• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PERGURUAN TINGGI BERTARAF INTERNASIONAL Wahyu Supriyanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PERGURUAN TINGGI BERTARAF INTERNASIONAL Wahyu Supriyanto"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PUSTAKAWAN

DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PERGURUAN TINGGI BERTARAF INTERNASIONAL

Wahyu Supriyanto

ABSTRAK

Peran pustakawan, semakin berkembang dari waktu ke waktu. Saat ini pustakawan tidak hanya melayani sirkulasi buku, tapi dituntut untuk dapat memberikan layanan profesional secara cepat, tepat, akurat dan efisien dari segi waktu dan biaya.Selain itu pustakawan diharapkan memiliki kompetensi yang ada dalam dirinya guna mendukung pelaksanaan pendidikan, pengajaran dan pengabdian pada masyarakat. Kompetensi dan peran pustakawan sangat berperan dalam mendukung tercapainya perguruan tinggi bertaraf internasional. Pustakawan dalam melayani pemustaka saat ini diharapkan dapat menjembatani masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang untuk meraih tujuan sebagai perguruuan tinggi bertaraf internasional.

Kata kunci : Pustakawan, Kompetensi, Perguruan Tinggi

PENDAHULUAN

Dalam era global sekarang ini, perguruan tinggi bertaraf internasional menjadi perhatian yang lebih di kalangan perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang ada di Indonesia dituntut untuk meningkatkan mutunya melalui proses pendidikan yang ada di perguruan tinggi meliputi: pendidikan (teaching), penelitian (research), dan pelayanan (services). Supaya efektif perguruan tinggi perlu didukung oleh beberapa aktivitas pendukung yang terkait, seperti perpustakaan. Perpustakaan merupakan unit penunjang universitas yang sangatlah penting. Bahkan perpustakaan sering disebut sebagai jantungnya perguruan tinggi. Melalui perpustakaan perguruan tinggi inilah dihimpun ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan secara penuh sebagai asset repositori ilmu pengetahuan yang sangat berharga dan bernilai tinggi.

Berkaitan dengan hal itu, pustakawan mempunyai posisi sangat penting dalam mewujudkan perpustakaan perguruan tinggi bertaraf internasional. Oleh sebab itu pustakawan harus mengubah pola pikirnya dari menyediakan informasi (information provider) menjadi memiliki kemampuan dan keahlian dalam mengakses informasi (information access provider). Sebagai syarat mutlaknya yang harus dipenuhi adalah menguasai teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta penguasaan bahasa asing.

(2)

Berdasarkan apa yang sudah penulis utarakan di atas maka tujuan penulisan artikel ini adalah pertama, untuk memberikan gambaran tentang peran pustakawan dalam mendukung perguruan tinggi bertaraf internasional. Kedua, faktor-faktor apa saja yang diperlukan untuk mencapai perpustakaan berstandar internasional.

Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional

Perguruan tinggi bertaraf internasional. Kata-kata itu sering didengungkan oleh pimpinan atau pejabat di lingkungan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Sesungguhnya apa dan bagaimana sebuah perguruan tinggi dapat dikatakan bertaraf internasional? Sejak tahun 2006, Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pendidikan Tinggi telah membentuk Tim Gugus Tugas penetapan 10 Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia yang akan dipersiapkan sebagai universitas berkelas dunia (world class university) sehingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mengalami perubahan penampilan selama beberapa tahun ini. Perubahan itu meliputi paradigma, pengelolaan, dan persaingan. Hal itu ditandai dengan adanya perkembangan teknologi informasi sehingga muncul e-academica, e-learning, e-repository, e-research, e-library dan sebagainya yang dikembangkan oleh perguruan tinggi di Indonesia.

