• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jln. Almamater Kampus USU Padang Bulan Medan, Indonesia. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jln. Almamater Kampus USU Padang Bulan Medan, Indonesia. Abstrak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Experimental Pengaruh Variasi Temperatur dan Putaran

Pencampuran Terhadap Sifat Mekanik Campuran Polypropylen,

Polyethylen Dan Fiber Glass Menggunakan Mesin Mixer Buatan Sendiri

Alfian Hamsi

1,a*

, Suprianto

2,b

dan Indra Hermawan

3

1,2

Staf pengajar Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Jln. Almamater Kampus USU Padang Bulan Medan, Indonesia

3

Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jln. Almamater Kampus USU Padang Bulan Medan, Indonesia

a

email, alfian_hamsi@yahoo.com, bemail : suprianto.t@gmail.com

Abstrak

Mesin mixer merupakan peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses percampuran dua atau lebih material dalam suatu industri yang berbahan dasar Thermoplastik dan serbuk (powder). Proses percampuran dimaksudkan untuk mendapatkan suatu campuraan yang homogen dari beberapa jenis material. Sampai saat ini mesin mixer untuk mencampur bahan-bahan thermoplastik dan serbuk belum tersedia di laboratorium Teknik Mesin Fakultas Teknik USU sedangkan kegunaannya mutlak diperlukan untuk penelitian-penelitian mahasiswa S1, S2 dan dan S3. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, pembutan mesin mixer serta pengujian pengaruh temperatur dan putaran percampuran terhadap kehomogenan dan sifat mekanis campuran

polypropylene, Polyethylen dan fiber glas . Pengujian pertama dilakukan dengan memvariasikan

temperatur 150, 175, 200, 225, 250oC dengan putaran konstan sebesar 61 Rpm dan pengujian kedua variasi putaran 61, 76, 81 Rpm dengan temperatur konstan sebesar 150oC. Sampel kemudian diuji menggunakan mikroskop optik dan photo makro untuk melihat kehomogenan campuran dan pengujian tarik untuk melihat kekuatan campuran. Hasil pengujian variasi temperatur diperoleh temperatur optimum 150oC dengan kekuatan tarik rata-rata 19,25 N.mm-2 dan pengujian variasi putaran diperoleh putaran optimum 61 Rpm dengan kekuatan tarik rata-rata sebesar 19,70 N.mm-2. Hasil pengamatan struktur mikro memperlihatkan sampel hasil percampuran ketiga material masih diketemukannya void diantara polypropylene dan fiber glas.

Kata Kunci: Mixer, temperatur, putaran, Polypropylen, polyethylene, fiber glass, sifat mekanik.

Pendahuluan

Mesin mixer peralatan yang sangat

penting yang digunakan pada proses

percampuran dua atau lebih material dalam

suatu industri yang berbahan dasar

thermoplastik dan serbuk (powder). Bahan jenis serbuk dapat dicampur menggunakan mixer statis yang lebih murah dalam penggunaan serta mudah dalam pemasangan [1,2]. Proses percampuran dimaksudkan untuk mendapatkan suatu campuran homogen dari beberapa material baik liquid/solid(pasta)

atau solid/solid. Kehomogenan suatu

campuran dipengaruhi berbagai faktor,

diantarnya ukuran partikel yang lebih seragam akan menghasilkan kehomogen yang lebih baik dibandingkan ukuran yang tidak seragam [3]. Proses percampuran merupakan bagian penting yang dilakukan dalam suatu industri kimia [4]. Percampuran polymer dengan elemen dilakukan untuk tujuan tertentu seperti memperbaiki sifat mekanis campuran [5]. Sifat mekanis seperti kekuatan tarik dan

impak dipengaruhi oleh paramater

percampuran seperti temperatur dan

kecepatan pengaduk [6]. Parameter

temperatur percampuran dipengaruhi oleh komposisi campuran, seperti komposisi HDPE menyebabkan perubahan temperatur

