• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar"

Copied!
364
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Perumahan adalah merupakan salah satu unsur pokok kesejahteraan rakyat, oleh karena itu pembangunan perumahan yang layak beserta penataan wilayah pemukiman dan lingkungannya mutlak dilaksanakan secara terencana, terpadu, terarah serta berkesinambungan. Berbagai data dan informasi yang berhubungan dengan jumlah dan kondisi perumahan selalu menjadi bahan rujukan utama dalam penyusunan program perencanaan dan evaluasi pembangunan perumahan.

Dengan diterbitkannya publikasi “Profil Perumahan Kabupaten Banjar” ini yang penyusunannya merupakan hasil kerja sama Bappeda dan BPS Kabupaten Banjar diharapkan dapat menambah ragam data dan informasi yang digunakan untuk penajaman perencanaan program sampai dengan wilayah administrasi terendah di tingkat desa/kelurahan serta evaluasi umum terhadap pembangunan wilayah pemukiman di tingkat Kabupaten Banjar.

Kepada BPS Kabupaten Banjar beserta Tim yang terlibat dalam penyusunan publikasi ini saya ucapkan terima kasih atas kerjasama yang telah terbina dengan baik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyediaan data-data yang diperlukan sehingga publikasi ini dapat diselesaikan.

Akhirnya, semoga publikasi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi proses pembangunan Kabupaten Banjar kearah yang lebih baik serta bagi semua pihak yang memerlukannya. Aamiin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Martapura, Desember 2012

Kepala Bappeda

Kabupaten Banjar

H. Muhammad Rusdi, ST.,MT

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya publikasi Profil Perumahan Kabupaten Banjar yang penyusunannya merupakan hasil kerjasama Bappeda Kabupaten Banjar dan BPS Kabupaten Banjar dapat diselesaikan.

Publikasi ini menyajikan mengenai kondisi/profil perumahan diantaranya jumlah dan jenis bangunan, status kepemilikan/penguasaan bangunan tempat tinggal, bukti kepemilikan, jenis dan luas lantai, sumber penerangan, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar dan pembuangan akhir tinja, bahan bakar, penguasaan telepon serta akses internet 3 bulan terakhir. Semua data diulas ditingkat kabupaten yang dirinci menurut kecamatan, sedangkan pada tabel lampiran juga disajikan data-data ditingkat kecamatan yang dirinci menurut desa/kelurahan.

Data pokok yang digunakan sebagian besar bersumber dari hasil Sensus Penduduk 2010 modul perumahan dan juga dari Susenas 2011 serta data-data lain yang relevan untuk dijadikan bahan penunjang penyusunan publikasi ini.

Diharapkan dengan adanya publikasi ini, data hasil sensus penduduk modul perumahan dapat terdokumentasi dengan baik dan dapat digunakan serta dimanfaatkan secara maksimal sebagai data dasar untuk menunjang program pembangunan di bidang pemukiman dan perumahan beserta lingkungannya di wilayah Kabupaten Banjar.

Terima kasih kami sampaikan kepada Pemda Kabupaten Banjar cq. Bappeda Kabupaten Banjar atas dukungan dan kepercayaan yang diberikan sehingga terlaksanannya penyusunan publikasi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian publikasi ini. Saran dan kritik konstruktif dari semua pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Martapura, Desember 2012 Kepala Badan Pusat Statistik

Kabupaten Banjar

(4)

DAFTAR ISI

halaman

Kata Sambutan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... iv

Daftar Grafik ... vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup ... 4

1.3 Sistematikan Penulisan ... 4

1.4 Konsep dan Definisi ... 4

BAB II Profil Kabupaten Banjar ... 11

2.1 Kondisi Geografi ... 13

2.2 Kondisi Perekonomian ... 14

2.3 Kondisi Kependudukan ... 16

2.4 Kondisi Sosial ... 17

BAB III Karakteristik Perumahan ... 21

3.1 Jenis Bangunan ... 23

3.2 Kepemilikan dan Penguasaan Bangunan ... 26

3.2.1 Status Kepemilikan/Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal ... 26

3.2.2 Bukti Kepemilikan ... 30

3.3 Jenis dan Luas Lantai ... 34

3.3.1 Jenis Lantai Terluas ... 34

3.3.2 Luas Lantai ... 36

3.4 Sumber Penerangan Utama ... 40

3.5 Sumber Air Minum ... 42

3.6 Sanitasi ... 45

3.6.1 Fasilitas Tempat Buang Air Besar ... 45

3.6.2 Tempat Pembuangan Akhir Tinja ... 48

3.7 Bahan Bakar untuk Memasak Sehari-hari ... 51

3.8 Kelengkapan Fasilitas Pokok Bangunan Tempat Tinggal ... 53

3.9 Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 58

BAB IV Penutup ... 63

(5)

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 2.1 Struktur Ekonomi dan Struktur Tenaga Kerja Kabupaten Banjar

Tahun 2011 ... 14 Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi (Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten

Banjar Tahun 2009 – 2011 ... 15 Tabel 2.3 Penduduk Kabupaten Banjar Menurut Kelompok Umur Tahun 2011 16 Tabel 2.4 Penduduk Kabupaten Banjar Menurut Kelompok Usia Tahun 2011 17 Tabel 2.5 Persentase Tingkat Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun ke

Atas Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Banjar Tahun 2011 ... 18 Tabel 2.6 Persentase Ijazah Terakhir yang Dimiliki Penduduk Usia 5 Tahun ke

Atas di Kabupaten Banjar Tahun 2011 ... 18 Tabel 2.7 Persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat

Kesempatan Kerja (TKK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

di Kabupaten Banjar Tahun 2011 ... 19 Tabel 2.8 Persentase Cara Pengobatan Penduduk yang Mengalami Keluhan

Kesehatan di Kabupaten Banjar Tahu 2011 ... 20 Tabel 3.1 Jumlah Bangunan Fisik dan Bangunan Sensus Menurut Kecamatan

di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 23 Tabel 3.2 Persentase B angunan Sensus Menurut Fungsi dan Kecamatan di

Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 24 Tabel 3.3 Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dokumen di

Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 26 Tabel 3.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan/

Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal dan Tipe Daerah di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 27 Tabel 3.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan/

penguasaan Bangunan Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Kepala

Rumah Tangga di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 28 Tabel 3.6 Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik Sendiri

Menurut Bukti Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal dan Kecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 30

(6)

Tabel 3.7 Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik Sendiri Menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Bukti Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal di Kabupaten Banjar Tahun 2010 32 Tabel 3.8 Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik Sendiri

dan Memiliki Bukti Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal Menurut Kecamatan dan Jenis Bukti Kepemilikan Tempat Tinggal di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 33 Tabel 3.9 Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik Sendiri

dan Memiliki Bukti Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal Menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Jenis Bukti Kepemilikan

Tempat Tinggal di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 33 Tabel 3.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Jenis Lantai

Terluas di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 35 Tabel 3.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah

Tangga dan Jenis Lantai Terluas di Kabupaten Banjar Tahun 2010 .. 36 Tabel 3.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Luas Lantai

Perkapita di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 37 Tabel 3.13 Persentase Rumah Tangga dengan Luas Lantai Perkapita < 10 m2

dan Jenis Lantai Terluas Bambu/Tanah/Lainnya Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 39 Tabel 3.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Sumber

Penerangan Utama di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 41 Tabel 3.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di

Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 43 Tabel 3.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Kelayakan

Sumber Air Minum di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 44 Tabel 3.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Status

Kpemilikan Fasilitas Buang Air Besar di Kabupaten Banjar Tahun

2010 ... 47 Tabel 3.18 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Fasilitas Jamban Menurut

Kecamatan dan Tempat Pembuangan Tinja di Kabupaten Banjar

Tahun 2010 ... 49 Tabel 3.19 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Jenis Bahan

