16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
16/41913.pdf
61
BABIV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional; apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuan komunikasi konvensional.
A. Temuan Hasil Penelitian
matematis siswa yang mendapat pembelajaran
Sebelum dilaksanakan pembelajaran, terlebih dahulu kedua kelas diberikan tes awal (pretes). Setelah seluruh subpokok materi selesai. kedua kelas diberi tes akhir (postes) untuk melihat pencapaian kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis siswa setelah pembelajaran. Data yang diolah dan dianalisis pada penelitian ini adalah data skor pretes, postes dan indeks gain kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis siswa baik ke!as eksperimen maupun kelas kontrol. Skor tersebut diolah dan dikaji sesuai dengan pengolahan data yang telah dirancang dalam metode penelitian. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis 1 dan menganalisa penyebab dan hal-hal yang terkait. Sebelum pembuktian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan disajikan rangkuman skor yang diperoleh dari pretes dan postes pada kedua kelas, gain yang diperoleh dari data skor 16/41913.pdf
62
kemampuan berpikir kreatif. Berikut data skor yang diperoleh berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS 17:
T b I 4 a e .
.
1 R k e ap1tu as1 . I . Sk or es T K emampuan B crp1 r "ki K rea 1 ffM a emat1 a t "k Kelas Kontrol Kelas Eksperimen TesPretes Postes gain Pretes Postes Gain
N 30 30 30 30 Skor Max 7 17 7 18 Skor Min 3 11 3 10 Rerata 4,93 14,03 0,5987 4,93 15,40 0,6957 Simpangan 1,285 1,377 0,11073 1,202 1,923 0,12995 Baku
Tabel4.2 Rekapitulasi Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Materna tis
Tingkat N Gain Kelas Kontrol Kelas Eks [lerimen
Frekuensi % Frekuensi % Tinggi 4 13,33 18 60 -Sedang 26 86,67 12 40 Rendah 0 0 0 0 Jumlah 30 100 30 100
Tabel4.3 N-Gain Pada Tiap lndikator Kemampuan Berpikir Kreatif M atemat1s e as . K I Eks :penmen
lndikator No Soal Rata-rata NGain Kriteria
Pretes Postes
Keluwesan 1 I 3,4 0,80 Tinggi
Kelancaran 2 0.83 3.03 0,69 Sedang
Keaslian 3 I 2,93 0,64 Sedang
Keterincian 4 1,05 3,02 0,67 Sedang
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif. Data tersebut di dapat dari 60 orang siswa terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen yang mendapat model pembelajaran dengan tipe ST AD dan 30 siswa kelas kontrol yang mendapat pembelajaran konvensional.
Bila dilihat, selisih rata-rata pretes dan postes untuk kelas kontrol adalah 9, 1. Sedangkan selisih rata-rata pretes dan postes untuk kelas eksperimen adalah 10,47. Ini menandakan bahwa pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis
I
! 16/41913.pdf
63
untuk kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Bila diperhatikan hasil pretes dan pastes pada tabel 4.1, terlihat kelas eksperimen lebih meningkat. secara deskriftif dapat digambarkan melalui diagram berikut:
16 14 ~---12 ~
"'
10 J,.,./ Ql ~...
8 0 ~ <111 Pretes Vl 6 4 llil Postes 2 0 Kelas Kontrol Kelas EksperimenDiagram 4.1 Rata-Rata Skor Kemampuan Berpikir Kreatif
Rata-rata gain temormalisasi kelas kontrol dan kelas eksperimen pada Tabel 4.1 sama-sama berkategori sedang karena berada dalam rentang antara 0.3 dan 0.7. Namun rata-rata gain kelas eksperimen lebih besar dari pada gain pada kelas kontrol. Tingkat gain temormalisasi pada kategori tinggi. kelas kontrol memiliki 4 orang siswa atau 13,33%. Sedangkan tingkat gain temormalisasi pada kelas eksperimen, terdapat 18 siswa dari 30 siswa, atau 60% berkategori tinggi.
Pada tabel 4.3 peningkatan yang tinggi hanya terjadi pada keluwesan. Sedangkan kelancaran, keaslian, dan keterincian hanya meningkat pada level sedan g.
16/41913.pdf
64
Adapun rangkuman skor yang diperoleh dari pretes dan postes pada kedua kelas, gain yang diperoleh dari data skor keman1puan komunikasi matematis siswa adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.4 Rekapitulasi Skor Tes Kemamp_uan Komunikasi Matematis
Tes Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
N SkorMax Skor Min Rerata Simpangan Baku Pretes 30 6 2 3,97 1,033
Postes G Pretes Postes G
30 30 30
I4 6 I6
8 2 II
II ,30 0,4553 3,97 I3,50 0,594 11,512 0,9662 0,964 1,225 0,80
Bila dilihat, selisih rata-rata pretes dan postes untuk kelas kontrol adalah 7,33. Sedangkan selisih rata-rata pretes dan postes untuk kelas cksperimen adalah 9,53. Ini menandakan bahwa pencapaian kemampuan komunikasi matematis untuk kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Berdasarkan hasil pretes dan postes, terlihat kelas eksperimen lebih meningkat. secara deskriftif dapat digambarkan melalui diagram berikut:
14 ~--- ---
-12 10 Ill C1l 8
....
...
0 6 ..:.: VI li! Pretes 4 P Pastes 2 0 Kelas Kontrol Kelas Ekspt!rimen L ____________________ --- --- --- _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ JDiagram 4.2 Perbedaan Rata-rata Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis
16/41913.pdf
65
Rata-rata gain temorrnalisasi kelas kontrol dan kelas eksperimen pada Tabel 4.4 sama-sama berkategori sedang karena berada dalam rentang antara 0.3 dan 0. 7. Namun rata-rata gain kelas eksperimen lebih besar dari pad a gain pada kelas kontrol. Tingkat gain temorrnalisasi pada kategori tinggi, kelas eksperimen memiliki 4 orang siswa atau 13,33%. Sedangkan tingkat gain temorrnalisasi pada kelas kontrol, tidak ada siswa yang berkategori tinggi atau 0%.