(2)

dan waktu pemrosesan [7]. Temperatur merupakan parameter yang penting pada proses percampuran dua atau lebih material,

tingginya temperatur proses dapat

mengakibatkan proses percampuran terjadi pada kondisi material mencair atau meleleh. Metode percampuran pada kondisi mencair lebih menguntungkan dibanding metode lain pada pembuatan nano komposit polyurethane dan montmorillonite [8]. Sifat mekanis campuran diperoleh melalui pengujian tarik sampel campuran, pembuatan sampel dapat dilakukan menggunakan metode injeksi

molding. Parameter yang mempengaruhi

kualitas sampel diantaranya temperatur dan tekanan, Alfian Hamsi [9] telah meneliti mengenai pengaruh jenis binder terhadap kualitas sampel hasil injeksi molding.

Beberapa penelitian mengenai

percampuran polypropylene dengan material lain menggunakan mixer telah dilakukan. Alfian Hamsi [10] telah melakukan penelitian

percampuran 4%PP pada aspal dan

pengaruhnya terhadap kekuatan tekan dan rendam air. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh temperatur percampuran terhadap kehomogenan dan sifat mekanis campuran

polypropylene, Polyethyelen dan fiber glas

menggunakan mixer buatan sendiri. Metode Penelitian

Penelitian ini diawali dengan

pembuatan mesin mixer model gear box serta uji coba mixer setelah selesai dipabrikasi meliputi pengukuran temperatur dan putaran. Proses percampuran polypropylene (PP),

polyethylene (PE) dan fiber glass (FG)

dilakukan dengan komposisi 70%PP, 20%PE dan 10%FG. Temperatur percampuran 150, 175, 200, 225 dan 250oC dengan putaran 61 Rpm dan variasi putaran 61, 76 dan 81 Rpm dengan temperatur 150oC dilakukan pada

proses percampuran material-material

tersebut. Material yang telah dicampur selanjutnya dilakukan proses injection molding untuk pembentukan sampel uji tarik,

standar sampel uji tarik ini mengacu kepada standar ASTM E8 M-09 (gambar 1) Sampel uji tarik selanjutnya diuji menggunakan beban maksimum 20 Newton. Pengujian photo makro dan mikro dilakukan terhadap sampel variasi temperatur dan putaran untuk melihat

distribusi material serta bentuk patahan sampel uji tarik, yang telah melalui proses percampuran menggunakan mixer buatan sendiri.

Gambar 1: Dimensi sampel uji tarik material PP, PE dan FG (ASTM E8 M-09) Hasil dan Pembahasan

Hasil uji coba mesin mixer

Mixer yang digunakan merupakan mixer buatan sendiri dilengkapi sistem roda gigi untuk mendapatkan putaran yang diinginkan pada proses percampuran, desain mesin seperti diperlihatkan pada gambar 2 berikut:

Gambar 2: Desain mesin mixer variasi putaran sistem gear box

Gambar 2 merupakan desain mesin yang telah selesai dibuat, mesin ini terdiri dari bagian utama diantaranya elektromotor (1), roda gigi payung (2), poros pencampur (3), rangka utama (4) dan wadah tempat mencampur (5). Pemanas yang digunakan pada mesin ini menggunakan sistem pelat. Uji coba mixer dilakukan untuk melihat apakah temperatur dan putaran sudah bisa bekerja sesuai dengan yang diinginkan. Peralatan mixer ini memiliki temperatur operasional maksimum 300oC. Temperatur sudah dianggap cukup karena penelitian menggunakan polypropylene,

(3)

polyethylene dan fibre glass sebagai bahan

yang akan dicampur di dalam wadah. PP sebagai komponen utama pada penelitian ini memiliki titk leleh diatas 190oC dan titik rekristalisasi 130-135oC [11]. Efektivitas pemanasan ini bergantung kepada jenis elemen pemanas serta jenis isolasi yang

digunakan. Putaran mesin mixer

menggunakan sistem gear box ini

menghasilkan putaran 61, 76 dan 81 Rpm.

