616.995 1 Ind m
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
616.995 1 Ind
m Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. DirektoratJenderal Bina Upaya Kesehatan
Modul pelatihan pemeriksaan mikroskopis
TB,--Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 20121 ISBN 978-602-235-145-0
1. Judul I. TUBERCULOSIS - DIAGNOSIS II. TUBERCULOSIS - LABORATORY MANUALS III. MICROSCOPY - LABORATORY MANUALS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Modul Pelatihan Pemeriksaan Mikroskopis TB ini dapat tersusun dengan baik.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 21 tahun 2001 yang mengatur tentang kurikulum dan modul buku ini disusun sebagai acuan pada penyelenggaraan pelatihan pemeriksaan mikroskopis TB sehingga proses pelatihan diharapkan berjalan secara sistematis, terarah dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Kelompok Kerja Laboratorium TB dan semua pihak yang telah bekerja sama untuk menyusun Modul Pelatihan Pemeriksaan Mikroskopis TB. Harapan kami semoga buku ini bermanfaat dalam penyelenggaraan pelatihan sehingga dapat meningkatkan keterampilan petugas laboratorium TB dan menghasilkan pemeriksaan yang bermutu.
Disadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang.
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Dr. Supriyantoro, SpP, MARS
MATERI INTI 2 PENGUMPULAN CONTOH UJI (SPESIMEN) DAHAK ... 28 A. DESKRIPSI SINGKAT ... 28 B. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 28 C. POKOK BAHASAN ... 28 D. BAHAN BELAJAR ... 29 E. URAIAN MATERI ... 29 F. REFERENSI... 33 G. LATIHAN ... 33
MATERI INTI 3 PENGGUNAAN DAN PERAWATAN MIKROSKOP ... 34
A. DESKRIPSI SINGKAT ... 34 B. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 34 C. POKOK BAHASAN ... 34 D. BAHAN BELAJAR ... 35 E. URAIAN MATERI ... 35 F. REFERENSI... 39 G. LATIHAN: ... 39
MATERI INTI 4 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TB ... 40
A. DESKRIPSI SINGKAT ... 40 B. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 40 C. POKOK BAHASAN ... 40 D. BAHAN BELAJAR ... 41 E. URAIAN MATERI ... 41 F. REFERENSI... 53 G. LATIHAN ... 53
MATERI INTI 5 PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM MIKROSKOPIS TB ... 54
A. DESKRIPSI SINGKAT ... 54 B. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 54 C. POKOK BAHASAN ... 55 D. BAHAN BELAJAR ... 55 E. URAIAN MATERI ... 55 F. REFERENSI... 63 G. LATIHAN ... 63
MATERI INTI 6 PENCATATAN KEGIATAN PEMERIKSAAN LAB TB ... 64
A. DESKRIPSI SINGKAT ... 64 B. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 64 C. POKOK-POKOK BAHASAN ... 64 D. BAHAN BELAJAR ... 64 E. URAIAN MATERI ... 64 F. REFERENSI... 65 G. LATIHAN ... 65
KATA SAMBUTAN
Laboratorium mikroskopis TB merupakan komponen utama dalam pengendalian penyakit TB. Laboratorium mikroskopis sebagai manifestasi dari komponen kedua strategi DOTS dapat berfungsi optimal apabila dilaksanakan oleh Sumber Daya Manusia yang terampil dan memiliki kompetensi standar.
Terdapat 5540 PRM, PPM dan RS yang melakukan pemeriksaan mikroskopis TB dari penjaringan suspek sampai pencatatan pelaporan dan 4149 PS yang melakukan penjaringan suspek sampai dengan fi ksasi sediaan dahak mikroskopis. Pelatihan pemeriksaan dahak mikroskopis TB perlu dilaksanakan secara berkesinambungan, baik dalam bentuk pelatihan awal maupun pelatihan ulang.
Modul Pelatihan Pemeriksaan Dahak Mikroskopis TB ini diperlukan sebagai bahan ajar peningkatan kapasitas petugas laboratorium dalam kemampuan teknis pemeriksaan dahak mikroskopis TB termasuk pemantapan mutu laboratorium dan pencatatan pelaporan. Diharapkan setelah mengikuti pelatihan, petugas dapat melaksanakan strategi DOTS kedua yaitu pemeriksaan dahak miroskopis TB sesuai dengan standar.
Akhirnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada tim penyusun dan narasumber serta pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul ini. Semoga bermanfaat bagi semua pihak terkait, terutama dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pemeriksaan mikroskopis TB.
Jakarta, Agustus 2012 Direktur Jenderal PP dan PL
Prof Dr. Tjandra Yoga Aditama NIP. 195509031980121001
TIM PENYUSUN
Dr. Sri Widyastuti Subdit BP Mikrobiologi dan Imunologi Dra. Siti Sumartini, M.Kes Subdit BP Mikrobiologi dan Imunologi Drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH Subdit TB, Dit P2ML
Prof. Agus Sjahrurrachman, Sp.MK Kelompok Kerja Laboratorium TB Dr. Harini Janiar, Sp.PK Kelompok Kerja Laboratorium TB Dr. Koesprijanti, Sp.PK Kelompok Kerja Laboratorium TB Drs. Isak Solihin, M.Kes Kelompok Kerja Laboratorium TB Dra. Ning Rintiswati, M.Kes Kelompok Kerja Laborato rium TB Dr. Irfan Ediyanto Subdit TB, Dit P2ML
Dr. Retno Kusuma Dewi Subdit TB, Dit P2ML
Dr. Wiwi Ambarwati Subdit BP Mikrobiologi dan Imunologi Agus Susanto, SKM, M.Kes Subdit BP Mikrobiologi dan Imunologi Roni Chandra, S.Si, M.Biomedi KNCV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
KATA SAMBUTAN ...iii
TIM PENYUSUN ... iv
DAFTAR ISI ... v
PENGANTAR PELATIHAN PEMERIKSAAN DAHAK MIKROSKOPIS TB... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 1
C. METODE DAN ALUR PEMBELAJARAN ... 2
D. ALUR PROSES PELATIHAN ... 2
E. PRAKTEK LABORATORIUM : ... 3
F. MATERI ... 4
G. SASARAN MODUL ... 4
H. JADWAL HARIAN ... 4
MATERI DASAR 1. KEBIJAKAN NASIONAL PROGRAM PENGENDALIAN TB DI INDONESIA ... 6 A. DESKRIPSI SINGKAT ... 6 B. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 6 C. POKOK BAHASAN ... 6 D. BAHAN BELAJAR ... 6 E. URAIAN MATERI ... 7 F. REFERENSI... 13 G. LATIHAN ... 13
MATERI DASAR 2 KEBIJAKAN LABORATORIUM DALAM MENDUKUNG PROGRAM TB ... 14 A. DESKRIPSI SINGKAT ... 14 B. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 14 C. POKOK BAHASAN ... 14 D. BAHAN BELAJAR ... 15 E. URAIAN MATERI ... 15 F. REFERENSI... 19 G. LATIHAN ... 19
MATERI INTI 1 PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI (K3 LAB) ... 20
A. DESKRIPSI SINGKAT ... 20
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 20
C. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN ... 20
D. BAHAN BELAJAR ... 20
E. URAIAN MATERI ... 21
F. REFERENSI... 27
6. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Mikroskopis TB
1 2 3
C Materi Penunjang
Membangun Komitmen Pembelajaran 0 1 1
JUMLAH 10 39 49
F. MATERI
Materi pelatihan merupakan sistematis praktis yang aplikatif untuk meningkatkan keterampilan petugas teknis mikroskopis TB di Fasyankes, meliputi:
1. Kebijakan Nasional Program Pengendalian TB di Inddonesia 2. Kebijakan Laboratorium Kesehatan dalam mendukung P2TB
3. Keamanan kerja di Laboratorium/Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 4. Pengumpulan contoh uji (spesimen) dahak
5. Penggunaan dan Perawatan Mikroskop 6. Pemeriksaan Mikroskopis TB
7. Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopis TB
8. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Mikroskopis TB
Masing-masing materi terdiri dari sub bahasan dan sub-sub bahasan yang diuraikan secara rinci pada Topik Materi.
G. SASARAN MODUL
Modul ini disusun untuk pelatihan tenaga teknis laboratorium di Fasyankes guna meningkatkan keterampilan pemeriksaan mikroskopis TB. Materi dalam modul ini dipergunakan secara utuh pada “Initial training” tenaga teknis laboratorium mikroskopis TB di Fasyankes dengan bobot sesuai kurikulum yang telah diakreditasi Pusat Diklat SDM Kesehatan Badan PPSDM Kemenkes RI. Sedangkan pada pelatihan penyegaran (refreshing training) secara prinsip sama, hanya memberikan penekanan pada sub bahasan tertentu atau sesuai permasalahan yang ditemukan di laboratorium.
H. JADWAL HARIAN
Pelatihan teknis laboratorium mikroskopis TB ini akan diselenggarakan selama 5 (lima) hari efektif atau 7 (tujuh) hari termasuk hari kedatangan dan kepulangan. Secara rinci kegiatan pelatihan disusun dalam Jadwal Pelatihan Mikroskopis TB di bawah ini.
PENGANTAR
PELATIHAN PEMERIKSAAN DAHAK MIKROSKOPIS TB
A. LATAR BELAKANG
Laboratorium Mikroskopis merupakan penunjang utama untuk tata laksana pasien Tuberkulosis. Ketersediaan perangkat laboratorium mikroskopis tidak dapat dipisahkan dalam memberikan pelayanan tata laksana pasien TB selain obat anti tuberkulosis (OAT).