(7)

Tabel 3.20 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Kelengkapan Fasilitas Pokok Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 55 Tabel 3.21 Persentase Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Penguasaan

(8)

DAFTAR GRAFIK

halaman Grafik 3.1 Persentase Bangunan Sensus di Kabupaten Banjar Tahun 2010 .... 25 Grafik 3.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan/

Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal dan Status Pemerintahan

di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 28 Grafik 3.3 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Bukti Kepemilikan Tanah

di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 31 Grafik 3.4 Persentase Rumah Tangga dengan Luas Lantai Perkapita ≥ 10 m2

Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 38 Grafik 3.5 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Penerangan Utama

Listrik Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 42 Grafik 3.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Fasilitas Buang

Air Besar di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 45 Grafik 3.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Fasilitas Buang

Air Besar dan Status Pemerintahan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 46 Grafik 3.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir

Tinja dan Status Pemerintahan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 .. 48 Grafik 3.9 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Jamban dengan Tangki

Septik Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 50 Grafik 3.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Bahan Bakar Memasak

Dan Status Pemerintahan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 51 Grafik 3.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Kelengkapan Fasilitas Pokok

Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 54 Grafik 3.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Kelayakan Rumah Tinggal

di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 57 Grafik 3.13 Persentase Rumah Tangga yang Mengakses Internet Menurut

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman Lampiran I Tabel Jumlah Bangunan Fisik dan Bangunan Sensus Menurut

Fungsi dan Desa/Kelurahan Perkecamatan di Kabupaten Banjar

Tahun 2010 ... 69 Lampiran II Tabel Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Status Penguasaan

Bangunan Tempat Tinggal yang Ditempati Dirinci Menurut

Desa/Kelurahan Perkecamatan di Kabupaten B anjar Tahun 2010 . 91 Lampiran III Tabel Jumlah Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik

Sendiri Menurut Bukti Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal Dirinci Tiap Desa/Kelurahan Perkecamatan di Kabupaten Banjar Tahun

2010 ... 113 Lampiran IV Tabel Jumlah Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas

Dirinci Menurut Desa/Kelurahan Perkecamatan di Kabupaten

Banjar Tahun 2010 ... 135 Lampiran V Tabel Jumlah Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Perkapita

Dirinci Tiap Desa/Kelurahan Perkecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 157 Lampiran VI Tabel Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama

Dirinci Tiap Desa/Kelurahan Perkecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 179 Lampiran VII Tabel Jumlah Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum

Dirinci Tiap Desa/Kelurahan Perkecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 201 Lampiran VIII Tabel Jumlah Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air

Besar Dirinci Tiap Desa/Kelurahan Perkecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 243 Lampiran IX Tabel Jumlah Rumah Tangga yang Memiliki Jamban Menurut

Tempat Pembuangan Akhir Tinja Dirinci Tiap Desa/Kelurahan Perkecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 265 Lampiran X Tabel Jumlah Rumah Tangga Menurut Jenis Bahan Bakar yang

Digunakan untuk Memasak Dirinci Tiap Desa/Kelurahan

Perkecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010 ... 287 Lampiran XI Tabel Jumlah Rumah Tangga Menurut Penguasaan Telpon

Dirinci Tiap Desa/Kelurahan Perkecamatan di Kabupaten Banjar

(10)

Lampiran XII Tabel Jumlah Rumah Tangga Menurut Akses Internet Selama 3 Bulan Terakhir Dirinci Tiap Desa/Kelurahan Perkecamatan di

(11)
(12)
(13)

1.1 Latar Belakang

Perumahan merupakan kebutuhan utama disamping pangan dan sandang bagi setiap orang. Perumahan merupakan salah satu unsur pokok kesejahteraan rakyat. Selain merupakan kebutuhan pokok, keadaan perumahan juga mempunyai pengaruh terhadap pembinaan watak dan keperibadian serta merupakan faktor penting pula terhadap produktivitas kerja seseorang. Dengan demikian keadaan perumahan yang baik dapat menunjang usaha pembangunan ekonomi. Tetapi dilain pihak kemampuan untuk mengusahakan adanya perumahan yang layak tergantung sekali pada adanya perkembangan serta pembangunan ekonomi.

Keadaan Perumahan di Kabupaten Banjar sebagian masih belum memadai, utamanya dari kualitas/kondisi perumahannya yang sebagian besar belum memenuhi persyaratan-persyaratan yang layak. Masalah perumahan biasanya terdapat di daerah perkotaan ditandai oleh sangat kurangnya jumlah rumah yang ada dibandingkan dengan banyaknya penduduk, serta banyaknya rumah-rumah yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan kehidupan dan pembangunan yang layak, seperti perkampungan-perkampungan dipinggir kota dan gubuk-gubuk liar di dalam kota. Demikian pula terdapat kesulitan-kesulitan mengenai tanah, fasilitas air minum, keadaan penerangan, kesehatan lingkungan dan sebagainya.

Pembangunan perumahan sebagai bagian dari pembangunan nasional perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana dan berkesinambungan agar permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya dapat teratasi. Agar pembangunan perumahan dapat dilakukan dengan optimal dan lebih terarah, maka diperlukan data yang lengkap, akurat dan berkesinambungan.

Sebagian besar data yang disajikan dalam publikasi ini, memanfaatkan data perumahan hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010) dan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2011. Data Perumahan yang disajikan meliputi jenis bangunan, status kepemilikan/penguasaan bangunan tempat tinggal, bukti kepemilikan tanah tempat tinggal, jenis lantai, luas lantai, sumber penerangan, sumber air minum, Fasilitas tempat buang air besar, tempat pembuangan akhir tinja, bahan bakar untuk memasak sehari-hari, penguasaan telpon dan akses internet selama 3 bulan terakhir. Untuk memudahkan pembaca, publikasi ini juga dilengkapi dengan definisi operasional yang digunakan dalam pengumpulan data.

Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik disertai ulasan atau analisis deskriptif pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan. Diharapkan melalui penyajian data seperti itu, pengguna data akan lebih mudah untuk memahami dan lebih tertarik untuk membacanya.

(14)

1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup

Tujuan penulisan Publikasi Profil Perumahan Kabupaten Banjar adalah untuk memberikan gambaran kepada para pengguna data mengenai kondisi perumahan di tingkat kabupaten banjar, tingkat kecamatan dan tingkat desa. Dimana sumber data yang digunakan adalah hasil SP2010 dan Susenas 2011. Data Perumahan yang digunakan berasal dari keadaan bangunan yang ditempati oleh rumah tangga, Karena SP2010 dan Susenas 2011 adalah sensus dan survey yang dilakukan dengan pendekatan rumah tangga.

SP2010 mencakup seluruh penduduk warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang tinggal dalam wilayah teritorial Indonesia, baik yang bertempat tinggal tetap maupun yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap (tuna wisma,pengungsi, awak kapal berbendera Indonesia, masyarakat terpencil/terasing dan penghuni perahu/rumah apung). Anggota korp diplomatik negara lain beserta anggota rumah tangganya, meskipun menetap di wilayah teritorial Indonesia, tidak dicakup dalam pencacahan SP2010. Sedangkan Anggota Korp diplomatik RI beserta anggota rumah tangganya yang berada di luar negeri akan di cakup dalam SP2010.

Sedangkan pelaksanaan Susenas selama tahun 2011 di Kabupaten Banjar mencakup 700 rumah tangga sampel yang ada di kecamatan di kabupaten banjar. Oleh karena jumlah rumah tangga sampel yang kecil, data dari hasil Susenas ini hanya bisa digunakan untuk menggambarkan kondisi social ekonomi pada tingkatan Kabupaten saja, tidak bisa digunakan untuk gambaran kondisi tingkat kecamatan apalagi kondisi tingkat desa/kelurahan.

