BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG
Metrorrhagia juga dikenal sebagai perdarahan uterus disfungsional adalah Metrorrhagia juga dikenal sebagai perdarahan uterus disfungsional adalah masalah yang biasanya di derita oleh seorang wanita. Metrorrhagia adalah masalah yang biasanya di derita oleh seorang wanita. Metrorrhagia adalah keadaan umum, terutama untuk beberapa tahun pertama menstruasi (pubertas keadaan umum, terutama untuk beberapa tahun pertama menstruasi (pubertas metrorrhagia). Hal ini juga diamati dengan pasien yang dekat dengan fase metrorrhagia). Hal ini juga diamati dengan pasien yang dekat dengan fase menopause mereka. Pada dasarnya, kondisi ini ditandai dengan episode menopause mereka. Pada dasarnya, kondisi ini ditandai dengan episode perdarahan
perdarahan (terutama (terutama bercak bercak namun namun dapat dapat menyebabkan menyebabkan pendarahan pendarahan parah)parah) di luar fase menstruasi.
di luar fase menstruasi.
Dengan demikian, episode perdarahan digambarkan sebagai tidak teratur Dengan demikian, episode perdarahan digambarkan sebagai tidak teratur dalam jumlah dan pola. Mengingat siklus menstruasi normal wanita, fase dalam jumlah dan pola. Mengingat siklus menstruasi normal wanita, fase menstruasi yang \ (umumnya dikenal sebagai menstruasi) harus rata-rata 4 menstruasi yang \ (umumnya dikenal sebagai menstruasi) harus rata-rata 4 hari dan harus terjadi pada bulan depan nanti. Untuk mempermudah, hari dan harus terjadi pada bulan depan nanti. Untuk mempermudah, metrorrhagia adalah di antara bercak vagina dalam menstruasi bulanan, metrorrhagia adalah di antara bercak vagina dalam menstruasi bulanan, ancaman kesehatan dianggap mungkin dan tidak boleh dianggap enteng. Ini ancaman kesehatan dianggap mungkin dan tidak boleh dianggap enteng. Ini harus mendorong kita untuk mencari nasihat medis untuk sejumlah kondisi harus mendorong kita untuk mencari nasihat medis untuk sejumlah kondisi yang mendasarinya mungkin untuk mencari penyebab kelainan tersebut. yang mendasarinya mungkin untuk mencari penyebab kelainan tersebut. Tetapi perhatikan, orang tidak boleh panik dan menganggapnya disebabkan Tetapi perhatikan, orang tidak boleh panik dan menganggapnya disebabkan oleh penyakit yang ditakuti.
oleh penyakit yang ditakuti. B.
B. TUJUANTUJUAN 1.
1. Tujuan pembelajaran umumTujuan pembelajaran umum
Setelah mempelajari pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa Setelah mempelajari pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan tentang kesehatan mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan tentang kesehatan reproduksi
reproduksi wanita dan wanita dan mentoragia mentoragia pada dirinya pada dirinya sendiri dan sendiri dan nantinya padanantinya pada waktu kerja.
waktu kerja. 2.
2. Tujuan pembelajaran khususTujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sub pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa dapat : Setelah mengikuti sub pokok bahasan ini di harapkan mahasiswa dapat : a.
a. mengetahui definisi dari metrorrhagiamengetahui definisi dari metrorrhagia b.
c.
c. mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan diagnosamampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan diagnosa metrorrhagia
metrorrhagia C.
C. MANFAATMANFAAT
Untuk membantu mahasiswa supaya dapat mengetahui dan melaksanakan Untuk membantu mahasiswa supaya dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan tentang
asuhan keperawatan tentang kesehatan reproduksi kesehatan reproduksi wanita dan wanita dan mentroragiamentroragia pada dirin
pada dirinya sendiri ya sendiri dan nantinya dan nantinya pada waktu pada waktu kerja. kerja. Selain Selain itu jitu juga dapatuga dapat mengetaui tentang definisi,penyebab,penatalaksanaan sehingga mahasiswa mengetaui tentang definisi,penyebab,penatalaksanaan sehingga mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita mampu melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita metroragia.
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Metrorrhagia pendarahan yang terjadi di antara siklus mentruasi, atau dengan kata lain timbul lebih sering dari biasa (yatim faisal,2001)
Metroragia adalah pendarahan uterus biasanya tidak banyak timbul pada interfan partun mestruasi yang tidak biasanya (chandranita, 2004)
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen.