Berdasarkan perbedaan rata-rata N-Gain dan perbedaan banyaknya siswa yang berada pada kategori gain tinggi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan (N-Gain) kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Namun, untuk pengujian hipotesis tidak cukup hanya denga11 perbedaan rata-rr.ta N-Gaia. Perlu diuji melalui perhitungan statistik. Berikut ini uraian hasil - hasil penelitian dan pembahasan.
1. Analisa Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Materna tis
Data pretes diperoleh dengan memberikan tes awal kepada siswa sebelum mendapatkan materi tersebut dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD. Pretes dilakukan di kelas STAD maupun kelas konvensional. Tujuan dilakukan tes awal ini adalah untuk mengetahui kesiHpan siswa pada kedua kelas dalam menerima materi barn serta untuk mengetahui kedua kelas memiliki kemampuan berpikir kreatif awal yang relatif sama atau berbeda.
Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh skor maksimum, skor minimum, skor rerata dan simpangan baku seperti terdapat pada Tabel4.5. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3
16/41913.pdf
Tabel 4.5 Skor Maksimum, Skor Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas T es A wal (Pretes)
N Skor Skor Rerata Simpangan
Maksimum Minimun Baku
Eksperimen 30 7 3 4,93 1,202
Kontrol 30 7 3 4,93 1,285
66
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata skor pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 4,93. Sementara itu, simpangan baku untuk kelas eksperimen adalah 1,202 sedangkan simpangan baku untuk kelas kontrol adalah 1 ,285. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa rata-rata skor pretes kelas kontrol sama dibandingkan dengan rata-rata skor pretes kelas eksperimen. Namun untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai skor pretes siswa kelas eksperimen sama atau tidak dengan kelas kontrol akan dilaksanakan uji kesamaan dua rata-rata dengan taraf signifikansi 5%.
a. Uji Normalitas Data Pretes
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah skor pretes antara kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan program SPSS 17.0 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05.
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.2. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3
Tabel4.6 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperime!l dan Kelas Kontrol Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnov Statistic Df Sig. Eksperimen 0.155 30 0.062 Skor Kontrol 0.154 30 0.067 16/41913.pdf
67
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 4.6 skor signifikansi pada kolom signifikansi data skor tes awal (pretes) untuk eksperimen adalah 0,062 dan kelas kontrol adalah 0,067. Karena skor signifikansi kedua kelas lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa rata-rata pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal.
Selanjutnya karena data berdistribusi normal maka dilakukan UJI homogenitas variansi populasi skor kelas eksperimen dan kelas kontrol pada data pretes.
b. Uji Homogenitas Dua Varians
Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis pengujian:
H0 : variansi populasi skor kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen
H1 : variansi populasi skor kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak homogen
Kriteria pengujian adalah tolak Ho apabila p-value (sig) < 0,05 maka distribusinya tidak homogen dan terima H1 apabila p-value (sig) 2: 0,05 maka
distribusinya homogen. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel4.7 Uji Statistik Lavene Tes Awal (Pretes) Kemampuan Berpikir
Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Aspek Kemampuan Statistik Levene Sig.
Berpikir Kreatif 0.123 0.727
16/41913.pdf
68
Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene pada Tabel 4.7 nilai signifikansinya adalah 0.727. Karena 0,727 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama. atau kedua kelas tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3
2. Analisis Data Tes Akhir (Postes) Kemampuan berpikir Kreatif
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitain di peroleh skor protest kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan tehnik STAD dan siswa kelornpok kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional. Postes diberikan kepada siswa setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai dilakukan. Hasil pengolahan data disajikan pada statistik deskriptif pada tabel 4.8. data lengkap hasil postest disajikan pada lampiran C.4
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Skor Postes Kemampuan Berpikir kreatif Matematis Siswa
Tes Akhir (Postes)
Kelas Skor Skor Skor
Ideal N Maksi Mini Rerata Simpangan Baku
mum mum
Eksperimen 20 30 18 10 15,40 1,923
Kontrol 20 30 17 11 14,03 1,377
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor kemampuar.. berpikir kreatif kelompok eksperimen setelah pembelajaran lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Rata- rata kelas eksperimen adalah 15,40 sedangkan kelas kontrol adalah 14,03 dari skor ideal 20. Jika di bandingkan dengan skor ideal, maka rata- rata 16/41913.pdf
69
skor eksperimen adalah 77 % dari skor ideal sedangkan kelas kontrol adalah 70.15 % dari skor ideal.
a. Uji Normalitas Data Postes
Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows dengan taraf signifikansi
0,05.
Hipotesis nol (H0 ) yang di uji melmvan hipotesis alternative (H1 ) adalah sebagai berikut.
H0 : Data skor postes berdistribusi normal
H1 : Data skor postes tidak berdistribusi normal Sedangkan pengambilan keputusan sebagai berikut:
I. Jika sig. atau probabilitas 2 0,05, maka H0 diterima 2. Jika sig. atau probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
Hasil uji normalitas skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat di lihat pada tabel 4.9 berikut, data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5.:
T b 14 9 a e
.
u··
IJI N ormart
1 as Sk or P os es tAspek Kemmnpuan Kelas Kolmogorov-smirnov Kesimpulan Stat Df Sig.
Berpikir kreatif STAD 0.156 30 0.061 H0 diterima matematis Konvensional 0.157 30 0.057 Ho diterima
Berdasarkan tabel 4.9 di atas diketahui bahwa siginifikasi yang di peroleh melalui uji normalitas pada aspek berpikir kreatif di kelas eksperimen dan kelas kontrollebih besar dari 0,05 yaitu 0,61 untuk kelas eksperimen (STAD) dan 0,57 16/41913.pdf
70
untuk kelas kontrol (konvensional). Ini berarti bahwa populasi skor pastes kemampuan berpikir kreatif matematis kelas kelompok eksperimen dan kontrol keduanya berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Selanjutnya karena data berdistribusi normal maka dilakukan UJI homogenitas variansi populasi skor kelas eksperimen dan kelas kontrol pada data pastes kemampuan berpikir kreatif matematis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, dimana uji homogenitas menggunakan
statistik Lavene. Dengan hipotesis sebagai berikut.
H0 : variansi po:;tes kelas eksperimen dan kontrol homo gen. H1 : variansi pastes kelas eksperimen dan kontrol tidak homo gen.