Menurut Djokopranoto (2006) pada dasarnya tingkat penggunaan teknologi informasi di perguruan tinggi dibagi menjadi 4 (empat) tahap, yaitu: sebagai penyedia data, penyedia informasi, penyedia pengetahuan, dan penyedia kebijakan. Seperti terlihat pada gambar berikut ini:

Penyedia data Penyedia Informasi Penyedia Pengetahuan Penyedia Kebijakan

Slip gaji Program studi Kelas jarak jauh Proses berdasarkan Formulir, daftar ratio akademis Kampus jarak jauh pengetahuan maya Buku, daftar jurnal proses evaluasi universitas silang, (cyber) sembarang

Online, daftar proses perpustakaan maya tempat, sembarang

Koleksi manajemen laboratorium maya, waktu, dan sangat Perpustakaan perpustakaan dst fleksibel Fakultas, dst pusat PT, dst

(3)

dalam berbagai bidang, termasuk bidang perpustakaan. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas layanan dan operasional telah membawa perubahan besar di perpustakaan. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat diukur dengan telah digunakannya sistem informasi manajemen (SIM) perpustakaan dan perpustakaan digital (digital library). Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan merupakan integrasi dari beberapa bidang antara lain: pekerjaan administrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan, sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Sistem ini sering dikenal juga dengan istilah sistem informasi perpustakaan.

Saat ini hampir semua perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia telah menggunakan sistem otomasi perpustakaan tersebut. Sebagai contoh SIPUS WEB (Sistem Informasi Perpustakaan berbasis Web) untuk sistem otomasi di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada., LASer (Library Automation Service) untuk otomasi Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang, New Spektra untuk otomasi Universitas Kristen Petra Surabaya, InSLA (Integration system for Library Automation) untuk otomasi Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, LONTAR untuk otomasi Perpustakaan Universitas Indonesia dan lain sebagainya.

Dengan dikembangkannya perpustakaan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam sistem informasi manajemen (SIM) maka dapat memberikan kenyamanan kepada pemustaka serta memberikan kemudahan kepada tenaga pustakawan dan pengelola perpustakaan baik dalam layanan maupun pengolahan dan sekaligus kemudahan untuk menerapkan strategi pengembangan perpustakaan.

Dalam konteks pengembangan perguruan tinggi bertaraf internasional perlu diperhatikan sivitas akademika (mahasiswa, staf pengajar, dan peneliti) agar dapat mendapatkan layanan yang optimal. Menurut Lasa (2010) dalam Kamus Kepustakawanan suatu perguruan tinggi dapat disebut bertaraf internasional setidaknya harus mempunyai perpustakaan yang memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah: 1) jumlah koleksi bahan pustaka >1.000.000 eks 2) Jumlah online database yang di langgan, >300 database. 3) Memiliki akses terhadap e-book >10.000 judul,4) Menyimpan seluruh karya sivitas akademika >90 % 5) jam buka per minggu >80 jam dengan waktu buka layanan Senin s/d Minggu 5) Anggaran untuk pembelian buku

(4)

rata-rata setara dengan Rp 20.000.000.000,-, 6) Koneksi internet minimal 30 Mbs dengan koneksi Wifi. Dengan kriteria tersebut maka jelas masih belum ada universitas di Indonesia yang dapat masuk kelas dunia.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meraih visi perguruan tinggi bertaraf internasional amatlah berat, dibutuhkan kerja keras dari berbagai pihak. Perhatian pemerintah di bidang pendidikan masih sangat menentukan keberhasilan pencapaian visi tersebut. Sarana dan prasarana pendidikan harus dikelola dengan baik, termasuk perpustakaan yang dikelola oleh pustakawan profesional.

Perpustakaan dan Pustakawan

Perpustakaan merupakan salah satu tempat yang menyimpan koleksi peradaban bangsa. Perkembangan jaman dan globalisasi telah memberikan dampak yang cukup positif terhadap aliran informasi. Supaya tidak ketinggalan zaman dan bangsa ini menjadi lebih cerdas, mau tidak mau, perpustakaan sebagai gudang ilmu, sumber informasi harus dikelola dengan profesional agar mampu berkiprah di dunia internasional.

Perpustakaan bagi perguruan tinggi/Institut/universitas merupakan sarana penunjang yang sudah selayaknya diperhatikan dan ditangani dengan serius. Walaupun merupakan sarana penunjang, fungsi perpustakaan bagi perguruan tinggi/Institut/universitas sangatl vital, seperti jantung di dalam tubuh manusia. Untuk membangun perpustakaan yang mampu bersinergi dengan perguruan tinggi dan sivitas akademikanya, dibutuhkan SDM dalam hal ini pustakawan yang profesional, yang memiliki etos kerja yang tinggi, jujur, berdedikasi, loyal serta mempunyai kemauan dan kemampuan untuk berkembang dan terus berupaya menimba ilmu sepanjang hayat.

