• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS GEL KITOSAN-HIALURONAT PAJRI SAMSI NASUTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINTESIS GEL KITOSAN-HIALURONAT PAJRI SAMSI NASUTION"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS GEL KITOSAN-HIALURONAT

PAJRI SAMSI NASUTION

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

ABSTRAK

PAJRI SAMSI NASUTION. Sintesis Gel Kitosan-Hialuronat. Dibimbing oleh GUSTINI SYAHBIRIN dan BUDI ARIFIN.

Kitosan sebagai polikation dapat membentuk kompleks makromolekul dengan polianion seperti hialuronat. Namun, film yang dihasilkan campuran ini sifatnya labil dalam kondisi asam dan basa sehingga perlu dimodifikasi untuk memperbaiki sifat reologinya. Modifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penambahan glutaraldehida sebagai penaut-silang kitosan. Sifat reologi gel yang diukur meliputi kekuatan, titik pecah, ketegaran, pembengkakan, dan pengerutan. Larutan hialuronat dibuat dengan konsentrasi 0; 0,5; dan 1,0% dalam asam laktat 18% (v/v). Kitosan lalu ditambahkan ke dalamnya hingga konsentrasinya 2,0%. Setelah itu, ditambahkan glutaraldehida 1,0; 2,0; dan 3,0% (v/v) sampai terbentuk gel. Kitosan yang digunakan memiliki bobot molekul 7,53 × 105 g mol-1 dengan kadar air 11,56% dan derajat deasetilasi 88,48%. Hialuronat yang digunakan memiliki bobot molekul 6,33 × 105g mol-1dengan kadar air 13,11%. Gel kitosan-hialuronat dengan sifat reologi optimum diperoleh dari konsentrasi kitosan 2,0%, hialuronat 0,3% dan glutaraldehida 1,4% (v/v) yang memberikan kekuatan, titik pecah, ketegaran, pembengkakan, dan pengerutan berturut-turut 678,4 g cm-2; 1,294 cm; 5,033 g cm-1; 2,634 g; dan 0,148 g.

ABSTRACT

PAJRI SAMSI NASUTION. Synthesis of Chitosan-Hyaluronate Gel. Supervised by GUSTINI SYAHBIRIN and BUDI ARIFIN.

As a polycation, chitosan can form macromolecular complexes with polianions such as hyaluronate. However, the film produced are unstable in acidic and basic conditions that modification is needed to improve the rheological properties. Modification was done in this study by adding glutaraldehyde as chitosan crosslinker.The rheological properties measured ware gel strength, break point, rigidity, swelling, and shrinking. The hyaluronate solutions ware made with consentrations of 0; 0.5; and 1.0% in lactic acid 18% (v/v). Chitosan was then added into each solution until its concentration reached 2.0%. Afterwards, glutaraldehyde 1.0; 2.0; and 3.0% (v/v) was added, to form gel. Chitosan used in this reseach had molecular wight of 7.53 × 105 g mol-1 with moisture content of 11.56% and deacetylation of degree 88.48%. Hyaluronate had molecular wight of 6.33 × 105g mol-1with moisture content of 13.11%. The optimum chitosan-hyaluronate gel was at 2.0% of chitosan, 0.3 % of hyaluronate and 1.4% (v/v) of glutaraldehyde with gel strength, break point, rigidity, swelling, and shrinking 678.4 g cm-2, 1.294 cm, 5.033 g cm-1, 2.634 g, and 0.148 g, respectively.

(3)

Judul : Sintesis Gel Kitosan-Hialuronat

Nama : Pajri Samsi Nasution

NIM

: G44076017

Disetujui

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Gustini Syahbirin, MS

NIP 19600819 198903 2 002

Budi Arifin, SSi

NIP 19830109 200604 1 004

Diketahui

Ketua Departemen Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor,

Prof. Dr. Tun Tedja Irawadi, MS

NIP 19501227 197603 2 002

(4)

SINTESIS GEL KITOSAN-HIALURONAT

PAJRI SAMSI NASUTION

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(5)

PRAKATA

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah. Karya ilmiah

ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai

September 2009 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia FMIPA IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Gustini Syahbirin, MS dan