Hasil uji tersebut di hitung dengan taraf signifikasi a = 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak H0 apabila p-value (Sig) < 0,05 maka distribnsinya tid~k homogen dan terima H0 apabila p-value (Sig) ~ 0,05 maka distribusi kedua varians homo gen. Hasil perhitunganya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut, data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4
Tabel4.10 Uji St2tistik Levene Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Secara Keseluruhan
Aspek Kemampuan Statistik Levene Sig. Kesimpulan Berpikir kreatif matematis 3,053 0.086 Ho diterima
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa skor p-value (Sig) > 0.05 yaitu 0,086 ini berarti H0 di terima, artinya variansi populasi berpikir kreatif matematis kedua kelompok homogen.
16/41913.pdf
71
Selanjutnya untuk menguji perbedaan rata-rata data skor pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang digunakan, sesuai dengan uji normalitas dan homogen yang dirangkum pada tabel 4.11
Tabel4.11 Rekapitulasi Uji Normalitas dan Homogenitas Data Skor K emampuan erp1 Ir rea 1 B "k" K ffM a ema 1s t f
Skor Hasil Normalitas Hasil Uji Uji yang
Eksperimen Kontrol Homogenitas digunakan
Pretes Normal Normal Homogen Uji-t
Postes Normal Normal Homogen Uji-t
Dari tabel 4.11 diketahui bahwa kedua skor berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan variansi yang homogen, maka selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan uji-t satu pihak yaitu uji pihak kanan dengan nilai signifikansinya 0,05. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan
Independent Sample t-test dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians
assumed) dengan taraf signifikansinya 0,05.
Pengujian Hipotesis 1:
Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak) sebagai berikut :
Ho: 111
=
112Keterangan :
H0 : Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol pada tes awal tidak berbeda secara signifikan.
H1 Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol pada tes awal berbeda secara signifikan.
16/41913.pdf
72
Tabel4.12 Uji-t Data Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Skor Kelompok Mean St. t hitung Sig. (2- Kesimpulan
Dev tailed)
Eksperimen 4,93 1.202
Pretes 0,000 1,000 Terima Ho
Kontrol 4,93 1.285 ..
Data selengkapnya dapat d1hhat pada Lamp1ran C.3
Pada Tabel 4.12 terlihat bahwa nilai signifikansi (sig.2-tailed) dengan uji-t adalah 1.000. Karena kita melakukan uji satu pihak, maka nilai sig.(2-tailed) harus dibagi dua menjadi _: = 0,5. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05
2
maka H0 diterima atau kemampuan berpikir kreatif matematika kedua kelas
tersebut tidak berbeda secara signifikan.
Pengujian Hipotesis 2:
Dalam hal ini penelitian menggunakan uji pihak kanan dengan tujuan untuk mengetahui kelas mana yang lebih baik. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik sebagai berikut :
Ho: J..li = J.!2
Keterangan :
Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematika pada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model STAD dengan kemampuan kreatif matematika siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
H 1: Kemampuan berpikir kreatif matematika pada siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model ST AD lebih baik daripada kemampuan 16/41913.pdf
73
berpikir kreatif matematika s1swa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan hasil uji-t tes akhir (postes) dapat dilihat pada tabel 4.13
Tabel4.13 Uji-t Data Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Skor Kelompok Mean 3t. t hitung t tabel Kesimpulan
Dev Eksperimen 15.40 1.923
Postes 3,165 2,66 Tolak Ho
Kontrol 14.03 1.377 ..
Data selengkapnya dapat d1hhat pada Lamp1ran C.4
Berdasar tabel 4.13 di atas pada skor Postes, t hitung > t tabel maka tolak Ho, artinya bahwa kemampuan berpikir kreatifmatematis siswa kelas STAD lebih baik dari kelas Konvensional.
3. Analisis Data lndeks Gain Kemampuan Berpikir Kreatif
Untuk melihat kualitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, selanjutnya data hasil pretes dan postes di hitung peningkatannya dengan menggunakan rumus indeks gain dengan formula sebagaimana seperti yang telah dijelaskan pada BAB III. Berdasarkan hasil perhitungan didapat hasil seperti pada tabel 4.14 berikut ini.
Tabel4.14 Hasil Perhitungan Indeks Gain
Kemampuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Indeks Gain 0,6907 0,5937
Peningkatan 69% 59%
I
Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa kualitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika pada siswa kelas eksperimen sebesar 69% dan kelas kontrol sebesar 59%. Dan jika berdasarkan Kriteria interpretasi 16/41913.pdf
74
indeks gain yang dikemukakan oleh Hake, maka indeks gain kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol keduanya sedang. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.5
a. Uji Normalitas Distribusi
Untuk mengetahui apakah data-data yang diolah berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data gains pada kelas dan kontrol dan kelas ekperimen. Sarna halnya dengan pengujian normalitas data pretes, pengujian untuk data gain dalam penelitian ini juga menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.
Kriteria pengambilan keputusan untuk pengUJian data tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jika signifikansi < 0,05 maka data sam pel tidak berdistribusi normal 2) Jika signifikansi ?: 0,05 maka data sampel berdistribusi normal
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh data seperti terdapat pada tabel 4.15 berikut ini.
Tabel4.15 Hasil Uji Normalitas lndeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol KELAS Kolmogorov-Smimov 3 Statistic Df Sig. Eksperimen 0.149 30 0.086 NGAIN Kontrol 0.111 30
o.2oo*
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.15 nilai signifikansi pada kolom signifikansi untuk eksperimen adalah 0,086 dan kelas kontrol adalah 0,200 Karena nilai
I
' I I II
16/41913.pdf75
signifikansi kedua kelas lebih dari 0,05. maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi nom1al.
b. Uji Homogenitas Dua Varians
Karena data tersebut berdistribusi normal, maka langkah kedua adalah menguji homogenitas dua variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 0,05. Hasilnya seperti
terlihat pada Tabel 4.16 berikut ini.
Tabel4.16 Homogenitas Dua Varians lndeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
~-~-~~-~~.---,--~~- I --~--~ -~
~~
Statistik Levenej__ dflL
dt2 1 ___S-=ig=-·~_J
I N GAIN 0.179 . 1
I
58 I 0.674Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene pada taPel 4.16 nilai signifikansinya adalah 0,674. Karena nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5
c. Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji-t)
Kedua kelas tersebui berdistribusi normal dan memiliki varmns yang homogen, selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rerata dengan uji-t melalui program SPSS 17.0 for Windows menggunakan Independent Sample T-Test
dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf
signifikansi 0,05. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
16/41913.pdf
76
Keterangan:
H0: Peningkatan rata-rata skor indeks gain kelas ekperimen tidak lebih baik daripada kelas kontrol.
