Catatan:
Rekapitulasi digunakan jika penilaian 2 (dua) ten.an sejawat dalam lembar terpisah
"
·
Nilai
UNSUR
Peer Review 1 Peer Review 2 Rata-rata (R) -··- --·· - -··-
e. Kelengkapan unsur isi artikel (10%)
t
\
I
f. Ruang lingkup dan kedalaman
3
5
pembahasan (30%)
3
g. Kecukupan dan kemutahiran
3
3
3
data/informasi dan metodologi (30%) h. Kelcngkapan unsur dan kualitas
}
2,)
J,
7S
jurnal (30%)
Total = (100%)
R
·
q
,
s:
v-~ .. 7(]
.i.:»:
Kategori Publikasi Jumal Ilmiah(beri ./ pada kategori yang tepat)
D
Jrrnal Ilmiah Intemasional Ournal Ilmiah Nasional Terakreditasi
~I Ilmiah Nasional Tidak Terakreditasi Hasil Penilaian Peer Review:
e. Jumlah halaman
Buletin Petemakan Edisi 45
2012
Dinas Petemakan clan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan
5 (21-25) Muhammad Yusuf a. Nama Jurnal b. NomorNolume c. Edisi (buian/tahun) d. Penerbit
Gangguan R eproduksi dan Status Nutrisi pada Temak Sapi Perah Judul Jumal llmiah
(Artikcl)
Penulis Jurnal Ilmiah ldentitas Jurnal Ilmiah
LEMBAR RRKAPITULASI
HASlLPENILAIAN 2 (DUA) SEJAWAT SEBIDANG liTAU 2 (DUA)PEERREVIEW KARYA ILMIAH: JURNAL ILMIAH
Re
h
As.ruu ~ ~
µo..-a
i
rL
t~~~'7
t9f>70~ \
00.3
i=oK·
P~viakctv
.
Tandatangan Nama NIP Unit kcrjaNilai Mal:.simal Jurnal llmiah
Nasional Nasional Nilai Akhir Kompnnen Tcrakreditasi Tidak
Yang Dinilai Internasional
Terak~
Yang
D
D
Diperolehy. Kelcngkapan unsur isi buku (10%) 4 2,5 I
1
Z. Ruang lingkup dan kedalaman 12 7,5
3
~
pembahasan (30%)
aa. Kccukupan dan kernutahiran 12 7,5 3
~ data/informasi dan rnctodologi (30%)
bb. Kelcngkapan unsur dan kualitas 12 7,5 3
1
pencrbit (30%)
,
-
Total
=
(100%)40
25 IO ~~)
Hasil Penilaian Peer Review :
D
Jumal Ilmiah IntcrnasionalQum.3!-11 -niah Nasional T erakreditasi
~ Un~iah Nasional Tidak Terakreditasi Kategori Publikasi Jumal Ilmiah
(beri ./ pada kategori yang tepat)
Buletin Peternakan Edisi 45
2012
Dinas Petemakan clan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan
5 (21-25) e. Jumlah halaruan Muhammad Yusuf a. Nama Jumal b. NomorNolume c. Edisi (bulan/tahun) d. Penerbit
Gangguan Reproduksi dan Status Nutrisi pada Temak Sapi Perah Judul Jumal Ilmiah
(Artikel)
Penulis Jurnal Ilmiah Identitas Jumal Ilmiah
LEMBAR
BASIL PENlLAIAN SEJA WAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
r~1~~-A~~
Lqgg
[te>-r
CCF(}l> (
I
0
o
I
~·
p~
f))J4-fA>S,
Tanda tangan Nama HIP Unit kcrja Reviewerl
~
~
.
(--rt
.
