• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Dalam hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka itu tinggal dapat dikatakan masih menyedihkan. Sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Setiap petani ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya, akan tetapi hal – hal diatas merupakan penghalang, sehingga cara berpikir, cara kerja dan cara hidup mereka lama tidak mengalami perubahan – perubahan (Kartasapoetra, 1993).

Tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri – ciri inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi didalam pengelolaan pertanian serta peranan dari keluarga petani. Inovasi didalam pengelolaan pertanian serta peranan dari keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena : • Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani

• Sesuai dengan nilai – nilai, pengalaman dan kebutuhannya • Tidak rumit

• Dapat dicoba dalam skala kecil • Mudah diamati

(2)

Hasil penelitian adopsi dapat digunakan oleh organisasi – organisasi penyuluhan untuk mempercepat tingkat adopsi inovasi atau mengubah proses adopsi inovasi sedemikian rupa sehingga kategori petani tertentu dapat mengadopsinya lebih cepat (Hawkins, dkk, 1999).

Menurut Kartasapoetra (1993) mengingat sikap pandangan, keadaan dan kemampuan daya pikir dan daya tangkap para petani maka dengan sendirinya keberhasilan penyuluhan untuk sampai kepada tahapan yang meyakinkan para petani sehingga mau menerapkan materi penyuluhan akan melalui beberapa pentahapan. Pentahapan tersebut adalah sebagai berikut :

• Awareness (Mengetahui dan menyadari) • Interesting (Penaruhan minat)

• Evaluation (Penilaian)

• Trial (Melakukan Pencobaan) • Adoption (Penerapan / Adopsi).

Berdasarkan cepat lambatnya para petani menerapkan inovasi teknologi melalui penyuluhan – penyuluhan pertanian, dapat dikemukakan beberapa golongan petani yang terlibat didalamnya antara lain :

Pelopor (Inovator)

Penerap inovasi teknologi lebih dini (Early Adopter) Penerap inovasi teknologi awal (Early Mayority)

Penerap inovasi teknologi yang lebih akhir (Late Mayority) Penolak inovasi teknologi (Leggard)

(3)

Istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Dalam 25 tahun mendatang kebutuhan pangan akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya penduduk Indonesia. Dengan demikian kebutuhan masukan teknologi tinggi berupa pupuk makin meningkat, demikian juga kebutuhan pestisida akan lebih besar daripada yang diperlukan sekarang. Dengan makin meningkatnya kebutuhan masukan energi tinggi, maka biaya produksi yang diperlukan akan semakin besar. Hal ini merupakan tantangan para pakar bidang pertanian untuk mencari teknologi alternatif dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik dan menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan (Sutanto, 2002).

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.

Manfaat Pertanian Organik

Sejumlah keuntungan yang dapat dipetik dari pengembangan pertanian organik adalah, antara lain:

a. Kesehatan

1. Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa praktek pertanian organik mampu meningkatkan hasil sayuran hingga 75%

(4)

dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin C, kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi.

2. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian.

3. Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Karena pertanian organik: (1) Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis dan (2) Memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti kotoran ternak dan jerami sebagai pupuk kompos.

b. Lingkungan 1. Kualitas Tanah

Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang baik merupakan hal yang penting dalam pertanian organik. Untuk itu dalam pertanian organik diutamakan cara pengelolaan tanah yang meminimalkan erosi, meningkatkan kandungan bahan organik tanah serta mendorong kuantitas dan diversitas biologi tanah. Dalam pertanian organik peningkatan kesuburan tanah dilakukan tanpa menggunakan pupuk kimia sintetis. Sebagai gantinya digunakan teknik-teknik sebagai berikut:

Rotasi tanaman secara tepat, mixed cropping dan integrasi tanaman dengan ternak.

• Meningkatkan populasi mikroorganisme tanah melalui penggunaan pupuk organik.

(5)

• Menjaga tanah selalu tertutup dengan mulsa organik.

• Menghindari pengolahan tanah yang berlebihan pada tanah yang miring untuk mencegah erosi.

• Menggunakan tanaman dalam strip dan tumpang sari. • Menghindari penggembalaan yang berlebihan.