H1: Peningkatan rata-rata skor indeks gam kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
Selanjutnya, kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian data tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak 2) Jika ~ignifikansi 2: 0,05, maka Ho diterima
Jika pengambilan keputusaan dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel maka kriterianya:
1) Jika nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak 2) Jika nilai thitung :S ttabel maka Ho diterima
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.17 Hasil Uji-t lndeks Gain
Skor Kelompok Mean St. Dev t hitung t tabel
Kesim-pulan
Eksperimen 0.6957 0.12995
NGAIN 3,123 2,66 Tolak Ho
Kontrol 0.5987 0.11073
Jika pengambilan keputusaan dilakukan dcngan membandingkan nilai thitung dengan ttabel maka thitung > ttabel atau 3,123 > 2,66 maka Ho ditolak. sehingga dapat disimpulkan rata-rata indeks gain siswa yang memperoleh pembelajaran model 16/41913.pdf
77
ST AD lebih baik dibanding rata-rata indeks gam s1swa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Artinya rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas ST AD lebih baik daripada kelas konvensional.
Berdasarkan analisis data gain temormalisasi, rata-rata gain temormalisasi untuk kelas STAD dan konvensional masing-masing sebesar 0,6957 dan 0,5987. Artinya kualitas peningkatan keman1puan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas ST AD dan untuk kelas konvensional tergolong sedan g.
4. Analisa Data Pretes Komunikasi Matematis Siswa
Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh skor maksimum, skor minimum, skor rerata dan simpangan baku seperti terdapat pada tabel4.18
Tabel4.18 Skor Maksimum, Skor Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Tes Awal (Pretes)
Kelas T cs A wal (Pretes)
Skor Skor Simpangan
N
Maksimum Minimun Rerata Baku
Eksperimen 30 6 2 3,97 0.964
Kontrol 30 6 2 3,97 1.033
..
Data selengkapnya dapat d1hhat pada Lamp1ran C.6
Berdasarkan data pada tabel 4.18 terlihat bahwa rata-rata skor pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalah 3,97. Sementara itu, simpangan baku untuk kelas eksperimen adalah 0,964 sedangkan simpangan baku untuk kelas kontrol adalah 1 ,033. Berdasarkan data terse but terlihat bahwa rata-rata skor pretes kelas kontrol sama dengan rata-rata skor pretes kelas eksperimen. Namun untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai kemampuan awal siswa kelas eksperimen sama atau tidak dengan kelas kontrol akan dilaksanakan uji kesamaan dua rata-rata dengan taraf signifikansi 5%.
I
I 16/41913.pdf
78
a. Uji Normalitas Distribusi
Uji nom1alitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel-sampel data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal maka langkah selanjutnya adalah dilakukan uji homogenitas. Namun sebaliknya , maka dilakukan uji non parametrik.
Hipotesis dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut: Ho
=
Data skor pretest kemampuan komunikasi matematis siswaberdistribusi normal.
H 1 = Data skor pretest kemampuan komunikasi matematis stswa
tidak berdistribusi normal.
Setelah dilakukan pengolahan data, dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS 1 7. 0 for Windows dengan taraf signifikan!->i
0,05 tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.19
Tabel4.19 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Aspek Kemampuan Kclas Kolmogorov-Smirnov
Statistic Df Sig.
Komunikasi Eksperimen 0.214 30 0.001
Materna tis Kontrol 0.187 30 0.009
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.19 skor signifikansi pada kolom signifikansi
data skor tes awal (pretes) untuk eksperimen adalah 0,01 dan kelas kontrol adalah 0,09. Karena skor signifikansi kedua kelas kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berdistribusi normal.
16/41913.pdf
79
Selanjutnya, karena kedua sampel tidak berdistribusi normaL maka tidak dilakukan uji homogenitas, tetapi langsung diuji kesamaan dua rata-ratanya menggunakan uji statistik non parametrik Afann-Whitney.
b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Untuk menguji apakah kemampuan awal kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak, digunakan uji statistik non parametrik dengan uji Mann-Whitney.
: Rata-rata pretes kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda
: Rata-rata pretes kemampuan komunikasi matematis s1swa kelompok eksperimen berbeda dengan kelompok kontrol Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan UJI non parametrik Mann- Whitney dengan taraf signifikansi 5% dengan kriteria pengambilan keputusan dari uji Mann-Whitney ini adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05, maka Ho diterima 2) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak.
Adapun output dari hasil uji Mann-Whitney disajikan tabel 4.20 sebagai berikut:
Tabel4.20 Uji Kesamaan Dua Rata-rata
PRETES Kesimpulan ! Mann- Whitney U Wilcoxon W
I
445.000 910.000 I Terima Ho !z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Data selengkapnya ada pada lampiran C.6
-0.077 0.938
Berdasar tabel 4.20 terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,938. Nilai tersebut lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan
I
16/41913.pdf
80
kemampuan awal komunikasi matematis s1swa kelas ST AD dan kelas konvensional.
5. Analisis Data Tes Akhir (Postes)
Berdasarkan hasil analisis data skor pretest menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol sama. Oleh karena itu untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan metode ST AD digunakan analisis postes. Hasil pengolahan data disajikan pada statistik deskriptif pada tabel 4.21 data lengkap hasil postes disajikan pada lampiran C. 7
Tabel 4.21 Statistik Deskriptif Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kelas Skor Tes Akhir (Postes)
Ideal
N Skor Skor Rerata Simpanga
Maksimum Minimun nBaku
Eksperimen 20 30 16 11 13,50 1,225
Kontrol 20 30 14 8 11,30 1,512
Dari tabel 4.21 di atas menunjukan bahawa rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis kelompok eksperimen setelah pembelajaran Iebih tinggi daripada kelas kontrol. Rata- rata kelas eksperimen adalah 13,50 sedangkan kelas kontrol adalah 1130 dari skor ideal 16. Jika di bandingkan dengan skor ideal, maka rata- rata skor eksperimen adalah 84,375% dari skor ideal sedangkan kelas kontrol adalah 70,625 % dari skor ideal.
a. Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Uji normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows
dengan taraf signifikansi 0,05.