1.3 Sistematika Penulisan

Penyajian pada penulisan ini dibagi menjadi 4 (tiga) bab. Bab pertama, yaitu pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan dan ruang lingkup, sistematika penulisan, serta konsep dan definisi. Bab Kedua adalah Profil Kabupaten Banjar dan bab ketiga adalah gambaran umum mengenai perumahan di Indonesia hasil SP2010 serta bab keempat adalah penutup.

1.4 Konsep dan Definisi

Bangunan Fisik adalah tempat berlindung yang mempunyai dinding, lantai dan atap, baik tetap maupun sementara, baik digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, Bangunan dapur, kamar mandi, garasi dan lainnya yang terpisah dari bangunan induk dianggap bagian dari bangunan induk tersebut (satu bangunan) jika terletak dalam

(15)

satu pekarangan. Bangunan yang luas lantainya kurang dari 10 meter persegi dan tidak digunakan untuk tempat tinggal dianggap bukan bangunan fisik.

Contoh bangunan fisik : rumah, hotel, toko, pabrik, sekolah, masjid, kuil, gereja, gedung kantor, balai pertemuan dan sebagainya.

Bangunan sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu keluar masuk sendiri dan dalam satu kesatuan penggunaan.

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan biasanya tinggal bersama serta pengelolaan makannya dari satu dapur. Satu rumah tangga dapat terdiri dari hanya satu anggota rumah tangga. Yang dimaksud dengan satu dapur adalah pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola menjadi satu. Milik sendiri adalah jika tempat tinggal tersebut pada waktu pencacahan betul-betul sudah milik kepala rumah tangga atau salah seorang ART. Rumah yang dibeli secara angsuran melalui kredit bank atau rumah dengan status sewa beli dianggap milik sendiri.

Kontrak adalah jika tempat tinggal tersebut disewa oleh kepala rumah tangga/ART dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayaran biasanya sekaligus dimuka atau diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak harus meninggalkan tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah pihak setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan perjanjian kontrak baru.

Sewa adalah jika tempat tinggal tersebut disewa oleh krt atau salah seorang art dengan pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batasan waktu tertentu. Status kepemilikan tempat tinggal lainnya adalah jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori diatas misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat, rumah dinas, termasuk didalamnya rumah bebas sewa.

Sertifikat Hak Milik (SHM) atas nama ART adalah SHM yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau Kantor Agraria terhadap sebidang tanah/kavling kepada pemilik tanah, dalam hal ini seseorang yang bukan termasuk ART.

Sertifikat lain adalah tanda bukti yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau Kantor Agraria terhadap sebidang tanah/kavling kepada pemilik tanah, dalam hal ini salah seorang ART. Sertifikat ini bisa berupa :

 SHBG (sertifikat Hak Guna Bangunan)  SHP (Sertifikat Hak Pakai)

(16)

Lainnya adalah salah satu tanda bukti kepemilikan tanah oleh pejabat pembuat akta tanah (PPAT/Notaris) seperti girik, akte jual beli.

Girik adalah surat tanda bukti kepemilikan pemilik tanah yang biasa disebut juga salinan letter C yang dikeluarkan oleh Lurah/kepela Desa, baik yang sudah di pecah maupun induknya.

Akte jual beli adalah akte perjanjian jual beli yang diterbitkan oleh Notaris/PPAT (Pejabat Pembuat Akte Tanah), baik yang sudah atas nama ART maupun orang lain. Termasuk kategori lainnya adalah sertifikat Hak Guna Usaha (SHGU).

Lantai adalah alas/dasar suatu bangunan tempat tinggal responden.

Jenis lantai terdiri dari keramik/marmer/granit, ubin/tegel/teraso, semen/bata merah, kayu/papan, bambu, tanah dan lainnya. Lantai ubin yang dilapisi karpet atau vinil tetap dikategorikan ubin. Jika lantai bangunan tempat tinggal lebih dari satu jenis, pilih yang terluas.

Luas lantai adalah keseluruhan luas lantai dari setiap bangunan (sebatas atap) yang ditempati (dihuni) dan digunkanan untuk keperluan sehari-hari oleh rumah tangga, termasuk teras, garasi, tempat mencuci, WC, gudang, lantai setiap tingkat untuk bangunan bertingkat dalam satu bangunan sensus.

Luas lantai tempat tinggal rumah tangga tidak termasuk ruangan khusus untuk usaha, warung, restoran, toko, salon,kandang ternak, lantai jemur (lamporan semen), lumbung padi dan lain-lain. Untuk bangunan bertingkat, luas lantai adalah keseluruhan luas lantai dari semua tingkat yang ditempati.

Catatan :

1. Jika satu bangunan sensus ditempati oleh beberapa rumah tangga, maka luas lantai ruangan yang dipakai bersama, luas lantainya dibagi dengan banyaknya rumah tangga yang menggunakannya.

2. Jika ada dua bangunan terpisah yang ditempati oleh satu rumah tangga dan masih dalam satu blok sensus, maka luas lantainya dihitung seluruhnya.

3. Taman yang di dalam rumah, atau yang disamping rumah namun masih dibawah atap, semuanyan ditambahkan sebagai luas lantai.

Listrik Non PLN adalah sumber penerangan listrik yang dikelola oleh instansi/pihak lain selain PLN, termasuk yang menggunakan sumber penerangan dari aki (accu) , generator dan pembangkit listrik tenaga surya (yang dikelola bukan oleh PLN).

(17)

Listrik PLN Meteran adalah sumber penerangan yang diproduksi PLN ( Perusahaan Listrik Negara) dengan cara berlangganan dan ada meteran sebagai pengukur jumlah pemakaian listrik di rumah tangga. Termasuk dalam kategori ini adalah rumah tangga yang menggunakan satu meteran secara bersama-sama. Dalam SP2010, rumah tangga yang tinggal di apartemen dianggap memiliki sumber penerangan listrik PLN meteran.

Listrik PLN tanpa meteran adalah sumber penerangan yang diproduksi oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara) tetapi tidak ada meteran yang terpasangdi rumah. Termasuk dalam kategori ini adalah jika suatu rumah tangga mengambil listrik secara ilegal.

Bukan listrik adalah jika rumah tangga menggunakan sumber penerangan bukan listrik, seperti lampu gas elpiji (LPG) dan biogas yang dibangkitkan sendiri maupun berkelompok, sumber penerangan dari minyak tanah (petromak/lampu tekan, aladin, teplok, senter, pelita dan sejenisnya) dan lainnya (lampu karbit, lilin, biji jarak dan kemiri)

Air Kemasan adalah yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu perusahaan dalam kemasan botol (330 ml, 600 ml, 1,5 liter, 12 liter atau 19 liter) dan kemasan gelas, seperti antara lain air kemasan merk aqua, Vit, Airess, Moya, 2 Tang MQ dan termasuk air minum isi ulang.

Ledeng sampai rumah adalah yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air sampai dirumah responden. Sumber air ini diusahakan oleh PAM (Perusahaan Air Minum), PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), atau BPAM (Badan Perusahaan Air Minum), baik dikelola pemerintah maupun swasta. Air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air ditempat tertentu/umum. Rumah tangga yang mendapatkan air ledeng dengan cara ini baik dengan cara membeli atau tidak termasuk dalam kategori ini.

Ledeng eceran adalah rumah tangga yang minum dari air ledeng yang diperoleh dari pedagang air keliling dianggap mempunyai sumber air minum ledeng eceran.

Pompa adalah air tanah yang cara pengambilannya dengan menggunakan pompa tangan, pompa listrik atau kincir angin, termasuk sumur artesis (sumur pantek)

Sumur adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali. Cara pengambilannya dengan menggunakan gayung atau ember, baik dengan maupun tanpa katrol. Air sumur dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu air sumur terlindung dan tidak terlindung.