Laboratorium Mikroskopis sebagai manisfestasi dari komponen kedua dari strategi DOTS akan berperan dan berfungsi maksimal apabila dilaksanakan oleh sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan mempunyai kompetensi yang standar. Semua institusi fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan pemeriksaan mikroskopis harus dikelola dan dilaksanakan oleh SDM yang terlatih dan terakreditasi.
Secara nasional, hampir semua tenaga laboratorium di Fasyankes pelaksana DOTS telah terlatih pemeriksaan mikoroskopis TB, tetapi dengan adanya mutasi dan pengembangan/ pemekaran daerah yang diikuti oleh penambahan Fasyankes, dan kemajuan di bidang teknis Pengendalian TB, maka diperlukan pelatihan secara berkesinambungan, baik untuk pelatihan awal (initial) maupun pelatihan ulang (refreshing)
Sebagai upaya pemenuhan tenaga teknis laboratorium yang terampil sesuai kebutuhan program, diperlukan pelatihan dengan kurikulum yang terakreditasi serta dilengkapi dengan materi pembelajaran yang konsisten dan sistematis. Pelatihan Pemeriksaan Mikroskopis TB ini adalah untuk petugas teknis laboratorium Fasyankes dengan fi losofi peningkatan ketrampilan teknis.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah menyelesaikan materi ini, peserta latih mampu melakukan kegiatan pemeriksaan mikroskopis TB di Fasyankes secara benar.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):
Setelah menyelesaikan materi ini, peserta mampu melakukan:
1.
Kebijakan Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis2.
Kebijakan Laboratorium dalam mendukung Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis3.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi4.
Pengumpulan contoh uji (spesimen) dahak5.
Penggunaan dan Pemeliharaan Mikroskop6.
Pemeriksaan Mikroskopis TB7.
Pemantapan Mutu Pemeriksaan Mikroskopis TB8.
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan Mikroskopis TBC. METODE DAN ALUR PEMBELAJARAN
Metode pelatihan ini menerapkan pendekatan pembelajaran orang dewasa atau andragogy dengan menggunakan sistem modul dan berbagai bahan yang memungkinkan partisipasi aktif para peserta seperti kegiatan diskusi, demonstrasi, simulasi/role play, penugasan, praktek lapangan, diskusi panel dan tugas mandiri. Pembahasan “teori” materi modul dengan praktek dilaksanakan secara berseri, sesuai dengan tahapannya. Antara materi yang satu dengan lainnya, adalah satu kesatuan yang utuh dan dibahas atau dipraktekan secara berurutan.
Untuk efi siensi dan efektifi tas pelatihan, penyelenggaraan rangkaian kegiatan pelatihan dilaksanakan di BBLK/ BLK. Apabila BBLK/ BLK tidak mempunyai fasiltas kegiatan kelas, maka diupayakan tempatnya berdekatan dengan BBLK/ BLK. Hal ini untuk mengoptimalkan waktu antara teori dengan praktek
D. Alur Proses Pelatihan Digambarkan sebagai Berikut :
E. PRAKTEK LABORATORIUM :
Dalam mengikuti proses pelatihan ini peserta latih, selain membahas materi dalam kelas, akan melaksanakan praktek langsung rangkaian pemeriksaan mikroskopis dahak di laboratorium. Selama praktek laboratorium, peserta akan dibagi dalam kelompok, sesuai dengan jumlah instruktur dan fasilitas yang tersedia. Rangkaian kegiatan praktek antara lain:
1. Pengantar dari Instruktur 2. Praktek Mikroskopis TB:
a) Demo sesuai bahan dan sarana latih
b) Pengenalan dan Perawatan Sarana dan bahan Laboratorium TB. c) Pembuatan Sedian
d) Pembacaan Sediaan
e) Pencatatan dan Pelaporan hasil pemeriksaan. 3. Penilaian :
a) Pre dan post test b) Evaluasi kinerja harian
Dalam penjadwalan dan alokasi waktu proporsi antara latihan dan praktek dengan teori kelas atau kelompok antara 81 % (praktek/latihan ) berbanding 19 % (teori) yang dirinci sbb:
No MATERI Waktu JPL
T P Jumlah
A Materi Dasar
1. Kebijakan Program Nasional Pengendalian TB 1 0 1
2. Kebijakan Lab dalam mendukung P2TB 1 0 1
B Materi Inti
1. Pencegahan & Pengendalian Infeksi (PPI) 1 0 1
2. Pengumpulan contoh uji (specimen) Dahak 1 1 2
3. Penggunaan & Perawatan Mikroskop 1 2 3
4. Pemeriksaan Mikroskopis TB 2 0 2
4.1. Pembuatan Sediaan 0 15 15
4.2. Pembacaan Sediaan 0 13 13
5. Pemantapan Mutu Laboratorium TB
5.1. Pemantapan Mutu Internal 1 3 4
5.2. Pemantapan Mutu Eksternal dan Peningkatan Mutu Laboratorium Mikroskopis TB
2. Visi, Misi Dan Tujuan Program Nasional Pengendalian TB a. Visi: Masyarakat Bebas Masalah TB, Sehat Dan Mandiri b. Misi:
1)
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani dalam pengendalian TB.2)
Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.3)
Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya pengendalian TB.4)
Menciptakan tata kelola program TB yang baik. c. Tujuan:Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
d. Strategi Kebijakan Nasional Pengendalian TB 1) Meningkatkan ekspansi DOTS yang berkualitas
2) Menangani TB/HIV, MDR-TB, TB anak, kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok populasi rentan lainnya
3) Melibatkan semua penyedia layanan dalam pelaksanaan ISTC 4) Memberdayakan pasien TB dan masyarakat
5) Memperkuat sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB
6) Meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah
7) Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis
3. Kebijakan Nasional Pengendalian TB
Kebijakan nasional pengendalian TB di Indonesia menggunakan strategi DOTS sesuai dengan rekomendasi WHO. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien dengan prioritas kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan demikian menurunkan insidensi TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB.
MATERI DASAR 1.
KEBIJAKAN NASIONAL PROGRAM PENGENDALIAN TB DI INDONESIA
A. DESKRIPSI SINGKAT
Penanggulangan TB di Indonesia menggunakan strategi DOTS sejak tahun 1995 yang bertujuan memutuskan penularan TB dan menurunkan insidensi TB di masyarakat. Saat ini Indonesia berada pada peringkat 5 negara dengan beban terbanyak penderita TB di dunia. Saat ini peran laboratorium bukan lagi menjadi penunjang diagnosis tetapi adalah sebagai penentu diagnosis TB. Dengan hasil pemeriksaan mikroskopis TB dapat ditentukan klasifi kasi dan tipe penyakit TB serta untuk menilai kemajuan dan hasil pengobatan pasien TB.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah membaca materi ini diharapkan peserta dapat memahami kebijakan nasional program pengendalian TB di Indonesia.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah membaca materi ini diharapkan peserta dapat memahami:
1.
Visi, misi dan tujuan Program Nasional Pengendalian TB2.
Perjalanan alamiah penyakit TB3.
Pemeriksaan dahak mikroskopis dan fungsinyaC. POKOK BAHASAN
1.
Situasi TB di Indonesia2.
Visi, misi dan tujuan Program Nasional Pengendalian TB3.
Perjalanan alamiah penyakit TB4.
Pemeriksaan dahak mikroskopis dan fungsinyaD. BAHAN BELAJAR
Pedoman Nasional Pengendalian TB
Strategi Nasional Pengendalian TB 2011-2014
E. URAIAN MATERI
1. Situasi TB di Indonesia
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh M. tuberculosis. Seluruh dunia pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB. Di negara-negara berkembang kematian TB merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia terjadi pada negara-negara berkembang. Kematian wanita karena TB lebih banyak daripada kematian wanita karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Situasi TB di dunia semakin memburuk, sebagian besar negara di dunia yang dikategorikan sebagai high burden countries, jumlah kasus TB semakin tidak terkendali dengan banyaknya pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan. Mensikapi hal tersebut, pada tahun 1993 WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).
Indonesia berada pada peringkat 5 negara dengan beban TB terbanyak di dunia dengan insidensi 429.000 per tahun setelah sebelumnya berada pada peringkat 3 dengan insidensi 528.000 per tahun (Global Report WHO 2009). Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Seorang pasien TB dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya berupa stigma sosial, bahkan mungkin dikucilkan oleh masyarakat.
Penatalaksanaan pasien TB di Indonesia masih belum seragam dan masih banyak pasien TB yang belum tercatat dan terlaporkan. Hal ini menyebabkan risiko terjadinya kekebalan terhadap OAT dengan meningkatnya kasus MDR (Multi Drug Resistance) dan XDR (Extremely Drug Resistance).
Penjaminan Kualitas Pemeriksaan Laboratorium
Penjaminan kualitas pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemantapan mutu internal, pemantapan mutu eksternal dan peningkatan mutu.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Dahak Mikroskopis TB Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan dahak mikroskopis TB adalah faktor di dalam laboratorium (pembuatan sediaan, pembacaan sediaan, pencatatan dan pelaporan) dan faktor di luar laboratorium (pasien, petugas kesehatan, pengambilan sampel, pengadaan logistik, pengelola program) seperti tampak pada bagan di bawah ini.