16/41913.pdf
81
Hipotesis nol (H0 ) yang di UJI melawan hipotesis altemative (H1 ) adalah
sebagai berikut.
H0 : Data skor postes berdistributif normal H1 : Data skor postes tidak berdistribusi normal
Sedangkan pengambilan keputusan sebagai berikut.
Jika sig. atau probabilitas 2: 0,05, maka H0 diterima Jika sig. atau probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
Hasil uji normalitas skor kemampuan komunikasi matematis sisv,:a dapat di lihat pada tabel4.22 berikut.:
a e
.
I.JJT b 14 22
u··
N orma rt 1 as Sk or os es P tAspek Kemampuan Kelas Kolmogorov-smimov
Stat Df Sig.
Eksperimen 0.158 30 0.053
Komunikasi Matematis
Kontrol 0.155 30 0.065
Berdasarkan tabel 4.22 di atas diketahui bahwa siginifikasi yang di peroleh melalui uji normalitas pada aspek komunikasi matematis di kelas eksperimen dan kelas kontrollebih besar dari 0,05 (0,053 untuk kelas Eksperimcn dan 0.065 untuk kelas kontrol). Ini berarti bahwa populasi skor postes kemampuan komunikasi matematis kelas kelompok eksperimen dan kontrol keduanya berdistribusi normal. b. Uji homogenitas
Selanjutnya karena data berdist:ibusi normal maka dilakukan UJI
homogenitas variansi populasi skor kelas eksperimen dan kelas kontrol pada data postes kemampuan komunikasi matematis. Pengolahan data dilakukan dengan
16/41913.pdf
82
menggunakan SPSS 17.0 for windows. dimana uji homogenitas menggunakan statistik Lavene. Dengan hipotesis sebagai berikut.
H0 : variansi postes kelas eksperimen dan kontrol homogen. H 1 : variansi postes kelas eksperimen dan kontrol tidak homo gen.
Hasil uji tersebut di hitung dengan taraf signifikasi a
=
0,05. Kriteria pengujian adalah H0 apabila p-value (Sig) < 0,05 maka distribusinya tidakhomogen dan terima H0 apabila p-value (Sig) 2: 0.05 maka distribusi kedua
varians homogen. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut. Tabel 4.23 Uji Statistik Levene Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Secara Keseluruhan
Aspek Kemampuan Statistik Levene Sig.
Komunikasi Matematis 0.767 0.385
Berdasarkan tabel 4.23 di atas terlihat bahwa skor p-value (Sig) > 0.05 yaitu 0,385 ini berarti H0 di terima, artinya variansi populasi berpikir komunikasi matematis kedua kelompok homogen.
c. Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji-t)
Setelah kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memilki varians yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan uji-t satu pihak yaitu uji pihak kanan dengan nilai signifikansinya 0,05. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan Independent Sample !-test dengan asumsi kedua
varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf signifikansinya 0,05.
Dalam hal ini penelitian menggunakan uji pihak kanan dengan tujuan untuk mengetahui kelas mana yang lebih baik. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik sebagai berikut:
16/41913.pdf
83
Ho: J.li
=
J.l2Keterangan :
H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika pada
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model ST AD dengan kemampuan komunikasi matematika stswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
H1: Kemampuan komunikasi matematika pada stswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model ST AD lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika stswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan h<!sil uji-t tes akhir (postes) dapat dilihat pada tabel 4.24
Tabel4.24 Uji-t Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pada Tabel 4.24 di atas terlihat stg. (2-tailed) adalah 0,00. Karena kita melakukan uji satu pihak, maka nilai sig.(2-tailed) harus dibagi dua menjadi o.oo =
2
0. Karena 0 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kemampuan komunikasi matematis s1swa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan model ST AD lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
16/41913.pdf
84
Dari basil analisis data postes dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model ST AD lebib baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional.
6. Analisa Data N Gain Kemampuan Komunikasi Matematis
Untuk melibat kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa, selanjutnya data basil pretes dan postes dibitung peningkatannya dengan menggunakan rumus indeks gain dengan bantuan progran1 A1icrosoji Excel! 2007. Berdasarkan basil perbitungan didapat basil seperti pada tabel 4.25 berikut ini.
a e
.
as I er 1 un~anT b 1425 H "IP h"t ldksG. n e am
Kemampuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Indeks Gain 0,59 0,46
Peningkatan 59% 46%
Dari basil perhitungan di atas, terlihat bahwa kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematika pada siswa kelas eksperimen sebesar 59% dan kelas kontrol sebesar 46%. Dan j ika berdasarkan kriteria interpretasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake, maka indeks gain kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol dua-duanya sedang. Data selengkapnya dapat dilibat pada Lampiran B.6
a. Uji Normalitas Distribusi
Untuk mengetahui apakab data-data yang diolab berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, terlebib dahulu dilakukan uji normalitas data gain pada kelas dan kontrol dan kelas ekperimen. Sarna balnya dengan pengujian normalitas data pretes, pengujian untuk data gains dalam penelitian ini juga
16/41913.pdf
85
menggunakan UJl Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS
17. 0 for Windows.
Kriteria pengambilan keputusan untuk pengujtan data tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jika signifikansi < 0,05 maka data sam pel tidak berdistribusi normal 2) Jika signifikansi 2': 0,05 maka data sampel berdistribusi normal
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh data seperti terdapat pada tabel 4.26 berikut ini.
Tabel4.26 Hasil Uji Normalitas lndeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kolmogorov-Smimova KELAS Statistic Df Sig. Eksperimen 0.092 30 o.2oo* NGAIN Kontrol 0.137 30 0.156
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 4.26 nilai signifikansi pada kolom signifikansi untuk eksperimen adalah 0,200 dan kelL!s kontrol adalah 0,156 Karena nilai signifikansi kedua kelas lebih dari 0,05, maka dapat Jikatakan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Dua Varians
Karena data tersebut berdistribusi nom1al, maka langkah kedua adu.lah menguji homogenitas dua variansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji Levene dengan taraf signifikansi 0,05. Hasilnya seperti terlihat pada tabel4.27 berikut ini.