Sumur terlindung adalah air yang berasal dari dalam tanah bila lingkar sumur tersebut dilindungi oleh tembok paling sedikit 0,8 meter diatas tanah dan 3 meter ke bawah tanah, serta ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar sumur. Bila suatu rumah tangga menggunakan sumur terlindung sebagai sumber air minum, namum dalam mengambil

(18)

(menaikan) airnya, rumah tangga itu menggunakan pompa (pompa tangan atau listrik), maka sumber air minum rumah tangga tersebut tetap dikategorikan sumur terlindung. Sumur tak terlindung adalah air yang berasal dari dalam tanah bila lingkar sumur tersebut tak dilindungi oleh tembok dan lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar sumur.

Mata Air adalah sumber air permukaan tanah dimana air timbul dengan sendirinya. Rumah tangga yang minum air yang berasal dari mata air kemudian dialirkan ke rumah dengan menggunakan pipa paralon/pipa ledeng tanpa proses penjernihan maka sumber air minumnya tetap mata air.

Mata Air Terlindung adalah bila mata air tersebut terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci atau lainnya.

Mata Air tak terlindung adalah bila mata air tersebut tidak terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci atau lainnya.

Air Sungai adalah air yang bersumber dari sungai

Air hujan adalah air yang diperoleh dengan cara menampung air hujan.

Sumber air lainya adalah jenis sumber air yang tidak termasuk kategori tersebut, diatas, seperti air waduk/danau, air laut dan kolam.

Fasilitas tempat buang air besar/jamban sendiri adalah jamban/kakus yang digunakan khusus oleh rumah tangga responden, walaupun kadang-kadang ada yang menumpang. Fasilitas buang air besar/jamban bersama adalah jamban/kakus yang digunakan beberapa rumah tangga tertentu.

Fasilitas tempat buang air besar/jamban umum adalah jamban/kakus yang penggunaannya tidak terbatas pada rumah tangga tertentu, tetapi siapapun dapat menggunakannya.

Tidak ada fasilitas tempat buang air besar/jamban adalah tidak ada fasilitas jamban/kakus, misalnya lahan terbuka yang bisa digunakan untuk buang air besar(tanah lapang/kebun/halaman/semak belukar), pantai, sungai, danau, kolam dan lainnya.

Tangki septik adalah tempat pembuangan akhir yang berupa bak penampungan, yang terbuat dari pasangan bata/batu atau beton, baik mempunyai bak resapan maupun tidak. Tempat pembuanagan tanpa tangki septik adalah tempat pembuanagn tanpa tangki septik seperti cubluk, cemplung.

(19)

Tidak punya tempat pembuangan adalah tempat pembuangan akhir seperti kolam, sungai, sawah, danau laut, lubang tanah, pantai, tanah lapang dan kebun.

Penguasaan telpon adalah penguasaan rumah tangga atas telpon kabel (Public Swiched Telephone Network, flexi home), tanpa kabel (telepon seluler/Hand Phone Mobile Phone) . Internet (Interconnected Network) adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia. Komputer yang digunakan untuk mengakses internet mencakup komputer yang ada di dalam rumah (yang dikuasai oleh rumah tangga) dan diluar rumah (warnet, kantor, sekolah, rumah saudara, rumah teman dan lain-lain).

Akses Internet adalah mengoperasikan media internet secara aktif, termasuk yang mengakses internet dengan menggunakan HP.

Bahan Bakar adalah jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak seperti listrik, gas, minyak tanah, arang kayu dan lainnya.

(20)
(21)

BAB II

PROFIL

KABUPATEN

(22)
(23)

2.1 Kondisi Geografi

Kabupaten Banjar secara geografis terletak antara 2049’55” - 20 43’ 38” Lintang Selatan dan 1140 30’ 20” – 1150 35’ 37” Bujur Timur. Di sebelah Barat, Kabupaten Banjar berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin, sebelah Timur dengan Kabupaten Kotabaru, sebelah Selatan dengan Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarbaru dan sebelah Utara dengan Kabupaten Tapin.

Luas wilayah Kabupaten Banjar sekitar 4.668,50 Km2 atau 12,44 persen dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Banjar terbagi atas 19 kecamatan, dengan kecamatan terluas berada pada Kecamatan Aranio dengan luas wilayah 1.166,35 Km2 atau sekitar

21,98 persen dan yang terkecil adalah Kecamatan Martapura Timur dengan luas wilayah sekitar 29,99 Km2 atau sekitar 0,64 persen.

Ketinggian wilayah Kabupaten ini berkisar antara 0–1.878 meter dari permukaan laut (dpl). Ketinggian ini merupakan salah satu faktor yang menentukan letak kegiatan penduduk, maka ketinggian juga dipakai sebagai penentuan batas wilayah tanah usaha, dimana 35 persen berada di ketinggian 0–7 m dpl, 55,54 persen pada pada ketinggian 50– 300 m dpl, sisanya 9,45 persen lebih dari 300 m dpl.

Rendahnya letak Kabupaten Banjar dari permukaan laut menyebabkan aliran air pada permukaan tanah menjadi kurang lancar. Akibatnya sebagian wilayah selalu tergenang (29,93%) sebagian lagi (0,58%) tergenang secara periodik.

Pada umumnya tanah di wilayah ini bertekstur halus (77,62%) yaitu meliputi tanah liat, berlempung, ber-pasir dan berdebu Sementara 14,93 % bertekstur sedang yaitu jenis lempung, berdebu, liat berpasir, sisanya 5,39 % bertekstur kasar yaitu pasir berlempung, pasir berdebu.

Kedalaman tanah yang efektif bagi akar untuk leluasa mengambil air bagi tumbuhnya tanaman, di wilayah ini pada umumnya (66,45%) lebih dari 90 cm, sementara kedalaman 60-90 cm meliputi 18,72 %, dan 30-60 cm hanya 14,83 %.

(24)

2.2 Kondisi Perekonomian

Struktur ekonomi Kabupaten Banjar didominasi oleh sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dari sembilan sektor, sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan struktur ekonomi Kabupaten Banjar. Kontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian di Kabupaten Banjar mencapai 23,70 persen, dimana kontribusi ini tidak jauh berbeda dengan keadaan 2010 dimana sektor perdagangan juga menjadi paling utama mencapai 23,47 persen. Sektor ini memberikan peluang kesempatan kerja yang cukup luas bagi penduduknya, dengan daya serap tenaga kerja mencapai 21,07 persen.

Tabel 2.1

Struktur Ekonomi dan Struktur Tenaga Kerja Kabupaten Banjar Tahun 2011

No. Lapangan Usaha

Struktur Ekonomi (%) Struktur Pekerja (%) (1) (2) (3) (4) 1 Pertanian 21,71 56,16

2 Pertambangan & Penggalian 21,51 2,92

3 Industri 5,72 2,44

4 Listrik & Air bersih 0,78 0,00

5 Bangunan 5,99 3,92

6 Perdag, Rest,Hotel 23,70 21,07

7 Angkutan & kom 5,46 1,99

8 Keuangan, Persewaan & Jasa perushaan 4,09 1,19

9 Jasa-jasa 11,05 10,32

Total 100,00 100,00

Sumber : Data Diolah dari Data Sakernas 2011 dan PDRB Kab. Banjar 2011

Sektor kedua yang kontribusinya terbesar pada perekonomian Kabupaten Banjar adalah sektor pertanian, yakni sebesar 21,71 persen, dengan daya serap terhadap tenaga kerja di sektor ini juga sangat besar yaitu 56,16 persen.

