ga punya pacar, Dik?”. Sani hanya pacar, Dik?”. Sani hanya menggelengmenggeleng.. Kaciak :

Kaciak : “Masyaa ciiihh?? Dengar“Masyaa ciiihh?? Dengar-dengar dari Rambo, tetangga sebelah, di fall in -dengar dari Rambo, tetangga sebelah, di fall in love samalove sama kamu, dik.. dia cerita.. kamu mauu t

kamu, dik.. dia cerita.. kamu mauu tak?’’. Bujang Sembilan ak?’’. Bujang Sembilan menunggmenungguu jawaban Sani. jawaban Sani.

Sani :

Sani : “ah, tidak bang, Sani belum memikirkan soal begituan. Abang“ah, tidak bang, Sani belum memikirkan soal begituan. Abang-abang sendiri-abang sendiri bagaimana? Bang Kukuban bagaimana pula nasib

bagaimana? Bang Kukuban bagaimana pula nasib cintamu Bang?”.cintamu Bang?”. Kukuban :

Kukuban : “aku sih, menglah dulu. Kalau aku “aku sih, menglah dulu. Kalau aku nikah duluan, bagaimana keluarga ini. lagi pula..nikah duluan, bagaimana keluarga ini. lagi pula.. Abang masih menunggui Omas pulang dari Malaysia..

Abang masih menunggui Omas pulang dari Malaysia.. Malintang :

Malintang : “jadi TKI“jadi TKI bang, si bang, si Omas Omas pacapacar abang?”.r abang?”. Bayang :

Bayang : “Iya, Mbak Omas jadi “Iya, Mbak Omas jadi TKi di TKi di Malaysia, bersama pacarku Pretty.. duuhh..”.Malaysia, bersama pacarku Pretty.. duuhh..”. Balok :

Balok : “Duuuhh.. kasihan sekali ya kaliaann.. hahaaa.. ehh.. “Duuuhh.. kasihan sekali ya kaliaann.. hahaaa.. ehh.. ada suaraketuk pintu tuh.. Dik,ada suaraketuk pintu tuh.. Dik, kamu saja yang bukakan. Abang-abang lagi ngasoo nih, pulang dari sawah.

kamu saja yang bukakan. Abang-abang lagi ngasoo nih, pulang dari sawah. Cepat,Cepat, dik”. Sani menurut. Di buka kan pintu rumah, dia kaget bukan main, datuk Limbatang dik”. Sani menurut. Di buka kan pintu rumah, dia kaget bukan main, datuk Limbatang visit ke rumahnya.

visit ke rumahnya.

Sani :

Sani : “Datuk.. apa kabar? Ga bilang“Datuk.. apa kabar? Ga bilang--bilang mau visit”.bilang mau visit”. Sani mempersilahkan datukSani mempersilahkan datuk Limbatang, istri dan anaknya, Giran untuk duduk lesehan di ruang tamunya yang Limbatang, istri dan anaknya, Giran untuk duduk lesehan di ruang tamunya yang seadanya.

seadanya. Datuk

Datuk : “inii niihh.. Giran : “inii niihh.. Giran kangen katanya sama kamu..”.kangen katanya sama kamu..”.

Daann.. terjadilah saling tatap menatap antara Sani dan Giran. Bagaikan ruang tamu Daann.. terjadilah saling tatap menatap antara Sani dan Giran. Bagaikan ruang tamu yang seadanya itu berubah menjadi btaman bunga. Di antara permainan saling yang seadanya itu berubah menjadi btaman bunga. Di antara permainan saling lempar senyum itu,

lempar senyum itu, hati-hati berterbangan.hati-hati berterbangan. Kukuban :

(2)

Sani ke dapur untuk menyiapakan air teh manis dengan sedikit aroma jeruk nipis khusus untuk Giran. Tetapi, ketika dia berbalik menuju ruang tamu, sambil membawa nampan, Sani terkejut. Giran ada di belakangnya.

Sani : “Aah.. Abangg.. J”. Giran ; “Sani.. ILYSM.. J Sani ; Apa itu bang ilisim? Hehee.. Giran : I Love You So Much ..