Pengambilan Sampel Petugas Kesehatan Pengadaan Pembuatan Sediaan Pembacaan Sediaan Pencatatan & Pelaporan Pengelola Program Pasien
Pembuatan Sediaan Jelek Pengecatan Jelek
Dampak Lab yang “Jelek”
Pembacaan tak cukup Salah baca
Positif palsu Negatif palsu Tanpa jaminan mutu
Data insiden TB salah Prioritas tidak tepat
Pendanaan tidak cukup Stok obat tidak cukup
Kebutuhan lab tidak cukup Salah diagnosis Ketidak-percayaan thd lab Pilih Rontgen Sakit berlanjut Kehilangan penghasilan Terus menularkan Meninggal Pengobaatan salah
Luar Lab Dalam Lab
Kualitas sampel tidak adequat
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci:
a.
Komitmen politis;b.
Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya;c.
Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tata laksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan;d.
Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu;e.
Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Perjalanan alamiah penyakit TBSumber penularan TB adalah pasien TB BTA positif yang pada waktu batuk atau bersin mengeluarkan percikan dahak ( droplet nuklei). Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan
kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dahak dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Selain itu faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/ AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
Pada pasien TB yang tidak diobati, setelah 5 tahun maka: - 50% meninggal
- 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi - 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular.
Dengan pengobatan TB yang benar dengan strategi DOTS maka lebih dari 95% akan sembuh, sedangkan apabila pasien diobati tanpa DOTS maka risiko terjadinya MDR akan semakin besar.
4. Peran Laboratorium dalam Program Nasional Pengendalian TB Peran laboratorium dalam program nasional pengendalain TB adalah :
a.
Menegakkan diagnosis dan menentukan klasifi kasi/ tipe penyakit TBb.
Menilai kemajuan dan hasil pengobatanc.
Penjaminan kualitas pemeriksaan laboratorium dilaksanakan melalui kegiatan pemantapan mutuPenegakan Diagnosis TB.
Untuk penegakan diagnosis dilakukan 3 kali pemeriksaan dahak SPS Menilai Kemajuan dan Hasil Pengobatan
Untuk menilai kemajuan dan hasil pengobatan pasien TB dilakukan pemeriksaan pada:
a.
Akhir fase intensifb.
Pada bulan ke 5 pengobatanc.
Akhir pengobatand.
Akhir fase sisipan pada pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya masih positif di akhir fase intensif.Pemeriksaan laboratorium dalam pengelolaan pasien tuberkulosis
SISIPAN (neg) FASE INTENSIF (2 bulan) FASE LANJUTAN (4 bulan) SEMBUH T/ LENGKAP GAGAL DEFAULT MENINGGAL
+
SPS PS PS PS+ neg neg neg
+ neg o neg
+ + neg neg
SEMBUH
3. Tantangan-Tantangan Utama dalam Implementasi Laboratorium TB di Indonesia
Tantangan-tantangan utama dalam kegiatan laboratorium TB di Indonesia didasarkan pada kebutuhan masyarakat akan pelayanan laboratorium TB yang berkualitas yaitu:
a. Pelayanan laboratorium TB untuk daerah terpencil, kepulauan, daerah tertinggal dan perbatasan.
a.
Pemantapan mutu laboratorium melalui sistem jejaring laboratorium TB belum berfungsi optimal baik mikroskopis maupun biakan dan Uji kepekaan. a. Pelatihan teknis laboratorium secara berkesinambungan dengan Trainingneed assessment yang baik agar pelatihan tepat sasaran.
b. Kasus HIV yang meningkat dimana infeksi penyerta yang paling banyak adalah TB. Pada seseorang yang terinfeksi TB, maka ko-infeksi dengan HIV akan meningkatkan resiko progresivitas menjadi TB aktif.
c. Pelayanan laboratorium TB yang dibutuhkan untuk mendukung penanganan kasus TB MDR dan XDR. Diperlukan terobosan untuk percepatan pengembangan. pelayanan biakan dan uji kepekaan terutama di luar Jawa.
4. Jejaring Laboratorium TB dan Pemantapan Mutu
Pemeriksaan laboratorium TB dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota, provinsi, maupun nasional. kemampuan pemeriksaan di setiap jenjang laboratorium berbeda sehingga diperlukan suatu sistem jejaring laboratorium TB untuk melaksanakan rujukan pemeriksaan dan pemantapan mutu.
Kegiatan pemantapan mutu eksternal yang dilaksanakan dengan cara uji silang secara buta (blinded re-checking), supervisi (on site evaluation) dan uji profi siensi
(panel testing).
Unit yang terkait dengan PME mikroskopis TB adalah fasyankes diagnostik mikroskopis TB, laboratorium rujukan uji silang, laboratorium rujukan propinsi, Laboratorium Rujukan Nasional, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, Subdit Mikrobiologi & Imunologi (Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan) dan Subdit Tuberkulosis (Dit. PPML).
Pengambilan Sampel Petugas Kesehatan Pengadaan Pembuatan Sediaan Pembacaan Sediaan Pencatatan & Pelaporan Pengelola Program Pasien
Pembuatan Sediaan Baik Pengecatan Baik
Dampak Lab yang “berkualitas”
Pembacaan cukup Pembacaan benar
Hasil yang akurat Ada jaminan mutu
Data insiden TB benar Prioritas tepat
Pendanaan cukup Stok obat cukup
Kebutuhan lab cukup Rontgen atas indikasi Diagnosis benar Percaya thd lab Sembuh/ sehat Tetap bekerja Tidak menular Pengobaatan tepat
Luar Lab Dalam Lab
F. REFERENSI
Pedoman Nasional Pengendalian TB
G. LATIHAN
1. Apa Visi, Misi Dan Tujuan Program Nasional Pengendalian TB?
2. Apa saja Peran Laboratorium Dalam Program Nasional Pengendalian TB? 3. Apa yang akan terjadi bila pemeriksaan laboratorium tidak baik?
MATERI DASAR 2
KEBIJAKAN LABORATORIUM DALAM MENDUKUNG PROGRAM TB
A. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam mendukung program TB diperlukan laboratorium yang kinerjanya dipantau melalui pemantapan mutu, sehingga hasil pemeriksaan laboratorium terpercaya. Untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium TB diperlukan penguatan jejaring yang dilaksanakan melalui penerapan regulasi, standar, pedoman; fasilitasi; peningkatan koordinasi antara pusat dan daerah; peningkatan sumber daya dan kerjasama organisasi profesi laboratorium dan mitra kerja.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan materi ini peserta latih mampu memahami Kebijakan Laboratorium dalam mendukung program TB Nasional
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelsaikan materi ini, peserta latih mampu menjelaskan:
1.
Situasi laboratorium TB di Indonesia2.
Peran Laboratorium dalam mendukung program TB3.
Jejaring Laboratorium TB dan Pemantapan Mutu laboratorium4.
Tantangan-Tantangan Utama Dalam Implementasi Laboratorium TB Di Indonesia5.
Indikator dan Target6.
Rumusan StrategiC. POKOK BAHASAN
1.
Situasi laboratorium TB di Indonesia2.
Peran Laboratorium dalam mendukung program TB3.
Jejaring Laboratorium TB dan Pemantapan Mutu laboratorium4.
Tantangan-Tantangan Utama Dalam Implementasi Laboratorium TB Di Indonesia5.
Indikator dan Target6.
Rumusan StrategiD. BAHAN BELAJAR
1. Rencana kerja Laboratorium TB
2. Standar Pelayanan Laboratorium Tuberkulosis
E. URAIAN MATERI
1. Situasi Laboratorium TB di Indonesia
a.
Kebijakan, pedoman, standar, kriteria bidang teknis & manajemen laboratorium belum dilaksanakan optimalb.
Jejaring pelayanan laboratorium belum berjalan optimal 1) Sumber daya laboratorium yang belum sesuai standar 2) Geografi s Indonesia yang luas dan bervariasi3) Adanya kebijakan otonomi daerah
c.
Koordinasi lintas program dengan laboratorium di tingkat pusat, provinsi & kab/kota belum optimal2. Peran Laboratorium Dalam Mendukung Program TB
Dalam program penanggulangan TB, pemeriksaan mikroskopis dahak merupakan komponen kunci untuk menegakkan diagnosis serta evaluasi dan tindak lanjut pengobatan pemeriksaan 3 spesimen (SPS) dahak secara mikroskopis nilainya identik dengan pemeriksaan dahak secara biakan. Diagnosis TB melalui pemeriksaan biakan dahak merupakan metode baku emas (gold standard) namun memerlukan waktu relatif lama dan mahal. Pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan pemeriksaan yang paling efi sien, mudah, murah, bersifat spesifi k dan dapat dilaksanakan di semua unit laboratorium yang kinerjanya harus dipantau melalui sistem pemantapan mutu laboratorium.
Operasionalisasi Kegiatan Laboratorium TB a. Penemuan kasus
b. Monitoring pengelolaan kasus
c. Pengembangan jejaring dan pemantapan mutu d. Pencatatan dan pelaporan
MATERI INTI 1
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI (K3 LAB)
A. DESKRIPSI SINGKAT
Pemeriksaan laboratorium merupakan pekerjaan dengan risiko infeksi karena berhubungan dengan bahan-bahan yang infeksius. Untuk mencegah risiko ini diperlukan pengetahuan dan praktek laboratorium yang baik, selain itu harus tersedia sarana dan prasarana yang menunjang.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu memahami dan terampil melakukan pengendalian penyakit infeksi pada waktu melakukan pemeriksaan laboratorium mikroskopis TB.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta latih mampu :
1. Memahami risiko yang timbul jika bekerja dalam kondisi yang tidak aman 2. Memahami peran dan fungsi setiap petugas dalam melakukan pengendalian
penyakit infeksi
3. Melakukan pengendalian penyakit infeksi sesuai standar.
C. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN
1.
Sarana dan tata ruang laboratorium2.