Untuk mengembangkan perpustakaan yang mampu menjawab tantangan jaman, dan mampu bersinergi dengan masyarakat penggunanya, dibutuhkan SDM dalam hal ini pustakawan yang profesional, yang memiliki etos kerja yang tinggi, jujur, berdedikasi, loyal serta mempunyai kemauan dan kemampuan untuk berkembang dan terus berupaya menimba ilmu. Agar tidak ketinggalan jaman, mau tak mau peran perpustakaan harus ditingkatkan, dengan begitu, tugas perpustakaan semakin berat juga. Pada prinsipnya tugas Perpustakaan adalah menyediakan layanan informasi untuk

(5)

kepentingan masyarakat. Seiring dengan perkembangan jaman, maka tugas perpustakaan juga semakin luas dan berkembang. Pengelola perpustakaan dituntut untuk lebih jeli melihat kebutuhan masyarakat pengguna perpustakaan. Disamping itu menjadi tugas perpustakaan juga untuk terus menerus memperhatikan kemajuan jaman dan teknologi agar keinginan masyarakat dalam mengakses informasi dapat terpenuhi. Perpustakaan harus terus mencari jalan agar tetap tanggap secara efektif dan inovatif terhadap lingkungan yang beragam dalam memenuhi harapan pengguna. Ini diperlukan agar perpustakaan dan pustakawannya mampu tetap bertahan hidup (survive) serta berkembang sehingga dapat menjadi perpustakaan bertaraf internasional.

Selain melakukan layanan sirkulasi, pengadaan dan pengolahan bahan pustaka, pustakawan juga harus mampu mengelola laporan administrasi; mengelola Web-OPAC, melakukan pelestarian dokumen (diantaranya mengolah dokumen menjadi bentuk digital); mengelola layanan pinjam antar perpustakaan (PAP); melakukan kontrol keamanan bahan pustaka; mengelola layanan multi media (CD/DVD/Audio kaset/sinar X dll.); mengelola dan mencetak barkode; mengelola keanggotaan pengguna, melakukan penyusunan anggaran,; melakukan katalogisasi (pra dan pasca katalog); melakukan konversi data; mengelola e-mail; laporan-laporan; mengelola terbitan berseri dan melakukan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan teknologi informasi. Dalam melakukan tugas kesehariannya, pustakawan dituntut bekerja secara profesional, jujur, berdedikasi tinggi, kreatif dan inovatif.

Peran Pustakawan

Profesi pustakawan di Indonesia masih merupakan profesi pilihan alternatif, tenaga pustakawan dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Walaupun kita tahu bahwa pustakawan merupakan jabatan karir dan jabatan fungsional yang telah diakui keberadaannya oleh Pemerintah Indonesia dengan terbitnya Keputussan Menpan Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002, Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Pustakawan diartikan sebagai orang yang

(6)

bergerak di bidang perpustakaan; ahli perpustakaan (tanpa membedakan PNS ataupun Non PNS). Jabatan Fungsional Pustakawan telah diakui eksistensinya dengan terbitnya Keputusan Menteri Negara Pendayaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 18 tahun 1988 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka kreditnya. Kemudian dilengkapi dengan Surat Edaran Bersama (SEB) antara Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 53649/MPK/1998 dan Nomor 15/SE/1998. Keputusan ini telah dua kali direvisi yaitu dengan terbitnya Keputusan Menpan Nomor 33 tahun 1988 dan terakhir Keputusan Menpan Nomor 132/Kep/M.PAN/12/2002. Tujuan diciptakaannya jabatan fungsional tersebut yaitu agar para pustakawan dapat meningkatkan kariernya sesuai dengan prestasi dan potensi yang dimilikinya.