Sani : AAhh.. Abang nii.. Mereka saling pandang, sangat dalam pandangannya itu. Mereka tersenyum, malu-malu. Penuh bintang-bintang yang berterbangan dia antara

mereka. Cupid-cupid memanahkan panah cinta ke hati Sani dan Giran (Writer: Wkwkwkwk :D)

Giran : “Ohh.. Sanii.. Sanii.. wajahmu cantik nan elok, perangai Baik nan berhati lembut. Rujak Asin tak jadi mengapa. Yang penting, Sani manis jadi pacar Abang.. Do you want to be My girl? J

Sani : “Ohh.. Abang Giran.. engkau pun lelaki tampan, gagah, nan bijak.. rujak asin bukan untuk abang.. tapi sani manis.. selalu untuk abang.. yes, I want to be your girl, bang..” :D (prok prok prok.. ayeeyy..)

Kaciak : “Ayeeyy.. pacaran ni yee.. adeuuh.. Pe je doonk pe je.. rujak ajalah yang enakk tapi”. Kukuban : “wah wahh.. adik abang sudah punya pacar nich. Semoga langgeng yah.. J Datuk limbatang : “Semoga dengan hubungan kalian yang semakin dekat, bisa menjadi hubungan

kekeluargaan kita semakin erat ya..”

Istri Datuk : “Sani, selamat yaa.. Mama yakin, pasti kalian akan kawin nantinya. Dan mama akan gendong cucu.. asiiikk.. Sani dan giran hanya senyum-senyum. Bujang Sembilan dan keluarga Datuk Limbatang ikut senang. Saat Musim Panen tiba, Ada olimpiade

ketangkasan bermain silat. Pemuda sekampun Tinjau beramai-ramai mendaftarkan diri. Termasuk Kukuban dan Giran. Mereka dengan semangat mendaftrakan diri dan bersiap-siap diri. Hingga hari pertandingan di mulai.

Kukuban : “Hyaaaa… hahaaa.. semua telah K.O melawanku!. Ayoo.. siapa lagii nich yang mau lawan aku? Hahaha..”.

Giran : “bertandinglah dengan ku Bang!’. Giran memasuki arena panggung ketangkasan. Kukuban : “Okelaahh kalo begitu! Majulah kau kalau berani!”

Giran : “baiklah bang!. Bersiaplah menerima serangan kuu.. hyaaa…” Kukuban : “eits eitss.. ga kena.. hhaha..”

Giran : “hyaa.. Hiiiyaaaa… Hyaaa… Watdezig.. zigg.. hyaa… WATCHAAUUU!”

Kukuban : Hyaaa.. ARRGGHHH!! ADAAAAWWWW!!! Sikiiill GUEE!! Aaaww aww awww…. Kakiku pataahh!..” Giran : “Ayeeyy… horee… horeee.. akuu menangg..!! “

Kukuban : “huuhh.. awas kau yah.. kau sudah mempermalukanku di depan umum!  Takkap pernah ku setujui lagi hubunganmu dengan adiku! (gumam Kukuban dalam hati) Beberapa bulan setelah pertandingan adu ketangkasan, Giran bicara pada kedua orang tuanya bahwa dia ingin menikahi Sani.

Giran : “Ma, Pa,.. aku sudah lama berpacaran dengan Siti Rasani, dan aku rasa, kini umurku sudah cukup untuk memimpin sebuah rumah tangga, aku ingin menikahi Sani.. apa mama dan papa setuju?”

(3)

Istri : “Iya, nak. Perkawinan itu butuh kesetiaan. Kamu harus serius. Perkawinan di

kampung kita adalah sakral sifatnya. Tak bisa dengan coba-coba. Tak bisa pula kau main-main, anakku..”.

Giran : “Aku yakin Ma, Pah… Yakin 1000 % ! aku cinta mati sama Sani.. tak bisa hidup aku tanpa diaa.. hehe.. :D

Datuk limbatang : “baiklah kalau begitu. Kami akan ke rumah datuk limbatang nanti malam. Bagaimana?

Giran : “Iya Pah!” Lalu, keluarga datuk Limbatang pergi ke rumah Bujang Sembilan untuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Setelah sampai di rumah Bujang Sembilan, barulah Datuk Limbatan membuka pembicarann.

Datuk Limbatang : “pertama-tama, kedatangan kami malam-malam begini, bukan karena ingin membicarakan tentang sawah, ataupun kangen sama rujak buatan sani.. tetapi..” Kudun : “ada apa datuk? Apa kangenn sama kita-kita.. hahaa.. Bujang Sembilan tertawa.

Kukuban menatap benci pada Giran.

Datuk Limbatang : “Bukan Anakku, maksud dan tujuan kami datang kemari adalah ingin

mepersunting Sani..”. Bujang Sembilan (kecuali Kukuban) : Ohhhh… begituu toh … itu sih kami Setujuuu… wkwkwkk

Bayua : “kirain ada apa. Haha..”.