Peralatan dan fasilitas laboratorium3.
Pengelolaan limbah4.
Praktek PPI5.
Kesiapan kedaruratan6.
Prosedur tetapD. BAHAN BELAJAR
1. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasyankes lainnya, Yanmed tahun 2006, Depkes RI & Perdalin
2. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis di Puskesmas tahun 2010, Dit. Bina Upaya Kesehatan Dasar.
Jejaring laboratorium TB sebagai tertera dibawah ini:
Saat ini terdapat 3 laboratorium rujukan nasional yaitu:
a. BBLK Surabaya sebagai Lab Rujukan Nasional untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan Tuberkulosis fenotipik
b. BLK Provinsi Jawa Barat sebagai Lab Rujukan Nasional untuk pemeriksaan mikroskopis Tuberkulosis
c. Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia un-tuk penelitian operasional Tuberkulosis, pemeriksaan molekuler, serologi dan Mycobacterium Other Than Tuberculosis (MOTT)
5. Indikator dan Target
Indikator dan Target Laboratorium Tuberkulosis yang akan dicapai pada 2014 adalah sebagai berikut :
Indikator Target 2014
Proporsi jumlah laboratorium rujukan uji silang mikroskopis provinsi berfungsi sesuai pedoman
100% Proporsi jumlah laboratorium mikroskopis di sarana kesehatan yang memiliki petugas terlatih
80% Kualitas kinerja laboratorium mikroskopis TB
a. Tingkat kesalahan b. Cakupan uji silang
c. Kualitas sediaan untuk uji silang harus baik d. Rutinitas melakukan uji silang sesuai pedoman
Tidak melampaui pedoman 90%
90%
Per triwulan Jumlah Laboratorium Rujukan TB Propinsi
mampu melakukan pemeriksaan biakan M tuberculosis sesuai standar*
46
Jumlah Laboratorium Rujukan TB Propinsi mampu melakukan pemeriksaan biakan & Uji kepekaan*
17
Jumlah Laboratorium Rujukan TB Provinsi siap mendukung survei Uji kepekaan di 4 provinsi*
17 Proporsi jumlah Laboratorium biakan dan Uji kepekaan TB telah menjalankan Biosafety sesuai standar
100%
Proporsi BBLK/BLK tersertifi kasi untuk pemeriksaan laboratorium mikroskopis TB
100% Jumlah fasilitas Laboratorium Rujukan Provinsi tersertifi kasi dalam pemeriksaan biakan dan Uji kepekaan oleh Laboratorium Rujukan Nasional
8
Terbentuknya laboratorium rujukan TB nasional dan regional
3 lab nasional 8 lab regional
Pencatatan dan pelaporan laboratorium TB secara elektronik terintegrasi dalam program TB
TB 12 elektronik Melakukan validasi metode baru untuk
pemeriksaan laboratorium TB
Rapid culture/DST method , Uji molekuler
6. Rumusan Strategi a. Kebijakan
1) Upaya penguatan jejaring laboratorium TB dilaksanakan melalui kerjasama lintas sektor dan program di pusat dan daerah, sesuai tugas pokok dan fungsi institusi dengan melibatkan ahli laboratorium.
2) Upaya peningkatan SDM teknis laboratorium TB di semua fasyankes pemerintah maupun swasta melalui pendidikan dan pelatihan, kalakarya, supervisi dengan melibatkan berbagai institusi di dalam dan luar negeri. 3) Pemantapan mutu laboratorium TB dilaksanakan secara berjenjang dan
difasilitasi oleh peran pusat dan daerah serta sektor terkait. Pemantapan mutu eksternal laboratorium mikroskopis dilaksanakan dengan metode LQAS.
b. Strategi
1) Penjaminan mutu pelayanan laboratorium TB
2) Implementasi sistem jejaring laboratorium biakan dan Uji kepekaan M.Tb 3) Penguatan jejaring laboratorium TB
4) Menjamin pelaksanaan pemeriksaan laboratorium TB yang aman
5) Validasi dan penapisan metode baru pemeriksaan laboratorium TB dilaksanakan di laboratorium rujukan riset dan hasilnya dilaporkan melalui Pokja lab TB dan Komli sebelum diputuskan sebagai metode yang dapat digunakan di Indonesia
F. REFERENSI
Rencana kerja Lab TB
Pedoman Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopis TB
G. LATIHAN
1. Apa yang menjadi tantangan utama dalam implementasi laboratorium TB di indonesia?
2. Bagaimana rumusan kebijakan laboratorium dalam mendukung program TB? 3. Apa saja kegiatan operasional laboratorium TB?
Tersedia wadah sampah untuk :
a.
Limbah infeksius : padat, cair dan tajam.b.
Limbah non infeksius yang dapat didaur ulangc.
Limbah non infeksius yang tidak dapat didaur ulangd.
Masing-masing memiliki tanda/ warna yang berbeda.Limbah infeksius harus di-desinfeksi dengan cara merendam dengan larutan disinfektan selama semalam (12 jam) sebelum dilakukan pemusnahan atau diangkut ke tempat lain untuk pengolahan limbah selanjutnya. Apabila pengolahan limbah laboratorium dilakukan pihak lain harus ada jadwal pengangkutan sedemikian rupa supaya tidak terjadi timbunan limbah.
Pemusnahan dapat dilakukan dengan cara :
a.
Pembakaran, untuk mengurangi volume limbah.b.
Penimbunan/ dikuburc.
Limbah infeksius harus dikumpulkan pada tempat terpisah dalam wadah kuat tidak mudah bocor.1)
Limbah non infeksius harus dikumpulkan pada tempat terpisah dalam wadah kuat tidak mudah bocor.2)
Limbah padat dan limbah cair dipisahkan3)
Wadah untuk limbah tajam harus kuat terhadap tusukan Proses dekontaminasi limbah sebelum dibuang atau dicuciE. URAIAN MATERI
1. Sarana dan Tata Ruang Laboratorium TB:
a.
Sarana :Laboratorium mikroskopis TB minimal terdiri dari : 1) Ruang pendaftaran/ ruang tunggu.
Ruang ini harus memiliki ventilasi yang cukup melalui pengaturan sirkulasi udara yang baik.
2) Lokasi pengumpulan dahak
Lokasi harus memiliki ventilasi yang baik dan terkena paparan sinar matahari langsung untuk menghindari infeksi. Sebaiknya tidak berada di dekat kumpulan orang banyak, agar memberikan rasa nyaman kepada pasien untuk berdahak dengan bebas. Prosedur tetap pengumpulan dahak harus dipasang di lokasi pengumpulan dahak agar pasien dapat membacanya terlebih dahulu.
Harus tersedia sarana cuci tangan : air mengalir dan sabun cair agar pasien mencuci tangannya setelah pengumpulan dahak.
3) Ruang kerja laboratorium
Akses ke ruang ini hanya terbatas untuk petugas laboratorium, pintu harus selalu tertutup untuk mencegah turbulensi udara yang dapat mencemari lingkungan. Pencahayaan harus cukup terang baik bersumber dari sinar matahari maupun aliran listrik.
Letak meja kerja harus dipertimbangkan agar aliran udara tidak mengarah kepada petugas. Sebaiknya udara mengalir dari arah belakang petugas laboratorium.
4) Ruang administrasi
Dalam keadaan keterbatasan ruang, ruangan administrasi dapat bersatu dengan ruang kerja laboratoium tetapi harus memiliki meja terpisah.
b.
Tata Ruang laboratorium mikroskopis TB :
a) Ruang laboratorium harus terbuat dari bahan-bahan yang mudah dibersihkan:
i.
Pertemuan dua dinding dibuat melengkung, tidak siku-siku.ii.
Permukaan lantai, dinding dan meja kerja harus rata.iii.
Terdapat cukup ruang antara alat dan meja kerja.b) Alat-alat laboratorium harus terbuat dari bahan yang kuat tidak menyerap air, tahan terhadap zat kimia dan tidak mudah terbakar.
c) Fasilitas pengelolaan limbah.
i.
Wadah limbah infeksiusii.
Wadah limbah non infeksius yang tidak dapat didaur ulangiii.
Wadah limbah non infeksius yang dapat didaur ulangiv.
Otoklaf yang mampu mencapai pemanasan sampai suhu 1210Cv.
Incenerator/ kerjasama dengan pihak lain untuk insenerasi.d) Harus tersedia bak cuci tangan dan bak cuci alat di ruang laboratorium dengan air mengalir langsung (tidak ditampung).
Bak cuci tangan terletak di dekat pintu, kran sebaiknya dibuka dengan siku atau pijakan kaki, agar tidak terjadi kontaminasi pada bukaan kran.
Sabun pencuci tangan harus dalam bentuk cair dan mengandung desinfektan. Petugas harus sesering mungkin mencuci tangan setiap kali setelah kontak dengan bahan infeksius, tindakan ini jauh lebih bermanfaat daripada menggunakan sarung tangan yang dipakai berulang kali karena ketersediaan yang terbatas.
Bak cuci alat harus berukuran panjang 50-60 cm, lebar 40-50 cm, tinggi minimal 60 cm untuk menghindari percikan keluar.
2. Peralatan dan Fasilitas PPI di Laboratorium Mikroskopik TB
a.
Baju laboratorium.Terbuat dari bahan yang mudah dicuci dan kuat, tertutup di bagian depan dengan panjang melewati lutut, lengan sepanjang pergelangan tangan dengan ujung berkaret. Baju ini wajib dipakai pada saat bekerja dan ditanggalkan apabila petugas meninggalkan ruang kerja laboratorium. Pencucian baju laboratorium dilakukan di tempat kerja dengan terlebih dahulu didekontaminasi. Baju kerja yang kotor tidak boleh dibawa pulang.
b.