16/41913.pdf
Tabel4.27 Homogenitas Dua Varians Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Levene i dfl df2 Sig.
86
1
NGArN---t-~-2-.5-98- --
r ---
~~ l~--~~---
1
-~~o>-~-2 _
Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene pada tabel 4.27 nilai signifikansinya adalah 0, 112. Karena nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6
c. Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji-t)
Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki vanans yang homogen, selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rerata dengan uji-t melalui program SPSS 17.0 for Windmvs menggunakan Independent Sample T-Test
dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf
signifikansi 0,05. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H 0
: Ill = f.l2
HI··· . ,...,
>••
,.-2Keterangan:
H0 : Rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi s1swa kelas ekperimen
tidak lebih baik daripada kelas kontrol.
H1: Rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
16/41913.pdf
87
Selanjutnya, kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian data tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak 2) Jika signifikansi 2::: 0,05, maka Ho diterima
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh data sebagai berikut:
Tabel4.28 Hasil Uji-t Indeks Gain
~----
---f
T r _D_f _ __,~-Sig. (;-~a-il-ed-)1 Equalvarianc~~-;;ss~ed
--+-
6.04I
I
58I
0.000Equal variances not
assu;~d--r
6.041 _[ 55.524-+~---0-.0~0~0~--~
Pada tabel 4.28 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi (2-tailed) adalah 0,003. Karena kita melakukan uji satu pihak, maka nilai sig.(2-tailed) harus dibagi dua menjadi 0'000 = 0,000. Karena 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak.2
Sehingga dapat disimpulkan rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang memperoleh pembelajaran model ST AD lebih baik dibanding siswa yang mempcroleh pembelajaran konvensional.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Tulang Bawang T engah. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peneliti berperan sebagai pengajar karena peneliti menginginkan pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan yang di harapkan dan mencapai sasaran yang di teliti, yaitu terlaksananya pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada
kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
16/41913.pdf
88
Pembelajaran STAD merupakan pembelajaran yang baru bagi s1swa di sekolah tersebut, karena siswa terbiasa memperoleh pembelajaran konvensional. Pada awal pertemuan siswa terlihat kebingungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, namun setelah diberi arahan dan penjelasan proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pada pembelajaran ST AD guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran.
Pembelajaran dengan model ST AD memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan siswa Iainnya dalam kelompok, dan memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Selain itu, ST AD juga memperbaiki rasa percaya diri siswa dan saling menerima segala perbedaan dalam menyampaiken ide saat berdiskusi dengan kelompoknya, sehingga siswa lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. LKS dalam penelitian ini digunakan untuk rnemfasilitasi siswa mengerjakan soal secara menarik untuk dikerjakan secara kelompok. Kelompok-kclompok dibagi secara heterogen berdasarkan nilai ujian akh.ir semester satu. Pada tahap diskusi kelompok, siswa diberikan kesempatan untuk menggali kemampuan atau potensi yang ada pada ciirinya. Siswa diberikan waktu untuk menyelesaikan permasalahan daiam bentuk LKS secara kelompok. Pada awal pembelajaran terlihat siswa masih bingung dengan tugasnya. Setelah siswa diberi penjelasan, maka pada pertemuan kedua dan selanjutnya s1swa sudah dapat mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe ST AD. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya sehingga memunculkan ide-ide untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Saat diskusi kelompok, siswa harus secara aktif mencari infomasi untuk mengkonstruk sebuah
16/41913.pdf
89
pengetahuan baru sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya melalui pemecahan masalah. Hal tersebut sesuai dengan teori Piaget tentang belajar aktif.
Setelah berpikir secara mandiri siswa terlibat aktif dengan kelompoknya. Setiap kelompok pada model pembelajaran tipe STAD terdiri atas siswa yang mempunyai kemampuan heterogen, sehingga siswa yang kemampuannya rendah dan malu bertanya kepada guru dapat bertanya pada kelompoknya. Hal inilah yang dapat membuat siswa menjadi aktif baik secara mental atau fisik, sehingga membantu siswa dalam penguasaan materi yang di pelajari. Pada saat siswa melakukan diskusi, guru memberi bantuan baik secara individu maupun kelompok untuk membantu dalam pemecahan masalah
Pada tahap ini siswa dcngan bimbingan guru, berkeijasama dan saling berinteraksi dalam berbagi ilmu dengan kelompoknya. Setiap siswa dalam kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikirannya dengan merumuskan jawaban yang dianggap paling benar atau meyakinkan. Siswa terlihat aktif dan saling memberikan pendapat tentang masalah yang diberikan guru sesuai dengan konsep matematis yang mereka miliki dalam berdiskusi dengan kelompoknya.
Pada tahap berikutnya siswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi dan berbagi informasi dengan ternan sekelasnya. Guru meminta salal1 satu kelompok untuk berbagi jawaban dengan ternan sekelasnya. Siswa sangat aktif dan antusias dalam mempresentasikan jawaban kelompoknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Azizah (2007) yang menyatakan bahwa aktifitas siswa selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe ST AD yang paling dominan terletak pada aspek mempresentasikan diskusi di
16/41913.pdf
90
depan kelas. Selain itu, siswa juga menjadi lebih berani dalam mengeluarkan pendapat mengajukan pertanyaan atau menyanggah pendapat temannya. Pada tahap ini guru membantu siswa menyamakan konsep yang berbeda pada akhir diskusi.
Setelah 1-2 periode penjelasan guru dan 1-2 periode kerja kelompok, siswa diberikan tes individu. Kemudian hasil tes siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor terdahulu (skor tes dasar dengan skor tes terakhir). Tujuan dari skor dasar dan poin peningkatan individu adalah untuk meyakinkan siswa bahwa setiap siswa dapat memberikan poin maksirnal pada kelompoknya. Siswa akan memahami bahwa membandingkan siswa dengan skor mereka yang lalu merupakan hal yang adil. Setiap siswa memulai kelas dengan tingkat kemampuaa dan pengalaman yang berbeda-beda. Setelah dilakukan poin peningkatan individu, diberikan penghargaan kepada kelompok, penghargaan diberikan atas dasar poin kelompok.