Perpustakaan perguruan tinggi harus mulai berbenah dengan membekali para tenaga fungsional pustakwannya bersikap profesional dalam memberikan pelanyanannya. Untuk bersikap profesional banyak perpustakaan perguruan tinggi melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) dalam bidang layanan, komputer, bahasa Inggris, studi banding ke berbagai perpustakaan yang lebih maju, mengikutsertakan dalam seminar, magang di bidang ilmu perpustakaan, teknologi informsi dan komunikasi, mengikut sertakan pendidikan formal S2 bidang ilmu perpustakaan dan informasi, serta peningkatan kualitas/mutu layanannya dengan pembekalan layanan prima bagi tenaga perpustakaan.

Untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan pustakawan dituntut bersikap profesional dengan memiliki kompetensi yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Kompetensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) adalah bermakna kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. Supriyanto (2006) menyatakan bahwa rumusan kompetensi pustakawan setidaknya meliputi dua, yaitu:

a. Kompetensi Profesional terkait dengan pengetahuan bidang sumber-sumber informasi: teknologi, manajemen, pelatihan dan kemampuan menggunakan pengetahuan sebagi dasar layanan perpustakaan dan informasi.

(7)

yang dimiliki pustakawan agar dapat bekerja efektif, jadi komunikator yang baik, meningkat pengetahuannya, memperlihatkan nilai lebih, dapat bertahan terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia kerjanya.

Hasil Diskusi Komisi II Rapat Koordinasi Pengembangan Jabatan Fungsional Pustakawan dengan Provinsi, Kabupaten/Kota seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI, merumuskan bahwa secara umum kompetensi adalah kemampuan, pengetahuan, dan ketrampilan, sikap, nilai perilaku serta karakteristik pustakawan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara optimal.

Konsep kemampuan mengandung suatu makna adanya semacam tenaga atau kekuatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat mental. Pengertian ini menunjukkan pada adanya suatu kekuatan nyata yang dapat diperlihatkan seseorang melalui tindakan atau perbuatan, baik secara fisik maupun mental, yang umumnya diperoleh melalui latihan dan pendidikan. Dengan kata lain, kalau seseorang ingin memiliki kemampuan tertentu, ia dapat mempelajarinya. Kemampuan ini akan banyak membantu seseorang pada saat ia melaksanakan atau mengerjakan tugas tertentu. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan pekerjaan non-rutin.

Seorang pustakawan harus memiliki kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan, sikap, nilai, perilaku serta karakteristik pustakawan untuk melaksanakan pekerjaan memberikan layanan kepada pengguna. Dengan adanya kompetensi yang seharusnya dimilki pustakawan, akan menjamin terwujudnya layanan yang bermutu. Oleh karena itu, untuk menjadi pustakawan harus ada persyaratn minimal yang dimiliki dan sesudah menjadi pustakawan harus berupaya meningkatkan kompetensi tersebut. Kompetensi pustakawan harus selalu ditingkatkan secara berkelanjutan.

Untuk mengatasi tantangan yang semakin berat dan kompleks, dalam mendukung terwujudnya perguruan tinggi bertaraf internasional, mau tidak mau pustakawan harus memiliki kompetensi profesional dan kompetensi pribadi. Dalam hal ini perlu diperhatikan adanya komponen peningkatan kompetensi antara lain:

(8)

b. Mempunyai kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan kepada pustakawan. c. Mengembangkan dan mengelola jasa informasi yang nyaman, mudah diakses dan

murah sesuai dengan arahan strategi organisasi.

d. Menggunakan teknologi informasi yang sesuai untuk mengadakan, mengorganisasikan dan mendiseminasikan informasi.

e. Meningkatkan jasa informasi secara berkelanjutan untuk menjawab tantangan dan perkembangan

Peran pustakawan selama ini membantu pengguna untuk mendapatkan informasi dengan bimbingan pemakai agar pencarian informasi dapat efisien, efektif, tepat sasaran, serta tepat waktu. Perkembangan teknologi informasi menuntut peran pustakawan lebih ditingkatkan sehingga dapat berfungsi sebagai mitra bagi para pencari informasi. Pustakawan dapat mengarahkan pencari informasi untuk mendapatkan informasi yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam banyak hal pustakawan memainkan berbagai peran (berperan ganda) yang antara lain sebagai berikut :

a. Edukator

Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik, pustakawan harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah mengembangkan kepribadian, mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan ketrampilan, olehj karena itu pustakawan harus memiliki kecakapan mengajar, melatih dan mengembangkan. Perbedaan antara guru atau pendidik adalah dalam sistem pemberian pelajaran atau informasi. Pustakawan umumnya menyediakan informasi melalui kegiatan penyediaan berbagai informasi, sedikit bicara tetapi banyak informasi. Sedangkan edukator benyak memberikan pelajaran atau informasi mealui lisan dan bersifat langsung.