~~-
Nilai Maksimal Jurnal Ilmiah
Nasional Nasional NilaiAkhir
Komponen Terakreditasi Tidak
Yang Dinilai Internasional Terakreditasi Yang
D
D
D
Diperoleh Iy. Kelengkapan unsur isi buku (10%) 4 2,5 1
1
Z. Ruaug lingkup dan kedalaman 12 7,5 3
.3
pembabasan (30%)
aa. Kecukupan dan kemutahiran 12 7,5 3
3
data/informasi dan metodologi (30%)bb. Kelengkapan unsur dan kualitas 12 7,5 3
~J
nenerbit (30%) ~
-
Total
=
(100%) 40 25 10 /nr-~
(\'-!Hasil Penilaian Peer Review :
0
Juma! Ilmiah Intemasional Oumal IJ.niah Nasional Terakreditasi Qrnal Iln1iah Nasional Tidak Terakreditasi. Kategori Publikasi Jumal llmiah (beri ../ pada kategori yang tepat)
e. Jumlah halaman
Buletin Peternakan Edisi 45
2012
Dinas Petemakan clan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan
5 (21-25) Muhammad Yusuf a. Nama Jurnal b. Nomor/Volurne c. Edisi (bulan/tahun) d. Penerbit
Gangguan Reproduksi dan Status Nutrisi pada Ternak Sapi Perah Judul Jurnal Ilmiah
(Artikel)
Penulis Jumal Ilmiah Identitas Jurnal Ilmiah
LEMBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
·~.r:··· .. ~ ~
,_ - -- - - '·
DINAS PETEBNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
PR
,
OVJN
,
SI SULAWESI
SELATAN
Jalan Veter:a1:1
Selatan
No. 2'34 Tdp. 0411 - 873770M
a
kassar
Hal ii
Redaksi menerima sumbangan tulisan yang sesuai untuk dimuat pada media ini.
Tulisan diketik dengan satu s~te.ngah spasi, rnaksimal tujuh halaman kwarto.
Bagi naskah yang dirnuat disediakan imbalan.
'' Bulet:in Pet:ernakan ,,,
Pembina
Ir. H. Murtala Ali, MS.
Penanggung Jawab Drh. H. Muh. Kafil, MM Pemimpin Redaksi Ir. H.A. Panggeleng, MM. Wakil Pemimpin Redaksi Ir. Hj. Radhiyah Syarief, MM., Sekretaris Ir. Darmiati
Editor Ir. Muhajir, Gunawan SP, Ir. Muh. Hatta
Distributor Haeruddin, S.Pt:.;, Syarifuddin
SERBA-SERBI
• Hari susu nusantara di Sinjai 44
LIPUTAN
• Gubemurminum susu bersama :... 42
WAWASAN
• Dinamika persusuan .. . ... . . .. . ... .. . ... . .. .. . . . .. . . .. .. . . . .. . . . .. .. . .. .. . . . .... .. ... ... . .. .. . .... . 34
• Pemanfaatan alat microscop fhase contras :... 3 7
KEBIJAKAN
• Kebijakan pengembangan duajuta ekor sapi potong, sapi perah 1
• Point Blank Keswan dalam perencanaan Anggaran 9
-IP:PE'K
• Performans ayam broiler dengan pemberian feces ayam I 2
• Gangguan Reproduksi dan status nutrisi pada temak sapi perah 21
AGRIBISNIS
• Aspek penentu keberhasilan pemeliharaan ayam kampung... 26
• Pengobatan temak dengan obat herbal .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. 30
21
tertundanya pubertas, dan
mempengaruhi produktivitas fertilitas
dari anak betina. Oleh karena itu,
fertilitas selanjutnya merupakan proses
interaksi antara hypothalamus -
pituitary - ovarium - uterus yang secara
beraturan berfungsi sebagaimana
mes tin ya sehingga dapat
melangsungkan proses reproduksi
yang diharapkan.
Pengaruh-pengaruh rendahnya
status nutrisi berbeda tergantung
apakah defisiensi energi, protein,
vitamin, mineral atau trace elements
(Pradhan dan Nakagoshi, 2008). Energi
dan protein merupakan komponen
nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah
yang banyak dan secara langsung
mempengaruhi kondisi tubuh dan
penampilan reproduksi secara normal
(Pryce dkk., 2001). Namun demikian,
defisiensi berbagai mineral,
ketidakcukupan asupan vitamin, dan
ketidakseimbangannya energi-protein
merupakan penyebab utama
terganggunya reproduksi yang dapat
menyebabkan infertilitas dan
rendahnya penampilan reproduksi
pada suatu usaha peternakan sapi
perah. Terdapat keterkaitan yang erat
Pendahul:ua:g_
Status nutrisi mempunyai peran
yang sangat penting dalam penampilan
reproduksi pada ternak sapi perah, yang secara nyata mempengaruhi
fertilitas dan biasanya timbul pada
beberapa tahapan dalam proses
reproduksi. Status nutr isi
mempengaruhi perkembangan fungsi
re prod uksi postpartum pad a ternak
sapi pada umumnya. Status nutrisi
yang kurang baik, menurunkan
penampilan reproduksi yang ditandai
dengan menurunnya kondisi tubuh dan
terganggunya, bahkan terhentinya
pro·ses reproduksi (Pradhan d.an
Nakagoshi, 2008).