Hasil pengujian tarik sampel variasi

temperatur percampuran

Pengujian tarik dilakukan untuk mendapatkan kekuatan material yang telah mengalami proses percampuran menggunakan mixer buatan sendiri, hasil pengujian tarik seperti diperlihatkan pada gambar 3 berikut ini:

Gambar 3: Pengaruh temperatur percampuran terhadap kekuatan tarik paduan PP,PE dan FG

Gambar 3 memperlihatkan rata-rata kekuatan tarik campuran PP, PE dan FG cenderung

mengalami penurunan seiring dengan

kenaikan temperatur percampuran. Kekuatan tarik maksimum dicapai pada temperatur 150oC sebesar, temperatur ini PP umumnya telah mengalami rekristalisasi dan mulai

mengalami pelelehan sedangkan pada

temperatur 250oC material sebagian besar mengalami pelelehan, hal ini tentunya akan mempengaruhi distribusi dari tiap elemen pada campuran, disamping juga temperatur yang tinggi akan menyebabkan sebagian elemen mulai terbakar sehingga menurunkan kekuatan campuran. Pengujian tarik yang telah dilakukan juga diperoleh elongation

campuran, hasilnya seperti diperlihatkan pada gambar 4 berikut ini:

Gambar 4: Pengaruh temperatur percampuran terhadap elongation paduan PP,PE dan FG

Gambar 4 memperlihatkan kenaikan

temperatur percampuran akan menurunkan

elongation campuran. Elongation paling

tinggi diperoleh pada temperatur proses 150oC. Temperatur, keseragaman, bahan penambah dan adanya cacat pada material

merupakan beberapa faktor yang

mempengaruhi elongation.

Hasil photo makro sampel variasi temperatur percampuran

Photo makro dilakukan untuk melihat distribusi PP, PE dan FG pada campuran setelah mengalami proses percampuran menggunakan mixer, photo hasil percampuran seperti diperlihatkan pada gambar 5 berikut ini: 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 0 100 200 300 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 0 100 200 300 Kek uatan tar ik , ζ / N .m m -2 Temperatur ,T/ oC Elo ng ation , ε / (% ) Temperatur ,T/ oC a)

1

2

3

(4)

Gambar 5: Photo makro paduan PP, PE dan FB setelah percampuran pada temperatur

a) 150oC, b) 225oC dan c) 250oC

Gambar 5 memperlihatkan peningkatan

temperatur percampuran akan mengakibatkan perubahan pada material. Gambar 5a terlihat

PP (nomor 1) berwarna kecoklatan

pemanasan hingga temperatur 150oC

mengakibatkan perubahan warna PE dari berwarna bening menjadi agak kecoklatan. Bahan PE (nomor 2) setelah mengalami

pemanasan hingga temperatur 150oC

menghasilkan warna kehitaman dikarenakan temperatatur cair bahan ini lebih rendah dibanding material PP. Bahan FG yang ditambahkan pada campuran terlihat berwarna putih (nomor 3). Kenaikan temperatur percampuran menjadi 225oC menyebabkan perubahan pada warna PE (gambar 4b) menjadi lebih hitam (nomor 2) diakibatkan material PE sebagian telah terbakar.

Temperatur 250oC (gambar 5c)

memperlihatkan daerah yang berwarna gelap lebih banyak dijumpai dibanding yang berwarna terang, pada temperatur ini sebagian PP sudah mulai berwarna gelap dari sebelumnya berwarna kecoklatan.