Cukup banyaknya kegiatan penambangan dan penggalian di Kabupaten Banjar, baik yang dikelola secara modern maupun tradisional memberikan kontribusi yang berarti terhadap perekonomian. Sektor pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan

(25)

sebesar 21,51 persen. Hanya saja penyerapan tenaga kerja di sektor ini tidak memberikan kesempatan yang besar, karena hanya mampu menyerap 2,92 persen tenaga kerja.

Kalau dilihat dari struktur ekonomi Kabupaten Banjar tersebut, perekonomian daerah ini lebih berorientasi ke kehidupan penduduk yang agraris, akan tetapi tren kontribusi sektor sekunder dan tersier nampak semakin membesar terhadap sektor primer.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar secara umum selama periode 2009 - 2010 menunjukkan trend perlambatan. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar sekitar 6,18 persen, melambat menjadi 4,72 persen di tahun 2010 dan mengalami kenaikan menjadi sekitar 6,20 persen di tahun 2011.

Tabel 2.2

Pertumbuhan Ekonomi (Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten Banjar Tahun 2009-2011

No. Lapangan Usaha 2009 2010 20111) (1) (2) (3) (4) (5)

1 Pertanian 2,76 4,73 4,81

2 Pertambangan & Penggalian 2,96 1,75 5,83

3 Industri Pengolahan 8,89 6,43 5,34

4 Listrik & Air bersih 6,46 6,53 6,26

5 Bangunan/Konstruksi 11,76 6,50 5,39

6 Perdag, Restoran, Hotel 8,61 4,88 7,09

7 Angkutan & komunikasi 9,13 7,87 6,33 8 Keu,Persewaan, Jasa perush 8,12 -2,23 8,11

9 Jasa-jasa 8,67 8,69 8,64

Kabupaten Banjar 6,18 4,72 6,20

Sumber : PDRB Kab. Banjar, 2011 1) Angka Sementara

Percepatan pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh percepatan yang cukup signifikan di sektor pertambangan dan penggalian, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor perdagangan, hotel & restoran. Sehingga, walaupun sektor lainnya mengalami perlambatan, tetapi karena tidak terlalu signifikan, pengaruhnya terhadap total pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar tidak terlalu besar.

(26)

2.3 Kondisi Kependudukan

Berkaitan dengan kependudukan, ada beberapa aspek yang menjadi perhatian, antara lain struktur umur, distribusi penduduk, rasio jenis kelamin dan rasio ketergantungan.

Tabel 2.3

Penduduk Kabupaten Banjar Menurut Kelompok Umur Tahun 2011

Kelompok Umur

Jenis Kelamin

Jumlah Rasio Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) 0 - 4 25.031 23.893 48.924 104,76 5 - 9 26.570 25.195 51.765 105,46 10 - 14 24.923 22.998 47.921 108,37 15 - 19 25.928 24.015 49.943 107,97 20 - 24 24.727 22.594 47.321 109,44 25 - 29 24.235 24.233 48.468 100,01 30 - 34 23.011 23.071 46.082 99,74 35 - 39 21.911 21.227 43.138 103,22 40 - 44 18.452 17.905 36.357 103,06 45 - 49 14.740 14.484 29.224 101,77 50 - 54 12.048 11.058 23.106 108,95 55 - 59 7.814 6.853 14.667 114,02 60 - 64 5.281 5.938 11.219 88,94 65 - 69 3.505 4.202 7.707 83,41 70 - 74 2.218 3.292 5.510 67,38 ≥ 75 1.877 3.434 5.311 54,66 Kab. Banjar 262.271 254.392 516.663 103,10 Sumber : Proyeksi SP2010

Pada tahun 2011, rasio jenis kelamin Kabupaten Banjar yaitu 103,10 persen, yang berari dari 100 penduduk perempuan, terdapat 103 penduduk laki-laki. Namun, jika dilihat pada kelompok umur lima tahunan, terdapat rasio jenis kelamin yang dibawah 100, yaitu pada 30-34 tahun, 60-64 tahun, 65-69 tahun, 70-74 tahun dan diatas 75 tahun. Ini berarti, pada usia tua, penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki.

Berdasarkan hasil proyeksi SP 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk 2,11 persen, jumlah penduduk Kabupaten Banjar tahun 2011 adalah 516.663 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 50,76 persen (262.271 jiwa) dan penduduk perempuan 49,24 persen (254.392 jiwa).

(27)

persentase penduduk usia produktif laki-laki (67,92 persen) lebih tinggi dibandingkan perempuan (67,37 persen).

Sedangkan yang tergolong usia muda di Kabupaten Banjar tahun 2011 mencapai 28,76 persen dan usia tua sekitar 3,59 persen, dimana usia muda lebih didominasi laki-laki dan usia tua lebih didominasi perempuan.

Tabel 2.4

Persentase Penduduk menurut Kelompok Usia Tahun 2011

Kelompok Usia

Laki-laki Perempuan Total Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Usia Muda (0 – 14) 76.524 29,18 72.086 28,34 148.610 28,76 Usia Produktif (15 – 64) 178.147 67,92 171.378 67,37 349.525 67,65 Usia Tua (65 +) 7.600 2,90 10.928 4,30 18.528 3,59 Jumlah 262.271 100,00 254.392 100,00 516.663 100,00 Sumber : Proyeksi SP 2010

Secara keseluruhan, struktur penduduk Kabupaten Banjar ini sangat menjanjikan dalam rangka pelaksanaan pembangunan, karena sebagian besar penduduk masih berusia muda, sehingga masih sangat produktif.

2.4 Kondisi Sosial

Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Peran SDM berkualitas sangat strategis dalam pembangunan/ pengembangan wilayah, di samping sebagai subyek sekaligus obyek dari pembangunan/pengembangan wilayah tersebut. SDM berkualitas merupakan faktor yang menentukan maju tidaknya suatu daerah.

Dari seluruh penduduk Kabupaten Banjar berusia 5 tahun keatas, 8,08 persen termasuk pada kelompok yang tidak pernah/belum pernah sekolah, sekitar 23,19 persen penduduk usia 5 tahun ke atas termasuk pada kelompok yang masih bersekolah, dan sekitar 68,73 persen termasuk pada kelompok yang tidak bersekolah lagi

(28)

Tabel 2.5

Persentase Tingkat Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Banjar Tahun 2011

No. Uraian Laki-Laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) (5)

1 Tdk/blm Pernah Sekolah 6,26 9,94 8,08

2 Masih Sekolah 25,02 21,32 23,19

3 Tidak Bersekolah Lagi 68,72 68,74 68,73

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Susenas 2011

Jika dilihat berdasarkan ijasah yang dimiliki maka persentase penduduk usia 5 tahun keatas yang tidak punya ijazah karena tidak bersekolah mencapai 8,08 persen, sedangkan persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang tidak memiliki Ijazah SD/sederajat karena tidak/belum tamat SD sekitar 32,09 persen. Lebih jauh lagi, persentase penduduk Kabupaten Banjar yang menamatkan SD/sederajat pada tahun 2011 sekitar 29,32 persen. Sedangkan untuk tingkat menengah, persentase penduduk lima tahun keatas yang memiliki ijazah SMP/sederajat dan SMA/sederajat menurun dibandingkan tahun lalu, dimana pada tahun 2011 yang memiliki ijazah SMP/sederajat mencapai 15,57 persen dan ijazah SMA/sederajat sekitar 12,03 persen.

Tabel 2.6

Persentase Ijazah Terakhir yang Dimiliki

Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas di Kabupaten Banjar Tahun 2011

No. Uraian Laki-Laki Perempuan Total 2011 (1) (2) (4) (5) (6) 1 Tidak Sekolah 6,26 9,94 8,08 2 Tidak/Belum Tamat SD 32,58 31,58 32,09 3 SD/MI 28,56 30,08 29,32 4 SMP/MTs 16,05 15,08 15,57 5 SMA/MA 13,46 10,57 12,03 6 D1, D2, D3 1,04 1,05 1,05 7 D4 / S1, S2,S3 2,04 1,69 1,86 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas 2011

(29)

TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja selama periode tertentu. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan penganggur. Sedangkan penduduk usia kerja dengan kegiatan selain kegiatan tersebut dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja.

