• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PANGGILAN PELAYANAN BERDASARKAN YEREMIA 1:4-19 DAN IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP PANGGILAN PELAYANAN BERDASARKAN YEREMIA 1:4-19 DAN IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI SKRIPSI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PANGGILAN PELAYANAN BERDASARKAN YEREMIA 1:4-19 DAN IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan Stratum Satu (S1) Program Studi Teologi Kristen Pada

Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar

Oleh

SURYANI NOVITA DJAMI NPM: 11012058

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR

(2)

Abstrak

Suryani Novita Djami “Konsep Panggilan Pelayanan Berdasarkan Yeremia 1:4-19 Dan Implikasinya Bagi Hamba Tuhan Masa Kini.” (Dibimbing oleh Pdt. Dr. Peniel C. D. Maiaweng)

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menjelaskan kebenaran tentang konsep panggilan pelayanan berdasarkan Yeremia 1:4-19 serta implikasi praktisnya tentang panggilan pelayanan bagi hamba Tuhan masa kini berdasarkan Yeremia 1:4-19. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka kesimpulannya adalah Pertama, panggilan merupakan inisiatif Allah. Pemanggilan Yeremia merupakan inisiatif yang datang dari TUHAN. TUHAN yang telah memilih, menetapkan dan menguduskan Yeremia sebagai seorang nabi. Kedua, keunikan dalam panggilan seseorang hamba TUHAN. Panggilan TUHAN terhadap seseorang dapat di lihat dengan cara, bagaimana ia memberikan respon terhadap panggilannya atau bagaimana cara ia menanggapi panggilan TUHAN tersebut. TUHAN memanggil setiap orang dengan cara yang berbeda-beda. Oleh karena itu, TUHAN menginginkan hamba-Nya dapat melayani dengan setiap keunikan-keunikan yang ada dalam diri setiap pribadi. Ketiga, di dalam panggilan diperlukan kesetiaan dalam melayani TUHAN. Dalam melayani TUHAN hamba-Nya harus meneladani Allah yang setia dalam melakukan pelayanan-hamba-Nya. Kesetiaan seperti inilah yang diinginkan oleh Allah bagi setiap hamba-Nya yaitu kesetiaan terhadap pelayanan dan ketaatan dalam melayani perintah TUHAN. Keempat, di dalam panggilan hamba TUHAN harus selalu siap melakukan firman TUHAN.Di mana dan ke mana pun hamba-Nya pergi untuk menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun melalui pelayanan-pelayanan yang dilaksanakannya, kahadiran dan kebesaran-Nya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kelima,di dalam Panggilan hamba TUHAN juga harus memiliki pandangan bahwa tidak selamanya menjadi hamba TUHAN itu memiliki kehidupan yang bahagia tanpa ada masalah. Masalah akan datang silih berganti yang terpenting ialah bagaimana kesetiaan, ketaatan, dan hubungan yang erat dengan TUHAN dapat terus dijaga karena itu merupakan suatu syarat mutlak. Kata Kunci: Panggilan, Pelayanan, Yeremia, Hamba Tuhan.

(3)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Sebelum kelahirannya, Yeremia telah di panggil Tuhan, di desa Anatot, untuk menjadi nabi pada hari-hari terakhir kota Yerusalem. Sejak masa mudanya ia telah diberi tugas yang berat, yaitu mencabut, merobohkan, meruntuhkan, membangun dan menanam. Ia harus mengabarkan kejatuhan Yerusalem dan penawanan di Babilonia, sebelum ia dapat menyatakan kembalinya bangsa itu dari pembuangan dan pembangun kembali kota itu.1Nabi Yeremia adalah nabi yang dipanggil Allah dengan maksud yang ditetapkan Allah atas hidupnya. Pada zaman Perjanjian Lama, ada banyak tokoh yang dipanggil TUHAN untuk menyampaikan firman-Nya kepada Umat Tuhan. Setiap tokoh memiliki kisah panggilan yang berbeda-beda. Seperti Musa, Ia mendapat panggilan melalui peristiwa semak yang terbakar saat ia sedang menggembalakan kambing domba Yitro. Melalui mujizat semak duri yang bernyala-nyala tapi tidak habis dilalap api, Allah memanggilnya, yaitu Allah dari nenek moyangnya Abraham, Ishak dan Yakub (Kel. 3:6).2 Selain Musa, ada juga nabi yang dipanggil oleh Allah untuk menjadi seorang nabi. Peniel

1Clarence H. Benson, Pengantar Perjanjian Lama Puisi dan Nubuat (Malang:Gandum Mas, 2000), 48.