Kukuban : Tidak! Aku tidak setuju dengan pernikahan ini!.

Bujang Sembilan : “mengapa Bang???!!”. Semua orang terkejut. Termasuk Sani yang berada di Kamarnya.

Datuk Limabatang : “kenapa Anakku, kenapa kamu tidak setuju?”.

Giran : “ Iya Bang, aku dan Sani sudah lama pacaran, dan abang setuju kami pacaran. Tapi, kenapa abang tidak setuju kami menikah?? Apa salahku Bang??!”. Giran terkejut bukan main.

Kukuban : (berdiri dan bertolak pinggang) Salahmu mempermalukanku di depan umum ketika adu ketangkasan beberapa bulan lalu! Nich liat! Masih ada bekasnya! (kukuban menggulung celana nya ke atas, dan memperlihatkan bekas cacat di dengkulnya. Giran : “Ya ampuun bang.. abang sudah sembuh. Dan aku sudah meminta maaf, dan

membiayai abang! Bang..”.

Kukuban : “Hah! Kau! Lelaki sombong sekali, kurang ajar, dan tidak tahu sopan santun! Tak pantas kau jadi adik ipar ku!”

Giran : (berdiri) “Apa maksud abang nii?? Aku hanya mengelak waktu itu.. tak ada maksud untuk menyakiti abang. Tak separah si Rambo abangnya Rambon tetangga abang. Membunuh si Van damme dari kampung sebelah karena mukanya tersikut bang!.. bang.. ampuni aku baangg.. aku ingin menikah dengan Sani, adik abang..”.

Kukuban : “terlanjur aku! Berdosa kau sama aku!”, (membuka pintu) Bujang Sembilan : “masya Allah Bang!’.

Datuk Limbatang : “Duduklah kau dahulu! Hargai datuk dan mama yang sudah besarkan dan sukseskanmu. Dari sepetak sawah peninggalan orang tuamu, kini kau bisa beli

berpuluh petak. Padimu terbagus se-Tinjau. Walau harga mahal, tapi tetep orang beli padi mu. Sawahmu subur, berkat aku pula, ajari mu perlahan, dan sabar cara

(4)

sombong-sombong.. masalah pertandingam, masalah kaki terkilir atau patah, itu hal yang biasa.. menang atau kalah, juga hal yang biasa dalam gelanggang adu

ketangkasan.

Kudun : “Abang, apa yang di katakana Datuk benar abang.. jangnlah kau bersikpa begitu.. sungguh kau yang kurang ajar, tidak punya etika dan sopan santun. Berteriak, meninggalkan orang tua yang telah berjasa dalam hidup kita..”.

Datuk Limbatang : “ Anakku, Kukuban, duduklah” Kukuban : “Iya datuk, maafkan saya. Tapi,.. sungguh aku tidak bisa menerima perlakuan Giran waktu itu.. “. Kukuban berdiri lagi. Dan

keluar rumah.

Giran dan Bujang Sembilan : “Abaaangg!! Abaangg!!!”. Mendengar semua pembicaraan tersebut. Sani yang berada dalam kamarnya merasa sangat sedih mendengar sikap abangnya tersebut. Dia bayangan dirinya dalam cermin. Matanya sembab, hidungnya meler, bibirnya jebey. Jelek sekali. dua minggu dia di kurung di rumah oleh kukuban. Tidak boleh lagi di beri kesempatan bertemu dengan Giran. Giran pun sama, tidak lagi di izinkan masuk ke dalam rumah Bujang Sembilan. Padahal, Kudun, Bayua, Galapuang, Balok, Batang, Bayang, dan Kaciak sudah berkali-kali menasihati Kukuban. Tapi,

Kukuban sama sekali tak mau mendengar. Malah, Malintang setuju dengan sikap kukuban. L

Suatu hari ketika rumah sepi dan hanya ada Sani dan Kaciak saja...

Sani : “bang kaciak.. aku rindu sekali dengan Giran, bang..”. ujar Sani di meja makan. Sani memang lebih senang bercerita dengan Kaciak, karena Kaciak hamper sebaya dan abang yang paling pengertian di antara Bujang Sembilan yang lain.