b.Manajer

Pada hakekatnya pustakawan adalah “manajer informasi” yang mengelola informasi pada satu sisi dengan penggunaan informasi pada sisi lain. Kebutuhan informasi pengguna merupakan dasar pengelolaan informasi. Bila dikaitkan dengan

(9)

lembaga jasa lainnya, maka pustakawan memiliki kedudukan yang sama dengan manajer sebuah toko buku, restoran, hotel dan sebagainya.

Sebagai manajer harus mempunyai jiwa kepemimpinan, kemampuan dan menggerakkan serta mampu bertindak sebagai koordinator dan integrator dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Pustakawan dalam perannya sebagai manajer harus dapat mengoptimalkan semua sumber daya yang tersedia di perpustakaan, baik yang berupa sumber daya manusia, sumber daya informasi, dana, termasuk sarana dan prasarana. Untuk mendukung tercapainya visi, misi perpustakaan. Selain itu, pustakawan harus mampu menjembatani antara para generalis dan spesialis, serta para politisi dengan para profesional.

c. Administrator

Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program perpustakaan serta dapat melakukan analisis atas hasil yang telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Oleh Karena itu, seorang pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas di bidang organisasi, system dan prosedur kerja. Dengan pengetahuan itu diharapkan pustakawan memiliki kemampuan alam menafsirkan prosedur ke dalam kegiatan-kegiatan nyata, sehingga akan dapat meningkatkan kualitas kerja, berdaya guna, berhasil guna dan tepat guna.

d. Supervisor

Sebagai supervisor pustakawan harus; (a) Dapat melaksanakan pembinaan profesional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan; (b) Dapat meningkatkan prestasi, pengetahuan dan ketrampilan, baik rekan-rekan sejawat mapun masyarakat pengguna yang dilayani; (c) Mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; dan (d) Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala,

(10)

sehingga mampu meningkatkan kinerja unit organisasinya.

Penutup

Dengan mengembangkan kompetensi profesional dan kompetensi pribadi, pustakawan diharapkan mampu menjadi mitra sejati bagi para sivitas akademika (dosen, mahasiswa, peneliti) dalam mengembangkan karirnya menuju tingkat akademis yang lebih tinggi (tingkat doctoral), disamping itu, pustakawan juga harus proaktif menyediakan bahan pustaka yang diperlukan dalam penulisan artikel ilmiah maupuan penelitian. Untuk meraih perguruan tinggi bertaraf internasional tentunya harus ada kerjasama yang harmonis antara pemerintah dan institusi terkait, dalam hal ini pendanaan untuk mencapai standar internasional. Peningkatan SDM pengajar diharapkan juga mampu membuka peluang pengembangan program-studi pasca dari berbagai disiplin ilmu, sehingga minat masyarakat untuk meneruskan kuliah pasca sarjana semakin meningkat. Sarana dan prasarana pendidikan (termasuk perpustakaan), harus benar-benar diperhatikan dengan serius, karena hal ini juga menjadi modal dan daya tarik bagi calon mahasiswa (terutama untuk menarik minat mahasiswa asing). Kerjasama yang baik antara perguruan tinggi di dalam dan luar negeri juga harus terjalin dengan erat. Dengan adanya program pertukaran mahasiswa, membuka peluang dan kesempatan bertukar pengalaman, wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa. Program pertukaran mahasiswa dalam dan luar negeri, dapat meningkatkan statistik mahasiswa asing yang belajar di perguruan tinggi di dalam negeri. Satu hal yang patut diperhatikan dan menjadi dasar keberhasilan pembangunan adalah kesejahteraan. Kesejahteraan dari staf pengajar (dosen) dan staf penunjang (pustakawan) harus benar-benar ditingkatkan. Karena tidak dapat dipungkiri tingkat kesejahteraan menjadi salah satu faktor penetu dalam bekerja dan berkarya.