Hasil pengujian tarik sampel variasi putaran percampuran

Sampel campuran PP, PE dan FG variasi putaran juga dilakukan pengujian tarik hasilnya seperti diperlihatkan pada gambar 6 berikut ini:

Gambar 6: grafik pengaruh kecepatan percampuran terhadap kekuatan tarik

Gambar 6 memperlihatkan hasil

pengujian tarik dua jenis material

polypropylene murni dan campuran (70%PP,

20%PE dan 10%FG). Bahan PP murni memperlihatkan kekuatan yang lebih rendah sebesar 17,87 N.mm-2 bila dibandingkan dengan material yang telah ditambah dengan 10%FG sebesar 19,7 N.mm-2 pada putaran 61Rpm. Kenaikan putaran pengaduk pada percampuran ketiga jenis material PP, PE dan FG memperlihatkan kekuatan tarik material pada putaran lebih tinggi pada range yang diambil cenderung mengalami penurunan menjadi 16,46 N.mm-2 pada putaran 81Rpm. Hasil pengujian tarik dengan variasi putaran juga menghasilkan nilai pertambahan panjang untuk dua jenis material, seperti diperlihatkan pada gambar 7 berikut ini:

Gambar 7: grafik pengaruh putaran terhadap

elongation 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 61 61 76 81 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 61 61 76 81 b) c)

1

2

3

1

2

2

Kek uatan tar ik , ζ / N .m m -2 Kecepatan putaran ,n/ Rpm Polyp ropy lene ( PP ) 70% PP , 20 % PE , 10% FG 70% PP , 20 % PE , 10% FG 70% PP , 20 % PE , 10% FG Kecepatan putaran ,n/ Rpm E lo n g a tio n , ε/ % 1 2 2 2 1. Polypropylene 2. 70%PP, 20%PE dan 10%FG

(5)

Polypropylene murni tanpa ditambahkan

bahan lain memiliki elongation yang paling baik namun kekuatan lebih rendah bila dibandingkan bahan campuran PP, PE dan FG. Variasi putaran dari 61, 76 dan 81 Rmp

memperlihatkan tren penurunan dari

elongation (gambar 7).

Perbedaan elongation yang diperoleh untuk masing-masing material dapat dilihat secara langsung pada patahan sampel hasil uji tarik. Photo makro sampel seperti diperlihatkan

pada gambar 8 berikut ini: Gambar 8: Bentuk patahan sampel hasil uji

tarik variasi putaran a)

Polypropylen putaran 61Rpm, b)

bahan campuran putaran 61Rpm, c) bahan campuran 76 Rpm, d) bahan campuran 81 Rpm.

Bentuk patahan sampel uji tarik variasi putaran (gambar 8) memperlihatkan bentuk patahan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Bahan polypropylene putaran 61Rpm (gambar 8a) memperlihatkan pengecilan luas penampang yang sangat besar sebelum sampel mengalami putus seluruhnya, hal ini sejalan dengan elongation bahan yang tinggi. Penambahan PE dan FG pada bahan PP menurunkan elongation campuran, hal ini dapat dilihat dari karakteristik bentuk patahan sampel b, c, d (61, 76 dan 81 Rpm) yang memperlihatkan sampel tidak mengalami pertambahan panjang yang signifikan sebelum mengalami putus. Bentuk patahan sampel a,b dan c terlihat tidak rata dan berserabut hal ini menandakan sampel masih memiliki keuletan yang baik. Nilai elongation yang paling rendah diperoleh pada putaran 81 Rpm (sampel d), permukaan patahan sampel ini memperlihatkan banyaknya serabut fiber

glass (FG) yang berkumpul dipermukaan

tidak menyatu dengan PP hal ini

menyebabkan kekuatan material ini rendah.