Wadah penampung alat bekas pakai ( lidi, pot dahak dan alat tercemar lain) harus cukup kuat, tidak mudah bocor dan tertutup. Sebaiknya wadah diberi alas plastik sehingga mudah dipindahkan. Larutan desinfektan dalam wadah harus cukup untuk merendam limbah.c.
Otoklaf (kalau tersedia) harus diletakkan di dalam ruang kerja laboratorium sehingga memastikan seluruh bahan yang terkontaminasi tidak lagi infeksius ketika keluar dari ruang kerja laboratoium.d.
Bahan habis pakai1) Sabun cair yang mengandung desinfektan untuk cuci tangan 2) Towell Tissue/ Lap untuk mengeringkan tangan setelah cuci tangan. 3) Larutan desinfektan : Lysol, larutan hypoclorite 1-5 %,
3. Pengelolaan Limbah
Pada prinsipnya semua peralatan dan limbah laboratorium harus sudah “aman”, tidak lagi infeksius, saat keluar dari ruang laboratorium atau saat pekerjaan pemeriksaan selesai.
MATERI INTI 2
PENGUMPULAN CONTOH UJI (SPESIMEN) DAHAK
A. DESKRIPSI SINGKAT
Diagnosis TB melalui pemeriksaan biakan dahak merupakan metode baku emas (gold standar). Namun, pemeriksaan biakan memerlukan waktu lebih lama (paling cepat sekitar 6 minggu).
Harus dikerjakan di laboratorium dengan peralatan khusus. Pemeriksaan 3 spesimen (SPS) dahak secara mikroskopis nilainya identik dengan pemeriksaan dahak secara biakan. Pemeriksaan dahak mikroskopis efi sen, mudah, murah, bersifat spesifi k, sensitif dan dapat dilaksanakan di semua unit laboratorium fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) yang memiliki mikroskop dan tenaga mikroskopis TB terlatih. Pengumpulan contoh uji lain seperti : cairan serebrospinal, cairan asites, bilasan lambung, aspirasi jarum halus, cairan pleura dilakukan dengan teknis khusus oleh tenaga medis.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan sesi ini peserta latih mampu melaksanakan pengumpulan dahak yang berkualitas
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan mampu:
1.
Melaksanakan persiapan pengumpulan dahak2.
Menjelaskan cara mengeluarkan dahak3.
Mengajarkan cara berdahak kepada pasien4.
Melaksanakan pengumpulan dahak yang berkualitas5.
Menilai kualitas dahak6.
Menulis kode spesimen dan sediaan dahak mikroskopis sesuai pedoman.7.
Melengkapi form permohonan pemeriksaan lab TB (Form TB 05)C. POKOK BAHASAN
1. Persiapan Pengumpulan contoh uji dahak. 2. Cara pengeluaran dahak yang baik
Direbus sampai mendidih 10 menit
Dibakar sampai hangus
Kedalam wadah yang dialasi kantong plastik dituangkan larutan desinfektan dengan jumlah yang cukup untuk merendam wadah/ alat bekas pakai. Tutup wadah/ pot dahak dilonggarkan ketika akan dimasukkan ke dalam wadah penampung limbah. Membuka tutup wadah/ pot dahak berbahaya karena dapat menimbulkan aerosol.
Biarkan limbah direndam dalam wadah yang tertutup selama 12 jam sebagai tindakan pra sterilisasi ; untuk membebaskan kuman dari perlekatan dengan zat-zat organik di sekitarnya ( sputum mukopurulen, pus dan lain-lain).
Direndam dalam desinfektan selama 12 jam
Setelah direndam dalam larutan desinfektan selama 12 jam limbah dapat dimusnahkan dengan cara pemanasan : direbus atau dibakar
Limbah non infeksius yang dapat didaur ulang dan yang tidak dapat didaur ulang dikumpulkan untuk selanjutnya secara berkala dikelola oleh pihak ketiga untuk diproses.
4. Perilaku Petugas/ Praktek PPI Laboratorium
a.
Harus dilakukan :1) Memakai jas laboratorium pada saat bekerja di ruang kerja laboratorium. 2) Melakukan dekontaminasi meja kerja setiap selesai bekerja.
3) Melakukan pembersihan lantai ruangan dengan larutan desinfektan setiap selesai bekerja.
4) Memilah dan mengumpulkan limbah infeksius dan non infeksius
5) Cuci tangan setiap selesai bekerja dengan sabun cair mengandung desinfektan.
6) Bekerja di tentangan aliran udara.
b.
Jangan dilakukan1) Makan, minum dan merokok di dalam ruang kerja laboratorium
2) Membuka pot sputum atau memanaskan sengkelit sebelum merendamnya dalam larutan pasir alkohol karena akan menimbulkan aerosol.
3) Memasukkan benda-benda ke dalam mulut : pensil, pena, memasang lipstick.
4) Membiarkan pintu ruang kerja terbuka.
5) Memipet dengan cara menghisap pipet dengan mulut. 6) Menggunakan pot dahak secara berulang
7) Bekerja dengan memakai sarung tangan yang dipakai berulang kali. 8) Berdiri di depan pasien yang sedang berdahak.
5. Kesiapan Kedaruratan 1) Obat P3K
2) Alat pemadam kebakaran
6. Prosedur Tetap
1) Mencuci tangan secara higienis 2) Pengelolaan limbah infeksius 3) Pengelolaan limbah non infeksius
4) Dekontaminasi meja kerja dan ruang kerja
F. REFERENSI
1.
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasyankes lainnya, Yanmed tahun 2006, Depkes RI & Perdalin2.
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberculosis di Puskesmas tahun 2010, Dit. Bina Upaya Kesehatan DasarG. LATIHAN
1.
Apa yang dimaksud dengan bahan-bahan infeksius2.
Apa prinsip penataan ruangan labc. Waktu pengambilan dahak :
1. A,B,C : SPS dahak pasien pada pertama kali datang 2. D,E: SP dahak pasien pada akhir fase intensif pengobatan 3. J,K : SP dahak pasien pada akhir pemberian obat sisipan
4. F,G: SP dahak pasien pada akhir bulan ke lima masa pengobatan 5. H,I : SP dahak pasien pada akhir masa pengobatan
3. Penilaian Kualitas spesimen dahak.
4. Pemberian identitas contoh uji dan sediaan dahak 5. Pengisian formulir permohonan pemeriksaan lab TB
D. BAHAN BELAJAR
1. Buku Pedoman Laboratorium Pemeriksaan mikroskopis TB tahun 2007 2. Buku Pedoman Nasional Penanggulangn TB Edisi ke 3 tahun 2010
E. URAIAN MATERI
1.
Persiapan Pengumpulan Contoh Uji Dahaka.
Persiapan pasienPasien diberitahu bahwa contoh uji dahak sangat bernilai untuk menentukan status penyakitnya, karena itu anjuran pemeriksaan SPS untuk pasien baru dan SP untuk pasien dalam pemantauan pengobatan harus dipenuhi. Dahak yang baik adalah yang berasal dari saluran nafas bagian bawah, berupa lendir yang berwarna kuning kehijauan (mukopurulen). Pasien berdahak dalam keadaan perut kosong, sebelum makan/minum dan membersihkan rongga mulut terlebih dahulu dengan berkumur air bersih.
Bila ada kesulitan berdahak pasien harus diberi obat ekspektoran yang dapat merangsang pengeluaran dahak dan diminum pada malam sebelum mengeluarkan dahak. Olahraga ringan sebelum berdahak juga dapat merangsang dahak keluar. Dahak adalah bahan infeksius sehingga pasien harus berhati-hati saat berdahak dan mencuci tangan. Pasien dianjurkan membaca prosedur tetap pengumpulan dahak yang tersedia di tempat/ lokasi berdahak.
b.
Persiapan Alat1) Pot dahak bersih dan kering, diameter mulut pot ≥ 3,5 cm, transparan,
berwarna bening, dapat menutup dengan erat, bertutup ulir minimal 3 ulir, pot kuat, tidak mudah bocor. Sebelum diserahkan kepada pasien, pot dahak harus sudah diberi identitas sesuai identitas/ nomor register pada form TB 05.2) Formulir Permohonan Pemeriksaan Laboratorium (TB 05)
3) Label, pensil, spidol
2.
Cara Pengeluaran Dahak yang Baika.
Waktu Pengambilan Dahak1) S (Sewaktu, pertama): Dahak dikumpulkan saat datang pada kunjungan
pertama ke laboratorium fasyankes2) P (Pagi): Dahak dikumpulkan pagi segera setelah bangun tidur pada hari
ke-2, dibawa langsung oleh pasien ke laboratorium fasyankes3) S (Sewaktu, kedua): Dahak dikumpulkan di laboratorium fasyankes pada
hari ke-2 saat menyerahkan dahak pagib.
Tempat Pengumpulan Dahak1) Ruang terbuka; dengan sinar matahari langsung 2) Ruang tertutup; dengan ventilasi yang baik
Dahak adalah bahan yang infeksius, pada saat berdahak aerosol/percikan dapat menulari orang yang ada di sekitarnya, karena itu tempat berdahak harus berada di tempat yang jauh dari kerumunan orang, misalnya di depan ruang pendaftaran, ruang pemeriksaan, ruang obat dll.
Harus diperhatikan pula arah angin pada saat berdahak,
c.