Penampilan reproduksi ternak sapi
perah yang baik, secara positif
mempengaruhi aktivitas ternak dan
berperan penting dalam meningkatkan
perekonomian usaha peternakan sapi
perah. Ternak sapi perah yang
kekurangan ataupun kelebihan
makanan/nutrisi sama-sarna
mempengaruhi fungsi reproduksi.
Ternak dengan kekurangan makanan
akan menurunkan produksi susu dan
menurunkan/menghambat
pertumbuhan anak, dengan
konsekuensi menurunkan berat sapih,
GANGGUAN REPROD
.
UKSl
-
DAN STATUS NUTRISI PADA
TERNAK SAPI PERAH
Oleh: Muhammad Yusuf
.
rf
Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar 902!,_5""~
BULETIN PETERNAKAN
Target utama dari status nutrisi
terhaclap kaitannya dengan proses reproduksi adalah hypothalamus (Moss
dkk., 1985), dimana secara umum
ternak diatur oleh dua sistim dasar yakni sistirn saraf clan sistim enclokrin. Ketidakcukupan asupan nutrisi atau nu trisi cadangan pada ternak mempengaruhi fungsi kerja ovarium
yang didalamnya terkait dengan 1) fungsi hypothalamus melalui terbatasnya sintesis dan pelepasan antara nutrisi dan fertilitas; ketika
konsurnsi bahan kering (dry matter
intake=DMI) menu run,
konsekuensinya adalah ternak dalam kondisi keseimbangan energi negatif
(negative energy balance= NEB) dan hal
ini terkait dengan berbagai gangguan reproduksi. Hal ini telah dibuktikan oleh banyak peneliti seperti salah
satunya yang telah dilaksanakan oleh Butler dan Smith (1989), mengenai
dampak negatif dari NEB terhadap
fertilitas postpartum. Oleh karena itu, status nutrisi merupakan suatu pilihan terhadap kesinambungan usaha peternakan sapi perah. Status nutrisi yang baik akan, meningkatkan nilai ekonomi ternak, sebaliknya status nutrisi yang kurang baik akan
meningkatkan angka gangguan
reproduksi yang pada akhirnya menurunkan nilai ekonomi dari ternak
sapi perah.
Pengaruh nutrisi terhadap s ist im endokrin
22
BULETIN
_
PETERNAKA~
1
Af<Zdia .9n/J&"l:m~
!JJ.
·
gonaclotrophin releasing hormone
(GnRH); 2) kontrol sintesis dan
pelepasan follicle stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH) oleh pituitary anterior dan horrnon
pertumbuhan (GH); dan 3)
perturnbuhan folikel dan sintesis steroid oleh ovarium .. Perbedaan status
nutrisi yang diberikan kepada ternak cl a pat mempengaruhi pola pertumbuhan folikel clan fungsi luteal selama siklus berahi (Murphy clkk., 1991). Ini berarti bahwa dengan perbedaan status nutrisi ataupun
k=kurangan nutrisi dapat menyebabkan terganggunya procluksi sel telur dari ternak betina yang pada akhirnya menghambat produksi anak clan pro dukei susu.Kekurangan nutrisi
terkait dengan meningkatnya hormon pertumbuhan, menurunnya. IGF-1,. dan
gagalnya folikel dorninan ovarium
dalam memproduksi estracliol yang cukup untuk menghasilkan LH-surge
preovulasi. Dengan dernikian,
menyebabkan tertundanya recovery
dari leptin yang dapat menunda
interval terhadap berahi pertama
setelah melahirkan (Kadokawa dkk., 2000) dimana rendahnya konsentrasi leptin menyebabkan ketidaknormalan siklus reproduksi postpartum.