Kaciak : “tenang Dik, nich.. tadi abang lewat Warteg Sari Raos. Kebetulan, Giran sedang makan di sana. Aku ngobrol-ngobrol dengannya..”. (tersenyum lebar)

Sani : (penasaran dengan hati berdebar) Kaciak: hhmmm… kasihh tauu ga yaahh… hahaayy..”.

Sani : “Abang, jangan main-main.. mengertilah aku baangg.. cepat beritahu akuu..”.

Kaciak : tapi kamu harus janji, kalau kau sudah tau, jangan beri tahu siapa-siapa, termasuk Malintang. Dia sangat setuju atas sikap Kukuban. Oke!”

Sani : Oke Baangg… apa, ayo! Cepat beri tahu adik tercantikmu ini!”.

Kaciak : “naahh… gitu dong ceria, abangkan senang kalo liat kamu ceria.. pipimu terangkat ke atas, jadi imuut gimanaa getooo.. hahaa.. nich,”. (sambil menyodorkan ketas Bon berjudul “Warteg Sari raos”.

Sani : “Bisa saja nich abang.. apa ini bang?” Kaciak : “…hahaa.. buka sajalah..”

Sani : … Kaciak : bagaimana?

Sani : … ABAAANGG!!! I LOVE YOU SO MUCHH!!! Sani senang bukan kepalang, melihat  jertas Bon yang berisi rangkaian kata-kata Bang Giran. Isinya, Bang Giran mengajak

Sani bertemu di sebuah ladang di tepi sungai, untuk nerundingkan Mau di bawa kemana hubungan mereka. Kaciak : hati-hati ya Sani, adikku.. aku berdoa selalu untukmu. Aku hanya ingin membantumu. Karena aku sayang dan ingin bahagiakan kamu, adikku.. :D

Sani : “Iya Bang, aku akan segera menemui bang Giran. Terima kasih bang sama semua yang di berikan abang untuk Sani. Sani bangga memiliki Abang seperti Bang kaciak. Makasi ya bang. Sani Pamit.

(5)

Kaciak : “Iya dik, be carefull on your way yah.. J Setelah keluar rumah, rasanya Sani seperti burung yang kehabisan oksigen di sangkarnya, merasakan kembali nikmat-Nya, menghirup udara segar.. memandang jauh sampai titik terjauh matanya bisa memandang awan. Bisa mendengar suara Angin, dan merasakan sejuknya udara senja itu.. Jalan menuju Ladang di tepi sungai tidak terlalu jauh dari rumah Sani. Tetapi, cukup jauh dari Sawah tempat Bujang Sembilan bertani. Giran : “Sani…”. (berbisik)

Sani : “Abang..” ingin rasanya memeluk kekasihnya itu. Tetapi, apa daya, di kampung ini, tidak boleh bermesraan, itu sangat menentang alam, dan Tuhan. Serta meledek hukum Adat.

Sani : “Apa kabarmu Bang?”. Giran : “baik.. honey.. kamu?”.

Sani : “Yang kurasa.. hanya Rinduu..”. (Terdiam..)

Giran : “Sani kuu.. apa yang harus kita lakukan untuk kembali mendapatkan restu dari Kukuban?”

Sani : “entahlah Bang, Sani juga gak tau harus berbuat apa.. semua keputusan dalam

keluargaku ada di tangan Bang Kukuban. Sementara, dia sangan benci sama Abang..”. (terdiam) Tiba-tiba terdengar suara gemerisik semak-semak. Sani berdiri untuk

mengecek-nya. Tapi tidak ada orang. Lalu dia kembali duduk. Dan ga taunya, bajunya tersangkut duri ilalang hingga tersobek. Sani : “aduuh.. bajuku Sobek, aduh.. ada duri menusuk bahuku bang..”.

Giran : “tahan sedikit, Sani.. abang akan mencabut duri Ilalangnya”. Sani meringis. Lalu, terdengar suara berisik semak. Dan keluarlah manusia dari balik semak.

Malintang : “Naaahh.. Lhooo.. apa yang kalian lakukan disini?!hahaa..” Giran : “Bang Malintang!”. (terkejut).

Sani : “mengapa abang ada di sini?”.

Malintang : “Dan mengapa Baju mu Robek! Hayoo.. akan ku bawa kalian ke sindang adat!”. Mendengar teriakan tersebut, warga kampung Tinjau yang ada di pinggir sungai keluar dan membawa sani dan Giran ke Sindang Adat.

Warga 1 : Ya! Aku melihat mereka berduaan! Dan itu sangan menentang hukum adat! Sama aja meledek!

