• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFERAT ulkus diabetik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFERAT ulkus diabetik"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

REFERAT

ULKUS DIABETIKUM

Ilmu Penyakit Dalam

RSAL Mintoharjo Jakarta

RACHMA TIA WASRIL NIM: 030.10.228

UNIVERSITAS TRISAKTI FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Dengan meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan hidup, maka di Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular, hal ini di kenal dengan transisi epidemiologi. Kecenderungan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular salah satunya adalah Diabetes mellitus1.

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun

makroangiopati2,3,4.

Jumlah penderita Diabetes mellitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life expectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. Diabetes mellitus perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita

semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan5..Masalah pada

kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren, merupakan penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. Perawatan rutin ulkus, pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan di rumah sakit membutuhkan biaya yang sangat besar tiap tahun dan menjadi beban yang sangat besar dalam sistem

pemeliharaan kesehatan.6

Ulkus diabetes disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu neuropati, trauma, deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler

(3)

perifer.Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetes yang menyeluruh dan sistematik

dapat membantu memberikan arahan perawatan yang adekuat.7

Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 hal yaitu debridement, offloading

dan kontrol infeksi.8 Ulkus kaki pada pasien diabetes harus mendapatkan perawatan

karena ada beberapa alasan, misalnya unfuk mengurangi resiko infeksi dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan. Tujuan utama perawatan ulkus diabetes sesegera mungkin

didapatkan kesembuhan dan pencegahan kekambuhan setelah proses

penyembuhan. Dari beberapa penelitian, menunjukkan bahwa perkembangan ulkus

(4)

BAB II STATUS PASIEN

A. Identitas pasien

1. Nama : Ny. Minar

2. Umur : 58 tahun

3. Jenis Kelamin : perempuan

4. Status perkawinan : Menikah

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Luka yang tidak sembuh-sembuh pada telapak kaki kanan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

2. Keluhan Tambahan

Luka bernanah , berair, nyeri, dan bengkak pada ekstrimitas kanan bawah

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. Minar datang ke RSAL mintoharjo dengan keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh. Luka bernanah, dalam, berair, nyeri dan bengkak. Luka tersebut didapatkan karena Ny. marni terjatuh dan hanya memakai sepatu sandal. Diakui pasien tidak ada demam, pusing ,mual dan muntah.

Ny.minar mempunyai riwayat kencing manis, kolesterol tinggi, dan peningkatan kadar asam urat dalam darah. Pasien sudah mempunyai riwayat DM sejak 15 tahun yang lalu. Pola makan atau diet pasien ,tidak bias di atur, pasien masih sering makan-makanan berlemak dan gula tebu tinggi kalori.

(5)

C. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : Pengkajian luka

a. Lokasi dan letak luka : terletak pada telapak kaki kanan

b. Stadium kedalaman luka (wagner) : stadium 1 ; luka superfisial yang mencapai epidemis atau dermis tapi belum menembus tendon,kapsul sendi atau tulang

c. Stadium iskemi : A ; tanpa iskemia

d. Stadium perlukaan (wagner) : stadium 2; = Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan

e. Ukuran luka : panjang :2 cm ;lebar: 1 cm :kedalaman 1 mm f. Status vaskuler :

i. Objective : warna kulit telapak kaki merah tidak pucat atau sianosis

ii. Subjective : pasien merasa nyeri apabila digerakkan Palpasi :

a. Pada bagian distal dari luka, akral hangat

(6)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIABETES MELLITUS 1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah kelainan yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut, apabila dibiarkan tidak terkendali dapat terjadinya komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler

jangka panjang yaitu mikroangiopati dan makroangiopati4,5.

Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah 3,11.

2. Epidemiologi

Menurut survei yang di lakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan urutan di atasnya adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Jumlah penderita Diabetes Mellitus tahun 2000

di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4 juta orang6,7.

Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi Diabetes mellitus sebesar 1,5 – 2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan negara maju, sehingga Diabetes mellitus merupakan masalah

(7)

kesehatan masyarakat yang serius3,4,6,8. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa, maka pada tahun 2003 diperkirakan terdapat penderita DM di daerah urban sejumlah 8,2 juta dan di daerah rural sejumlah 5,5 juta3.

3. Etiologi Diabetes Mellitus

Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus, menurut ADA 2007 adalah

sebagai berikut:3,11

a. Diabetes tipe 1. (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut):

1) Autoimun. 2) Idiopatik.

b. Diabetes tipe 2. (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin).

c. Diabetes tipe lain.