Cara Berdahak1) Kumur-kumur dengan air bersih sebelum mengeluarkan dahak 2) Bila memakai gigi palsu, lepaskan sebelum berkumur
3) Tarik nafas dalam (2-3 kali)
4) Buka tutup pot, dekatkan ke mulut, berdahak dengan kuat dan ludahkan ke dalam pot dahak
5) Tutup pot yang berisi dahak dengan rapat
6) Pasien harus mencuci tangan dengan air dan sabun antiseptik
d.
Pengumpulan DahakPot berisi dahak diserahkan kepada petugas laboratorium, dengan menempatkan pot dahak di tempat yang telah disediakan
3.
Penilaian Kualitas Contoh Uji Dahak Secara MakroskopisPetugas laboratorium harus melakukan penilaian terhadap dahak pasien. Tanpa
membuka tutup pot, petugas laboratorium melihat dahak melalui dinding pot yang transparan
Hal-hal yang perlu diamati adalah : - Vol 3,5 - 5 ml
- Kekentalan : mukoid
- Warna : Hijau kekuningan (purulen)
Bila ternyata air liur, petugas harus meminta pasien berdahak kembali, sebaiknya dengan pendampingan.
Perhatian : pada saat mendampingi pasien berdahak, petugas harus berada di belakang pasien dan hindari arah angin menuju petugas.
4.
Pemberian Identitas Contoh Uji dan Sediaan Dahak Aturan pemberian identitas contoh uji dan sediaan dahak:• Nomor sesuai dengan nomor pada form TB 05, dituliskan pada badan tabung, bukan pada tutup pot.
• Nomor identitas sediaan dahak sama dengan nomor identitas pada Form TB 05 dan pot dahak
5.
Pengisian Formulir Permohonan Pemeriksaan Lab TB (Form TB 05)Formulir TB 05 adalah formulir yang diberikan oleh petugas di bagian pemeriksaan sebagai pengantar pasien ke laboratorium untuk pemeriksaan dahak.
a. Formulir harus diisi lengkap .
Bagian bawah dari lembar Form TB 05 tentang hasil pemeriksaan laboratorium diisi oleh petugas laboratorium dan diserahkan ke bagian pemeriksaan setelah hasil dari semua sediaan selesai (SPS atau SP).
Hasil harus diserahkan selama-lamanya 7 hari setelah penyerahan dahak pertama.
b. Nomor identitas terdiri dari : Nomor kode Kabupaten, 2 digit Nomor kode Fasyankes, 2 digit
Keterangan
a) Lensa okuler
Sepasang lensa okuler yang berhadapan dengan mata, terletak di ujung tabung mikroskop . Lensa ini dapat diangkat dengan menariknya ke atas. Lensa okuler dapat mempunyai kekuatan pembesaran 5 x dan 10x. Untuk pemeriksaan mikroskopis BTA digunakan lensa okuler 10x.
Fungsi lensa okuler adalah memperbesar objek setelah sebelumnya diperbesar oleh lensa objektif.
Di bagian pangkal kedua lensa okuler terdapat cincin diopter yang dapat mengatur jarak kedua lensa okuler sesuai jarak kedua pupil mata.
b) Tabung mikroskop
Tabung penghubung lensa okuler dan lensa objektif yang merupakan jalan cahaya. Pada mikroskop berprisma terdapat lensa prisma di antara tabung mikroskop dan lempeng objektif.
c) Lensa objektif
Tepat berada di bawah tabung mikroskop, melekat pada lempeng objektif. Terdapat lensa objektif dengan kekuatan pembesaran 10x (pembesaran kecil), 40x/45x (pembesaran sedang) dan 100x (pembesaran besar).
Fungsinya untuk memberi pembesaran pertama pada benda.
Kita dapat memilih ukuran lensa dengan memutar lempeng objektif, bila kedudukan sudah tepat akan terdengar bunyi “klik”
Bila memakai lensa objektif 100x, sediaan harus ditetesi minyak emersi sebagai media cahaya.
d) Meja sediaan
Meja ini dapat digerakan untuk mengatur lapang pandang sediaan yang diletakkan di atasnya.
Fungsinya untuk meletakkan kaca sediaan
e) Kondensor
Bagian ini dapat digerakkan naik dan turun dengan memutar tangkainya,
d. Cara Penulisan identitas pada Pot Dahak
F. REFERENSI
Buku Pedoman Laboratorium Mikroskopis TB
G. LATIHAN
1. Dimana tempat yang terbaik untuk pengumpulan dahak
2. Bagaimana cara menilai kualitas dahak dan tampilan makroskopis dahak
yang baik ?MATERI INTI 3
PENGGUNAAN DAN PERAWATAN MIKROSKOP
A. DESKRIPSI SINGKAT
Pemeriksaan mikroskopis dahak merupakan pemeriksaan yang penting untuk diagnosis tuberkulosis dan memantau hasil pengobatan. Pemeriksaan ini dapat secara luas dilakukan di laboratorium yang sederhana dengan cara yang mudah dan hasilnya dapat dipercaya.
Pemeriksaan mikroskopis harus dilaksanakan menggunakan mikroskop binokuler yang sesuai standar. Agar hasil pemeriksaan mikrosopis bermutu harus menggunakan mikroskop dengan kondisi dan fungsi yang baik.
Petugas mikroskopis harus melakukan perawatan mikroskop secara teratur dan dengan cara yang benar, karena itu petugas harus mengenal bagian-bagian mikroskopis dan fungsinya, serta cara perawatannya.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini peserta latih mengenal bagian – bagian mikroskop, memahami fungsinya dan mampu melaksanakan perawatan.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini peserta latih mampu :
1.
Menjelaskan bagian-bagian mikroskop2.
Menjelaskan fungsi masing-masing bagian mikroskop3.
Menggunakan mikroskop dengan benar4.
Menjelaskan dan mempraktekan perawatan mikroskopC. POKOK BAHASAN
1.
Prinsip kerja mikroskop2.
Bagian-bagian mikroskop dan fungsinya3.
Penggunaan mikroskop4.
Perawatan mikroskop.D. BAHAN BELAJAR
Buku Pedoman Laboratorium Mikroskopis TB
E. URAIAN MATERI
1.
Prinsip Kerja MikroskopCahaya yang berasal dari sumber cahaya diteruskan ke diafragma, kondensor dan kaca sediaan. Bayangan benda diperbesar oleh lensa objektif, diteruskan melalui tabung mikroskop ke lensa okuler yang memperbesar bayangan benda untuk kedua kalinya selanjutnya diterima oleh mata sehingga objek dapat dilihat.
MATERI INTI 4
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TB
A. DESKRIPSI SINGKAT
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung yang bermutu merupakan komponen penting dalam penerapan strategi DOTS, baik untuk penegakan diagnosis maupun follow up. Hasil pemeriksaan dahak yang bermutu merupakan hal yang penting untuk menetapkan klasifi kasi penderita, keputusan untuk memulai pengobatan dan menyatakan kesembuhan penderita. Mutu hasil pemeriksaan laboratorium merupakan inti keberhasilan penanggulangan tuberkulosis. Setiap laboratorium yang melakukan pemeriksaan TB harus melakukan kegiatan pemantapan mutu, termasuk pemeriksaan BTA secara mikroskopis
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan materi ini peserta mampu melaksanakan pemeriksaan mikroskopis TB.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu:
1.
Menyiapkan peralatan pembuatan sediaan dahak2.
Memilih spesimen dahak yang berkualitas3.
Membuat sediaan dahak sesuai standar4.
Melaksanakan pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen5.
Membaca sediaan dahak6.
Melaporkan hasil pembacaan BTA dengan skala IUATLDC. POKOK BAHASAN
1. Pembuatan Sediaan Dahak
a. Peralatan pemeriksaan sediaan dahak b. Pemberian identitas sediaan
c. Pemilihan bagian contoh uji yang purulen/ kental
pada kondensor terdapat fi lter yang menyaring cahaya. Bila tidak memerlukan cahaya yang terlalu kuat,maka kondensor diturunkan. Pada pemeriksaan dahak, kondensor dinaikkan maksimal dan tanpa menggunakan fi lter.
Fungsinya untuk memfokuskan cahaya agar jatuh sebagai titik cahaya diatas sediaan.
f) Iris/ diafragma
Letak iris/diafragma pada kondensor, dapat diatur sesuai jumlah cahaya yang dibutuhkan. Pada pemeriksaan BTA iris/ diafragma harus dibuka maksimal. Fungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk kedalam tabung mikroskop.
g) Sumber cahaya
Terletak di bawah kondensor, sumber cahaya dapat berupa cermin atau lampu.
Untuk cahaya jauh (sinar matahari) digunakan cermin datar, sedangkan untuk cahaya dekat (lampu meja) digunakan cermin cekung.
h) Makrometer
Dapat mengatur fokus untuk mendapatkan lapang pandang.
i) Mikrometer
Dapat mengatur fokus secara halus untuk memperjelas pandangan yang sudah dapat terlihat setelah makrometer diatur.
3.
Penggunaan MikroskopGunakan mikroskop sesuai prosedur tetap :
a) Hubungkan mikroskop dengan sumber listrik, hidupkan dengan menekan tombol ON
b) Atur kekuatan cahaya berangsur sampai dirasakan nyaman
c) Naikkan kondensor maksimal dan buka diafragma sampai dirasakan cahaya cukup.
mengatur letak sediaan.
e) Sediaan ditetesi minyak immersi lihat dengan lensa objektif 100x, perjelas dengan mengatur mikrometer. Pada saat meneteskan minyak immersi, jangan menyentuhkan ujung pipet ke kaca sediaan.
f) Dengan mengatur makrometer dapatkan lapang pandang kemudian fokuskan dengan mengatur mikrometer (lensa okuler 10 x, lensa objektif 10 x).
g) Setelah selesai pemeriksaan redupkan cahaya dengan memutar pengatur cahaya ke angka 0, matikan dengan menekan tombol OFF. Turunkan meja mikroskop dan kondensor sampai ke bawah. Atur lensa objektif sedemikian rupa sampai lensa yang terpendek berada di atas meja.