B. Etiologi
Beberapa Penyebab Dari perdarahan diluar haid yaitu : 1. Metrorargia di luar kehamilan:
a. Sebab – sebab organik
b. Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:
1) Serviks uteri; seperti a) polip servisis uteri
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa (Denise tiran : 2005 ).
b) Erosio porsionis uteri.
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna merah dengan batas tidak jelas pada ostium uteri
eksternum.
2. metrorarrgia oleh karena adanya kehamilan : abortus, kehamilan ektopik.
C. Patofisiologi
Secara garis besar, kondisi di atas dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita premenopause (folikel persisten).Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim)
terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi. 1. Pada siklus ovulasi.
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.
2. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation).
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya.
D. WOC
Perdarahan dari uterus
Siklus ovulasi tanpa ovulasi
Rendahnya hormon esterogen tidak terjadi
ovulasi
Perdarahan rahim esterogen berlebihan dan progesteron menurun
Endometrium mengalami penebalan
Kontrak si uterus Dinding rahim rapuh
MK : NYERI Perdarahan
rahim
HB menurun MK : DEFISIT VOLUME
CAIRAN
Anemia
E. Tanda dan Gejala
Perdarah anovulatori Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10 % dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang
(oligomenore).
Untuk menegakan diagnosis perdarah anovulatori perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid.
1. Siklus menstruasi tak teratur.
2. Selain itu, akan sering mengalami f lek 3. Nyeri
4. Tegang pada payudara 5. Cepat emosi
F. Pemerikaan penunjang
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba terapeutik.
4. Uji kehamilan: untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan
5. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah G. Penatalaksanaan Therapy
Bila perdarahan sangat banyak, Istirahat baring dan transfusi darah, bila pemeriksaan gynecologik menunjukan perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid.
1. Dapat diberikan :Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secar IM dipropionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.
2. Progesteron
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan per os sehari nirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron (provera) 10 mg, yang dapat diulangi berguna dalam masa pubertas.
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi perbaikan keadaan umum, transfusi darah sampai dengan Hb ≥ 10 gr/dL, terapi medikamentosa dengan pemberian Kalnex Tablet 3 x 500 mg, Asam Mefenamat Tablet 3 x 500 mg, Viliron Tablet 1 x 1, dan Kuretase Dx/Tx.
3. Terapi Hormonal:
Setelah perdarahan teratasi berikan :
Conjugated oestrogen 2.5 mg per oral setiap hari selama 25 hari
Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetate untuk 10 hari terakhir Tunggu perdarahan lucut 5 – 7 hari pasca penghentian terapi
H. Sistem Rujukan
Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam Permenkes No. 01 tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan
merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horiontal. Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.
Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat.
Rujukan dibagi dlm rujukan medik/perorangan yg berkaitan dgn pengobatan & pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen, & pengetahuan tentang penyakit; serta rujukan kesehatan dikaitkan dgn upaya pencegahan & peningkatan kesehatan berupa sarana, teknologi, dan
operasional.
I. Penatalaksanaan Rujukan
Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggungjawab terhadap kondisi klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga atau pengetahuan, obat, dan peralatannya).
1. Jenis-Jenis Rujukan a. Rujukan medik
Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional.
Jenis rujukan medic antara lain:
1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain.
2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat. b. Rujukan kesehatan
Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
c. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat “BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :
1) B (bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
2) A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop.
3) K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain diusahakan untuk dapat menyetujui Ibu (klien) ke tempat rujukan.
4) S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien).
5) O (obat): bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk.
6) K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
7) U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan.
2. Mekanisme Rujukan
a. Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas.
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan.
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
b. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya.
Klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu.
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
e. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke
tempat rujukan.
f. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
g. Tindak lanjut penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memerlukan tindak lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
2) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka perlu dilakukan kunjungan rumah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Umur : biasanya terjadi pada usia tua (30 tahun ke atas) 2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Nyeri b. Riwayat penyakit sekarang
1) Nyeri disertai keluarnya darah darah dari rahim yang tidak teratur.