• Tidak menggunakan bahan kimia sintetis yang meracuni mikroorganisme tanah dan merusak struktur tanah.

2. Penghematan energi

Sistem produksi organik hanya menggunakan 50–80% energi minyak untuk menghasilkan setiap unit pangan dibandingkan dengan sistem produksi pertanian konvensional. Namun demikian, ini tidak berlaku untuk semua sistem produksi sayuran dan buah-buahan.

3. Kualitas Air

Penjagaan kualitas air merupakan upaya yang sangat penting dalam sistem pertanian lestari (sustainable agriculture system). Kenyataan menunjukkan bahwa polusi air tanah (groundwater) dan air muka tanah (surface water) oleh nitrat dan fosfat menjadi hal yang umum terjadi di kawasan pertanian. Residu pupuk dan pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit seperti Escherichia Coli juga seringkali terdeteksi di sistem perairan.

Pada areal pertanian organik, sumber air dijaga dengan menghindari praktek-praktek pertanian yang menyebabkan erosi tanah dan pencucian nutrisi, pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia. Kotoran hewan yang akan digunakan untuk pupuk organik selalu dikelola dengan hati-hati dan dikomposkan

(6)

sebelum digunakan. Di samping itu, penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis juga dilarang dalam sistem pertanian organik.

4. Kualitas Udara

Pertanian organik terbukti mampu meminimalkan perubahan iklim global karena emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission) pada pertanian organik lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik tidak menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida dari pupuk buatan tersebut. Penggunaan minyak bumi juga lebih rendah sehingga menurunkan emisi gas karbon dioksida. Lebih penting lagi, pertanian organik menyediakan penampungan (sink) untuk karbon dioksida melalui peningkatan kandungan bahan organik di tanah serta penutupan permukaan tanah dengan tanaman penutup tanah.

5. Pengelolaan Limbah

Praktek pertanian organik mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.

6. Keanekaragaman Hayati

Pertanian organik tidak hanya menghindari penggunaan pestisida sintetis, namun juga mampu menciptakan keanekaragaman hayati. Praktek seperti rotasi pertanaman, tumpang sari serta pengolahan tanah konservasi merupakan hal-hal yang mampu meningkatkan keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat yang sehat bagi banyak spesies mulai dari jamur mikroskopis hingga binatang besar. Pertanian organik tidak menggunakan organisme hasil rekayasa genetika

(7)

(Genetic Enggineering Organism) atau organisme transgenik (Genetically Modified Organism) serta produknya karena alasan keamanan lingkungan,

kesehatan dan sosial. Produk-produk seperti ini tidak dibutuhkan karena mungkin menyebabkan resiko yang tidak dapat diterima pada integritas spesies.

c. Perekonomian masyarakat

Penerapan pertanian organik, memberikan manfaat bagi masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat antara lain :

1. Hasil

Pertanian organik yang dilakukan secara benar oleh petani yang berpengalaman seringkali hasilnya sama, atau bahkan lebih tinggi, dari hasil pertanian konvensional. Namun seringkali hasil pertanian organik lebih rendah dari pertanian konvensional. Adanya perbedaan hasil ini mencerminkan adanya perbedaan teknik bercocok tanam dan pengalaman petani. Industri pangan organik berkembang sangat cepat sementara petani belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menerapkan sistem pertanian organik yang benar. Perbedaan hasil juga seringkali bergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Di samping itu, pertanian organik juga relative lebih tahan terhadap gangguan hama dan penyakit.

2. Biaya Produksi

Pertanian organik memerlukan biaya produksi relatif lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional, khususnya untuk penyediaan input produksi. Dalam pertanian organik pembelian pupuk dan pestisida sintetis tidak diperlukan lagi tetapi dalam implementasinya pertanian organik harus

(8)

menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati atau agen hayati. Di samping itu, dalam pertanian organik nilai penyusutan peralatan juga lebih rendah.

Dalam praktek pertanian organik, pengendalian gulma dilakukan secara mekanis. Pengolahan tanah untuk pengendalian gulma setelah tanaman tumbuh dilakukan dengan cara minimal. Banyak orang berpendapat bahwa pengendalian gulma akan meningkatkan frekuensi pengolahan tanah dan juga biaya. Dalam prakteknya, ternyata tidaklah demikian. Dengan perbaikan struktur tanah dan praktek pengelolaan yang baik, pertanian organik justru meminimalkan pengolahan tanah, atau lebih sedikit, dibanding pertanian konvensional.

