ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KAKI
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KAKI
DIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUS
OLEH :
OLEH :
KELOMPOK 2 ( KAB.HST )
KELOMPOK 2 ( KAB.HST )
1.
1. GUSTI ABRIANSYAH / NIM P07120117350R
GUSTI ABRIANSYAH / NIM P07120117350R
2.
2. HADERIANSYAH / NIM. P07120117351R
HADERIANSYAH / NIM. P07120117351R
3.
3. HELMI NOOR / NIM. P07120117355R
HELMI NOOR / NIM. P07120117355R
4.
4. MAHYUDIN / NIM. P07120117375R
MAHYUDIN / NIM. P07120117375R
5.
5. M. RAHMAN / NIM. P07120117380R
M. RAHMAN / NIM. P07120117380R
6.
6. NURHIDAYAH / NIM. P07120117381R
NURHIDAYAH / NIM. P07120117381R
7.
7. H. PARHANSYAH / NIM. P07120117383R
H. PARHANSYAH / NIM. P07120117383R
8.
8. H. SURIANSYAH / NIM. P07120117392R
H. SURIANSYAH / NIM. P07120117392R
9.
9. SYAHBANI / NIM. P07120117402R
SYAHBANI / NIM. P07120117402R
POLTEKES KEMENKES BANJARMASIN
POLTEKES KEMENKES BANJARMASIN
PRODI D3 KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN
JL. H.MISTAR COKROKUSUMO NO.1A BANJARBARU 70714 JL. H.MISTAR COKROKUSUMO NO.1A BANJARBARU 70714
MAKALAH HOME CARE
MAKALAH HOME CARE
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KAKI
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KAKI
DIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUS
A.
A. Konsep DasarKonsep Dasar
1.
1. DefinisiDefinisi
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda
herediter, dengan tanda
–
–
tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak padapada metabolisme metabolisme karbohidrat karbohidrat yang yang biasanya biasanya disertai disertai juga juga gangguangangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).
metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan
jaringan mati mati atau atau nekrosis, nekrosis, namun namun secara secara mikrobiologis mikrobiologis adalah adalah prosesproses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat
hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darahsumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar ditungkai. ( Askandar, 2001).
sedang atau besar ditungkai. ( Askandar, 2001).
2.
2. Anatomi FisiologiAnatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira
–
–
kira kira 15 cm,lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratn15 cm,lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratn ya rataya rata
–
–
rata 60 rata 60–
–
90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakangbelakang lambung.Pankreas lambung.Pankreas merupakan merupakan kelenjar kelenjar endokrin endokrin terbesar terbesar yangyang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari
duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakanlambung. Bagian badan yang merupakan bagian
bagian utama utama dari dari organ organ ini ini merentang merentang ke ke arah arah limpa limpa dengan dengan bagianbagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
1) Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau
–
pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1–
3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 µ, sedangkan yang terbesar 300 µ, terbanyak adalah yang besarnya 100–
225 µ. Jumlah semua pulau langerhans di pankreasdiperkirakan antara 1
–
2 juta.Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu : a) Sel
–
sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20–
40 % ; memproduksiglikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai
“anti
insulin likeactivity “.
b) Sel
–
sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60–
80 % , membuat insulin. c) Sel–
sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5–
15 %, membuatsomatostatin.
Masing
–
masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi. Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino danrantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4
–
7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel. Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel–
sel otot, fibroblas dan sel lemak.3. Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor
lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2) Faktor
–
faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan sel
–
sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - selpenyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
b. Gangren Kaki Diabetik
Faktor
–
faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetic dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.Faktor endogen : 1) Genetik, metabolic 2) Angiopati diabetik 3) Neuropati diabetic Faktor eksogen : 1) Trauma 2) Infeksi 3) Obat 4. Patofisiologis a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel
–
sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300–
1200 mg/dl.2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien
–
pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160–
180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus–
tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer.
Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi. 1) Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel /
jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2) Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular. Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor
–
faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.5. Klasifikasi
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang. d. Derajat III: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai. Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 (dua) golongan :
1) Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI ) Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
Pada perabaan terasa dingin.
Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
Didapatkan ulkus sampai gangren. 2) Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
6. Dampak Masalah
Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi kehidupan individu dan keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi meliputi :
a. Pada Individu
Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya penyakit ini, Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tersebut yaitu :
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolism.
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
3) Pola eliminasi.
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi
alvi relatif tidak ada gangguan. 4) Pola tidur dan istirahat.
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
mengalami perubahan. 5) Pola aktivitas dan latihan.
Adanya luka gangren dan kelemahan otot
–
otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.6) Pola hubungan dan peran.
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
7) Pola sensori dan kognitif.
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. 8) Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
9) Pola seksual dan reproduksi.
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
10) Pola mekanisme stres dan koping.
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain
–
lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yangkonstruktif / adaptif.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
b. Dampak pada keluarga
Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan muncul bermacam
–
macam reaksi psikologis dari kelurga, karena masalah kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Waktu perawatan yang lama dan biaya yang banyak akan mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan perubahan peran pada keluarga karena salah satu anggota keluarga tidak dapatASKEP HOMECARE DIABETES MELITUS
FORMULIR PENGKAJIAN DATA DASAR KELUARGA
A. Identitas klien / keluarga:
Nama : Tn.P
Umur : 56 th
Jenis kelamin : laki-laki
Suku : Banjar
Alamat : Barabai
No. Telpon
:-B. Riwayat Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga dengan anak dewasa Tugas perkembangan keluarga :
1. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
2. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga. 3. Berperan sebagai suami istri, kakek nenek.
Dapat dijalankan
: √
tidak dapat dijalankan Bila tidak dijalankan, sebutkan:C. Struktur Keluarga
Pola komunikasi: baik
√
Disfungsional Peran dalam keluarga: tidak ada masalah√
ada masalah Pengambilan keputusan: tidak ada masalah√
ada masalah Nilai / norma keluarga: tidak ada konflik nilai√
ada konflikD. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif: berfungsi√
tidak berfungsiFungsi sosial: berfungsi√
tidak berfungsi Fungsi ekonomi: baik√
kurang baik Fungsi keperawatan kesehatan: Pengetahuan tentang masalah kes : kurang baik
Pencegahan penyakit : kurang baik
Perawatan penyakit : kurang baik
Pemanfaatan layanan kesehatan : cukup baik
E. Pola koping keluarga
Efektif
√
tidak efektif Stessor yang dihadapi keluarga:Kondisi kesehatan Tn. P yang buruk
Daftar anggota keluarga
No Nama (inisial) Umur Gender (L/P) Hubungan dg KK Pendidikan Pekerjaan
1 Tn. P 56 th L ayah SMA Tani
2 Ny. S 69 th P ibu SR/SD Tani
3 Sdr. MS 42 th L anak SMA Swasta
4 Sdr.I 34 th P menantu SMA IRT
5 An. I 13 th P cucu SD IOT
Tipe keluarga:
Keluarga inti
Keluarga besar
√
Keluarga campuranSingle parent
F. Pola aktifitas sehari
–
sehariPola makan baik kurang
√
Pola minum baik√
kurang Istirahat baik√
kurang Pola BAK baik kurang√
Pola BAB baik√
kurang Pola Kebersihan diri baik√
kurang Olahraga baik kurang√
Tingkat kemandirian baik kurang√