Pada tahun 2011 penduduk usia 15 tahun keatas yang aktif di pasar tenaga

kerja baik dengan bekerja maupun mencari pekerjaan (angkatan kerja) ada sekitar

74,26 persen. Dari total angkatan kerja tersebut 95,33 persen kegiatannya adalah

bekerja dan 4,67 persen kegiatannya mencari pekerjaan.

Tabel 2.7

Persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Banjar Tahun 2011

U r a i a n Persentase

(1) (2)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

- Total 74,26

- Laki-laki 88,07

- Perempuan 60,46

Tingkat Kesempatan Kerja

- Total 95,33

- Laki-laki 96,77

- Perempuan 93,22

Tingkat Pengangguran terbuka

- Total 4,67

- Laki-Laki 3,23

- Perempuan 6,78

Sumber : Diolah dari Sakernas BPS

Tingkat pengangguran terbuka merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang pertama kali maupun yang sudah pernah bekerja sebelumnya, dengan jumlah seluruh angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka selalu berbanding terbalik dengan tingkat kesempatan kerja. Tingkat kesempatan kerja menggambarkan besarnya penyerapan pasar tenaga kerja terhadap angkatan kerja. Semakin tingginya besaran tingkat pengangguran terbuka mencerminkan semakin rendahnya besaran tingkat kesempatan kerja, demikian sebaliknya semakin rendah tingkat pengangguran terbuka mencerminkan semakin tingginya besaran tingkat kesempatan kerja.

(30)

Pada tahun 2011 tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Banjar secara umum sekitar 4,67 persen. Jika dilihat menurut jenis kelamin, tingkat penggangguran laki-laki lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran perempuan. Dimana pada tahun 2011 tingkat pengangguran laki-laki sekitar 3,23 persen sedangkan tingkat pengangguran perempuan yakni 6,78 persen.

Menurut hasil Susenas tahun 2011 diketahui bahwa dari seluruh penduduk Kabupaten Banjar, sekitar 46,91 persennya pernah mengalami keluhan kesehatan menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 49,55 persen. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin penduduk perempuan (47,53 persen) yang mengalami gangguan kesehatan sedikit lebih banyak jika dibandingkan penduduk laki-laki (46,30 persen).

Dari keseluruhan penduduk yang mengalami keluhan sebanyak 26,64 persen mengobati sendiri dan berobat jalan, 8,01 persen berobat jalan saja, 58,86 persen berobat sendiri saja dan 6,49 persen tidak berobat.

Tabel 2.8

Persentase Cara Pengobatan Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan di Kabupaten Banjar Tahun 2011

No. Cara pengobatan Laki-Laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) (5)

1 Sendiri & Jalan 25,73 27,54 26,64

2 Jalan 8,16 7,87 8,01

3 Sendiri 59,38 58,34 58,86

4 Tidak Berobat 6,73 6,25 6,49

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: diolah dari susenas BPS

Angka-angka di atas menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Kabupaten

Banjar terhadap kesehatan sudah cukup baik, dalam artian mereka tidak

menyepelekan masalah kesehatan yang mereka alami.

(31)

BAB III

KARAKTERISTIK

PERUMAHAN

(32)
(33)

3.1 Jenis Bangunan

Sesuai dengan cakupan SP2010 yang meliputi seluruh penduduk warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara Asing (WNA) yang tinggal dalam wilayah teritorial Indonesia, baik yang bertempat tinggal tetap maupun tidak tetap maka bersamaan pelaksanaan SP2010 dicacah pula seluruh bangunan dan rumah tangga. Penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap antara lain tuna wisma, pengungsi, awak kapal berbendera Indonesia, suku terasing dan penghuni perahu/rumah apung. Anggora korp diplomatik negara lain beserta anggota rumah tangganya, meskipun menetap di wilayah teritorial Indonesia tidak dicakup dalam SP2010. Sebaliknya anggota korp diplomatik RI beserta anggota rumah tangganya yang berada diluar negeri akan di cakup dalam SP2010.

Tabel 3.1

Jumlah Bangunan Fisik dan Bangunan Sensus Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010

Kecamatan Bangunan Fisik Bangunan Sensus

(1) (2) (6) Aluh-Aluh 8 011 8 224 Beruntung Baru 3 867 3 946 Gambut 9 650 11 240 Kertak Hanyar 9 848 23 334 Tatah Makmur 2 962 3 062 Sungai Tabuk 16 210 16 727 Martapura 26 664 34 897 Martapura Timur 6 845 8 032 Martapura Barat 4 957 5 028 Astambul 9 078 9 351 Karang Intan 9 171 9 413 Aranio 2 359 2 404 Sungai Pinang 4 595 4 813 Paramasan 1 370 1 446 Pengaron 4 516 4 799 Sambung Makmur 2 843 2 953 Mataraman 6 774 7 481 Simpang Empat 9 697 9 918 Telaga Bauntung 1 023 1 027 Kabupaten Banjar 2010 140 440 168 095 Sumber : Hasil SP2010

(34)

Tabel 3.2

Persentase Bangunan Sensus Menurut Fungsi dan Kecamatan, Tahun 2010

Kecamatan Bangunan Sensus Tempat Tinggal Campuran Bukan Tempat Tinggal Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Aluh-Aluh 86,38 5,85 7,77 100,00 Beruntung Baru 85,58 6,23 8,19 100,00 Gambut 83,92 6,07 10,01 100,00 Kertak Hanyar 52,62 43,81 3,57 100,00 Tatah Makmur 85,60 6,76 7,64 100,00 Sungai Tabuk 88,14 7,24 4,62 100,00 Martapura 77,57 6,01 16,43 100,00 Martapura Timur 83,93 11,85 4,22 100,00 Martapura Barat 85,84 7,18 6,98 100,00 Astambul 88,32 5,33 6,35 100,00 Karang Intan 87,84 5,27 6,89 100,00 Aranio 86,52 6,57 6,91 100,00 Sungai Pinang 88,74 4,13 7,13 100,00 Paramasan 87,14 5,74 7,12 100,00 Pengaron 90,04 3,69 6,27 100,00 Sambung Makmur 89,27 1,25 9,48 100,00 Mataraman 83,89 8,30 7,81 100,00 Simpang Empat 87,47 6,72 5,82 100,00 Telaga Bauntung 88,41 3,31 8,28 100,00 Kabupaten Banjar 2010 80,10 11,56 8,35 100,00 Sumber : Hasil SP2010

Dari hasil SP 2010 tercatat ada 168.095 bangunan sensus, sebanyak 80,10 persen diantaranya adalah bangunan tempat tinggal, sekitar 11,56 persen bangunan campuran dan 8,34 persen bangunan bukan tempat tinggal. Kecamatan dengan peruntukan bangunan sensus sebagai tempat tinggal terkecil adalah Kecamatan Kertak Hanyar (52,62 persen) dan Kecamatan Martapura (77,57 persen). Sekitar 43,81 persen dari bangunan sensus yang ada di Kecamatan Kertak Hanyar digunakan sebagai bangunan campuran yang artinya digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat berusaha. Sedangkan untuk Kecamatan Martapura

(35)

sekitar 16,43 persen bangunan sensusnya dipergunakan bukan untuk tempat tinggal yang artinya digunakan sebagai tempat kegiatan usaha ataupun kegiatan social dan pemerintahan selain untuk tempat tinggal.