Bapak Budi Arifin, SSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan,

motivasi, saran, dan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi penulis selama

melaksanakan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak, Mama,

Kakak, Adik-adik, dan Elsera Br. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada Drs. Amin Sjaugi, Apt dan Dwi Astuty SSi, atas kebijaksanaanya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada seluruh staf dan laboran Kimia Organik: Bapak Sabur, Ibu Yenni Karmila,

dan Ibu Siti Robiah atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian. Tidak

lupa, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh rekan-rekan Ekstensi

Kimia I dan rekan-rekan peneliti di Laboratorium Kimia Organik, atas bantuan dan

kebersamaan, selama penulis menempuh studi dan menjalankan penelitian.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Desember 2009

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Pajri Samsi Nasution, dilahirkan di Jakarta 25

November 1986. Penulis adalah anak ke dua dari empat bersaudara dari pasangan

Bapak Basirun Nasution, SH dan Ibu Riswarita.

Riwayat pendidikan penulis adalah lulusan SDN 3 Ciledug (1992‒1998),

SMP Yadika 3 Ciledug (1998‒2001), SMU AlMasthuriyah Sukabumi (2001‒2004),

dan D3 Analis Kimia IPB (2004‒2007). Tahun yang sama penulis juga diterima di

S1 Kimia Penyelengaraan Khusus IPB untuk melanjutkan S1. Selama mengikuti

perkuliahan S1, penulis juga bekerja di PT Arya Scientific dengan jabatan staf

penelitian dan pengembangan.

(7)

DATAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………..

viii

DAFTAR GAMBAR ………...

viii

DAFTAR LAMPIRAN ………..

ix

PENDAHULUAN ………..

1

TINJAUAN PUSTAKA

Kitin dan Kitosan ………

1

Hidrogel Kitosan ………

2

Hialuronat ………...

3

Kompleks Polielektrolit Kitosan dengan Hialuronat ………..

3

Tautan-Silang Kitosan ………

3

BAHAN DAN METODE.

Bahan dan Alat ………...

4

Penentuan Kadar Air ………..

4

Penentuan Derajat Deasetilasi………

4

Penetuan Bobot Molekul Kitosan dan Hialuronat ……….

4

Pembuatan Gel Kitosan dan Hialuronat ……….

5

Pengukuran Sifat Reologi Gel ………...

5

Analisis Data ………..

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Konsentrasi Kitosan, Glutaraldehida, dan Hialuronat untuk

Pembentukan Gel ………

6

Analisis Reologi Gel Kitosan-Hialuronat ………..………….

7

Perbandingan Gel Kitosan-Hialuronat Optimum dengan Modifikasi

Gel Kitosan Lainnya ……….

9

Validasi ………..

10

SIMPULAN DAN SARAN ………...

10

DAFTAR PUSTAKA ……….

10

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Spesifikasi kitosan niaga ………

2

2 Konsentrasi kitosan yang digunakan sebelumnya untuk pembentukan gel .

6

3 Hasil studi pendahuluan pembentukan gel dari kombinasi kitosan dan

glutaraldehida ………...……

7

4 Hasil optimalisasi Modde 5.0 pembentukan gek kitosan dan sifat

reologinya ………...………..

10

5 Validasi hasil penelitian terhadap Modde 5.0 ……….……….…………....

10

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

Struktur unit berulang kitin dan kitosan ………..….…

1

2

Pembentukan hidrogel kimia dan fisika ………...……

2

3

Semi-IPN dan IPN-penuh ………

2

4

Struktur unit berulang dari natrium hialuronat ……….

3

5

Pembentukan tautan-silang melalui kondensasi glutaraldehida dengan

kitosan………

3

6

Bentuk umum kurva yang diperoleh dari penganalisis tekstur Stevens

LFRA ………

5

7

Kurva viskositas larutan hialuronat …………..………

7

8

Grafik tiga dimensi

pengaruh konsentrasi hialuronat dan glutaraldehida

terhadap kekuatan gel ………..………

8

9

Grafik tiga dimensi

pengaruh konsentrasi hialuronat dan glutaraldehida

terhadap pembengkakan dan ………...………

8

10 Grafik tiga dimensi

pengaruh konsentrasi hialuronat dan glutaraldehida

terhadap pengerutan ………..………..