2J. D. Douglas (ed.), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid M-Z(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1999), 104.

(4)

C. D. Maiaweng menuliskan dalam buku Utuslah Aku tentang Pengenalan tentang Panggilan Pelayanan Berdasarkan Yesaya 6:1-13 ialah, “Pada tahun kematian Raja Uzia (6:1), Yesaya mengalami secara langsung pertemuan dengan Tuhan sebelum ia menerima panggilan pelayanan.”3 Jadi, nabi yang dipanggil oleh Allah selain Musa yaitu nabi Yesaya dan masih banyak lagi nabi lainnya. Setiap tokoh menanggapi panggilan mereka secara bebas tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak luar atau orang lain.

Cara TUHAN memanggil pun unik dalam setiap pribadi. Pemanggilan ini juga yang terjadi dalam kisah panggilan para nabi, terutama pada nabi Yeremia. Nabi Yeremia dipanggil sejak dalam kandungan ibu. Dengan kata lain, nabi Yeremia sudah dipersiapkan oleh TUHAN sejak masih dalam kandungan untuk menjadi juru bicara Allah. Keunikan panggilan nabi di dalam Perjanjian Lama merupakan hal yang dapat dijadikan teladan yang dapat menolong hamba Tuhan di masa kini yang juga menyadari panggilan Tuhan atas hidupnya. Di antara banyak tokoh dalam Perjanjian Lama salah satunya adalah Nabi Yeremia. Yeremia adalah nabi yang dipanggil di tengah-tengah bangsa yang hidup di dalam kemerosotan dan kebobrokan moral yang jauh dari kebenaran Allah. Derek Kidner menuliskan bahwa, pada dekade terakhir pemerintahan Manasye,

3Peniel C. D. Maiaweng “Pengenalan tentang Panggilan Pelayanan Berdasarkan Yesaya 6:13,” dalam Daniel Ronda (ed), Utuslah Aku Panggilan Yang Tak Lekang Oleh Waktu (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2012), 154.

(5)

pemerintahan terlama dan tersuram dalam sejarah Yehuda, lahirlah dua anak laki-laki sebagai pemberian Allah dan kehancuran moral.Pemerintahan yang berlangsung sekitar setengah abad ini diwarnai dengan maraknya kembali praktek penyembahan dewa-dewa Kanaan dan Asyur, praktik kuasa-kuasa gelap, pengorbanan manusia dan sistem peradilan yag bobrok.4 Di tengah keadaan yang demikianlah Yeremia dipanggil untuk menjadi nabi bagi Allah. Yeremia lahir ditengah orang yang murtad dan berpaling dari TUHAN. Masyarakat, pemerintahan, dan keluarganya pun menjadi musuh bagi Yeremia karena ia menyampaikan nubuat serta firman TUHAN. Walaupun memiliki ketidakmampuan untuk memenuhi panggilan ini, tetapi Yeremia akhirnya menyetujui panggilan Allah atas hidupnya.

Ketika Yeremia di panggil TUHAN untuk menjadi seorang nabi (Yer. 1:5) Yeremia tahu bahwa akan ada kesulitan yang akan dialaminya, itulah sebabnya Yeremia berani berkata: “Sesungguhnya aku ini tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda” (ayat. 6). Ungkapan ini disampaikan oleh Yeremia agar seseorang yang masih muda, Yeremia dapat menolak panggilan yang datang dari Allah atas hidupnya. Di dalam bagian ini pun Yeremia tetap berusaha untuk mencari alasan agar tidak diutus untuk menjadi utusan TUHAN bagi bangsa-bangsa yang ditetapkan Allah menjadi pusat pelayanan Yeremia. Sekalipun

4Derek Kidner, Yeremia Teladan Iman di Tengah Kekacauan Kehidupan

(6)

Yeremia menyadari dan menyatakan ketidakmampuan dirinya atas panggilan Allah, namun ketika Tuhan yang berdaulat memanggil seseorang yang dikehendaki-Nya, maka tidak akan ada satupun orang yang dapat menolak-Nya atau lari daripada-Nya. Allah memanggil Yeremia dengan tujuan yang mulia, yakni menjadi wakil Allah untuk menyampaikan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya di tengah-tengah hidup manusia. Ini merupakan suatu pemahaman yang mendalam bahwa Allah adalah pribadi yang berdaulat atas segala ciptaan-Nya.

