• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit seyogyanya dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat sehingga usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas pelayanan tersebut, diperlukan SDM kesehatan berkualitas untuk memberikan pelayanan secara maksimal (Samsudin, 2006). Dalam mengelola SDM kesehatan, diperlukan proses perencanaan sehingga langkah-langkah yang diambil oleh manajemen menjadi tepat guna, lebih menjamin bahwa di dalam organisasi tersedia tenaga kesehatan yang tepat untuk menduduki jabatan dan pekerjaan yang tepat dalam waktu yang tepat dalam rangka mencapai suatu tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan (Nuryati dkk, 2011). Salah satu bentuk perencanaan sumber daya manusia kesehatan adalah perencanaan tenaga instalasi farmasi.

Berdasarkan SK Menkes No. 456/Menkes/SK/V/2008 Rumah Sakit Indera adalah Rumah Sakit khusus Kelas A. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Indera Provinsi Bali merupakan salah satu unit penunjang medis dengan tugas pokok dan fungsinya yang menunjang kegiatan operasional RS. Dengan perkembangan yang dilakukan oleh RS Indera Provinsi Bali, terdapat permasalahan yang muncul di instalasi farmasi yaitu masih kurangnya tenaga farmasi. Berdasarkan standar nasional yaitu mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan RS untuk RS khusus kelas A telah ditetapkan jumlah kebutuhan tenaga di instalasi farmasi dengan kualifikasi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian

(2)

RS. SDM kesehatan di IFRS Indera Provinsi Bali memiliki beban kerja yang tinggi dimana terdiri 3 orang tenaga kesehatan, dan 5 asisten tenaga kesehatan. Satu apoteker bertugas sebagai apoteker rawat jalan dan rawat inap, satu apoteker sebagai apoteker di UGD, bertugas di pengadaan obat dan bahan habis pakai dan juga pelayanan di Instalasi farmasi. Tenaga teknis kefarmasian bagian dapat bekerja hanya di bawah pengawasan apoteker.

Berikut data resep obat poli mata, poli THT, dan poli kulit dari pasien umum, BPJS, JKBM dan VIP yang ditangani satu apoteker di RS Indera Provinsi Bali tahun 2014.

Gambar 1.1 Data Resep Yang Ditangani Satu Apoteker Di IFRS Indera Provinsi Bali Tahun 2014

Sumber : Data gudang obat Instalasi Farmasi RS Indera Provinsi Bali 2014

Berdasarkan wawancara dengan kepala IFRS Indera Provinsi Bali pelayanan resep obat di IFRS Indera Provinsi Bali mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke 2014 hingga 200 resep/harinya. Berdasarkan gambar diatas resep obat untuk rawat jalan yang dilayani dengan rata-rata 20 hari kerja per bulan rata-rata 168 hingga 203 resep perharinya. Berarti untuk satu apoteker di Instalasi Farmasi menangani

0 20 40 60 80 100 120

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

(3)

permintaan resep rawat jalan antara 84 resep hingga 102 resep. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di RS idealnya satu apoteker di unit rawat jalan memberikan pelayanan 50 resep/harinya. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi kekurangan tenaga apoteker.

Akibat kekurangan tenaga apoteker di IFRS Indera Provinsi Bali target program KARS belum dapat terlaksana. Target komisi akreditasi RS antara lain kegiatan belum terlaksana visite ke ruang rawat inap untuk melakukan asuhan kefarmasian (untuk apoteker), belum terlaksana form monitoring efek samping obat (MESO) dan form rekonsiliasi obat, belum digunakan billing system di RS Indera untuk memudahkan pencatatan pengadaan obat. Data laporan Unit Penjamin Mutu dan Keselamatan Pasien di RS Indera Provinsi Bali tahun 2014 berdasarkan standart ISO 9001:2008 yang ditetapkan waktu tunggu pelayanan obat jadi <7 menit dan waktu tunggu pelayanan obat racikan <15 menit. Berdasarkan perhitungan rata-rata waktu resep obat non racikan lebih dari 7 menit dan obat racikan lebih dari 15 menit. Hal ini biasa terjadi saat beban kerja tinggi di jam-jam tertentu sehingga standar pelayanan tidak tercapai.

Menurut Permenkes RI No. 58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di RS untuk administrasi dan pelaporan farmasi perlu pencatatan dan pelaporan mengenai obat yang masuk dan keluar. Dari hasil observasi pencatatan yang dilakukan secara manual sering tidak tepat dan sesuai data dari gudang obat sehingga harus di cek ulang. Billing system untuk memudahkan pencatatan obat masuk dan keluar sudah tersedia namun tenaga yang mengerti untuk mengoperasikan tidak ada, sehingga untuk pencatatan laporan obat masuk dan keluar yang dilakukan secara manual mempersulit perhitungan pengadaan obat.

(4)

Berdasarkan wawancara dengan 10 orang pasien yang menunggu pelayanan obat di IFRS Indera Provinsi Bali menyatakan pelayanan diberikan masih kurang baik terutama dari segi pengadaan obat dan waktu tunggu. Berdasarkan hasil observasi, terkadang obat yang di resepkan dokter belum tersedia di Instalasi farmasi sehingga pasien harus membeli obat diluar RS. Pasien harus menunggu karena apoteker memberikan edukasi secara bergantian dari satu pasien ke pasien yang lainnya. Berdasarkan wawancara dengan kasi diagnostik farmasi dan gizi perhitungan jumlah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian bagian belum dilakukan secara konsisten sehingga di tahun 2014 belum ada perhitungan berdasarkan beban kerja hanya diperkirakan berdasarkan jumlah resep yang meningkat.