8

11 Grafik tiga dimensi

pengaruh konsentrasi hialuronat dan glutaraldehida

terhadap titik pecah ………...………..

9

12 Grafik tiga dimensi hubungan hialuronat dan glutaraldehida terhadap

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

Diagram alir penelitian ………

14

2

Metode pembuatan pereaksi ……….………...

15

3

Kadar air kitosan dan hialuronat………..……..….….

15

4

Derajat deasetilasi kitosan ………...

16

4

Penentuan bobot molekul kitosan ……….………...

17

6

Penentuan bobot molekul hialuronat ………

18

7

Viskositas larutan hialuronat ………

19

8

Hasil uji Anova untuk pembengkakan, pengerutan, kekuatan, titik pecah,

dan ketegaran gel kitosan-hialuronat ………....………

20

9

Kekuatan, titik pecah, dan ketegaran gel kitosan- hialuronat ………..

21

10 Pembengkakan gel kitosan-hialuronat ……….

23

(10)

1

PENDAHULUAN

Kitosan merupakan biopolimer alami yang diturunkan dari kitin. Kitin sendiri merupakan polisakarida yang ketersediaannya terbesar kedua setelah selulosa. Kitin tersebar luas pada invertebrata dan tanaman tingkat rendah (Foster & Webber 1960). Sumber yang digunakan untuk memperoleh kitin dan kitosan pada umumnya ialah famili krustacea seperti udang dan kepiting. Kulit udang mengandung kitin sebesar 15–20% sedangkan cangkang kepiting mengandung 18–32% kitin. Pemanfaatan kitin dari limbah kulit udang dan cangkang kepiting merupakan hal yang selaras dengan program pelestarian lingkungan.

Kitosan termasuk salah satu material pintar alami. Berbeda dengan polisakarida alami lainnya seperti selulosa, alginat, agarosa, dan pektin yang memiliki sifat netral atau asam, kitosan bersifat basa karena memiliki gugus amino dalam jumlah besar pada rantai tulang punggungnya (Mak & Sun 2008). Gugus ini dapat mengalami protonasi pada pH kurang dari 6,5, yang menjadikan kitosan polimer kationik. Muatan positif pada kitosan kemudian dapat berikatan dengan material lain yang bermuatan negatif seperti enzim, sel, polisakarida lainnya, asam nukleat, kulit, dan rambut (Argin-Soysal et al. 2007).

Telah banyak penelitian yang memaparkan manfaat kitosan di bidang lingkungan hingga kesehatan. Keserbagunaan ini dikarenakan kitosan bersifat khas. Kitosan biodegradabel, biokompatibel, non-toksik, memiliki aktivitas antimikrob, dapat mengelat ion logam berat, dapat membentuk gel, serta memiliki afinitas yang tinggi pada protein (Mak & Sun 2008).

Modifikasi kimia terhadap kitosan untuk meningkatkan kebergunaannya telah banyak dilaporkan. Salah satunya ialah penambahan hidrokoloid untuk memperbaiki sifat gel kitosan. Misalnya, alginat (Cardenas et al. 2003; Wahyono 2006), gom guar (Lestari 2006), gom xantan (Argin-Soysal et al. 2007), karboksimetil selulosa (Rachmanita 2006), dan hialuronat (Kim et al. 2003).

Kompleks polielektrolit (PEC) dari campuran kitosan dan hialuronat telah dilaporkan peka terhadap stimulasi listrik. Sifat pembengkakan (swelling) kompleks ini juga bergantung pada pH. Kim et al. (2003) melaporkan bahwa nisbah pembengkakan film kitosan-hialuronat pada pH 4 dapat mencapai 1300% atau dengan kata lain, film tersebut dapat menyerap air 13 kali lebih besar daripada bobot awalnya. Namun, film ini labil pada kondisi asam dan basa sehingga perlu

dimodifikasi, agar terbentuk gel dengan sifat mekanik yang baik. Salah satu modifikasi yang diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanik gel kitosan-hialuronat ialah penambahan penaut-silang glutaraldehida.