Pengaruh status energi terhadap
fertilitas
Status energi umurnnya
merupakan faktor nutrisi utama yang mempengaruhi proses reprocl uksi. Ini
Edi.SI 45 Tah._u_2 n _.
dikatakan bahwa kebutuhan protein
ternak sapi tergantung pada status
fisiologi dan tingkat produksi.
Kelebihan protein pada ternak
mempengaruhi fertilitas. Ternak
dengan kelebihan protein berdampak
pada tingginya ammonia/ urea darah.
Hal ini dapat menjadi toksik atau racun
untuk sperma, telur maupun embrio.
Peningkatan konsumsi protein dapat
meningkatkan produksi susu serta
dapat pula menurunkan fertilitas. Telah
dilaporkan bahwa peningkatan
konsumsi protein pada musim kawin
meningkatkan kadar urea dalam
plasma darah dan susu dan ini terkait
dengan menurunan fertilitas pada
ternak sapi Butler dkk., 1996) yang
mernpengaruhi kondisi lingkungan
uterus (Elrod dan Butler, 1993). Oleh
karena itu disarankan untuk
menggunakan protein yang cukup
sesuai
den
ga
n
kondisi/ status fisiologiternak, dengan kata lain, keseimbangan
protein dalam setiap status fisiologi
ternak perlu diperhatikan.
Pengaruh . mineral dan vitamin
terhadap f ertilitas
Mineral merupakan unsur penting
dalarn penampilan reproduksi ternak,
dimana pada defisiensi/kekurangan
mineral berdampak pada menurunnya
tingkat reproduksi ternak (Pradhan dan
Nakagoshi, 2008). Peranan mineral tak
terbantahkan dalam kaitannya dengan
proses re prod uksi, dirnana mineral
utama tersebut adalah kalsium (C),
BULETIN PETERNAKAN
Aledla _!lnb<>''Cma.1l
23
berarti bahwa dengan memperpanjang
kekurangan energi akan berdampak
pada fertilitas (Pradhan dan Nakagoshi, 2008). Pada ternak sapi, terdapat
korelasi yang erat antara NEB pada
awal laktasi dan rnunculnya ovulasi
(Canfield and Butler, 1990). Ini berarti bahwa ketika ternak dengan NEB rnaka
folikel yang bertumbuh tidak akan sampai pada ovjrlasi dan menjadi
atresia, Ketika seekor ternak dengan kebutuhan nutrisi lebih tinggi disbanding dengan asupan nutrisi yang dikonsumsi maka cadangan energi (glikogen, trigliserid dan protein) yang terdapat pada ternak tersebut akan diambil. Kondisi inilah yang disebut ternak dalam keseimbangan energi negatif. Konsekuensi metabolik akan terjadi seperti kehilangan berat badan,
kehilangan . cadangan lemak, hypoglycemia, otot mengecil, peningkatan hormon pertumbuhan,
leptin rendah, kadar urea meningkat dlI. Sedangkan pengaruhnya terhadap reproduksi adalah terhambatnya sekresi GnRH dari hypothalamus, tidak munculnya/ adanya pulsa LH,
terhambatnya folikulogenesis, anovulasi, anestrus, dan tertundanya
pubertas.
Pengaruh protein terhadap fertilitas
Ternak sapi perah membutuhkan protein sebagai sumber asam amino
esensial dan sebagai sumber nitrogen pada microflora 'rumen (Pradhan dan Nakagoshi, 2008). Lebih lanjut
24
Daftar Pustaka
Burk RF, Hill KE. 1993. Regulation of selenoproteins. Annual Revision Nutrition, 13:65-81.
ButlerWR,CalamamJJ, BeamSW.1996.
Plasma and milk urea nitrogen in
relation to pregnancy rate on
lactating dairy cattle. Journal of
Animal Science, 74:858-865.
jawab dalam pengaturan ekstra dan
intraselular hidroperoksidase (Burk dan Hill, 1993). Defisiensi vitamin E dan ·
selenium dapat menyebabkan tidak
hanya merusak membran sel tetapi juga
mengganggu proses sintesis steroid, prostaglandin, motilitas sperma, dan
·perkembanga:h embrio, termasuk didalamnya retensi mernbran fetus
(Pradhan dan Nakagoshi, 2008).