Hasil Photo Mikro sampel

Photo mikro dilakukan menggunakan mikroskop optik untuk melihat permukaan sampel variasi temperatur percampuran, hasil photo mikro dengan pembesaran 100x seperti diperlihatkan pada gambar 9 berikut ini:

a)

b)

c)

(6)

Gambar 9: Photo mikro paduan PP, PE dan FB setelah percampuran pada temperatur

a) 150oC, b) 200oC dan c) 225oC

Gambar 9a,b dan c memperlihatkan

permukaan campuran dengan variasi

temperatur percampuran. Fiber glas/FG (3)

yang ditambahkan Memiliki bentuk

memanjang yang dipotong dengan ukuran tertentu. Penambahan FG ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan material diantara matrik PP dan PE. Photo skala mikro memperlihatkan juga kenaikan temperatur menyebabkan permukaan campuran lebih gelap yang diakibatkan oleh elemen PE (2) yang memiliki titik leleh paling rendah telah terbakar (gosong). Phenomena lain ditemui dari hasil photo mikro memperlihatkan adanya kekosongan yang terbentuk diantara matrik PP dengan FG (gambar 10)

Gambar 10: Photo mikro paduan PP, PE dan

FB setelah percampuran pada

temperatur 150oC putaran 61 Rpm

Gambar 10 diatas memperlihatkan adanya kekosongan (void) diantara FG dan matrik PP,

keberadaan void ini tentunya akan

menyebabkan penurunan kekuatan dari

campuran. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan terbentuknya void pada

komposit, menurut Femiana Gabsari [12] void bisa diakibatkan oleh adanya udara yang terperangkap pada saat proses percampuran

dilakukan juga proses percampuran

menggunakan mixer yang kurang baik akan mempengaruhi pembentukan void.

Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh variasi temperatur terhadap sifat mekanik paduan PP, PE dan FG dapat dibuatkan kesimpulan:

1. Mesin mixer buatan sendiri telah berhasil dipabrikasi dengan variasi putaran (n) dan temperatur (T).

2. Kenaikan temperatur campuran akan menurunkan kekuatan tarik campuran PP, PE dan FG. Kekuatan tertinggi pada range temperatur yang diambil diperoleh pada 150oC sebesar 19,25 N.mm-2.

3. Elongation juga mengalami penurunan seiring dengan kenaikan temperatur

percampuran pada range yang

diambil.

4. Kecepatan putaran pengaduk

mempengaruhi kekuatan campuran, kekuatan tarik rata-rata paling tinggi diperoleh pada putaran 61 Rpm sebesar 19.70 N.mm-2. a) b) c)

3

3

3

2

2

3

1

Void

1

200μm 200μm 200μm 200μm

(7)

5. Hasil photo mikro memperlihatkan terbentuknya cacat void pada sampel hasil percampuran.

Saran

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam hal kontrol parameter proses pada saat pencetakan spesimen uji tarik yang menggunakan sistem injeksi molding, oleh karena itu disarankan pada penelitian selanjutnya untuk melihat pengaruh parameter injeksi molding terhadap kualitas campuran PP, PE dan FG.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih disampaikan kepada Dirjen Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini dengan No. kontrak : 14/UN5.2.3.1/PPM/SP/2015 dan tidak lupa ucapan terima kasih kepada Kahar Sinaga dan Syugito yang telah banyak membantu penelitian ini.

Referensi

[1] I.Bauman, D. Curic dan M. Boban, Mixing of solid in different mixing devices, S¯adhan¯a Vol. 33, Part 6 (2008) 721–731.

[2] I.Bauman, Solid-solid mixing with static mixer, Chem. Biochem. Eng. Q. 15 (4) (2001) 159–165

[3] O. Djuragic, J. Levic, S. Sredanovic

dan L. Levic, Evaluation of

homogeneity in feed by method of microtracers, Archiva Zoolechnica, 12:4 (2009) 85-91.

[4] H. Kravarikova, Numerical simulation of mixing process, International Journal of Education and Research, Vol. 1 No. 10, (2013) 1-10.

[5] I. Manas-Zloczower, Analysis of

mixing in polymer processing

equipment, Department of

Macromoleculer Science, Case

Western Reserve University,

Cleveland, OH 44106. Information on www.rheology.org.online tanggal 7 september 2015.