G. Perilaku Tidak Sehat
Merokok ya tidak
√
Minum kopi ya tidak√
Mengkonsumsi garam berlebih ya tidak
√
Mengkonsumsi gula berlebih ya tidak√
Minum beralkohol / obat ya tidak√
Dan zat adiktif ya tidak√
Sarana kesehatan yang digunakan : puskesmas pembantu
Keluhan utama yang dirasakan : nyeri
H. Spiritual:
Taat beribadah ya
√
tidak Kepercayaan yang berlawanandengan kesehatan ya tidak√
Distress spiritual ya tidak√
I. Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:
Marah ya tidak
√
Sedih ya tidak
√
Ketakutan ya tidak
√
Putus asa ya tidak
√
Stres ya tidak
√
Kurang interaksi dengan orang lain ya tidak
√
Menarik diri dengan lingkungan ya tidak
√
Konflik dengan keluarga ya tidak
√
Penurunan harga diri ya tidak
√
Gangguan gambaran diri ya tidak
√
J. Faktor resiko masalah kesehatan: Sosial ekonomi kurang ya tidak
√
Rumah / lingkungan tidak sehat ya tidak
√
Hubungan keluarga tidak harmonis ya tidak
√
Obesitas ya tidak
√
Status gizi kurang ya tidak
√
K. Pemeriksaan fisik Keadaan umum: baik lemah√
Status mental
Bingung√
Cemas√
Stres × Depresi× Menarik diri×sistem kardiovaskuler
aritmia × nyeri dada ×ditensi vena jugularis ×
jantung berdebar × Tanda vital: TD: 130/80 mmHg RR:20×/menit nadi: 80×/menit suhu: 36,5°C BB dan TB: 160 cm / 46 kg
Keterangan: BB klien turun 4 kg sejak 30 hari yang lalu
Indeks masa tubuh: 19,8
pemeriksaan laboratorium
- gula darah / 2 jam pp / acak:
Gula darah sewaktu 312 mg/dl
Gula darah 2 JPP 264 mg/dl
Gula darah puasa 152 mg/ dl
Glukosa urine 2 JPP ++++
-
Hb:-- kadar asam urat:Hb:--
Nyeri spesifik
Lokasi : tumit kaki
Tipe : seperti ditusuk-tusuk
Durasi : ±10 menit Intensitas: sewaktu-waktu
sistem pernafasan
stridor × wheezing × ronchi × akumulasi sputum ×Sistem integument
Cianosi× Akral dingin × Diaporesis × Jaundice × Luka√
Mukosa mulut × Lebih 2 dtkKapiler refil time
√
sistem perkemihan
disuria × hematuria × frekuensi ± 6×/ hari retensi × inkontinensia ×sistem
muskuloskletal
tonus otot kurang ×
paralisis ×
hemiparesis ×
ROM kurang ×
gangg.
Keseimbangan
√
Keterangan: terdapat luka di bagian jempol kaki sebelah kiri dengan luas ±2 cm , kedalaman 1 cm, ulkus grade I, tampak jaringan nekrotik berwarna putih
Sistem pencernaan
Intake cairan kurang ×
Mual / muntah ×
Nyeri perut × Muntah darah ×
Flatus
√
Distensi abdomen × Colostomy × Diare ×Konstipasi × Bising usus ×
Terpasang sonde ×
sistem persyarafan
nyeri kepala ×
pusing ×
tremor × reflek pupil anisokor ×
paralisis: lengan kiri / kanan / kaki kiri / kaki kanan ×
anestesi daerah perifer ×
Riwayat pengobatan
Alergi obat × sebutkan:
-Jenis obat yang dikonsumsi: injeksi actrapid 8 u
L. Tingkat Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari
–
hari dengan memberikantanda √ pada kolom yang sesuai
No Jenis kegiatan sehari - hari mandiri Dengan bantuan
1 Makan & minum
√
2 Berpindah dari kursi ke tempat tidur dansebaliknya
√
3 Kebersihan diri, cuci muka, menyisir, nebcukur, dan aktifitas kamar mandi
√
4 Berjalan dijalan yang datar
√
5 Naik turun tangga√
6 Berpakaian termasuk mengenakan sepatu√
8 Mengontrol buang air kecil
√
9 Olahraga / latihan fisik
√
M. Pengkajian lingkungan
1. Ventilasi: (1) < 10 % luas lantai (2) 10 % luas lantau
√
2. Pencahayaan: (!) baik√
(2) kurang3. Lanati: (1) semen (2) tegel (3) keramik
√
(4) tanah (5) lainnya4. Kebersihan rumah: (1) baik
√
(2) kurang5. Jenis bangunan: (1) permanen
√
(2) semi permanen (3) non permanentANALISA DATA 1
DATA MASALAH KEPERAWATAN
Ds :
Keluarga mengatakan bingung memikirkan Tn. P, karena sejak 3 bulan yang lalu Tn. P dinyatakan positif menderita DM
Keluarga mengatakan 3 minggu yang lalu tumit Tn. P sebelah kiri terdapat luka dan belum sembuh.
