SEBARAN ENDAPAN PLASER TIMAH
DAERAH LAUT CUPAT DAN SEKITARNYA, PERAIRAN BANGKA UTARA,
KABUPATEN BANGKA BARAT, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG
Dina Tania
Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
SARI
Daerah penelitian berada di Perairan Utara Pulau Bangka, tepatnya di
Laut Cupat yakni di sebelah utara dan diantara Tanjung Penyusuk dengan
Tanjung Melala yang secara administratif termasuk Kecamatan Belinyu,
Kabupaten Bangka Barat, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Akibat intrusi Granit Klabat saat Trias Akhir, terjadi mineralisasi pada
Kompleks Pemali melalui Fase Pneumatolitik yang dicirikan oleh kehadiran
mineral cassiterite yang tersebar dalam bentuk urat-urat kuarsa dan greisen
sebagai sumber timah primer. Akibat proses eksogen yang berupa pelapukan
dan erosi seiring dengan naik turunnya muka air laut, timah primer mengalami
pemisahan dari batuan sumbernya, kemudian tertransport dan terendapkan
sebagai timah plaser dengan geometri mengikuti konfigurasi batuan dasar yang
umumnya berupa Perbukitan Terkikis dan Peneplain dari Bentukan Lahan
Denudasional.
Hasil analisa terhadap data bor dan data seismik menunjukkan bahwa
penyebaran gravel (lapisan bertimah) daerah penelitian mengikuti pola
pengaliran Dendritik dengan arah relatif tenggara – barat laut dan dikontrol oleh
keberadaan batuan granit sebagai batuan sumber serta morfologi batuan dasar
yang bergelombang sehingga menghasilkan endapan tipe Kaksa yang berada
pada lembah-lembah batuan dasar Laut Cupat.
PENDAHULUAN
Pulau Bangka dikenal sebagai penghasil timah sejak abad ke-17.
Meskipun penambangannya telah dilakukan sejak kurang lebih 300 tahun yang
lalu, namun produksi timah plaser di pulau tersebut masih layak untuk
diperhitungkan. Mengetahui keberadaan potensi cadangan timah masih terdapat
di Pulau Bangka, maka dilakukan penelitian-penelitan yang berhubungan dengan
endapan timah plaser di wilayah tersebut, dalam hal ini melalui kajian-kajian
terhadap data bor dan data seismik.
Penelitian dilakukan terhadap endapan timah plaser di Daerah Perairan
Utara Pulau Bangka, khususnya di Laut Cupat dan sekitarnya, tepatnya di Utara
Tanjung Melala dan diantara Tanjung Melala dengan Tanjung Penyusuk,
Kabupaten Bangka Barat, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan alasan
sebagai berikut :
a. Para peneliti terdahulu berpendapat bahwa Perairan Bangka Utara
berpotensi besar mengandung endapan timah plaser.
b. Orientasi penambangan timah dunia saat ini lebih mengacu pada eksplorasi
timah lepas pantai dengan didukung oleh teknologi dan tenaga ahli.
GEOLOGI UMUM
Secara fisiografis, Pulau Bangka merupakan bagian yang terangkat dari
Paparan Sunda. Pulau dengan luas 11.534,142 Km
2ini dikelilingi oleh Pulau
Sumatera dan Selat Bangka di sebelah barat daya, Pulau Belitung di sebelah
timur, Pulau Kalimantan di sebelah timur laut, Kepulauan Riau di sebelah barat
laut, Pulau Anambas dan Laut Cina Selatan di sebelah utara serta Laut Jawa di
sebelah tenggara.
Penyebaran timah di Pulau Bangka merupakan kelanjutan dari Tin
Mayor South East Asian Tin Belt bagian tengah, yang membentang mulai dari
Birma, Thailand dan Malaysia hingga di berakhir di Indonesia. Sabuk timah
tersebut diperkirakan berumur Trias dan didominasi oleh Granit tipe S.
Gambar 1. Tin Mayor South East Asian Tin Belt (Geology of Tin Deposit, 1979,
p. 20)
Jalur timah Indonesia berupa deretan pulau-pulau yang bertebaran
dengan kecenderungan arah barat laut – tenggara, dimulai dari Pulau Karimun,
JAVA SU M ATE R A KALIMANTAN M AL AY S IA M A LAY S IA KALIMANTAN Bagian Barat Bagian Tengah Bagian Timur U
Pulau Kundur, Pulau Singkep, Pulau Bangka, Pulau Belitung dan Pulau
Karimata. Pada jalur tersebut sekitar sepertiga bagiannya merupakan daratan
(pulau-pulau) yang diperkirakan merupakan bagian resisten yang tersisa selama
proses erosi Sunda Shelf, sedangkan sisanya tertutupi oleh lautan.