Pernbelajaran STAD sangat memperhatikan kderlibatan siswa yang dapat dilihat dari tahap-tahap pernbelajaranya. Hal inilah yang mendorong siswa untuk belajar sendiri sehingga akan mernudahkan siswa memahami konsep yang di pelajari serta siswa tidak lupa akan konsep yang diterirna selama proses pembelajarannya. Penerapan model kooperatif tipe STAD temyata mampu menciptakan suasana pernbelajaran yang menyenangkan, dirnana rnelalui diskusi siswa dapat berbagi ide dan rnenumbuhkan semangat kerja sama sehingga permasalahan matematika yang dihadapi dapat diselesaikan dengan rnudah.
Pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional peningkatan penguasaan materi siswa lebih rendah, hal ini dikarenakan dengan pembelajaran 16/41913.pdf
91
konvensional pengetahuan s1swa hanya terbatas pada pembelajaran yang diberikan oleh guru atau berpusat pada guru sehingga sis\va menjadi pasif dalan1 proses pembelajaran. Kesuksesan pembelajaran konvensional ini bergantung pada cara mengajar guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan. percaya diri. antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka maka perhatian siswa terhadap penjelasan guru menjadi teralihkan, dan pembelajaran akan terhambat. Guru-guru sering beranggapan bahwa siswa-siswa yang diam dan mendengarkan penjelasannya sedang belajar. Akibatnya guru tidak mengetahui siswa mana yang belum memahami penjelasannya. Kelemahan yang lain yaitu jika materi ymg disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, pembelajaran konvensional tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk cukup memproses dan memahami infom1asi yang disampaikan.
Model pembelajaran konvensional ini dapat dikatakan sukses apabila dalam proses pemhelajaran di kelas guru mampu mengajak siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Jika dalam menggunakan pembelajaran konvensional guru tidak mampu mengajak siswa untuk banyak melibatkan diri dalam proses pembelajaran, mak~ siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi dari materi yang telah disampaikan oleh guru, pembelajaran konvensional ini juga akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Dan hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab pada diri siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kelemahan-kelemahan metode 16/41913.pdf
92
inilah yang menyebabkan penguasaan materi pada kelas kontrol lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah di sajikan sebelumnya, berikut ini akan di uraikan deskripsi dan interpretasi data hasil penelitian. Deskripsi dan interpretasi data penelitian di analisis berdasarkan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis siswa terhadap pelajaran matematika dengan model pembelajaran STAD dan pembelajaran konvensional.
I. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Berdasarkan hasil analisis terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis setelah pembelajaran dilakukan, ditemukan bahwa s1swa yang memperoleh pembelajaran dengan model ST AD mempunyai peningkatan kemampuan berp1kir kreatif yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen adalah 69,49% sedangkan kelas kontrol 59,82%. Tingginya peningkatan kelas eksperimen di pengaruhi oleh kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen yang lebih melibatkan siswa aktif baik secara mental atau fisik, sehingga membantu siswa mengkonstruksi ilmu pengetalman sendiri dan kelompoknya. Adanya peningkatan ini menunjuk:m bahwa siswa telah menguasai materi yang diberikan atau diajarkan sehingga mereka dapat mencari solusi dari beberapa kasus atau hal yang berbeda pada setiap soal. Model pembelajara!1 kooperatif tipe STAD lebih menitikberatkan pada keaktifan s1swa daripada pembelajaran selama ini yang berpusat pada guru. Ruseffendi (2006) menyatakan bahwa untuk memunculkan kemampuan kreatif perlu kegiatan yang didalarnnya 16/41913.pdf
93
terdapat eksplorasi, penemuan. diskusi, proyek dan pemecahan masalah. Penerapan model pembelajaran yang berbeda pada kedua kelas memberikan dampak yang cukup signifikan pada kedua kelas.
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif s1swa dilihat secara individu diperoleh 0% s1swa meningkat dengan kategori rendah. 40% siswa dengan kategori sedang, dan 60% siswa dalam kategori tinggi.
Sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif dilihat dari setiap indikator kemampuan berpikir kreatif diperoleh bahwa indikator keluwesan memiliki nilai gain ternormalisasi sebesar 0,80 sehingga tafsiran peningkatan termasuk dalam kategori tinggi. Indikator kelancaran memiliki nilai gain ternormalisasi sebesar 0,69 sehingga tafsiran peningkatan termasuk dalam kat~gori sedang. Indikator keaslian memiliki nilai gain ternormalisasi sebesar 0,64, sehingga tafsiran peningkatan termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan indikator keterincian memiliki nilai gain ternormalisasi sebesar 0,67, sehingga tafsiran peningkatan termasuk dalan1 kategori sedang.
Berdasarkan temuan dilapangan, bahwa peningkatan keluwesan (flexibility)
termasuk dalam kategori tinggi. Sebagaimana menurut Haylock (1997: 69), berpikir kreatif hampir selalu dilihat dari keluwesannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kiesswetter, sebagaimana dikutip oleh Pehkonen (1997: 63) menyatakan bahwa berdasarkan pengalamarmya, pemikiran fleksibel (flexibility)
yang merupakan salah satu komponen kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang terpenting dan harus dimiliki seorang pemecah masalah. Sehingga peningkatanjlexibility seharusnya termasuk dalam kategori sedang atau
tinggi.
16/41913.pdf
94
Berdasar urman tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran model kooperatif tipe ST AD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
SlSWa.
2. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Penelitian ini juga untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran menggunakan tipe STAD
lebih baik daripada kelas konvensional.
Berdasarkan hasil analisis data pretes menunjukkan bahwa skor pretes kelas ST AD dan kelas konvensional tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, langkah selanjutnya untuk mengetahui C!pakah kemampuan awal komunikasi matematis siswa kelas STAD dan kelas konvensional sama atau tidak menggunakan uji non-parametrik, yaitu uji A1ann Whitney U. Setelah dilakukan uji Mann Whitney U diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,938. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima yang berarti bahwa kemampuan awal komunikasi matematis siswa kelas STAD dan kelas konvesional adaJah sarna.