[6] P. Abdoltajedini, A. Arefazar and G.R. Bakhshandeh, The Effect of Processing Conditions on Phase

Morphology and Mechanical

Properties of PA6/PC/NBR Ternary Polymer blends: Optimization Using Taguchi Experimental Analysis, Word of Sciences Journal, Vol.1 issue 7,

pp.180-194. Information on

http://engineerspress.com online tanggal 7 september 2015.

[7] E.S. Barboza Neto, L.A.F. Coelho, M.M.C. Forte, S.C. Forte, S.C. Amino dan C.A. Ferreira, Processing of a LLDPE/HDPE Pressure Vessel Liner by Rotomolding, Materials Research, 17(2014) 236-241.

[8] B.C. Chun, T.K. Cho, M.H. Chong, Y.C. Chung, J. Chen, D. Martin dan R.C. Cieslinski, Mechanical Properties

of Polyurethane/Montmorillonite

Nanocomposite Prepared by Melt Mixing, Journal of Applied Polymer Science, Vol. 106 (2007) 712–721. [9] A. Hamsi, The application of palm oil

as a binder for injection molding

process, Proceeding, Malaysian

Engineer (2005) pp.80-83.

[10] A. Hamsi, Pengaruh campuran 3% dan 4%PP pada aspal penetrasi 60/70 terhadap kekuatan tekan dan rendam

air, Departemen Teknik Mesin,

Fakultas Teknik, USU (2014).

[11] I. Mujiarto, Sifat dan karakteristik material plastik dan bahan aditif, Traksi, Vol. 3, No. 2 (2005).

[12] F. Gapsari dan P.H. Setyarini, Pengaruh fraksi volume terhadap kekuatan tarik dan lentur komposit resin berpenguat serbuk resin, Jurnal rekayasa mesin, Vol.1, No.2 (2010) pp 59-64.

Gambar

Gambar  1:  Dimensi  sampel  uji  tarik  material  PP, PE dan FG (ASTM E8 M-09)  Hasil dan Pembahasan
Gambar  3:  Pengaruh  temperatur  percampuran  terhadap  kekuatan  tarik  paduan  PP,PE dan FG
Gambar 5:  Photo makro paduan PP, PE dan FB  setelah percampuran pada temperatur  a) 150 o C, b) 225 o C dan c) 250 o C
Gambar  9a,b  dan  c  memperlihatkan  permukaan  campuran  dengan  variasi  temperatur  percampuran

Referensi

Dokumen terkait

〔民集未登載最高裁民訴事例研究 五〕 坂原, 正夫Sakahara, Masao 民事訴訟法研究会Minji soshoho kenkyukai 慶應義塾大学法学研究会 2000 法學研究 :

apabila kevakuman di dalam wadah tersebut terlalu besar, misalnya karena suhu pada waktu penutupan terlalu tinggi atau karena head space terlalu besar, maka pada suhu ruang,

Atau dengan kata lain, kandungan protein pada ubi jalar ungu sebesar 1,8%, sedangkan untuk tepung terigu yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan mi adalah jenis

• Penerapan Standar Usaha dalam rangka standardisasi kualitas produk pelayanan usaha pariwisata untuk bersaing di

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti perusahaan menjelaskan bahwa dalam pengelolaan persediaan bahan baku tepung perusahaan

Berdasarkan penelitian, Kualitas Produk memiliki pengaruh terhadap Kepuasan Pelanggan sebesar 21,2% yang dapat diketahui dari kesesuaian elemen Reliability

Secara keseluruhan, kentang varietas Red Pontiac dan dosis kalium 250 - 375 kg ha -1 memberikan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, serapan kalium tanaman, bobot

Hasil nilai keterampilan menulis siswa sebelum tindakan ini, masih belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80%, sehingga akan