Gambar 2. Jalur Timah Indonesia (Geology of Tin Deposit, 1979, p.287)
Stratigrafi regional Pulau Bangka menurut Osberger (1965) dari tua ke
muda tersusun oleh Kompleks Pemali (CpP), Formasi Tanjung Genting (Trt),
Granit Klabat (TrJkg), Formasi Ranggam (TQr) dan Alluvium (Qa) dengan
pemerian sebagai berikut :
a. Kelompok Pemali (CpP)
Terdiri dari skiss, phillit, batulempung, rijang, tuff, gneiss, sisipan kuarsit dan
lensa batugamping. Batuan tersebut berstruktur sedimen masif, dengan
kandungan fosil berupa Fusulinidae dan Radiolaria. Batuannya terlipat kuat,
terkekarkan dan terpatahkan. Kompleks yang berumur Perm ini secara
umum diterobos oleh Granit Klabat.
b. Formasi Tanjung Genting (Trt)
Berupa perselingan batupasir termetamorfkan dan batupasir lempungan
dengan lensa batugamping. Batuan berumur Trias tersebut berstruktur
sedimen silang siur dan mengandung fosil Montlivaltia moluccana,
Perodinella sp., Entrochus sp. dan Encrinus sp. Formasi ini terlipat kuat,
terkekarkan dan terpatahkan dan berada tidak selaras di atas Kelompok
Pemali serta diterobos pula oleh Granit Klabat.
c. Satuan Granit Klabat (TrJkg)
P.B INTAN B ATA M P. K AR IMU N P. K UN D UR MALAYSIA P. LINGGA P. SIN GKE P D abo LA U T CIN A SEL ATAN P. B AN GK A SU M AT ER A Pa lem ba ng Pk. Pinang P. B ELITUN G Tj. P anda n P. K AR IMATA P. TAM BELA N KALIMANTAN J am bi
Terdiri dari granit, granodiorit, diorite dan diorite kuarsa. Granit berumur Trias
Akhir
– Yura Awal ini menerobos Kelompok Pemali dan Formasi Tanjung
Genting di atasnya. Terkadang dijumpai singkapan granit yang telah lapuk.
Terdapat pula granit segar yang tersingkap sebagai tonjolan blok-blok
(boulder) granit yang tersebar di pantai.
d. Formasi Ranggam (TQr)
Terdiri dari perselingan batupasir, batulempung, dengan sisipan lapisan tipis
batulanau dan organic matter. Batuan tersebut memiliki struktur sedimen
perlapisan dan silang siur serta mengandung fosil Molusca berupa
Turitellaterbra sp., Olivia triciment mzrt., Cypraea sonderavamart dan fosil
Foraminifera Bentos berupa Celathus creticulatus, Ammonia sp., Celcarina
sp. dan Triculina sp. serta geraham gigi gajah berumur Pleistosen, Formasi
berumur Miosen Akhir ini berada tidak selaras di atas Granit Klabat.
e. Alluvium (Qa)
Berupa endapan rawa dan endapan sungai yang terdiri dari material lepas
dan tersebar mengikuti aliran sungai di
sepanjang lembah maupun pantai.
Satuan yang berumur Quarter ini berada tidak selaras di atas Formasi
Rangggam.
Gambar 3. Geologi Pulau Bangka
Tabel 1. Stratigrafi Regional Pulau Bangka
(Osberger, 1965 dalam Katili, 1980, Geotectonics of Indonesia, p.10).
Umur
Stratigrafi (Osberger, 1965)
Pleistosen
Pliosen
Lapisan Ranggam
Miosen
Oligosen
Eosen
Paleosen
Kapur
Yura
Ketidakselarasan
Trias
Seri Batupasir Lempungan
Perm
Filit, Kuarsit, Batulanau, Batugamping.
Karbon
Ketidakselarasan
Pra Karbon
Metamorf Dinamik
Aleva (1973) mengatakan dalam Geology of Tin Deposit, 1979, p.292
bahwa stratigrafi regional Sunda Land dibedakan ke dalam tiga fase lingkungan
dari satuan pengendapan termuda, yakni:
a) A Young Alluvium
A Younger Sedimentary Cover, terdiri dari endapan neritik (lumpur dan
lempung) dan endapan pantai (pasir lepas dan kulit kerang) yang
berumur Holosen.
Alluvial Complex, berada di channel, berupa endapan alluvial dan
endapan limpah banjir.
b) Older Sedimentary Cover, termasuk fasies proximal piedmont fan yang
berangsur berubah menjadi fasies distal (old alluvial). Tersusun oleh granit
wash dan berumur Pliosen – Plistosen Awal.
c) Sunda Land Regolith, tersusun atas batuan rombakan dari granit dan
sedimen serta dijumpai lateri dan latosol berwarna kuning kemerahan yang
berumur Miosen Akhir.