Do :
terdapat luka di jempol kaki sebelah kiri dengan luas ±2 cm , kedalaman 1
Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara perawatan Diabetes Melitus.
cm, ulkus grade 1, tampak jaringan nekrotik berwarna putih
Gula darah sewaktu 312 mg/dl
Gula darah 2 JPP 264 mg/dl
Gula darah puasa 152 mg/ dl
Glukosa urine 2 JPP ++++
Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara perawatan anggota keluarga dengan Diabetes Melitus.
Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah :
resiko 1 2/ 3 x 1= 2/3
Luka pada penderita DM bila tidak dirawat dengan baik dan benar akan menjadi infeksi yang meluas
Kemungkinan masalah dapat diiubah :
mudah 2 2 / 2 x 2= 2
Keluarga punya keingintahuan yang besar tentang cara merawat anggota keluarga dengan DM dan keluarga mempunyai sumber dana untuk perawatan DM
Potensial masalah untuk dicegah :
Tinggi: 3
1 3/ 3 x 1= 1
Keingintahuan keluarga yang besar untuk mengetahui cara merawat anggota keluarga dengan DM
Menonjolnya masalah :
Masalah dirasakan dan harus ditangani
1 2/2 x 1 = 1
Keluarga menyadari adanya masalah tetapi kurang menyadari dampak bila anggota keluarga yang sakit tidak dirawat dengan benar
Jumlah 4 2/3
NO DIAGNOSA Tujuan umum dan khusus
Kriteria hasil Rencana tindakan
ANALISA DATA 2 1 Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan deng an kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara perawatan an ggota keluarga dengan Diabetes Melitus. Tujuan umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi perluasan luka di kaki Tn. P
Tujuan khusus:
Keluarga dan klien dapat menyebutkan tanda dan gejala meluasnya luka infeksi di kaki Tn. P
Keluarga dapat menyebutkan cara pencegahan infeksi pada luka di kaki Tn. P
Keluarga dapat memahami cara merawat anggota keluarga dengan DM Keluarga dapat menyebutkan 5 tanda -tanda infeksi Nyeri Rasa panas Bengkak Kemerahan Perubahan fungsi jringan, jika sudah parah akan disertai pus
Keluarga dapat menyebutkan cara pencegahan infeksi pada luka di kaki Tn. P
Keluarga dapat merawat anggota keluarga dengan DM secara benar Ajarkan pada keluarga dank lien tentang tanda-tanda infeksi Libatkan keluarga pasien pada tindakan rawat luka Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan. Anjurkan pada keluarga dan klien untuk ganti perban tiap hari.