2) Aktifitas istirahat Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
3) Eliminasi Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine. c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien-pasien dengan metrphargiea mungkin menceritakan riwayat nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid serta punya riwayat abortus,
3. Pemeriksaan fisik
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6 a. B1 (Breathing)
1) Pernapasan tidak teratur
2) Frekuensi mengalami peningkatan b. B2 (Blood)
1) Denyut jantung mengalami peningkatan. 2) Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg) c. B3 (Brain)
1) Penurunan Konsentrasi 2) Pusing
3) Konjungtiva Anemia d. B4 (Bladder)
Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari e. B4 (Bowel)
Nyeri pada adomen Nafsu makan Menurun f. B6 (Bone)
Badan mudah capek Nyeri pada punggung 4. Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah
keperawata n
1 DS:
1. Penyebab
timbulnya nyeri: haid tidak teratur. 2. Nyeri dirasakan
meningkat saat aktivitas
3. klien mengeluh nyeri pada daerah simpisis,
punggung dan payudara.kala
nyeri 4-6
4. Nyeri sering dan terus – menerus DO: 1. Wajah tampak menahan nyeri Kontraksi&disritmia uterus↑ ↓ peningkatan kontraksi uterus ↓
Aliran darah ke uterus↓ ↓
Iskemia ↓
Nyeri
2 DS: 1. Pasien menyatakan mudah lelah DO: 1. Nadi lemah (TD 90/60 mmHg) 2. Px. terlihat pucat Sclera/ konjungtiva anemi 3. Px Lemas Pendarahan ↓ Anemia ↓ Kelemahan ↓ Intoleran aktivitas Intoleran aktivitas 3 DS: 1. Px. menyatakan merasa gelisah DO: 1. Pucat 2. Memperlihatkan kurang inisiatif Gangguan Haid ↓ Kurang pengetahuan ↓ Ansietas Ansietas 5. Diagnosa keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan. b. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan. Tujuan :
1) Memiliki Hb dalam batas normal. Kriteria hasil :
1) Memiliki asupan cairan yang adekuat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Manajemen elektrolit dengan meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi.
2. Pemantauan cairan dengan
mengumpulkan dan
menganalisis data px untuk mengatur keseimbangan elektrolit.
3. Manajemen nutrisi dengan membantu dan menyediakan asupan makanan dan cairan dalam diet seimbang.
1. Mencegah terjadinya syock.
2. Agar terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Agar input dan output seimbang.
b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus. Tujuan:
1) Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien Kriteria hasil:
2) Skala nyeri 0-1 dan Pasien tampak rileks
1. Beri lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stress
2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgesic
3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya nafas berirama lambat, nafas dalam, bimbingan imajinasi
4. Evaluasi dan dukung mekanisme koping px
5. Kompres hangat
1. Meningkatkan istirahat dan meningkatkan kemampuan koping
2. Analgesik dapat menurunkan nyeri.
3. Memudahkan relaksasi, terapi non farmakologi tambahan
4. Penggunaan persepsi sendiri atau prilaku untuk
menghilangkan nyeri dapat membantu mengatasinya lebih efektif
5. Mengurangi rasa nyeri dan memperlancar aliran darah
c. Intoleran aktifitas berhubungan dengan anemia. Tujuan:
1) Pasien dapat beraktivitas seperti semula. Kriteria hasil:
2) Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan memperingan intoleran aktivitas dan Pasien mampu beraktivitas.
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode istirahat tanpa
gangguan, dorong istirahat sebelum makan
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
1. Menghemat energi untuk aktivitas dan regenerasi
seluler/ penyembuhan jaringan
2. Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan
3. Menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan supply dan kebutuhan oksigen
7. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu
diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien. 8. Evaluasi keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.
BAB III PENUTUP
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen.
B. Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang dijadikan role model harusnya kita menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dan jika dilapangan menemukan kasus pasien dengan metrohargia haruslah dirawat dengan baik sesuai prosedur.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangatlah penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini untuk ke depannya.
Baradero,mary,SPC,MM.dkk. 2005. Klien gangguan sistem reproduksi dan seksualitas. Jakarta: EGC.
Manuaba,chandradinata.dkk. 2004. Gawat-darurat Obstetri-ginekologi & Obstetri-ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Raybun F,william.dan J.christoper Carey. 1995. Obstetri dan ginekologi. Jakarta: widya medika.
Yatim DTH&M,Faisal.2001. haid tidak wajar dan menopause. Jakarta: pustaka populer obor.