Penutup
Interaksi antara status nutrisi dan aspek reproduksi pada ternak sapi perah melibatkan beberapa komponen seperti energi, protein, mineral dan
vitamin. Kekurangan nilai nutrisi
tersebut dapat menghambat proses reproduksi yang pada akhirnya menurunkan nilai · produktiviatas dan nilai ekonomis ternak. Sebaliknya dengan status nutrisi yang cukup akan
dapat meningkatkan produktivitas temak. Dengan demikian, status nutrisi merupakan pilihan dalam pengelolaan
ternak.
. · Metabolit vitamin A berpengaruh pada pertumbuhan folikel ovarium,
lingkungan uterus dan maturasi oosit (Schweigert dan Zucker, 1988).
Defisiensi vitamin A mempunyai
pengaruh lansung terhadap struktur dan fungsi kelenjar-kelenjar pituitary,
gonad dan uterus. Salah satu fungsi
vitamin E adalah sebagai antioksidan intrasellular yang dapat
mempertahankan integritas rnembran
pospolipid (Surai, 1999). Sedangkan
selenium berfungsi sebagai kofaktor
dari sistirn enzum glutathione
peroxidase (GSH-Px) yang bertanggung
pospor (P), kalium (K), natrium (Na),
klorida (Cl), belerang (S), dan
magnesium (Mg) serta trace element
seperti besi (Fe), yodium (I), cuprum \Cu~~ mangan (Mn), seng (Zn), Koba!
·(Co1:· dan selenium (Se) .. Salah satu fungsi kalsium adalah kontraksi otot,
dimana kurangnya kontraksi otot pada
rumen mengakibatkan kurangnya DMI
yang-berakibat pada NEB. Sebagai konsekuensi, terjadi mobilisasi lemak
dan terjadi ketosis. Demikian halnya
dengan kekurangan pospor, mengakibatkan masalah reproduksi seperti ovarium tidak aktif, tertundanya kematangan sexual.jdan rendahnya angka konsepsi (Pradhan dan Nakagoshi, 2008). Kekurangan seng
dalam aspek reproduksi, telah
diindikasikan oleh Underwood (1981)
yakni seluruh fase proses reproduksi pada ternak betina akan terganggu
mulai berahi, kebuntingail-·a~)akrasi.
·1.
BULETIN PETERNAKAN
Edisi045 Jahun 2012.
cycle in beef heifers. Journal of
Reproduction and Fertility, 92:333-
338.
Pradhan R, Nakagoshi N. 2008.
Reproductive disorders in cattle due
to nutritional status. Journal of International Cooperation and
Development, 14:45-66.
Pryce JE, Coffey MP, Simm G. 2001. The relationship between body condition
score and reproductive performance.
Journal of Dairy Science, 84:1508- 1515.
Schweigert FJ, Zucker H. 1988. Concentrations of vitamin A, beta-
carotene and vitamin E in individual bovine follicles of different quality. Journal of Reproduction and
Fertility, 82:575-579.
Surai P. 1999. Vitamin E in avian reproduction. Poultry Avian Biology
Revise, 10:1-60.
BULETIN PETERNAKAN
:
'
Alf2dia. gn6cn:ma.,j{25
Butler WR, Smith RD. 1989.
Interrelationship between energy
balance and postpartum
reproductive function in dairy cattle.
Journal of Dairy Science, 72:767-783.
Canfield RW, Butler WR. 1990. Energy
balance and pulsatile LH secretion in
early postpartum dairy cattle. Domestic Animal Endocrinology, 7:323-330.
Elrod CC, Buler WR. 1993. Reduction of fertility and alteration of uterine pH in heifers fed excess ruminally
degradable protein. Journal of
Animal Science, 71: 694-701.
Kadokawa H, Blache D, Yamada Y,
Martin GB. 2000. Relationships
between changes in plasma
concentrations of leptin before and after parturition and the timing of first post-partum ovulation in high
producing Holstein dairy cows.
Reproduction, Fertility and
Development, 12:405-411.
Moss GE, ParfetJR, Marvin.CA, Allrich
RD, Diekman MA. 1985. Pituitary
concentration of gonadotropins and
receptors for GnRH in suckled beef
cows at various intervals after
calving. Journal of Animal Science, 60:285-293.
Murphy MG, Enright WJ, Crowe MA, McConnell K, Spicer LJ, Boland MP,
Roche JF. 1991. Effect of dietary
intake on pattern of growth of