Sumber : Hasil SP2010

Bervariasinya tempat tinggal penduduk tersebut tentunya membuat mekanisme pendataan tidak bisa disamaratakan untuk semua rumah tangga. Untuk mengakomodasi hal tersebut maka pendataan SP2010 menggunakan kuesioner/dokumen yang berbeda untuk tiap-tiap kondisi, yaitu :

(1) Kuesioner SP2010-C1 (selanjutnya disebut C1), digunakan untuk pencacahan lengkap rumah tangga umum.

(2) Kuesioner SP2010-C2 (selanjutnya disebut C2), digunakan untuk pencacahan rumah tangga yang tinggal dilokasi khusus atau “tidak terpetakan” masyarakat terpencil, penghuni perahu, dan untuk anggota korp Diplomatik RI beserta ARTnya di luar negeri.

(3) Kuesioner SP2010-L2 (selanjutnya di sebut L2), digunakan untuk mencacah penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap seperti tuna wisma, awak kapal berbendera Indonesia, pengungsi dan suku terasing.

80,1 % Bungunan tempat tinggal 11,56 % Bangunan campuran 8,34 % Bangunan bukan tempat tinggal Grafik 3.1

(36)

Sebagian besar Rumah Tangga (99,98 persen) berhasil didata dengan dokumen C1 sedangkan sisanya didata dengan dokumen C2 umum. Jumlah rumah tangga menurut jenis kuesioner/dokumen dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 3.3

Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis dokumen di Kabupaten Banjar Tahun 2010

Jenis Dokumen Jumlah Persentase

(1) (2) (3)

C1 134 257 99,98

C2 Umum 26 0,02

Kabupaten Banjar 134 283 100,00

Sumber : Hasil SP2010

Dengan kuesioner C1 maka informasi perumahan pada setiap rumah tangga akan didapatkan secara lengkap, sementara dengan dokumen lainnya ada pertanyaan-pertanyaan tertentu yang tidak ditanyakan.

Idealnya satu bangunan tempat tinggal dihuni satu rumah tangga. Dalam kenyataannya, terdapat satu bangunan tempat tinggal yang dihuni dua atau lebih rumah tangga. Sementara itu, Pencacahan SP2010 menggunakan pendekatan rumah tangga. Akibatnya bangunan tempat tinggal yang dihuni oleh dua atau lebih rumah tangga akan dicacah berkali-kali sesuai dengan banyaknya rumah tangga yang ada (cacah ganda). Karena itu, perlu dipahami bahwa hasil SP2010 tidak menggambarkan banyaknya bangunan tempat tinggal (rumah) di Kabupaten Banjar, melainkan memperlihatkan gambaran tentang banyaknya rumah tangga di Indonesia yang menghuni bangunan tempat tinggal menurut karakteristiknya.

3.2 Kepemilikan/Penguasaan Bangunan

3.2.1 Status Kepemilikan/Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal

Tempat tinggal merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi kehidupan setiap orang atau suatu rumah tangga. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut tidak semua orang dapat memenuhinya dengan mudah. Kondisi ekonomi akan sangat memberikan pengaruh, di mana mereka yang berpenghasilan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan untuk

(37)

memiliki rumah dengan mudah. Hal ini tentu saja akan berlawanan dengan mereka yang berpenghasilan lebih rendah.

Menurut hasil SP2010, rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri sebesar 80,38 persen, sisanya 19,62 persen rumah tangga menempati rumah bukan milik sendiri. Rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri terdiri 8,09 persen menempati rumah sewa, kontrak (1,52 persen), dan lainnya (10,00 persen).

Tabel 3.4

Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan/Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal dan Tipe Daerah di Kabupaten BanjarTahun 2010

Kecamatan

Status Kepenguasaan Tempat Tinggal

Jumlah Milik

Sendiri Sewa Kontrak Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aluh-Aluh 90,69 0,91 0,29 8,10 100,00 Beruntung Baru 88,45 0,63 0,20 10,73 100,00 Gambut 75,04 9,91 1,78 13,27 100,00 Kertak Hanyar 67,44 17,75 3,32 11,49 100,00 Tatah Makmur 81,59 1,89 0,36 16,17 100,00 Sungai Tabuk 85,42 5,09 1,11 8,39 100,00 Martapura 67,09 19,30 4,35 9,26 100,00 Martapura Timur 69,71 16,85 0,30 13,14 100,00 Martapura Barat 82,03 1,25 0,16 16,56 100,00 Astambul 90,99 1,32 0,22 7,48 100,00 Karang Intan 90,38 2,05 0,14 7,43 100,00 Aranio 93,09 0,23 - 6,68 100,00 Sungai Pinang 92,18 2,15 0,87 4,80 100,00 Paramasan 89,45 0,18 - 10,37 100,00 Pengaron 91,84 1,76 0,43 5,97 100,00 Sambung Makmur 95,87 0,39 0,04 3,70 100,00 Mataraman 78,27 2,03 0,58 19,12 100,00 Simpang Empat 88,60 2,60 0,52 8,28 100,00 Telaga Bauntung 93,19 0,45 0,23 6,13 100,00 Kabupaten Banjar 2010 80,38 8,09 1,52 10,00 100,00 Sumber : SP2010

Persentase rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri di daerah perkotaan (67,90 persen) lebih rendah dibandingkan dengan di daerah perdesaan (87,31 persen). Sedangkan persentase rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri menurut

(38)

tipe daerah, maka persentase rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri di daerah perkotaan (32,10) lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah perdesaan (12,69 persen).

Sumber : Hasil SP2010

Jika dilihat menurut jenis kelamin kepala rumah tangga, persentase rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dengan kepala rumah tangga berjenis kelamin laki-laki (77,72 persen) seimbang dengan kepala rumah tangga perempuan (77,61 persen). Demikian pula untuk kepala rumah tangga yang menempati rumah sewa dengan kepala rumah tangga laki-laki (5,52 persen) tidak jauh berbeda dengan kepala rumah tangga perempuan (5,52 persen).

Tabel 3.5

Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan/Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga di Kabupaten Banjar Tahun 2010

Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga

Status Kepenguasaan Tempat Tinggal

Jumlah Milik

Sendiri Sewa Kontrak Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Laki-Laki 79,68 8,30 1,58 10,43 100,00 Perempuan 84,68 6,81 1,14 7,37 100,00

Sumber : SP2010

Selanjutnya pada tingkat Kecamatan, persentase terendah rumah tangga yang Milik Sendiri Bukan Milik Sendiri

67,9

32,1 87,31

12,69 Grafik 3.2

Persentase Rumah Tangga Menurut Status

Kepemilikan/Penguasaan Banguan Tempat Tinggal dan Status Pemerintahan di Kabupaten Banjar Tahun 2010

(39)

persen sedangkan persentase tertinggi terdapat di kecamatan Sambung Makmur, yaitu sebesar 98,87 persen. Untuk penguasaan bangunan tempat tinggal dengan Status sewa yang tertinggi ada di Kecamatan Martapura sebesar 19,30 persen. Hal ini bisa dimengerti Karena kecamatan Martapura adalah ibu kota dan pusat perekonomian Kabupaten Banjar, menjadi tempat tujuan bagi masyarakat pedesaan untuk mencari nafkah di ibu kota kabupaten. Demikian pula dengan Kecamatan Kertak Hanyar tertinggi kedua sebesar 17,35 persen, ini dimungkinkan karena kecamatan tersebut berbatasan dengan ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan (Banjarmasin).