DATA MASALAH KEPERAWATAN
DS:
Tn. P mengatakan tidak mau penyakitnya mengalami komplikasi
yang semakin parah
Keluarga Tn. P mengatakan ingin Tn. P segera sembuh
Keluarga Tn. P ingin tahu cara menurunkan kadar gula darahnya yang tinggi
DO:
Keluarga Tn. P bertanya tentang diit untuk menurunkan kadar gula darah
Keluarga Tn. P terlihat semangat mendengarkan penjelasan dari petugas kesehatan
Hasil cek gula darah Tn. P
Gula darah sewaktu 312 mg/dl
Gula darah 2 JPP 264 mg/dl
Gula darah puasa 152 mg/ dl
Glukosa urine 2 JPP ++++
Perilaku mencari pertolongan kesehatan berhubungan dengan keinginan untuk mencapai kesehatan yang lebih baik
Perilaku mencari pertolongan kesehatan berhubungan dengan keinginan untuk mencapai kesehatan yang lebih baik
No Kriteria Perhitungan Skor Rasional
1. Sifat masalah
Potensial
1/3 X 1 1/3 Keluarga dan Tn.S ingin keluarganya sehat
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
mudah
2/2 X 2 2 Karena keinginan dan kesadaran dari keluarga sendiri
3. Potensi pencegahan
Tinggi
3/3 X 1 1 Masalah cepat teratasi karena keluarga yang menginginkan perubahan tanpa paksaan
4. Menonjolnya masalah
Segera di tangani
2/2 X 1 1 Masalah harus segera di tangani untuk itu keluarga menyadari untuk cepat mengambil keputusan untuk perubahan yang lebih baik
NO DIAGNOSA Tujuan umum dan khusus
Kriteria hasil Rencana tindakan
1 Perilaku mencari pertolongan kesehatan berhubungan dengan keinginan untuk mencapai kesehatan yang lebih baik Tujuan umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kesehatan klien semakin baik Tujuan khusus:
Keluarga dan klien mematuhi diit untuk penyakit DM
Kadar gula darah klien dalam batas normal <200 mg/dl Keluarga rajin memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke layanan kesehatan terdekat Keluarga dapat menyebutkan diit untuk penyakit diabetes melitus Keluarga mengatakan bersedia untuk membawa anggota keluarganaya yang sakit ke layanan kesehatan terdekat secara rutin Kesehatan klien semakin baik tidak mengalami komplikasi mikrovaskuler ataupun makrovaskuler Jelaskan pada klien dan keluarga tentang program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi dan ajarkan pada klien dan keluarga cara melakukan injeksi insulin yang benar
Ajarkan senam kaki diabetic pada klien
Motivasi keluarga untuk mematuhi diit dan pengobatan.
ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERAWATAN
DS:
Keluarga mengatakan tidak tahu secara pasti apa gejala penyakit DM
Keluarga mengatakan tidak tahu secara pasti penyebab penyakit DM, dan cara pencegahan komplikasinya
O:
Keluarga tidak mampu menjelaskan tentang pengertian dan gejala penyakit stroke
tampak bingung ketika ditanya tentang sebab dan cara pencegahan komplikasinya
il cek gula darah anggota keluarga
Gula darah sewaktu 312 mg/dl
Gula darah 2 JPP 264 mg/dl
Gula darah puasa 152 mg/ dl
Glukosa urine 2 JPP ++++
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, gejala, penyebab dan cara pencegahan komplikasinya
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, gejala, penyebab dan cara pencegahan komplikasinya
NO Kriteria Skor Bobot Pembenaran
1 Sifat Masalah
aktual
(3/3)x1 1 Masalah ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM sudah disadari dan dirasakan oleh keluarga Tn. P
2 Kemungkinan masalah untuk diubah
mudah
(2/2)x2 2 Keluarga kurang mengerti masalah tetapi bersedia untuk diberikan penyuluhan
3 Potensi masalah untuk diubah
tinggi
(3/3)x1 1 Keingintahuan keluarga Tn.P sangat tinggi untuk mengenal masalah penyakit DM
4 Menonjolnya masalah
(1/2)x1 1/2 Keluarga menyadari akan masalah
NO DIAGNOSA Tujuan umum dan
khusus Kriteria hasil Rencana tindakan
1 Ketidakmampu an keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, gejala, penyebab dan cara pencegahan komplikasinya Tujuan umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga dan klien mampu mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga Tujuan khusus: Keluarga mampu menyebutkan pengertian penyakit DM Keluarga mampu menyebutkan gejala penyakit DM Keluarga mampu menyebutkan penyebab penyakit DM Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan komplikasi penyakit DM · Keluarga mampu menyebutkan pengertian penyakit DM · Keluarga mampu menyebutkan gejala penyakit DM · Keluarga mampu menyebutkan penyebab penyakit DM · Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan komplikasi penyakit DM 1. Jelaskan kepada keluarga tentang a. Pengertian DM b. Gejala DM c. Penyebab DM d. Cara pencegahan komplikasi dari DM
2. Kaji ulang tentang informasi yang telah dijelaskan 3. Berikan reinforcement positif pada keluarga