Dari masalah diatas, IFRS Indera Provinsi Bali membutuhkan perhitungan yang akurat mengenai beban kerja dan kebutuhan tenaga untuk menunjang kegiatan pelayanan instalasi farmasi, sehingga standar mutu pelayanan dapat tercapai sepenuhnya. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang Analisis Beban Kerja Dan Kebutuhan Tenaga Di IFRS Indera Provinsi Bali Tahun 2015” dengan metode WISN (Workload Indicators of Staffing Need). Kepmenkes RI No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta RS merupakan pedoman yang digunakan untuk penyusunan rencana penyediaan dan kebutuhan SDM di institusi pelayanan kesehatan. Berdasarkan pedoman tersebut salah satu metode yang dianjurkan untuk mengukur kebutuhan SDM adalah menggunakan metode WISN (Workload Indicators of Staffing Need), dimana metode tersebut merupakan indikator yang menghitung besarnya kebutuhan tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga lokasi/relokasi akan lebih mudah dan rasional. Metode ini juga belum pernah digunakan dalam perencanaan kebutuhan

(5)

tenaga kerja di RS Indera Provinsi Bali karena keterbatasan SDM yang menguasai metode WISN. Sehingga penggunaan metode ini dipilih dalam penelitian ini untuk mendapatkan perhitungan kebutuhan tenaga SDM di IFRS Indera Provinsi Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Penambahan jumlah resep obat dan bahan habis pakai di IFRS Indera Provinsi Bali pada tahun 2014 yang melebihi standar ideal namun belum diimbangi dengan penambahan jumlah apoteker. Target program KARS RS Indera Provinsi Bali khususnya pelayanan farmasi belum dapat terlaksana dan target mutu berdasarkan standart ISO 9001:2008 tidak tercapai yaitu waktu tunggu non racik obat >7 menit dan racik obat >15 menit. Adanya peningkatan beban kerja yang dirasakan tenaga farmasi di IFRS Indera Provinsi Bali sehingga tidak dapat bekerja secara optimal dan pasien yang mengeluhkan pelayanan masih kurang baik dari segi pengadaan obat dan waktu tunggu. Berdasarkan permasalahan tersebut, dipandang perlu dilakukan penelitian Analisis Kebutuhan Tenaga Farmasi Berdasarkan Beban Kerja Di IFRS Indera Provinsi Bali Tahun 2015.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berapakah jumlah kebutuhan tenaga farmasi di IFRS Indera Provinsi Bali berdasarkan beban kerja ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(6)

1.4.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu mengetahui jumlah kebutuhan tenaga farmasi berdasarkan beban kerja di IFRS Indera Provinsi Bali tahun 2015.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui kebutuhan tenaga farmasi di Instalasi Farmasi RS Indera Provinsi Bali.

2. Untuk mengetahui beban kerja tenaga farmasi di Instalasi farmasi RS Indera Provinsi Bali.

3. Untuk mengetahui persepsi pihak manajerial terhadap beban kerja serta faktor-faktor penghambat dan pendukung penyesuaian jumlah tenaga farmasi berdasarkan perhitungan beban kerja di instalasi farmasi RS Indera Provinsi Bali.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1.5.1 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan teori serta untuk menambah pengetahuan, wawasan dan khasanah keilmuan di bidang perencanaan SDM di Instalasi Farmasi RS Indera Provinsi Bali.

1.5.2 Manfaat teoritis

Penelitian ini nantinya dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan kepada Instalasi RS Indera Provinsi Bali sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam merencanakan SDM dan dapat dijadikan metode alternatif dalam merencanakan kebutuhan tenaga kerja lainnya untuk masa mendatang.

(7)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bidang menajemen SDM, khususnya dalam perencanaan kebutuhan tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian bagian IFRS Indera Provinsi Bali berdasarkan analisis beban kerja .

Gambar

Gambar  1.1    Data  Resep  Yang  Ditangani  Satu  Apoteker  Di  IFRS  Indera  Provinsi  Bali Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pengujian yang telah dilakukan penulis dengan judul “PEMANFAATAN SERAT TEBU SEBAGAI PENGUAT PADA KOMPOSIT UNTUK PEMBUATAN PAPAN

Energi listrik yang dihasilkan dari angin akan digunakan untuk substitusi alat-alat elektronik yang ada di dalam kereta sehingga dapat mengurangi penggunaan energi fosil?.

Latar Belakang dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi stres, yang dapat menyebabkan penyakit fisik dan tekanan psikologis yang telah diinvestigasi dan terjadi di

Daerah urban dalam penelitian ini yang berada di wilayah Puskesmas Lamper Tengah mempunyai sumberdaya lokal, yang dapat men- jadi pertimbangan dasar dalam membuat suatu

Berdasarkan kegiatan pra-penilaian lapangan (penapisan) yang dilakukan Panel Pakar I terhadap unit manajemen PT Bukit Batu Hutani Alam untuk semua indikator yang terkait dengan

Berdasarkan hasil wawancara dengan apoteker dan asisten tenaga kesehatan farmasi telah melaksanakan sarana dan prasarana yang memfokuskan apotek harus memiliki

Dari perhitungan signifikansi masing-masing dimensi dari kedua variabel, didapatkan hasil bahwa dimensi emotional independence dengan dimensi

Atau dengan kata lain pelat satu arah adalah pelat yang mempunyai perbandingan antara sisi panjang terhadap sisi pendek yang saling tegak lurus lebih besar dari dua, dengan