Hidrogel hialuronat sendiri berpotensi sebagai sistem pengantaran obat antiradang. Sel yang mengalami peradangan akan menghasilkan radikal hidroksil (HO•) yang dapat mendegradasi hialuronat. Degradasi ini akan mengerosi permukaan gel sehingga pelepasan obat antiradang dapat berlangsung secara terkendali pada bagian yang sakit (Yui et al. 1992 dalam Kikhuchi & Okano 2005).

Dalam penelitian ini, disintesis gel dari campuran kitosan dan hialuronat, dengan penaut-silang glurataldehida. Kondisi optimumnya ditentukan berdasarkan sifat reologi kekuatan gel, titik pecah (break point), ketegaran (rigidity), pembengkakan, dan pengerutan gel yang dihasilkan. Metode permukaan respons yang terdapat di dalam perangkat lunak Modde 5.0 digunakan dalam proses optimalisasi tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Kitin dan Kitosan

Kitin adalah biopolimer polisakarida linear dari monomer 2-asetamido-2-deoksi-D-glukosa (N-asetil-D-glukosamina), dengan ikatan glikosidik -(1→4). Kitin merupakan analog selulosa dengan substitusi gugus hidroksil pada C2 oleh gugus amino. Karena itu, beberapa sifat kitin menyerupai selulosa (Foster & Webber 1960).

Kitin yang direaksikan dengan larutan basa konsentrasi tinggi akan terdeasetilasi menjadi kitosan. Kitosan bukan zat tunggal, melainkan nama keluarga untuk produk deasetilasi kitin. Seperti halnya kitin, kitosan memiliki rantai linear dengan unit berulang 2-amino-2-deoksi-D-glukopiranosa. Struktur kitin dan kitosan diberikan pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1 Struktur unit berulang kitin (a) dan kitosan (b).

1

PENDAHULUAN

Kitosan merupakan biopolimer alami yang diturunkan dari kitin. Kitin sendiri merupakan polisakarida yang ketersediaannya terbesar kedua setelah selulosa. Kitin tersebar luas pada invertebrata dan tanaman tingkat rendah (Foster & Webber 1960). Sumber yang digunakan untuk memperoleh kitin dan kitosan pada umumnya ialah famili krustacea seperti udang dan kepiting. Kulit udang mengandung kitin sebesar 15–20% sedangkan cangkang kepiting mengandung 18–32% kitin. Pemanfaatan kitin dari limbah kulit udang dan cangkang kepiting merupakan hal yang selaras dengan program pelestarian lingkungan.

Kitosan termasuk salah satu material pintar alami. Berbeda dengan polisakarida alami lainnya seperti selulosa, alginat, agarosa, dan pektin yang memiliki sifat netral atau asam, kitosan bersifat basa karena memiliki gugus amino dalam jumlah besar pada rantai tulang punggungnya (Mak & Sun 2008). Gugus ini dapat mengalami protonasi pada pH kurang dari 6,5, yang menjadikan kitosan polimer kationik. Muatan positif pada kitosan kemudian dapat berikatan dengan material lain yang bermuatan negatif seperti enzim, sel, polisakarida lainnya, asam nukleat, kulit, dan rambut (Argin-Soysal et al. 2007).

Telah banyak penelitian yang memaparkan manfaat kitosan di bidang lingkungan hingga kesehatan. Keserbagunaan ini dikarenakan kitosan bersifat khas. Kitosan biodegradabel, biokompatibel, non-toksik, memiliki aktivitas antimikrob, dapat mengelat ion logam berat, dapat membentuk gel, serta memiliki afinitas yang tinggi pada protein (Mak & Sun 2008).

Modifikasi kimia terhadap kitosan untuk meningkatkan kebergunaannya telah banyak dilaporkan. Salah satunya ialah penambahan hidrokoloid untuk memperbaiki sifat gel kitosan. Misalnya, alginat (Cardenas et al. 2003; Wahyono 2006), gom guar (Lestari 2006), gom xantan (Argin-Soysal et al. 2007), karboksimetil selulosa (Rachmanita 2006), dan hialuronat (Kim et al. 2003).