3. Pendapatan

Pendapatan petani organik sedikit lebih besar dibanding dengan petani konvensional. Secara umum, biaya produksi lebih rendah dan pendapatan lebih besar (karena premium price). Industri organik berubah sangat cepat sehingga mempengaruhi ketidakstabilan harga. Sebagai contoh, adanya harga tinggi pada satu jenis komoditi telah mendorong banyak petani menanam komoditi yang sama secara bersamaan. Ini menyebabkan harga turun ketika musim panen. Banyak orang berpendapat bahwa sejalan dengan waktu premium price akan stabil. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.

4. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.

Pertanian organik akan merangsang hadirnya industri kompos rakyat yang berarti adanya lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan. Disamping itu, penerapan pertanian organik juga akan merangsang adanya kerjasama kemitraan

(9)

antara petani peternak-pekebun untuk menerapkan sistem pertanian terpadu. Dalam hubungan ini, peternak mendapatkan bahan makanan ternak dari limbah pertanian (jerami dan dedak, misalnya) dari petani, sedangkan petani mendapatkan kotoran hewan dari peternak sebagai bahan kompos untuk usaha pertanian organiknya. Hal ini secara langsung akan menciptakan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.

5. Pemasaran

Permintaan akan pangan organik akhir-akhir ini tumbuh dengan pesat di seluruh dunia, baik di Eropa, Canada, Amerika Utara, atau Jepang. Adanya pertumbuhan yang cepat ini menimbulkan fluktuasi di pasar. Sebagai contoh, beberapa pasar mempunyai persyaratan mutu yang sangat spesifik serta permintaannya selalu berubah dari tahun ke tahun. Industri organik baru berkembang, dan infrstruktur seperti sistem pengangkutan, pedagang dan distributor masih perlu menyesuaikan diri (Rachman, 2007).

Salah satu upaya mengurangi penggunaan bahan kimiawi pada budidaya tanaman adalah dengan memanfaatkan mikroorganisme. Dan keberadaan mikroorganisme dapat dimanfaatkan dalam budidaya pertanian modern yang berorientasi organic farming berupa pupuk hayati (biofertilizer), agensia pengendali hayati (biopestisida), dan pengolahan limbah organik/hewan menjadi pupuk kompos (biokomposer) telah berkembang dengan pesat. Pertanian alamiah dapat menggunakan benih unggul, penggunaan mikroba berguna (biopestisida dan

(10)

Landasan Teori

Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melakanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau ketrampilannya.

Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan dilandasi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek – praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknologi – teknologi yang lebih maju di lain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi – teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer (Mardikanto, 1993).

(11)

Menurut Sutanto (2002) konsep perkembangan pertanian berkelanjutan sangatlah luas, tidak mungkin begitu saja dilaksanakan tanpa dukungan petani, ilmuwan, pemerintah bahkan politikus. Bagaimanapun juga arah kebijakan pembangunan pertanian sangat tergantung pada minat pemerintah untuk mendukung suatu sistem pembangunan pertanian. Banyak pakar pertanian dan lembaga swadaya masyarakat internasional berusaha mengembangkan pertanian alternatif yang bertujuan untuk merehabilitasi kondisi tanah yang sedang sakit. Salah satu usaha meningkatkan kesehatan tanah adalah membangun kesuburan tanah yang dilaksanakan dengan cara meningkatkan kandungan bahan organik melalui kearifan tradisional, atau menggunakan masukan dari dalam usahatani (on

farm inputs) itu sendiri.

Menurut Suprayono dan Setyono (1997) padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi tanaman utama dunia. Bukti sejarah di Provinsi Zheijiang, Cina Selatan, menunjukkan bahwa penanaman padi di Asia sudah dimulai 7.000 tahun yang lalu. Beberapa daerah yang diduga menjadi daerah asal padi adalah India Utara bagian Timur, Bangladesh Utara dan daerah yang membatasi negara Burma, Thailand, Laos, Vietnam dan Cina bagian Selatan. Padi (Oryza sativa l.) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub – tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus – menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar, kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari waduk inilah sewaktu – waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah.