1) Defek genetik fungsi sel beta :

a) Maturity-Onset Diabetes of the Young (MODY) 1, 2, 3. b) DNA mitokondria.

2) Defek genetik kerja insulin. 3) Penyakit eksokrin pankreas.

a) Pankreatitis. b) Tumor/ pankreatektomi. c) Pankreatopati fibrokalkulus. 4) Endokrinopati. a) Akromegali. b) Sindroma Cushing. c) Feokromositoma. d) Hipertiroidisme. 5) Karena obat/ zat kimia.

(8)

b) Glukokortikoid, hormon tiroid.

c) Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain. 6) Infeksi: rubella kongenital, sitomegalovirus.

7) Sebab imunologi yang jarang: antibodi insulin.

8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM: Sindrom Down, Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner dan lain-lain.

4. Gejala dan Tanda-Tanda Diabetes mellitus

Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.

d. Gejala Akut Penyakit Diabetes mellitus

Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.

1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli),yaitu: Banyak makan (poliphagia); Banyak minum (polidipsia); Banyak kencing (poliuria).

2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:

a) Banyak minum. b) Banyak kencing.

c) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu 2 – 4 minggu). d) Mudah lelah.

e) Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik12,13,14.

e. Gejala Kronik Diabetes mellitus

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes mellitus adalah sebagai berikut:

(9)

2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum. 3) Rasa tebal di kulit.

4) Kram. 5) Capai.

6) Mudah mengantuk.

7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata. 8) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.

9) Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun,bahkan impotensi.

10) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin

dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg 1,12,15.

5. Komplikasi

Komplikasi-komplikasi pada Diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Komplikasi Metabolik Akut

Komplikasi akut terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia. Hiperglikemia dapat berupa, Keto Asidosis Diabetik (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hipoglikemi yaitu apabila kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg % dan gejala yang muncul yaitu palpitasi, takhicardi, mual muntah, lemah, lapar dan dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Hiperglikemi yaitu apabila kadar gula darah lebih dari 250 mg % dan gejala yang muncul yaitu oliuri, polidipsi pernafasan kussmaul, mual muntah,

penurunan kesadaran sampai koma16.

2. Komplikasi Metabolik Kronik

Komplikasi kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah

di seluruh bagian tubuh (Angiopati diabetik)17. Angiopati diabetik untuk

memudahkan dibagi menjadi dua yaitu: makroangiopati

(makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), yang tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan.

(10)

Komplikasi kronik DM yang sering terjadi adalah sebagai berikut: a. Mikrovaskuler :

1) Ginjal. 2) Mata. b. Makrovaskuler :

1) Penyakit jantung koroner. 2) Pembuluh darah kaki. 3) Pembuluh darah otak.

c. Neuropati: mikro dan makrovaskuler

d. Mudah timbul ulkus atau infeksi : mikrovaskuler dan

makrovaskuler9,10,18.

Bagan 1. Patogenesis Komplikasi kronis DM Sumber : Green RJ, 1997

(11)

B. ULKUS DIABETIKUM 1. Definisi ulkus Diabetikum

Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai

adanya kematian jaringan setempat19.

Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh

bakteri aerob maupun anaerob12,14,16

2. Epidemiologi

Prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia sebesar 15% dari penderita Dm. di RSCM, pada tahun 2003 masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar. Sebagian besar perawatan DM selalu terkait dengan ulkus diabetika. Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi,masing-masig sebesar 32,5% dan 23,5%. Nasib penderita DM paska amputasi masih sangat buruk, sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun paska amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca amputasi20

3. Etiologi dan Faktor Resiko ulkus diabetikum

Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetikum meliputi neuropati,penyakit arterial,tekanan dan deformitas kaki.

Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk.terdiri atas : a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah :

1) Umur ≥ 60 tahun. 2) Lama DM ≥ 10 tahun.

b. Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah : (termasuk kebiasaan dan gaya hidup)

1) Neuropati (sensorik, motorik, perifer). 2) Obesitas.

(12)

3) Hipertensi.

4) Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol. 5) Kadar glukosa darah tidak terkontrol.

6) Insusifiensi Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan :

a) Kolesterol Total tidak terkontrol. b) Kolesterol HDL tidak terkontrol. c) Trigliserida tidak terkontrol. 7) Kebiasaan merokok.

8) Ketidakpatuhan Diet DM.