Di antara Young Alluvium dan Older Sedimentary Cover terdapat
Transitional Unit yang berumur Pleistosen Tengah dan terdiri dari:
Marine Unit, endapan berbutir halus.
Older Transitional, endapan berbutir kasar
Kelompok endapan yang dianggap mewakili sedimentasi Quarter Pulau
Bangka dari muda hingga tua antara lain :
a. Lapisan Marine Muda, berupa lapisan lempung liat.
b. Lapisan Aluvium Muda, yakni batupasir sedang
– kasar, kerikil dan
cassiterite.
c. Lapisan Marine Tua, terdiri dari batupasir halus hingga lempung.
d. Lapisan Aluvium Tua, berupa batupasir sedang – kasar, kerikil, kerakal dan
cassiterite yang berada langsung di atas bidang ketidakselarasan dan
batuan Pra Tersier.
Pembentukan cekungan pengendapan dan arah urat mineralisasi di
Bangka Utara dipengaruhi oleh pola struktur yang berarah umum barat laut
–
tenggara dan barat – timur dengan azimuth 120
o– 155 dan azimuth 220
o– 165
oatau hampir utara
– selatan (Edy Sunardi, 2000, Studi Penilaian Geologi pada
Jalur Kontrak Granit Klabat, hal.12). Hal ini tercermin dari bentuk morfologi saat
ini maupun paleomorfologi.
YOUNGER SEDIMENTARY COVER
ALLUVIAL COMPLEX
TRANSITIONAL OLDER
ALLUVIAL PLAIN FASIES (OLD ALLUVIAL)
MARINE UNIT
PIEDMONT FAN FASIES (BOULDER BEDS / GRANIT WASH)
COLLUVIUM + FAN MATERIAL (HIGHLY WEATHERED)
LATOSOL, LATERITES, AND BAUXITES FROM SOIL DEVELOPMENT IN BEDROCK GRANITES AND SEDIMENTARIES
HOLOSEN TU YO U N G A L L U V IA L O L D ER SE D IME N T A R Y C O VER SU N D A L A N D R EG O L IT H Middle Pleistosen Early Pleistosen Late Pliocene Early Pliocene Late Miocene Riss / Wurm WURM D D D D D U
Pendapat tersebut diperkuat oleh Katili (1967) yang mengatakan bahwa
struktur sesar dan kekar ditemukan dengan arah bervariasi, namun cenderung
berarah utara – selatan.. U Ko Ko (1983) mengatakan bahwa di Pulau Bangka
terdapat beberapa sesar yang umumnya berarah timur laut
– barat daya dan
utara – selatan. Sesar utama berarah N 30
oE tersebut memotong granit Klabat
ke arah selatan sepanjang 3 km.
Gambar 4.
Struktur Geologi Pulau Bangka (Katili, 1967 dan Ukoko, 1987)
Sukendar Asikin dan Surya Atmadja (1972) yang melakukan penelitian
terhadap kedudukan, rekahan dan urat di daerah Sambung Giri dan Pemali,
menyimpulkan
bahwa
gerak-gerak
orogen
sebelumnya
(Yura
Atas)
mengakibatkan terjadinya deformasi yang kemudian menyebabkan perlipatan
berarah timur laut – barat daya dan rekahan (tensional dan shear fracture) pada
batuan sedimen berumur Karbon – Trias.
GEOLOGI LAUT CUPAT
Daerah telitian terbagi menjadi dua bentukan lahan berdasarkan
morfologi, morfografi, morfometri dan morfodinamis serta morfostruktur pasif,
yakni Bentuk Lahan Denudasional dengan Satuan Morfologi Perbukitan Terkikis
(D
1) dan Satuan Morfologi Peneplain (D
2).
Tabel 3. Aspek Geomorfologi Satuan Perbukitan Terkikis (D
1)
Aspek
Geomorfologi
Data Seismik
Data Bor
Morfologi
Dataran dan Lembah
Bukit
Tabel 4. Aspek Geomorfologi Satuan Peneplain (D
2)
Morfologi Daerah Laut Cupat terdiri dari perbukitan, dataran
bergelombang dan lembah yang memungkinkan pola aliran Dendritik
berkembang. Hal ini dicerminkan oleh kehadiran dua tubuh sungai dengan arah
tenggara – barat laut berpola dendritik yang mengalir mengikuti arah kemiringan
lereng dan ditandai pula oleh kehadiran batuan homogen beresistensi tinggi.