(12)

Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Padi Organik Binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara, Oktober 2011.

No Desa Kabupaten Kelompok

Tani

Luas Lahan (ha)

Produksi (ton)

1. Lubuk Bayas Serdang Bedagai Tani Subur 27 135

2. Namu Landor Deli Serdang Tani Mandiri 5 30

JUMLAH 32 165

Sumber: BITRA Indonesia, 2012

Dari tabel dapat dilihat berdasarkan Luas Lahan dan Produksi, desa binaan BITRA di Lubuk Bayas lebih tinggi dibanding desa binaan BITRA di Namu Landor. LSM BITRA merupakan institusi yang memberikan pembinaan pertanian padi organik di Sumatera Utara.

Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik dalam arti sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia. Sedangkan pengertian pertanian dalam arti luas, adalah pertanian masih memberi toleransi penggunaan bahan kimia dalam batas – batas tertentu. Pertanian yang baik adalah yang tidak mengabaikan ekosistem alam yang didalamnya termasuk tanaman budidaya, gulma dan jasad pengganggu, hama dan penyakit serta manusia.

Tanaman pangan, khususnya padi merupakan tanaman pokok yang diusahakan oleh sebagian besar petani di Indonesia. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, pemerintah mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang diimplentasikan pada periode

(13)

persen atau setara 2 juta ton per tahun. Salah satu strategi yang ditempuh adalah pada tahun 2008 diharapkan dapat terselenggara Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di 60.000 unit. Strategi ini diharapkan dapat memperluas penyebaran pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang akan berdampak terhadap percepatan implementasi program P2BN (Deptan, 2008).

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan dilapangan. Hamparan sawah milik petani peserta program penerapan PTT disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparan sawah tempat praktek sekolah lapang disebut laboratorium lapang. SL-PTT juga mempunyai kurikulum, evaluasi pra dan pasca kegiatan dan sertifikat. Bahkan sebelum SL-PTT dimulai perlu dilakukan registrasi terhadap peserta yang mencakup nama dan luas lahan sawah garapan, pembukaan dan studi banding atau kunjungan lapang.

Proses belajar SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudian memberikan pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalaman tersebut, menganalisis masalah yang terjadi dan menyimpulkan hasil kegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT telah merasakan dampak positif dari teknologi yang diterapkan, baik dari aspek materi dan non materi, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembali pada musim berikutnya. Adapun tujuan utama dari SL-PTT adalah untuk mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya.

(14)

Ciri SL-PTT :

1. Peserta dan Pemandu saling memberi dan menghargai

2. Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan)

3. Komponen teknologi yang akan diterapkan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh petani peserta

4. Pemandu tidak mengajari petani tetapi petani belajar dengan inisiatif sendiri, pemandu sebagai fasilitator memberikan bimbingan

5. Materi latihan, praktek dan sarana belajar ada dilapangan

6. Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam sehingga dalam periode tersebut diharapkan terdapat 10 – 18 kali pertemuan antara peserta dengan pemandu

Prinsip Pendidikan dalam SL-PTT

Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTT hendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan untuk orang dewasa berdasarkan pengalaman sendiri. Untuk itu, materi pendidikan yang akan diberikan dalam SL-PTT mencakup aspek yang diperlukan oleh kelompok tani diwilayah pengembangan PTT. Dalam kaitan itu, tiga aspek berikut perlu mendapat perhatian :

1. Aspek Teknologi : Keterampilan dan Pengetahuan

Dalam SL-PTT petani diberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi manager dilahan usahataninya sendiri.

(15)

2. Aspek Hubungan Antar Petani : Interaksi dan Komunikasi

SL-PTT mendorong petani untuk dapat bekerjasama, melakukan analisis secara bersama – sama, diskusi dan berkomunikasi dengan santun menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang lain.