Kompleks polielektrolit (PEC) dari campuran kitosan dan hialuronat telah dilaporkan peka terhadap stimulasi listrik. Sifat pembengkakan (swelling) kompleks ini juga bergantung pada pH. Kim et al. (2003) melaporkan bahwa nisbah pembengkakan film kitosan-hialuronat pada pH 4 dapat mencapai 1300% atau dengan kata lain, film tersebut dapat menyerap air 13 kali lebih besar daripada bobot awalnya. Namun, film ini labil pada kondisi asam dan basa sehingga perlu

dimodifikasi, agar terbentuk gel dengan sifat mekanik yang baik. Salah satu modifikasi yang diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanik gel kitosan-hialuronat ialah penambahan penaut-silang glutaraldehida.

Hidrogel hialuronat sendiri berpotensi sebagai sistem pengantaran obat antiradang. Sel yang mengalami peradangan akan menghasilkan radikal hidroksil (HO•) yang dapat mendegradasi hialuronat. Degradasi ini akan mengerosi permukaan gel sehingga pelepasan obat antiradang dapat berlangsung secara terkendali pada bagian yang sakit (Yui et al. 1992 dalam Kikhuchi & Okano 2005).

Dalam penelitian ini, disintesis gel dari campuran kitosan dan hialuronat, dengan penaut-silang glurataldehida. Kondisi optimumnya ditentukan berdasarkan sifat reologi kekuatan gel, titik pecah (break point), ketegaran (rigidity), pembengkakan, dan pengerutan gel yang dihasilkan. Metode permukaan respons yang terdapat di dalam perangkat lunak Modde 5.0 digunakan dalam proses optimalisasi tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Kitin dan Kitosan

Kitin adalah biopolimer polisakarida linear dari monomer 2-asetamido-2-deoksi-D-glukosa (N-asetil-D-glukosamina), dengan ikatan glikosidik -(1→4). Kitin merupakan analog selulosa dengan substitusi gugus hidroksil pada C2 oleh gugus amino. Karena itu, beberapa sifat kitin menyerupai selulosa (Foster & Webber 1960).

Kitin yang direaksikan dengan larutan basa konsentrasi tinggi akan terdeasetilasi menjadi kitosan. Kitosan bukan zat tunggal, melainkan nama keluarga untuk produk deasetilasi kitin. Seperti halnya kitin, kitosan memiliki rantai linear dengan unit berulang 2-amino-2-deoksi-D-glukopiranosa. Struktur kitin dan kitosan diberikan pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1 Struktur unit berulang kitin (a) dan kitosan (b).

1

PENDAHULUAN

Kitosan merupakan biopolimer alami yang diturunkan dari kitin. Kitin sendiri merupakan polisakarida yang ketersediaannya terbesar kedua setelah selulosa. Kitin tersebar luas pada invertebrata dan tanaman tingkat rendah (Foster & Webber 1960). Sumber yang digunakan untuk memperoleh kitin dan kitosan pada umumnya ialah famili krustacea seperti udang dan kepiting. Kulit udang mengandung kitin sebesar 15–20% sedangkan cangkang kepiting mengandung 18–32% kitin. Pemanfaatan kitin dari limbah kulit udang dan cangkang kepiting merupakan hal yang selaras dengan program pelestarian lingkungan.

Kitosan termasuk salah satu material pintar alami. Berbeda dengan polisakarida alami lainnya seperti selulosa, alginat, agarosa, dan pektin yang memiliki sifat netral atau asam, kitosan bersifat basa karena memiliki gugus amino dalam jumlah besar pada rantai tulang punggungnya (Mak & Sun 2008). Gugus ini dapat mengalami protonasi pada pH kurang dari 6,5, yang menjadikan kitosan polimer kationik. Muatan positif pada kitosan kemudian dapat berikatan dengan material lain yang bermuatan negatif seperti enzim, sel, polisakarida lainnya, asam nukleat, kulit, dan rambut (Argin-Soysal et al. 2007).

Telah banyak penelitian yang memaparkan manfaat kitosan di bidang lingkungan hingga kesehatan. Keserbagunaan ini dikarenakan kitosan bersifat khas. Kitosan biodegradabel, biokompatibel, non-toksik, memiliki aktivitas antimikrob, dapat mengelat ion logam berat, dapat membentuk gel, serta memiliki afinitas yang tinggi pada protein (Mak & Sun 2008).