Di dalam panggilannya seseorang akan selalu terdapat banyak tantangan/persoalan. TUHANmemanggil seseorang untuk mengerjakan segala perintah-Nya dan itu berarti bahwa siapapun yang dipanggil oleh Tuhan menjadi pelayan-Nya pasti dengan tujuan membawa setiap orang berdosa pada pertobatan. Fakta inilah yang menjadi suatu tanggung jawab bagi para hamba Tuhan, karena sebagian orang yang dipanggil khusus oleh TUHAN beranggapan bahwa panggilan itu mendatangkan tanggung jawab yang harus dipikul dalam hidupnya, seperti yang dialami Yeremia.

Pendidikan sekolah-sekolah teologia sebenarnya sudah cukup lama dikenal di kalangan jemaat Kristen awam. Namun tidak seperti sekolah-sekolah sekuler

(7)

umumnya, sekolah teologia sekali kurang diminati.5 Alasan yang melatarbelakangi mengapa orang-orang yang telah terpanggil ini kemudian kurang tertarik dengan sekolah tersebut. Dimulai dengan alasan yang sifatnya menakutkan juga dengan alasan-alasan yang sifatnya sepele.Pertama, Alasan yang menakutkan ialah karena orang tersebut takut menjalani pendidikan di sekolah teologi disebabkan oleh perasaan tidak layak menjadi seorang hamba Tuhan. Faktor yang menyebabkan hal ini ialah karena bagi sebahagian orang memandang bahwa menjadi seorang hamba Tuhan harus memiliki kehidupan rohani yang cukup baik dan seorang hamba Tuhan tidak memiliki banyak uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua,Kemudian dari alasan yang sepele, terdapat banyak anggapan bahwa orang-orang yang lulus dari sekolah teologi pada akhirnya tidak memiliki masa depan yang baik. Itulah sebabnya mengapa ada banyak orang menjadi tidak terdorong untuk masuk ke dalam sekolah-sekolah theologia dan memiliki kerinduan untuk menjadi hamba Tuhan.6

Munurut Mang Ucup dalam buku Hamba Duit vs Hamba Allah menjelaskan bahwa “Tidaklah heran kalau zaman ini banyak orang yang ingin menjadi pendeta. Dan, ini bukan dikalangan orang awan saja bahkan konglomerat. Banyak konglomerat yang yang beralih profesi untuk menjadi pendeta dan

5“Sekolah-sekolah Tinggi Teologia Di Indonesia,”diakses 31 Mei, http://icw.sabda.org/index.php?n=tampil&id=61

(8)

sebaliknya. Karena mereka menganggap bahwa menjadi pendeta tidaklah sukar. Disamping itu, untuk menjadi pendeta tidaklah dibutuhkan pengetahuan khusus bahkan pengetahuan Alkitab pun tidak penting. Bahkan ada cara yang lebih mudah lagi, tinggal menyontek di internet mau khotbah tentang apa pun.”7 Hal inilah yang membuat orang banyak memprofesikan diri sebagai hamba Tuhan.

Pada bagian yang lain juga terdapat beberapa orang yang tetap memiliki kerinduan dan semangat untuk memenuhi panggilan Tuhan dengan memasuki sekolah teologi yang juga didasari oleh berbagai latar belakang alasan positif. Menjadi seorang hamba Tuhan merupakan hal yang mulia di hadapan Tuhan. Seperti Yeremia yang dipanggil TUHAN untuk menjadi nabi.

Setiap orang memiliki panggilan masing-masing, dipanggil secara unik dan ditanggapi secara bebas oleh masing-masing orang. Yeremia dipanggil untuk menyelesaikan tugas mulia menyampaikan firman TUHAN kepada bangsa Israel sehingga berkelanjutan dengan perutusannya.

Panggilan khusus Tuhan atas seseorang untuk menjadi hamba Tuhan merupakan karunia terbesar atas diri manusia yang pada akhirnya akan membentuk orang sedemikian rupa sehingga hal itu kemudian menjadi bukti nyata dari pemahamannya terhadap panggilan yang hadir di dalam hidupnya. Di dalam

(9)

Alkitab terdapat banyak tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama yang dipilih dan dipanggil untuk melaksanakan tugas dari Tuhan.