3. Aspek Pengelolaan : Manager di Lahan Usahatani Sendiri

Dalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai menganalisis masalah yang dihadapi dan membuat keputusan tentang tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Menurut Soekartawi (1998) Faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi :

Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Tingkat pendidikan petani

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi.

b. Umur Petani

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

(16)

c. Luas Pemilihan Lahan

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefesienan penggunaan sarana produksi.

d. Pengalaman Bertani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pangalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

Penyuluhan pertanian sebagai suatu pendidikan bagi para petani dan keluarganya haruslah menggunakan landasan falsafah kerja meningkatkan potensi dan kemampuan para petani dan keluarganya, sehingga mereka akan dapat mengatasi sendiri kekurangannya dan dapat sendiri memenuhi kebutuhan dan keinginannya, tanpa harus selalu tergantung kepada orang lain. Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani dan keluarganya agar berubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan (oleh pihak penyuluh) yang akan memnyebabkan perbaikan mutu hidup dari para keluarga tani. Jadi perubahan perilaku itu dapat terjadi dalam tiga bentuk :

1. Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi petani dan pengertian tentang itu.

2. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru atau yang bertambah baik.

3. Timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat sesuai dengan yang dikehendaki.

(17)

Menurut Kartasapoetra (1993) perubahan perilaku yang diusahakan dengan melalui penyuluhan pertanian pada diri para petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan :

• Tingkat pengetahuan, kecakapan dan mental petani

• Penyuluhan hal – hal yang disampaikan hanya akan diterima dan dipraktekkan (diterapkan, diadopsi) setelah para petani mendapat gambaran nyata atau keyakinan bahwa hal – hal baru yang diterima dari penyuluhan akan berguna, memberi keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekkan atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. Menurut Mosher dalam Penyuluhan Pertanian (1999) bahwa penyuluhan dapat berjalan dengan efektif apabila syarat berikut dapat terpenuhi, yaitu :

• Pasar dan hasil – hasil pertanian

• Teknologi pertanian yang terus – menerus berubah • Tersedianya input dan alat pertanian di tingkat lokal

• Insentif produksi yang menguntungkan petani untuk memproduksi lebih banyak, tidak hanya menguntungkan tuan tanah dan tengkulak saja

• Sarana transportasi dari desa ke desa.

Agen penyuluhan dapat memanfaatkan berbagai cara untuk membantu kliennya untuk mencapai tujuannya :

• Memberi nasihat secara tepat waktu guna menyadarkannya tentang suatu masalah

(18)

• Memberi informasi mengenai konsekuensi yang dapat diharapkan dari masing – masing alternatif

• Membantunya dalam memutuskan tujuan mana yang paling penting

• Membantunya dalam mengambil keputusan secara sisitematis baik itu secara perorangan maupun berkelompok

• Membantunya belajar dari pengalaman dan dari pengujicobaan

• Mendorongnya untuk tukar – menukar informasi dengan rekan petani. Peranan – peranan lain dari organisasi penyuluhan dapat membantu petani : • Mengadakan percobaan dengan teknologi baru atau sistem usahatani baru • Menambah akses informasi yang relevan dengan aneka ragam sumbernya • Mengevaluasi dan menafsirkan informasi itu untuk keadaan mereka sendiri • Belajar dari pengalaman sendiri.

Kemampuan agen penyuluhan untuk mempengaruhi petani mengalami peningkatan, sebagian disebabkan oleh pembangunan dibidang teknologi komunikasi dan informasi, dan sebagian lagi penggunaan ilmu – ilmu sosial dalam penyuluhan. Agen penyuluhan tidak saja memikirkan perubahan tetapi juga cara memberikan bantuan pada masyarakat. Didalam berbagai kasus, agen penyuluhan tidak berurusan dengan hanya adopsi satu inovasi melainkan seluruh paketnya. Tidak jarang inovasi harus disesuaikan dengan situasi spesifik agar dapat digunakan.

Dalam diri seorang penyuluh pertanian sangat dibutuhkan adanya keyakinan yang kuat dan tidak mudah goyah oleh sesuatu persoalan. Sedangkan yang dimaksud ilmu – ilmu pengetahuan adalah perangkat persyaratan yang

(19)

selanjutnya. Masalahnya, sampai sejauh mana ilmu – ilmu yang telah dikuasainya itu dapat mendukung inovasi yang senantiasa hadir ke tengah – tengah kehidupan para petani. Tentunya selama pembangunan ini terus dilaksanakan kehadiran inovasi dalam kehidupan masyarakat desa adalah satu tolak ukur untuk mengetahui sampai batas mana saja pembangunan ini mengalami kemajuan dan perkembangannya (Sastraatmadja, 1993).