Kedua tubuh sungai tersebut mengalir dari arah tenggara menuju barat laut
dengan mengikis batu granit dan batu skiss yang berada di bawahnya,
sedangkan cabang sungainya cenderung berarah barat daya – timur laut. Stadia
sungai purba pada Laut Cupat telah mencapai stadia tua dengan ditandai oleh
gradien sungai yang landai, aliran sungai yang berbelok, lembah sungai relatif
berbentuk U dan lebar, serta terendapkannya material lepas pada lembah.
daya selatan, dan tengah
Luasan 65%
selatan, tenggara dan tengah
Luasan 65%
Morfometri
Topografi Berombak (3
o– 7
o)
Kelerengan Landai
(15 - 35 m bawah muka laut)
Topografi Berombak (3
o– 7
o)
Kelerengan Landai
(15 – 35 m bawah muka laut)
Morfostruktur
Pasif
Batuan Plutonik
Batuan Beku Granit
Morfodinamis
Pelapukan, erosi & glasiasi
Pelapukan, erosi & glasiasi
Aspek
Geomorfologi
Data Seismik
Data Bor
Morfologi
Dataran dan Lembah
Dataran dan Lembah
Morfografi
Menyebar di barat laut,
utara dan timur laut
Luasan 35%
Menyebar di barat laut,
utara dan timur laut
Luasan 35%
Morfometri
Topografi Datar (3
o– 7
o)
Kelerengan Datar ( 36 – 43
m)
Topografi Datar (3
o– 7
o)
Kelerengan Datar (36 - 47 m)
Morfostruktur
Pasif
Batuan Sedimen
(dalam Seismik, Batuan
Metamorf terekam sebagai
Batuan Sedimen)
Batuan Metamorf Skiss
Gambar 5. Geomorfologi Laut Cupat berdasarkan Data Bor
Gambar 7. Lokasi Daerah Penelitian
Berdasarkan Data Seismik dan Data Bor, Sratigrafi Laut Cupat, Perairan
Bangka Utara dari tua ke muda tersusun oleh :
a. Kompleks Pemali, tersusun oleh Batuan Metamorf Skiss yang berumur Perm
(Paleozoikum), berada tidak selaras di bawah bidang ketidakselarasan
Paleozoikum
– Mesozoikum dan diintrusi oleh Satuan Granit Klabat pada
Trias hingga Yura.
b. Granit Klabat (TrJkag), berumur Trias Akhir hingga Yura Awal yang sering
muncul di tengah laut dangkal dan tepi pantai sebagai boulder-boulder granit
berwarna abu-abu muda dengan ketinggian maksimal mencapai 3 meter di
atas permukaan laut. Batuan ini mengintrusi batuan metamorf dan batuan
sedimen dari Kompleks Pemali yang berada di atasnya. Granit ini
merupakan batuan sumber timah primer akibat proses mineralisasi selama
intrusi dan menjadi alas dari batuan sedimen Quarter di atasnya.
c. Formasi Ranggam (TQr), terletak tidak selaras di atas Granit Klabat yang
tersusun oleh kerikil, batupasir dan perselingan batupasir dengan
batulempung yang berumur Miosen Akhir hingga Plistosen. Pada formasi ini
terdapat endapan elluvium dan koluvium yang terbentuk akibat pelapukan
kimia batuan Granit Klabat oleh iklim tropis secara intensif yang kemudian
tertransport oleh sungai dan berakhir di daerah landai.
d. Alluvial (Qa), berupa material lepas yang terdiri dari lumpur, batulempung
dan batupasir yang tersebar di lembah-lembah, berumur Holosen dengan
kedudukan tidak selaras di atas Formasi Ranggam. Proses pengendapannya
merupakan kelanjutan dari proses pengendapan dari Formasi Ranggam,
sehingga endapannya relatif lebih halus serta lebih tebal dan sempit.
Lokasi
Penelitian
Gambar 8. Geologi Laut Cupat berdasarkan Data Bor
Gambar 9. Geologi Laut Cupat berdasarkan Data Seismik
Tabel 5. Stratigrafi Laut Cupat, Perairan Bangka Utara.
TrJkg
CpP Qa
GEOKRONOLOGI LITHOSTRATIGRAFI
KURUN MASA ZAMAN KALA STRATIGRAFI SIMBOL PEMERIAN
Fa n e r o z o i k u m Holosen Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Oligosen Eosen Paleosen Plistosen Pliosen Miosen Quarter K e n o z o i k u m Tersier Neogen Paleogen Kapur Akhir Akhir Yura Trias Perm Paleo zoikum Alluvial Formasi Ranggam Satuan Granit Klabat Kompleks Pemali Awal M e s o z o i k u m TQr
Berada di bawah bidang Ketidakselarasan Sejajar
Merupakan Lapisan MengandungTimah
Ketidakselarasan
Berupa Batuan Granit Mengintrusi Kompleks Pemali
Berupa Batuan Skiss Berada di Bawah Bidang
Ketidakselarasan Material lepas endapan alluvial
yakni Lumpur, Batulempung dan Batupasir
Terdiri dari perselingan Batupasir dan Batulempung,
Kerikil dan Kerakal