4. Patogenesis ulkus diabetika

(13)

Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes mellitus adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor yang

sering disebut Trias yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi14,16,17.

Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi

ulkus diabetika9

Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai10,14,16

Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian

jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetika12,14.

Proses angiopati pada penderita Diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi

(14)

Pada penderita DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul

nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika12,16.

Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan

kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetika12,14,15.

Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit

menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah

menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding

pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah12.

Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi

peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis21

Perubahan inflamasi pada pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDLsebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya factor risikolain yaitu hipertensiakan meningkatkan kerentanan terhadap atherosclerosis.konsekuensi adanya athrosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun hingga kaki menjadi atrofi,dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.

(15)

Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem phlagositosis-bakterisid intra selluler.

Pada penderita ulkus diabetika, 50 % akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik Staphylokokus atau Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium septikum. 5. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala ulkus diabetika adalah : a. Sering kesemutan

b. Nyeri kaki saat istirahat c. Sensari rasa berkurang

d. Kerusakan jaringan (nekrosis)

e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis,tibialis,dan popliteal f. Kaki menjadi atrofi, dingin kuku menebl

g. Kulit kering

6. Klasifikasi Ulkus Diabetikum

Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner, terdiri dari 6 tingkatan :

0 = Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.

1 = Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.

2 = Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.

3 = Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.

4 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu

(16)

5 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.

Gambar ilustrasi klasifikasi diabetic ulcer

Sedangkan klasifikasi untuk kedalaman luka dan luasnya daerah iskemik menurut Brodsky:

 Berdasarkan kedalaman luka/ ulserasi o 0 : Pre dan post ulserasi

o 1 : luka superfisial yang mencapai epidermis atau dermis atau o keduanya, tapi belum menembus tendon, kapsul sendi atau

ggggtulang.

o 2 : luka memembus tendon atau tulang tetapi belum mencapai tulang atau sendi

o 3 : tulang menembus tulang atau sendi  Berdasarkan luas daerah iskemia

o A : Tanpa iskemia

o B : iskemia tanpa gangrene o C : partial gangrene

(17)

7. Pemeriksaan pada ulkus diabetikum

Apabila kita menemukan pasien yang dicurigai atau memang mempunyai ulkus diabetikum,ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menentukan status luka, yaitu:

a. Pengkajian luka:

a. Tentukan lokasi dan letak luka

Tentukan letak keberadaan luka berada dibagian tubuh mana hal ini dapat berguna sebagai indicator terhadap kemungkinan penyebab terjadinya luka, sehingga dapat meminimalisir kejadian terulang dengan menghilangkan penyebabnya

b. Tentukan stadium luka

Tentukan stadium luka berdasarkan klasifikasi stadium ulkus diabetikum dari wagner, berdasarkan kedalaman dari lukanya juga tingkat keparahan iskemia dari ulkus

c. Warna pada dasar luka

Apabila warna pada dasar luka adalah merah , maka luka bersih dan banyak vaskularisasinya. Jika berwarna kuning maka dapat diartikan bahwa jaringan sudah terinfeksi. Jika berwarna hitam maka jaringan sudah nekrosis dan avaskularisasi

d. Bentuk dan ukuran luka

Kaji ukuran luka, dari panjang ,lebar, dan kedalaman luka. e. Status vaskuler

i. Subjective : apakah pasien merasa nyeri terhadap lukanya

ii. Objective : pbservasi warna kulit apakah pucat atau sianosis pada bagian distal luka

iii. Palpasi :

1. Apakah ada perubahan pada suhu ujung kaki ( menjadi lebih dingin)

(18)

2. Palpasi tekanan nadi , pada bagian distal luka terapa atau tidak

b. Pemeriksaan Ankle Brachial Indeks(ABI)

Ankle Brachial Index adalah tes skrining vascular non invasive untuk mengidentifikasi pembesaran pembuluh darah , perifer vascular disease dengan cara membandingkan tekanan darah systolic di ankle dengan tekanan darah sistolik di daerah brakial dimana dapat diperkirakan tekanan darah sistolik sentralnya. ABI diukur dengan menggunakan alat yaitu continuous wave doppler, sebuah sphygmomanometer, dan sebuah pressure cuffs untuk mengukur tekanan sistolik di brachial dan ankle. ABI mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam mendiagnosis lower extremity arterial disease. Apabila ABI bernilai kurang dari 0.9 mengindikasikan adanya kelaian lower extremity arterial disease. 22,23,24

INDIKASI

- Intermittent claudication

- Mendiagnosis pasien dengan suspek lower extremity arterial disease yang memiliki luka pada ekstremitas bawah

- Orang yang berumur >70 tahun

- Orang yang berumur > 50 tahun dengan riwayat penggunaan rokok dan diabetes

- Untuk menentukan aliran darah arteri di extremitas bawah untuk menentukan proses terapi kompresi, atau debridement luka.