Menurut Rogers (1995), model proses pengambilan inovasi terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah tersebut adalah :

1. Pengetahuan, terjadi ketika seseorang dihadapkan pada suatu inovasi dan memperoleh beberapa pemahaman fungsi-fungsi dari inovasi itu sendiri. 2. Persuasi atau bujukan, terjadi ketika seseorang membentuk suatu sikap yang

kurang baik atau baik ke arah inovasi.

3. Pengambilan keputusan, terjadi ketika seseorang terlibat dalam aktivitas yang mendorong kearah suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi.

4. Implementasi, terjadi ketika seseorang menggunakan suatu inovasi.

5. Konfirmasi, terjadi ketika seseorang mencari penguatan mengenai suatu inovasi untuk menolak atau mengadopsi suatu inovasi.

(20)

Kerangka Pemikiran

Petani padi organik dalam melakukan budidaya padi organik berdasarkan teknologi budidaya padi organik berdasarkan segi : bibit/benih, lahan, pupuk, teknik budidaya, pasca panen, harga dan label. Penyuluh mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan teknologi tersebut kepada petani karena dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat tani khususnya para petani padi organik.

Dalam mengadopsi suatu teknologi, maka petani dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan total pendapatan.

Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi daripada petani pemula, karena dengan pengalaman yang lebih banyak sudah dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi (teknologi).

Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi apabila tingkat adopsi petani tinggi. Bila dalam diri seorang petani ada kesadaran akan perlunya perubahan maka inovasi yang diusulkan oleh penyuluhan pertanian dapat diterapkan dalam usahataninya. Pada akhirnya suatu teknologi diterapkan atau tidak terletak pada petani itu sendiri. Apakah tingkat adopsinya tinggi, sedang atau rendah tergantung dari teknologi baru tersebut.

(21)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan:

: menyatakan hubungan

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Usahatani Padi Organik Karakteristik sosial ekonomi petani: 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Bertani 4. Tingkat Pendapatan 5. Luas Lahan Teknologi Budidaya Padi Organik Tingkat adopsi Tahapan – Tahapan Teknologi Budidaya Padi Organik: • Benih/ bibit • Lahan • Pupuk • Teknik Produksi • Pasca Panen • Harga • Label SEDANG TINGGI RENDAH Petani Padi Organik

(22)

Hipotesis Penelitian

1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usaha padi organik di daerah penelitian tinggi.

2. Ada hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik didaerah penelitian.

Gambar

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran Usahatani  Padi Organik  Karakteristik sosial ekonomi petani: 1

Referensi

Dokumen terkait

Verifikasi formula optimum dengan menggunakan metode Single Simple Test menghasilkan p-value 0,511(p>0,05). Penggunaan kombinasi PEG 400 dan Mentol dapat meningkatkan jumlah

Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh pihak restoran adalah bekerjasama dengan gedung perkantoran yang terletak di sebelah restoran di mana area parkir

Beberapa penelitian sebelumnya lebih banyak membahas dari sudut pandang kaum perempuan dalam industri Public Relations, namun belum banyak penelitian yang menggali dari sudut

“ penghasilan yayasan dan badan hukum nirlaba lainnya yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah hukum Republik Indonesia dan mempunyai

Komposisi yang dianggap baik dalam pembuatan Gorong-gorong pada umumnya adalah 1 bagian semen dicampur dengan 4 bahan pembuat (1:4:1) sehingga dalam aktifitas ini saya coba

Data sekunder yang akan digunakan adalah literatur berupa buku-buku, jurnal, koran, serta literatur yang membahas tentang adanya tes keperawanan bagi calon istri

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya nusyuz suami, bagaimana akibat nusyuz suami dalam kehidupan keluarga di

Stilbestrol yang diberikan setelah senggama untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dikenal dengan instilah ”morning-after pill.” Kuchara (1971) melaporkan tidak