4.
Perawatan MikroskopMikroskop harus berfungsi baik untuk melakukan pemeriksaan, karena itu harus dilakukan perawatan dengan teratur dan benar oleh petugas laboratorium atau teknisi khusus.
Jangan membongkar sendiri
bagian-bagian
dalam mikroskop
a) Pembersihan lensa
Lensa dibersihkan dengan pembersih yang sesuai dengan bahan lensa mikroskop, sesuai dengan ketentuan dari pabrik, menggunakan kertas lensa dan sikat halus atau peniup udara (blower)
b) Penggantian bola lampu
Ketahui batas waktu pemakaian bola lampu dan sediakan lampu cadangan dengan tegangan/ voltage yang sesuai.
Cara penggantian dan pengaturan regulator harus dilakukan sesuai prosedur tetap.
c) Penyimpanan
Mikroskop harus disimpan dalam kotak/ lemari yang tidak lembab dengan cara pemasangan lampu 5 watt terus menerus, walaupun mikroskop sedang dipakai, atau dengan menempatkan silika gel dalam kantung kain.
Kotak/ lemari mikroskop harus memiliki lubang untuk pertukaran udara dan harus tertutup sehingga mikroskop bebas dari debu.
Debu dapat tertimbun pada bagian saluran dan roda gigi yang dapat menyebabkan bagian-bagian mekanik mikroskop akan susah digerakkan.
F. REFERENSI
Pedoman Pemeriksaan Mikroskopis TB
G. LATIHAN: Praktikum
Untuk fasyankes yang tidak melakukan pewarnaan dan pembacaan mikroskopis kirimkan sediaan yang telah difi ksasi ke PRM dengan cara :
Bungkus sediaan dengan kertas tissue kemudian digulung beberapa kali agar tidak pecah atau kirimkan dalam kotak sediaan bersama Form TB 05.
e. Perwarnaan Metode Ziehl Neelsen
Sebelum memulai melakukan pewarnaan sediaan, siapkan peralatan dan reagen yang dibutuhkan agar proses perwarnaan tidak terhambat. Peralatan, reagen yang bermutu dan proses pengadaan yang efi sien harus dilaksanakan untuk menjamin ketersediaannya
Prinsip pewarnaan ZN
a) M. tuberculosis mempunyai lapisan dinding lipid (Mycolic acid) yang tahan terhadap asam.
b) Proses pemanasan mempermudah masuknya Carbol Fuchsin ke dalam dinding sel.
c) Dinding sel tetap mengikat zat warna Carbol Fuchsin walaupun didekolorisasi dengan asam alkohol.
Reagensia yang diperlukan untuk pewarnaan metode ZN a) Karbol fuchsin 0,3 %
b) Asam Alkohol 3 % c) Metilen biru 0,3 %
Peralatan yang diperlukan untuk pewarnaan Ziehl Neelsen a) Rak pewarnaan
b) Pinset/ Penjepit kayu
c) Air mengalir/ botol semprot air d) Lampu spritus/ sulut api e) Rak pengering
f) Pengatur waktu/ timer g) Pipet tetes
d. Pembuatan sediaan dahak sesuai standar e. Prinsip pewarnaan Ziehl Neelsen
2. Pembacaan Mikroskopis Sediaan Dahak 3. Kualitas Sediaan Dahak
D. BAHAN BELAJAR
Buku Pedoman Laboratorium Mikroskopis TB
E. URAIAN MATERI
1.
Pembuatan Sediaan Dahaka. Peralatan Pemeriksaan Sediaan Dahak
Untuk pembuatan sediaan apus dibutuhkan peralatan sebagai berikut : 1) Kaca sediaan yang baru dan bersih, sebaiknya frosted end slide. 2) Bambu/lidi
3) Lampu spritus/ bunsen
4) Wadah pembuangan lidi bekas
5) Desinfektan (lisol 5%, Alkohol 70%, Hipoklorit 0,5%)
b. Pemberian identitas sediaan
Sebelum melaksanakan pembuatan sediaan dahak, terlebih dulu kaca se-diaan yang diberi identitas dengan menuliskan pada bagian frosted atau di-beri label dengan nomor identitas sesuai dengan Form TB 05 .
c. Pemilihan contoh uji dahak yang berkualitas
Pilih dahak yang kental berwarna kuning kehijauan, ambil dengan lidi yang ujungnya berserabut (rough end) kira-kira sebesar biji kacang hijau. Kemu-dian letakkan pada kaca objek yang sudah disiapkan.
Untuk mendapatkan ujung yang beserabut lidi dipipihkan
1.
Cara Pembuatan Sediaan Dahak a) Ambil contoh uji dahak padabagian yang purulen dengan lidi
b) Sebarkan diatas kaca sediaan dengan bentuk oval ukuran 2x3 kemudian ratakan dengan gerakan spiral kecil-kecil. Jangan membuat gerakan spiral bila sediaan dahak sudah kering karena akan menyebabkan aerosol.
2.
Pengeringana.
Keringkan pada suhu kamarb.
Masukkan lidi bekas ke dalam wadah berisi desinfektan3. Fiksasi
Fiksasi dilakukan dengan memegang kaca sediaan dengan pinset, pastikan kaca sediaan menghadap ke atas. Lewatkan sediaan di atas api bunsen yang berwarna biru 2- 3 kali selama 1-2 detik
Penilaian Ketebalan Sediaan Apus
Untuk menilai ketebalan sediaan sebelum dilakukan pewarnaan dapat dilakukan dengan meletakkan sediaan yg kering 4-5 cm di atas kertas koran. Sediaan yang baik apabila kita masih dapat melihat tulisan secara samar.
Contoh sediaan yang benar, tulisan di koran masih terbaca secara samar
Contoh sediaan yang terlalu tebal, tulisan di koran tidak terbaca
Contoh sediaan yang terlalu tipis, tulisan di koran terbaca dengan mudah
Kualitas pewarnaan Ziehl Neelsen
Pada pewarnaan yang baik, apabila diperiksa di bawah mikroskopis akan tampak kuman M.Tb berwarna merah baik sendiri atau bergerombol dengan warna latar biru dan terlihat jelas gambaran leukosit
Pada pewarnaan yang jelek, apabila diperiksa di bawah mikroskop masih tampak adanya sisa zat warna, endapan kristal sehingga kuman M.Tb tidak tampak dengan jelas
2.
Pembacaan Mikroskopis Sediaan Dahak a. Pemindaian 100 lapangan pandangPembacaan sediaan dahak menggunakan mikroskop dengan lensa objektif 10x untuk menentukan fokus kemudian pada lensa objektif 100x dilakukan pembacaan di sepanjang garis horisontal terpanjang dari ujung kiri ke ujung kanan atau sebaliknya. Dengan demikian akan dibaca minimal 100 lapang pandang.
Cara melakukan pewarnaan metode ZN Pewarnaan
Letakkan sediaan diatas rak dengan jarak minimal 1 jari telunjuk
Tuangkan Carbol Fuchsin 0,3% me-nutupi seluruh permukaan sediaan
Pemanasan
Panaskan sediaan dengan sulut api sam-pai keluar uap (jangan samsam-pai men-didih), kemudian dinginkan selama lima menit. Sulut api dibuat dari kawat baja yang ujungnya dililit kain kasa yang diikat kawat halus celupkan kedalam spiritus sebelum dinyalakan.
Pencucian
Buang CF perlahan-lahan satu per satu
Bilas dengan air mengalir mulai dari frosted
Dekolorisasi
Tuangkan asam alcohol 3% pada sediaan biarkan beberapa saat lalu bilas dengan air sampai bersih, tidak tampak sisa zat warna merah. Bila masih tampak warna merah lakukan decolorisasi beberapa kali.
Bilas dengan air mengalir
Pewarnaan Latar ( counter staining) Tuangkan 0.3% methylene blue
hingga menutupi seluruh sediaan dan biarkan 10-20 detik
Buang Metilen Blue satu per satu sediaan
Bilas dengan air mengalir
e. Pewarnaan
Pada sediaan yang baik tampak jelas kontras antara BTA dan warna latar, ber-sih dan tidak tampak sisa zat warna. Pada waktu dilihat di bawah mikroskop akan terlihat seperti di bawah ini:
Sediaan yang baik Dekolorisasi kurang Latar belakang gelap, terlalu lama pemberian Metilen Blue f. Kebersihan
Penilaian kebersihan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Sediaan yang baik terlihat bersih, tidak tampak sisa zat warna, endapan kristal . sediaan yang kurang bersih akan mengganggu pembacaan secara mikroskopis
Sediaan yang baik, tampak bersih
Sediaan tampak kurang bersih, terlihat endapan kristal atau sisa zat warna
BTA akan tampak sebagai kuman berwarna merah baik sendiri maupun bergerombol. BTA harus dibedakan dengan artefak yang mirip dengan BTA dan BTA lingkungan yang sering mencemari air keran.
b. Pelaporan hasil pemeriksaan mikroskopis dengan mengacu kepada skala International Union Against To Lung Disease (IUATLD)
Negatif : tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang Scanty : ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang
(tuliskan jml BTA yang ditemukan)
1+ : ditemukan 10 – 99 BTA dlm 100 lapang pandang 2+ : ditemukan 1 – 10 BTA setiap 1 lapang pandang
(periksa minimal 50 lapang pandang)
3+ : ditemukan ≥ 10 BTA dalam 1 lapang pandang (periksa minimal 20 lapang pandang)
c. Catat hasil pemeriksaan pada Register Lab (TB 04) dan bagian bawah Form TB 05 Berikan tanggal dan tanda tangan pada form TB 05
3.