Hasil dari data pretes menunjukkan bahwa kemarnpuan awal komunikasi matematis siswa kelas STAD dan kelas konvensional adalah sama. Selanjutnya untuk melihat peningkatan kemarnpuan komunikasi matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan model ST AD pada kelas eksperimen dan pembelaj«ran konvensional pada kelas kontrol, maka digunakan analisis data postes. Berdasarkan hasil data postes terhadap kelas STAD dan keias konvensional diperoleh bahwa skor postes pada kedua kelas tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, selanjutnya untuk mengetahui apakah kemampuan akhir komunikasi matematis siswa kelas 16/41913.pdf
95
STAD dan kelas konvensional sama atau tidak maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata menggunakan Independent Sample T-test. Setelah dilakukan pengujian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,00. Nilai tersebut kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak yang yang berarti kemampuan akhir komunikasi matematis siswa kelas ST AD lebih baik daripada kelas konvensional.
Kualitas pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa dilihat dari rata-rata indeks gain. Rata-rata indeks gain kelas ST AD yaitu 0,594 dan rata-rata indeks gain kelas konvensional yaitu 0,4553. Rata-rata indeks gain dari kedua kelas termasuk dalam kategori sedang. Dari rata-rata indeks gain tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model ST AD lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvesional.
Hal ini disebabkan karena s1swa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model ST AD dapat lebih mampu mengembangkan kemampuan komunikasinya, karena dalam proses pembelajarannya memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan siswa lainnya dalam kelompok, dan memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
Penerapan pembelajaran dengan model STAD juga dapat mendukung peranan matematika sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematika. Pembelajaran dengan model ST AD membuat siswa menjadi lebih serius dalam belajarnya dan mereka tidak merasa takut atau malu untuk bertanya kepada guru. Meskipun tidak seluruh siswa berubah cara belajarnya, tetapi pada umumnya s1swa menjadi lebih aktif dalam belajar 16/41913.pdf
96
matematika. Hal ini senada dengan LACOE (2004) yang menyatakan bahwa cara lain yang dipandang tepat untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah berdiskusi kelompok. Dalam proses diskusi kelompok, akan terjadi pertukaran ide dan pemikiran antar siswa. Kramarski (2000 : 167) mengatakan bahwa mempertinggi kemampuan komunikasi matematis secara alami adalah dengan memberi kesempatan belajar kepada siswa dalam kelompok kecil dimana mereka dapat berinteraksi.
Berbeda dengan kelompok eksperimen, pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional. Pembelajaran ini masih didominasi oleh guru. Selama proses pembelajaran berlangsung, peran guru adalah menyampaikan materi pelajaran dari awal sampai akhir sedangkan siswa siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang disampaikan oleh guru. Pada saat guru memberikan soal-soal pada siswa, maka siswa yang mampu menjawab atau mengerjakan soal hanya siswa-siswa yang pandai saja, sedangkan siswa lain hanya mengikuti langkah-langkah yang ditulis guru di papan tulis kemudian menghapalkan-nya. Proses pembelajaran yang demikian menyebabkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas kontrol tidak dapat berkembang dengan baik.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pembelajaran model ST AD merupakan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika.
3. Effektifitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatiftipe Student Team Achievement Division.
16/41913.pdf
97
Hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division, menunjukkan kriteria yang efektif Hal
ini dapat dilihat dari persentase siswa yang mendapatkan nilai minimal (KKM) 75 pada kelas yang menggunakan model pembelajaran tipe ST AD sebesar 70% pada kemampuan berpikir kreatif dan 96,67% pada kemampuan komunikasi matematika siswa (lampiran C.9).
Besamya efek penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ST AD terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis bernilai 0,99 dengan menggunakan effect size (lampiran C.9) termasuk dalam kategori tinggi,
sedangkan untuk kemampuan komunikasi matematis bemilai I ,455 termasuk dalam kategori tinggi.
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe ST AD, kemampuan guru sebagai mediator dan fasilitator dalam mengelola pembelajaran merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas yang baik dapat membuat pembelajaran berjalan dengan efektif. Sehingga skenario yang telah ditetapkan, baik dalam hal persiapan. pengaturan waktu, belajar dalam kelompok, dan presentasi kelas maupun dalam memacu antusias siswa dalam belajar dapat terlaksana dengan baik.
Tipe ST AD dalmn pembelajaran kooperatif, siswa harus bekerja sama dengan kelompoknya dan memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi tersebut. Adanya kerjasama antar siswa ini menyebabkan terciptanya suasana saling membantu antara siswa yang pandai dan yang kurang pandai. Hal ini sudah tentu mendorong pencapaian hasil belajar. Partisipasi aktif siswa selama pembelajaran mulai dari siswa aktif dalam diskusi kelompok, 16/41913.pdf
98
bekerja sama dalam kelompok, mengajukan pertanyaan, menjawab dan menanggapi pertanyaan yang diajukan. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan
komunikasi matematis siswa.
16/41913.pdf
A. Kesimpulan
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
99
Betdasar hasH pertelitian dann analisis pada bagiart sebelunmya mengenai kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematis siswa yang mendapat pernbelajaran koopetatif tipe ST AD lebih baik dibandingkan dengan pembelajatan konvensional diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan berpikir kreatif matem2.tis SIS\'.'a yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe ST AD Iebih tinggi dari siswa yang met1dapatkan pembelajaran konvensional
2. Kemampuan komtmikasi matematis siswa yang mendapatkan pemebeiajaran kooperatiftipe STAD lebih tinggi dari siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
3. Pembelajaran dengan kooperatiftipe STAD efrektif dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir kteatif dan komunikasi matematis siswa berdasatkan pencapaian KKM dan hasil perhitungan Effect Size
B. Saran
Berdasarkan hasil temua:n dan pembahasar1 dalam penelitian m1, penulis menyarankan hal-hal sebgaai berikut:
1. Guru matematika sebaiknya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu metode alternatifpembelajatan di kelas.
16/41913.pdf
100
2. Dalam melaksanakan PBM dengan pembelajaran koperatif tipe ST AD guru harus menjadi fasilitator untuk membimbing dan mengarahkan siswa dalan1 menghubungkan apa yang telah mereka ketahui sebelumnya dengan masalah yang mereka hadapi, sebab masalah yang disajikan tidak dapat langsung diselesaikan siswa.
3. Sebaiknya guru membuat skenario pembelajaran yang matang dengan memperhatikan alokasi waktu yang tersedia sehingga pembelajaran dapat terlaksana secara sistematis dan prosedural sesuai dengan rencana.
16/41913.pdf