- Untuk menentukan potensi penyembuhan luka.1,2

KONTRAINDIKASI - Nyeri yang berat pada kaki - Adanya deep vein thrombosis

(19)

- Nyeri yang berat yang dihubungkan dengan luka pada ekstremitas bawah

KETERBATASAN ABI

- ABI adalah tes indirek untuk mengetahui lokasi anatomic sebuah oklusi atau stenosis. Lokasi pasti dari oklusi atau stenosis tidak dapat diketahui hanya dari ABI saja.

PEMERIKSAAN ABI

Cara pemeriksaan ABI adalah sebagai berikut :

 Baringkan pasien kurang lebih selama 20 menit.

 Pastikan area kaki tidak ada sumbatan atau hambatan dari pakaian

ataupun posisi.

 Tutup area luka dengan lapisan melindungi cuff yang menekan.

 Tempatkan cuff di atas ankle.

 Doppler probe letakkan di dorsalis pedis dan anterior tibial pulse

(dengan konekting gel). Arah probe Doppler 450

 Tekan cuff hingga bunyi pulse menghilang

 Tekan cuff perlahan untuk menurunkan tekanan sampai terdengar

(20)

 Pindahkan cuff ke lengan di sisi yang sama dengan ekstremitas bawah.

 Cari pulse brachial dengan dopler probe ( konekting gel).

 Tekan cuff hingga bunyi pulse menghilang

 Turunkan tekanan perlahan hingga terdengar bunyi pulse lagi, point

ini disebut tekanan sistolik brachial.

 Hitung ABPI dengan membagi hasil sistolik ankle dengan hasil

sistolik brachial.1

Perhitungan

ABI Perfusion Status

>1.3 Elevated, incompressible vessels

>1.0 Normal

<0.9 Lower Extremity Arterial Disease

<0.6 to 0.8 Borderline

<0.5 Severe Ischemia

<0.4 Critical Ischemia, limb threatened

8. Treatment

Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut adalah :

a. Memperbaiki kelainan vaskuler. b. Memperbaiki sirkulasi.

c. Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll). d. Edukasi perawatan kaki.

e. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil

laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM.

(21)

f. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal. g. Menghentikan kebiasaan merokok.

h. Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara : 1) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.

2) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutama diantara jari-jari kaki.

3) Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari kaki (contoh: krem sorbolene).

4) Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-retak.

5) Menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk

memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan

sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.

6) Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bisa tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki. Jangan menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh podiatrist.

7) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula,luka dan lecet.\

8) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas. i.penggunaan alas kaki yang tepat :

(22)

2) Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman dipakai.

3) Sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi/gangguan dan luka terhadap kulit.

4) Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki.

5) Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati. 6) Memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap hari. 7) Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat. 8) Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.

j. Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia dan termis, yang biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan. k. Menghidari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya adrenalin, nikotin.

l. Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap

kontrol walaupun ulkus diabetik sudah sembuh11,12,14

terapi yang diberikan pada ulkus diabetikum adalah :

Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam perawatan luka. Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang membantu proses penyembuhan luka.

(23)

Metode debridement yang sering dilakukan yaitu surgical (sharp), autolitik, enzimatik, kimia, mekanis dan biologis. Metode surgical, autolitik dan kimia hanya membuang jaringan nekrosis (debridement selektif), sedangkan metode mekanis membuang jaringan nekrosis dan jaringan hidup (debridement non selektif).

Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi salah satu komponen penanganan ulkus diabetes. Ulserasi biasanya terjadi pada area telapak kaki yang mendapat tekanan tinggi. Bed rest merupakan satu cara yang ideal untuk mengurangi tekanan tetapi sulit untuk dilakukan.

Pemberian antibiotic untuk mencegah infeksi lebih lanjut dan terapi oksigen hiperbarik dan mempercepat proses penyembuhan luka.

(24)

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Bustan MN. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta,1999

2. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, 2006.

3. Hadisaputro S, Setyawan H. Epidemiologi dan Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2. Dalam : Darmono, dkk, editors. Naskah Lengkap Diabetes mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit dalam dalam rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2007. p.133-154.