Penilaian kualitas sediaan dahakSediaan dahak yang baik adalah sediaan yang memenuhi 6 syarat kualitas sediaan yang baik yaitu kualitas contoh uji, ukuran, ketebalan, kerataan, pewarnaan dan ke-bersihan.
a. Kualitas contoh uji ( spesimen)
Spesimen dahak berkualitas baik apabila ditemukan: Lekosit PMN ≥ 25 per LP pada
perbe-saran 10 x 10
Makrofag pada perbesaran 10 x 100
b. Ukuran sediaan dahak
Sediaan dahak yang baik berbentuk oval berukuran panjang 3 cm dan lebar 2 cm Contoh sediaan dahak yang baik
Contoh sediaan yang terlalu kecil, tidak rata
Contoh sediaan yang terlalu besar, ti-dak rata
c. Ketebalan
Penilaian ketebalan dapat dilakukan sebelum pewarnaan dan pada saat pemeriksaan mikroskopis.
Penilaian ketebalan sebelum pewarnaan dilakukan dengan meletakkan sediaan sekitar 4cm di atas kertas bertulis.
Penilaian ketebalan dapat juga dilakukan setelah sediaan dahak diwarnai. Pada sediaan yang baik sel leukosit tidak tampak bertumpuk (one layer cells)
d. Kerataan
Penilaian kerataan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis dengan tidak tampak adanya daerah yang kosong. Sediaan yang baik pada setiap lapang pandang akan terlihat apusan dahak yang tersebar rata secara mikroskopis.
Sediaan yang baik adalah sediaan yang rata dan tidak terlihat daerah kosong.
Sediaan terlalu tebal, dan ada ba-gian yang terkelupas kemungkinan karena difi ksasi sebelum kering atau pencucian dilakukan langsung di atas apusan
Sediaan tidak rata. Tidak dilakukan perataan dengan membuat spiral-spiral kecil
5) Uji fungsi reagen Ziehl Neelsen
Uji ini diperlukan untuk memastikan reagen Ziehl Neelsen yang tersedia dapat mewarnai M.tb dengan baik.
Petugas harus membuat sediaan dahak kontrol yaitu beberapa sediaan dahak dari dahak BTA negatif dan dahak BTA 1 + yang telah di fi ksasi. Ketika akan mempergunakan reagen Ziehl Neelsen kemasan baru yang tidak diketahui masa kadaluarsanya maka dilakuakan pewarnaan terhadap satu sediaan dahak BTA negatif dan satu sediaan dahak BTA 1+. Petugas harus melihat hasil pewarnaan sediaan yang baik yaitu yang memberikan kontras warna yang jelas dan khas pada warna latar, inti leukosit dan BTA. Hasil uji fungsi harus dicatat dalam buku khusus yang menuliskan tanggal pelaksanaan uji fungsi, nomor batch botol reagen dan hasil pewarnaan. Bila hasil pewarnaan dinilai baik maka reagen dapat dipakai sebaliknya bila memberikan hasil pewarnaan yang tidak baik :
a) Endapan/ kristal metilen biru : reagen harus disaring langsung pada saat melakukan pewarnaan.
b) Decolorisasi yang tidak sempurna : mengganti larutan asam alkohol dengan larutan yang baik
Kumpulan sediaan dahak kontrol yang belum diwarnai harus disimpan dalam kotak khusus.
b. Tahap analisis
1) Memastikan prosedur tetap dilaksanakan dengan baik pada setiap pemeriksaan. Prosedur tetap yang harus tersedia adalah :
a. Prosedur tetap pengumpulan dahak b. Prosedur tetap pembuatan sediaan c. Prosedur tetap fi ksasi
d. Prosedur tetap pewarnaan.
e. Prosedur tetap pembacaan mikroskopik f. Prosedur tetap pencatatan & pelaporan g. Prosedur tetap pengolahan limbah
Penilaian kualitas sediaan dahak yang baik dilakukan dengan menggunakan dia-gram sarang laba-laba.
4.
Penyimpanan Sediaan DahakSetelah dibaca bersihkan minyak immersi pada sediaan dengan xylol atau letakkan tissue di atas permukaan sediaan agar minyak immersi terserap.
Simpan sediaan dalam kotak sediaan secara berurutan sesuai dengan nomor register lab TB 04
F. REFERENSI
Pedoman Pemeriksaan Mikroskopis TB
G. LATIHAN
1.
Pembuatan, pewarnaan dan pembacaan sediaan dahak2.
Penyimpanan sediaan dalam kotak sediaan.MATERI INTI 5
PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM MIKROSKOPIS TB
A. DESKRIPSI SINGKAT
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menentukan diagnosis dan pengelolaan klinis harus bermutu, artinya dapat dipercaya. Untuk dapat memberikan hasil yang demikian petugas laboratorium harus melakukan praktek laboratorium yang sesuai dengan standar dengan pengendalian mutu yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus.
International Standard for TB Care (ISTC ) 2009 menyatakan bahwa diagnosis Tuberculosis ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di laboratorium yang menjalankan pemantapan mutu.
Pemantapan mutu di laboratorium mikroskopis TB terdiri dari :
1.
Pemantapan mutu internal yaitu upaya pengendalian mutu yang dilakukan oleh internal laboratorium secara terus menerus pada setiap tahap pemeriksaan (pra analisis, analisis dan pasca analisis).2.
Pemantapan mutu eksternal yaitu upaya pengendalian mutu yang dilakukan dengan membandingkan kinerja laboratorium melalui uji profi siensi atau uji banding hasil pemeriksaan dengan laboratorium rujukan.3.
Peningkatan mutu adalah upaya yang dilakukan secara terus menerus sebagai tindak lanjut dari hasil pemantapan mutu internal dan eksternal.B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Setelah mempelajari modul ini, peserta latih mampu memahami dan terampil melakukan pemantapan mutu laboratorium mikroskopis TB
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
1. Melakukan pemantapan mutu internal lab mikroskopis TB 2. Mengikuti dan berperan aktif dalam pemantapan mutu eksternal 3. Melakukan peningkatan mutu
C. POKOK BAHASAN
1. PMI Lab Mikroskopis TB 2. PME Lab Mikroskopis TB 3. Peningkatan Mutu
D. BAHAN BELAJAR
Pedoman Pemeriksaan Mikroskopis TB
E. URAIAN MATERI
1. Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Mikroskopis TB a. Tahap Pra analisis
1) Prosedur tetap cara pengumpulan dahak. 2) Persiapan pasien
Memberikan bimbingan kepada pasien tentang cara pengumpulan dahak, waktu pengumpulan dahak dan lokasi pengumpulan dahak. 3) Persiapan alat dan bahan.
a) Pot dahak sesuai standar : bermulut lebar (diameter minimal 3,5 cm, transparan, bening, kuat tidak mudah pecah, tidak bocor, bertutup ulir minimal 5 ulir)
b) Spidol dan label untuk pemberian identitas sesuai dengan nomor identitas yang tertera pada form TB 04, TB 05 , TB 06 dan kaca sediaan.
4) Uji kualitas contoh uji dahak
Dahak harus mukopurulen yaitu dahak yang mukoid berwarna kuning kehijauan. Petugas harus menolak contoh uji yang berupa saliva dan harus dapat memotivasi pasien agar dapat mengeluarkan dahak yang baik.
Uji kualitas dahak dilakukan dengan cara melihat warna dan kekentalan dahak tanpa membuka tutup pot dahak, karena itu pot dahak harus terbuat dari bahan yang transparan dan bening.
2) Persiapan alat
a) Kaca sediaan frosted-end baru
b) Pinsil HB untuk menulis identitas sediaan
c) Lidi atau batang bambu dengan ujung berserabut (rough-end) untuk mengambil dahak
d) Lidi atau batang bambu dengan ujung runcing untuk membuat ulir (coiling)
e) Lampu spiritus
f) Pinset atau klem penjepit untuk memegang sediaan saat fi ksasi g) Bak pewarnaan
h) Rak pengering i) Pipet tetes.
j) Air mengalir dengan volume kecil yang lancar.
k) Pencatat waktu sampai satuan detik untuk memastikan waktu saat pendinginan dan pewarnaan.
l) Mikroskop binokuler yang berfungsi dengan baik
m) Minyak immersi dengan kualitas baik : bening dengan kekentalan n) Xylol yang baik untuk membersihkan sediaan dari minyak immersi.
3) Pemberian identitas
Identitas sediaan dituliskan pada sisi sediaan yang buram memakai pinsil dengan kode yang sesuai from TB05, TB04 dan wadah dahak. Tidak diperkenankan menuliskan nama pasien di atas kaca sediaan
4) Pembuatan sediaan harus sesuai prosedur tetap dan dievaluasi melalui uji kualitas sediaan dahak dilakukan dengan penilaian terhadap 6 unsur dengan mempergunakan skala sarang laba-laba.
Sediaan yang baik harus memperlihatkan sarang laba-laba yang penuh.
5) Pembacaan mikroskopis
Pembacaan dilakukan sesuai prosedur tetap yaitu melihat melalui mikroskop sepanjang garis horisontal terpanjang pada tengah sediaan