Modifikasi kimia terhadap kitosan untuk meningkatkan kebergunaannya telah banyak dilaporkan. Salah satunya ialah penambahan hidrokoloid untuk memperbaiki sifat gel kitosan. Misalnya, alginat (Cardenas et al. 2003; Wahyono 2006), gom guar (Lestari 2006), gom xantan (Argin-Soysal et al. 2007), karboksimetil selulosa (Rachmanita 2006), dan hialuronat (Kim et al. 2003).

Kompleks polielektrolit (PEC) dari campuran kitosan dan hialuronat telah dilaporkan peka terhadap stimulasi listrik. Sifat pembengkakan (swelling) kompleks ini juga bergantung pada pH. Kim et al. (2003) melaporkan bahwa nisbah pembengkakan film kitosan-hialuronat pada pH 4 dapat mencapai 1300% atau dengan kata lain, film tersebut dapat menyerap air 13 kali lebih besar daripada bobot awalnya. Namun, film ini labil pada kondisi asam dan basa sehingga perlu

dimodifikasi, agar terbentuk gel dengan sifat mekanik yang baik. Salah satu modifikasi yang diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanik gel kitosan-hialuronat ialah penambahan penaut-silang glutaraldehida.

Hidrogel hialuronat sendiri berpotensi sebagai sistem pengantaran obat antiradang. Sel yang mengalami peradangan akan menghasilkan radikal hidroksil (HO•) yang dapat mendegradasi hialuronat. Degradasi ini akan mengerosi permukaan gel sehingga pelepasan obat antiradang dapat berlangsung secara terkendali pada bagian yang sakit (Yui et al. 1992 dalam Kikhuchi & Okano 2005).

Dalam penelitian ini, disintesis gel dari campuran kitosan dan hialuronat, dengan penaut-silang glurataldehida. Kondisi optimumnya ditentukan berdasarkan sifat reologi kekuatan gel, titik pecah (break point), ketegaran (rigidity), pembengkakan, dan pengerutan gel yang dihasilkan. Metode permukaan respons yang terdapat di dalam perangkat lunak Modde 5.0 digunakan dalam proses optimalisasi tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Kitin dan Kitosan

Kitin adalah biopolimer polisakarida linear dari monomer 2-asetamido-2-deoksi-D-glukosa (N-asetil-D-glukosamina), dengan ikatan glikosidik -(1→4). Kitin merupakan analog selulosa dengan substitusi gugus hidroksil pada C2 oleh gugus amino. Karena itu, beberapa sifat kitin menyerupai selulosa (Foster & Webber 1960).

Kitin yang direaksikan dengan larutan basa konsentrasi tinggi akan terdeasetilasi menjadi kitosan. Kitosan bukan zat tunggal, melainkan nama keluarga untuk produk deasetilasi kitin. Seperti halnya kitin, kitosan memiliki rantai linear dengan unit berulang 2-amino-2-deoksi-D-glukopiranosa. Struktur kitin dan kitosan diberikan pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1 Struktur unit berulang kitin (a) dan kitosan (b).

Gambar

Gambar  1 Struktur  unit  berulang  kitin  (a)  dan kitosan (b).

Referensi

Dokumen terkait

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP EKUITAS MEREK PRODUK KRATINGDAENG (STUDI PADA GIANT SUN CITY SIDOARJO)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh transformational leadership style terhadap spirit of creativity pada karyawan bagian desain di Sentra Industri

Pada temuan kedua terdapat tujuh pernyataan yang harus diurutkan yaitu adanya kebutuhan interaksi sosial, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan status, adanya kedekatan,

Hasil penjumlahan dan pengurangan angka penting harus memiliki jumlah angka penting yang sama dengan bilangan yang memiliki angka penting terbanyak dari bilangan-bilangan

Tujuan penelitian adalah: 1) untuk mengetahui penerapan kantin kejujuran yang efektif untuk membentuk nilai-nilai karakter. 2) untuk mengetahui peran guru PPKn dalam

Tabel 1.5 Data peserta wisuda sarjana Ilmu Komunikasi No No.BP /

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri

Analisis terhadap strukturisasi sistem pengelolaan lingkungan berkelanjutan di kawasan Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) mengacu pada prinsip-prinsip pembangunan