Ketika Allah sudah memilih dan menetapkan seseorang, Allah juga berjanji bahwa Allah akan selalu menyertai sehingga setiap rencana-rencanaNya dapat digenapi. Seperti halnya Yeremia, Allah memilih Yeremia dan Allah juga berjanji akan menyertai Yeremia untuk dapat mencapai tujuan-Nya.

Perbedaan dan keunikan panggilan serta pelayanan yang ditetapkan bagi Yeremia inilah yang menjadi alasan penulis ingin menulis sebuah karya tulis sebagai acuan bagi para hamba Tuhan masa kini.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah dengan judul:KONSEP PANGGILAN PELAYANAN

BERDASARKAN YEREMIA 1:4-19 DAN IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI.

Pokok Masalah

Berdasarkan masalah yang terdapat di latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam penulisan skripsi ini adalah:

Pertama, apa konsep dari panggilan pelayanan berdasarkan Yeremia 1:4-19 ?

Kedua, bagaimana implikasi panggilan pelayanan berdasarkan Yeremia 1:4-19 ?

(10)

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Pertama, menjelaskan kebenaran tentang konsep panggilan pelayanan berdasarkan Yeremia 1:4-19.

Kedua, menjelaskan implikasi praktis tentang panggilan pelayanan bagi hamba Tuhan masa kini berdasarkan Yeremia 1:4-19.

Metodologi Penulisan

Adapun metode yang digunakan oleh penulis adalah Hermeneutik Eksegesis dengan prinsip-prinsip hermeneutik Alkitab dan penelitian literatur dengan cara meneliti buku-buku yang berkaitan erat dengan isi penulisan karya ilmiah ini. Hermeneutik adalah salah satu bagian dari teologi yang mempelajari teori-teori prinsip-prinsip dan metode-metode penafsiran. Hermeneutik tidak hanya merupakan semacam ilmu pengetahuan, tetapi juga merupakan semacam kesenian. Sebagai ilmu pengetahun, hermeneutik menggunakan cara-cara ilmiah dalam mencari arti sesungguh nya dari Alkitab. Prinsip-prinsip yang digunakannya merupakan suatu sistem yang masuk akal, dapat diuji dan dipertahankan, dipihak lain, sebagai semacam kesenian. Hermeneutik pun harus menghasilkan sesuatu yang indah harmonis, bahkan pada kasus tertentu, ia

(11)

menuntut pendekatan yang berbeda dengan pendekatan ilmiah.8Hermeneutik lebih condong kepada penyelidikan prinsip-prinsip, hukum-hukum dan cara penafisran Alkitab. Sedangkan eksegesis lebih condong kepada penggunaan prinsip-prinsip, hukum-hukum cara.9

Eksegesis adalah hal yang mempelajari Alkitab secara sistematis dan teliti untuk menemukan arti asli yang dimaksudkan. Pada dasarnya hal ini adalah suatu tugas yang berkenan dengan sejarah. Suatu usaha untuk mendengar firman sebagaimana penemerima mula-mula mendengarkannya, untuk menemukan apa yang dimaksudkan mula-mula oleh perkataan Alkitab ini.10

Untuk itu penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui penggalian kepustakaan (Library research), yaitu dengan menggunakan Alkitab, Kamus, Tafsiran, dan buku-buku serta berbagai literatur dan tulisan-tulisan media di media on-line yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi penulis.

Batasan penulisan

Penulisan karya ilmiah ini membahas tentang prinsip-prinsip panggilan pelayanan menurut Yeremia 1:4-19 dan implikasinya bagi hamba Tuhan masa kini.

Sistematika Penulisan

8Hasan Susanto, Hermeneutik Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1998), 3.

9Ibid., 3.

10 Gordon D. Fee & Douglas Stuart, Hermeneutik Bagaimana Manafsirkan Firman Tuhan

(12)

Untuk memudahkan tentang apa yang dibahas dalam skripsi ini, maka penulisan mengemukakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I, merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas; latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, batasan penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II, merupakan latar belakang dan pendahuluan kitab Yeremia, garis besar kitab Yeremia, penulis, tanggal penulisan, tujuan penulisan kitab Yeremia, tema kitab Yeremia, Keunikan kitab Yeremia.

Bab III, merupakan penjelasan tentang eksposisi konsep panggilan pelayanan Yeremia berdasarkan Yeremia 1:4-19.

Bab IV, merupakan penjelasan mengenai implikasi dari panggilan pelayanan Yeremia bagi hamba Tuhan.

Referensi

Dokumen terkait