4. Soegondo S. Penatalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus, Penerbit FK UI, Jakarta,1998.

5. Darmono. Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Mellitus. Dalam : Darmono, dkk,editors. Naskah Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit dalam dalam rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang,2007. p.15-30

6. Suyono S. Masalah Diabetes di Indonesia. Dalam : Noer, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta, 1999

7. Kruse I, Edelman S. Evaluation dan Treatmen of Diabetic Foot Ulcer. Clinical Diabetes Vol24, Number 2, 2006. p 91-93

8. Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcer : Pathogenesis and Management. Am Fam Physician, Vol 66, Number 9. 2002. p 1655-62

9. Stillman, RM. Diabetic Ulcers. Cited Mei 2014. Available at : URL http ://www.emedicine.com

10. California Podiatric Medical Association Diabetic Wound Care. Mei 2014.

(25)

11. ADA. Clinical Practice Recommendations : Report of the Expert Commite on the Diagnosis and Classifications of Diabetes Mellitus Diabetes Care, USA, 2007. p.S4-S24

12. Tjokroprawiro A. Diabetes Mellitus Aspek Klinik dan Epidemiologi, Airlangga University Presss, Surabaya, 1998.

13. Manaf A. Insulin : Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam :Aru W,dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FK UI, Jakarta, 2006.

14. WHO. Prevention of Diabetes Mellitus. Technical Report Series 844, Geneva,2000

15. Darmono. Dianosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Dalam : Noer, dkk, editors,Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta, 1999.

16. Soewondo P. Ketoasidosis Diabetik. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FK UI, Jakarta, 2006. 17. Waspadji S. Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus : Pengenalan dan

Penanganan. Dalam : Noer, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta, 1999.

18. Green RJ. Pathology and Theurapeutic for Pharmacits : a Basic for Clinical Pharmacy Practice. Chapman and Hill, London, 1997.

19. Frykberb Robert G. Risk Factor, Pathogenesis and Management of Diabetic Foot Ulcers, Des Moines University, Iowa, 2002

20. Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FK UI, Jakarta 2006.

21. Kusuma AW. Hubungan antara terjadinya neuropati diabetika dengan lamanya menderita DM di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran surakarta, 2000. (unpublished)

22. Monteiro R. Marto R .Neves MF. Risk Factors Related to Low

Ankle-Brachial Index Measured by Traditional and Modified Definition in

Hypertensive Elderly Patients. International Journal of

(26)

23. Ankle Brachial Index : Quick Reference Guide for Clinicians .Available at :

http://journals.lww.com/jwocnonline/Fulltext/2012/03001/Ankle_Brachial _Index__Quick_Reference_Guide_for.6.aspx

24. Wild AH. Byrne CD. Smith F. Lee AJ. Fowkes FGR.Low Ankle-Brachial Pressure Index Predicts Increased Risk of Cardiovascular Disease Independent of the Metabolic Syndrome and Conventional Cardiovascular Risk Factors in the Edinburgh Artery Study. American Diabetes

Gambar

Gambar ilustrasi klasifikasi diabetic ulcer

Referensi

Dokumen terkait

Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putri Kelas IV dan V yang bertempat di SDN 2 Sokaraja , Banjarnegara oleh Didik Darmadi yang memiliki hasil

Sebagaimana data kasus kekerasan terhadap anak yang telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya, di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara terdapat beberapa jenis

ragum penjepit yang sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuaidengan bentuk pengerjaan, dan yakinkan bahwa benda kerja sudahterpasang dengan baik dan kuat.. 5.Memilih

1) Pengembangan dan Kelengkapan pedoman,kebijakan, prosedur,pengawasan dan pengendalian kegiatan akademik,keuangan dan penjaminan mutu. 2) Pengembangan dan pengintegrasian

Karena tindak pidana penadahan yang diatur dalam Pasal 480 angka 1 KUHP mempunyai dua macam unsur subjektif, masing-masing yakni unsur kesengajaan atau unsur dolus dan

Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan, salah satunya adalah minyak goreng, serta proses penggorengan dapat mempengaruhi jumlah cemaran logam berat

Pada umumnya terdiri dari beberapa bahan yaitu semen (sebagai bahan pengikat ), agregat ( sebagaai bahan pengisi ), dan air ( sebagai bahan pereaksi ) dan jika diperlukan

Split Komplementer adalah suatu skema warna yang menggunakan kombinasi dari stu warna yang dipadukan dengan dua warna lain yang letaknya berdekatan atau