Dengan adanya keseimbangan unsur-unsur yang ada dalam organisasi tadi (profesionalisme SDM, sarana dan prasarana yang modern, pendanaan yang cukup disertai kesejahteraan yang memadai) dapat diyakini, perguruan tinggi bertaraf internasional akan tercapai. Peran pustakawan jika dibangun dan diasah dengan baik, maka akan dapat membantu mewujudkan perguruan tinggi bertaraf internasional. Sarana

(11)

dan prasarana pendidikan, seperti perpustakaan harus dibenahi dari segenap aspek. SDM perpustakaan/pustakawan dituntut memiliki pandangan jauh ke masa depan, namun tetap berpijak pada budaya lokal yang ada. Pustakawan harus mampu menjembantani peradaban di masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Tantangan pustakawan dapat digambarkan oleh Pustakawan dalam mengambil peran sebagai manajer informasi agar perguruan tinggi bertaraf internasional dapat tercapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1993.

Djokopranoto, R & Indrajit, Eko R. 2006. Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Yogyakarta: Andi.

Fahmi, Ismail. 2004. Inovasi Jaringan Perpustakaan Digital: Network of Networks NeONs2. Makalah Seminar dan Workshop Sehari Perpustakaan dan Informasi Universitas Muhammadiyah Malang 4 Oktober 2004.

Hs, Lasa. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. 2009. Hasibuan, Zainal A. 2005. Pengembangan Perpustakaan Digital: Studi Kasus Perpustakaan

Universitas Indonesia. Makalah Pelatihan Pengelola Perpustakaan Perguruan Tinggi. Cisarua – Bogor, 17-18 Mei 2005.

Indonesia. Perpustakaan Nasional. http://www.pnri.go.id/. Diakses tanggal 23 Maret 2006.

Indonesia. Perpustakaan Nasional. Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Perpustakaan Nasional RI. 2004.

Lien, Diao Ai. Peranan Perpustakaan dalam Meningkatkan Daya saing Perguruan Tinggi. Kerjasama Forum PPTI-Perpustakaan Nasional RI-Universitas Tarumanegara. 2002

Perpustakaan Nasional R I. Undang-undang Perpustakaan, 2007

S, Rachman Hermawan.Zen. Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. : Jakarta : Sagung Seto, 2006

Supriyanto, Peran Perpustakaan dalam Pemberdayaan Masyarakat Gemar Membaca, makalah disampaikan pada Muscab IPI Semarang dan Seminar Ilmiah di Semarang, 19 September 1996.

Susanto, A.B. COMPETENCY-BASED HRM. Bisnis Indonesia.

http://www.jakartaconsulting.com/extra_corner_archive12.shtml. diakses 3 April 2000

(13)
(14)

Referensi

Dokumen terkait

Persoalahan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dan penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual (yang

Penyelesaian bipartit dilakukan agar perselisihan dapat dilaksanakan secara kekeluargaan, yang diharapkan masing-masing pihak tidak merasa ada yang dikalahkan dan

Saat mendapatkan proyek ini, terlihat bahwa problem utama yang muncul dalam design thinking Budi Pradono bukan hanya sekedar bagaimana caranya untuk mendesain dan

Sesungguhnya keuntungan maupun kerugian dalam produk mudharabah telah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yakni keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan

Sarung tangan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia untuk kata bergerak [10][11] Dalam penelitian ini dikembangkan sistem pengenalan bahasa isyarat Indonesia berbasis sensor yang

berdiri di tengah-tengah kami dan menyampaikan lima kalimat : “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla itu tidak tidur dan tidak layak bagi -Nya untuk tidur, Dia merendahkan

Masalah kenakalan, merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, masalah ini semakin dirasakan dan meresahkan masyarakat, terutama dilingkungan keluarga.. a)

Ağaçların yeşilliğini görebilen insanlar, kendi açılarından hiçbir saldırganlık sergilemeden, en ufak bir saldırganlık sergilemeden ağaçların yeşilliğini