Warga 2 : “ya! Betul! Mereka harus di ceburkan ke kawah gunung Tinjau! Ceburkan! Atau desa ini kena sial sepanjang masa!

Bujang sembilang : “Sani! Giran! Ada apa ini?”. Istri datuk : “Giran anakku! Apa ini!”.

Giran : “Aku tidak berbuat apa-apa Ma! Pa! tolong Giran!”.

Malintang : “mereka sedang berbuat tidak pantas di Ladang Datuk! Mereka harus di ceburkan ke kawah Gunung Tinjau!”

Kukuban : “Memalukan kalian ini! dasar kau Giran! Kurang ajar menodai Adikku!”.

Sani : “Tidak Bang! Tidakk! Aku dan Giran bisa menjelaskannya! Tapi lepaskan kami!”. Giran : “baiklah Sani! Relakan diri kita untuk bercebur menjadi tulang di kawah gunung

(6)

Sembilan menjadi ikan!!” (#baruu mau lompat.. ehh.. dating kaciak. Gajadi deh lompatnya)

Kaciak : “ TUNGGGGUUUU!!!!! Bang kukuban! Aku yang bersalah, member kesempatan pada Sani untuk bertemu Giran! Aku yang salah! Tapi aku yakin! Malintang mem Fitnah! Aku yakin!”.

Malintang : “hah? Apa kau bilang? Jelas-jelas aku melihat Giran sedang mengelu-elus pundak Sani! Jangan asal kau padaku! Aku ini kakakmu!”.

Kaciak : “mana Buktinya?!”.

Warga 1 : “Aku melihat mereka berduaan!”

Warga 2 : “dan mereka harus di ceburkan! Ke kawah!”

Malintang : “Tuh! Dengar kau Kaciak! KAciaakk!! Kasiiiaaann.. dehh looo.. :P” Kaciak : “heehh! Jangn senang dulu kau kakaku! Galapuang! Mana Fotonya!”.

Galapuang : “Maafkan aku duhai abang.. aku hanya sedang ingin mencari gambar untuk melatih kemampuanku berfotografi. Dan kau juga tahu, aku sangat senang berdiam di lading, di tepi sungainyaa..” (galapuang memberikan beberapa lembar Foto yang telah dia cetak dia PujiFilm). Kaciak : “Kitaa.. Punyaa.. Bukti!!!. Bebaskan Adikku Siti Rasani! Dan lepaskan kakaku Giran! Mereka sungguh tak bersalah! Dan kau warga-warga! Di bayar berapa kamu smaa kakaku? Hahaa! Malintang : “kaciak! Sungguh kau tidak sopan! Kau telah mempermalukanku!”. Kaciak : “Maafkan aku duhai kakak! Aku hanya membela kebenaran”.

Kukuban : “jadi, Giran dan Sani tidak bersalah?!”. Giran, sani, kaciak : “Tidak, Kukuban..”.

Datuk Limbatang : “kalau begitu, kita harus salaing memaafkan”. (prok prok prookk.. akhirnya, semua yang bermasalah, lepas dari masalah. Semua yang salah, meminta maaf. Semuanya sadar, tiada hubungan paling indah, kecuali Saudara, Sahabat, dan Cinta..)

Kukuban : “maafkan aku giran. Sudah lama aku menyakiti dan melukaimu. Dan aku, sungguh tak mau menyakiti dan melukai adikku. Ku tak tega, memasukan kalian ke dalam kawah gunung Tinjau. Dan kami menjadi ikan.. maafkan aku, saudaraku!”. (memeluk Giran sambil menangis)

Giran : “Iya Abang, aku juga meminta maaf atas kakimu..”.

Kukuban : (melepas pelukan giran) datuk, maafkan aku, sudah kurang ajar pada datukk.. ma.. maafkan akuu..” Kukuba bersujud.

Datuk limbatang dan istri : “kami sudah memaafkanmu, jauh dari kau meminta maaf pada kami..” J

…Akhirnya, Giran dan Sani sepakat menikah minggu depan. Dan Kukuban masih setia menunggu

Omas Pulang dari Malaysia. Sekarang, bujang Sembilan makin rajin bertani, dan galapuang juga

makin rajin berfotografi meningkatkan bakat dan kemampuannya…

 Amanat dari cerita ini : JANGAN ASAL FITNAH! Dan, jangan mudah dendam kepada orang lain! Karena itu.. sangat tidak sopan, dan merubah diri kita yang sebenarnya baik, menjadi jahat.

Referensi

Dokumen terkait