Sumber : SP2010

Untuk penguasaan bangunan dengan status penguasaan kontrak, yang tertinggi berada di Kecamatan Martapura sebesar 4,35 persen, di ikuti Kecamatan Kertak Hanyar sebesar 3,32 persen. Sebaliknya untuk status penguasaan bangunan lainnya (milik bersama,

95,87 93,19 93,09 92,18 91,84 90,99 90,69 90,38 89,45 88,6 88,45 85,42 82,03 81,59 80,38 78,27 78,16 75,04 69,71 67,44 67,09 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 Sambung Makmur Telaga Bauntung Aranio Sungai Pinang Pengaron Astambul Aluh-Aluh Karang Intan Paramasan Simpang Empat Beruntung Baru Sungai Tabuk Martapura Barat Tatah Makmur Kabupaten Banjar 2010 Mataraman Kabupaten Banjar 2011 Gambut Martapura Timur Kertak Hanyar Martapura Grafik 3.3

Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik Sendiri Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010

(40)

rumah adat, rumah dinas dan bebas sewa) lebih banyak tercatat di daerah pedesaan yakni kecamatan Mataraman sebesar 19,12 persen, Martapura barat 16,56 persen dan Tatah Makmur 16,17 persen.

3.2.2 Bukti Kepemilikan

Untuk menjamin kepastian hukum dalam hal kepemilikan tanah tempat tinggal, maka setiap petak tanah seharusnya mempunyai bukti kepemilikan yang sah secara hukum. Dengan adanya bukti kepemilikan atas suatu petak tanah, diharapkan dapat menjadi kekuatan hukum jika suatu saat terjadi sengketa atas tanah tersebut.

Tabel 3.6

Persentase Rumah Tangga yang menempati Rumah Milik Sendiri Menurut Bukti Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal dan Kecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2010

Kecamatan

Bukti Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal

Jumlah Memiliki Tidak Memiliki

(1) (2) (3) (4) Aluh-Aluh 26,04 73,96 100,00 Beruntung Baru 28,57 71,43 100,00 Gambut 59,31 40,69 100,00 Kertak Hanyar 82,79 17,21 100,00 Tatah Makmur 53,73 46,27 100,00 Sungai Tabuk 39,18 60,82 100,00 Martapura 84,15 15,85 100,00 Martapura Timur 57,22 42,78 100,00 Martapura Barat 33,35 66,65 100,00 Astambul 39,12 60,88 100,00 Karang Intan 26,13 73,87 100,00 Aranio 0,34 99,66 100,00 Sungai Pinang 21,42 78,58 100,00 Paramasan 5,39 94,61 100,00 Pengaron 26,39 73,61 100,00 Sambung Makmur 29,33 70,67 100,00 Mataraman 53,67 46,33 100,00 Simpang Empat 31,91 68,09 100,00 Telaga Bauntung 24,24 75,76 100,00 Kabupaten Banjar 2010 47,24 52,76 100,00 Sumber : SP2010

(41)

Informasi bukti kepemilikan tanah tempat tinggal yang dikumpulkan melalui Sensus Penduduk 2010 yaitu mengenai Sertifikat Hak Milik (SHM) atas nama ART, SHM bukan atas nama ART, sertifikat lain (SHGB, SHP, SSRS), dan lainnya (Girik, Akte jual beli Notaris/PPAT, dan lain-lain). Pertanyaan mengenai bukti kepemilikan tempat tinggal ini hanya ditanyakan kepada rumah tangga yang status kepemilikan/penguasaan bangunan tempat tinggalnya adalah milik sendiri.

Dari total rumah tangga yang tinggal di bangunan tempat tinggal milik sendiri, hanya 47,24 persen yang memiliki bukti kepemilikan tanah tempat tinggal, selebihnya tidak memiliki sebesar 52,76 persen. Bila dilihat perkecamatan, maka rumah tangga tertinggi yag tidak memiliki bukti kepemilikan tanah tempat tinggal adalah kecamatan Aranio sebesar 99,66 persen, diikuti kecamatan Paramasan 94,61 persen dan yang terendah Kecamatan Martapura 15,85 persen.

Sumber : SP2010

Jika dilihat dari jenis kelamin rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dengan bukti kepemilikan tempat tinggal tidak jauh berbeda antara laki-laki dengan perempuan, dari hasil SP2010 tercatat rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki sebesar 47,88 persen memiliki bukti kepemilikan tanah tempat tinggal sedangkan perempuan hanya 43,50 persen, untuk yang tidak memiliki bukti kepemilikan tanah tempat tinggal laki-laki sebesar 52,12 persen dan perempuan 56,50 persen.

Bukti kepemilikan tanah Tidak memiliki bukti 47,24

52,76 Grafik 3.3

Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Bukti Kepemilikan Tanah Kabupaten Banjar Tahun 2010

(42)

Tabel 3.7

Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik Sendiri Menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Bukti Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal di Kabupaten

Banjar Tahun 2010

Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga

Bukti Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal

Jumlah Memiliki Tidak Memiliki

(1) (2) (3) (4)

Laki-Laki 47,88 52,12 100,00 Perempuan 43,50 56,50 100,00

Sumber : SP2010

Jenis bukti kepemilikan tanah yang dimiliki rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri hampir separuhnya sudah SHM atas nama ART, yaitu sebesar 43,81 persen. Artinya hampir setengah rumah tangga di Indonesia menempati tempat tinggal yang tanahnya telah mempunyai kepastian hukum. Namun, persentase rumah tangga yang jenis bukti kepemilikannya masuk kategori lainnya (Girik, Akte Jual Beli Notaris/PPAT, dan lain-lain) masih cukup besar, yaitu 47,03 persen. Karena itu, keberhasilan yang telah dilakukan pemerintah selama ini dalam meningkatkan status kepemilikan tanah dari Girik, akte jual beli, dan sejenisnya menjadi SHM perlu ditingkatkan.

Bila dilihat perkecamatan rumah tangga yang memiliki bukti kepemilikan tanah yang memiliki sertifikat hak milik atas nama anggota rumah tangga tertinggi ada di kecamatan Tatah Makmur sebesar 73,68 persen, dan terendah Kecamatan Telaga Bauntung 5,53 persen, kemudian rumah tangga yang memiliki sertifikat Hak milik bukan atas nama anggota rumah tangga yang tertinggi Kecamatan Sungai Pinang sebesar 17,62 persen, sementara kecamatan Paramasan, Aranio dan Sambung Makmur tidak ada rumah tangga yang memiliki tanah dengan sertifikat hak milik bukan anggota rumah tangga. Rumah tangga yang memiliki tanah dengan status sertifikat lainnya SHGB, SHP dan SSRS yang tertinggi Kecamatan Sungai Pinang sebesar 10,53 persen, kecamatan Aranio dan Sungai Pinang tidak memiliki sertifikat lainnya. Untuk bukti lainnya (Girik, Akte Jual Beli, Notaris, PPAT dll) yang tertinggi Kecamatan Sambung Makmur sebesar 93,49 persen dan terendah Kecamatan Sungai Pinang sebesar 15,91 persen.

(43)

Tabel 3.8

Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik Sendiri dan Memiliki Bukti Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal Menurut Kecamatan dan Jenis Bukti Kepemilikan

Tanah Tempat Tinggal, Tahun 2010

Kecamatan

Jenis Bukti Kepemilikan Tanah

Jumlah SHM Atas nama ART SHM Bukan Atas Nama ART Sertifikat lainnya (SHGB,SHP ,SSRS) Lainnya (Girik, Akte Jual Beli, Notaris, PPAT,dll) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Aluh-Aluh 58,71 9,62 0,76 30,91 100,00 Beruntung Baru 58,22 3,27 2,25 36,26 100,00 Gambut 52,70 6,28 4,67 36,36 100,00 Kertak Hanyar 59,89 7,51 1,70 30,90 100,00 Tatah Makmur 73,68 2,36 0,16 23,80 100,00 Sungai Tabuk 23,21 5,26 2,87 68,65 100,00 Martapura 56,72 10,42 3,32 29,54 100,00 Martapura Timur 31,10 2,95 0,32 65,63 100,00 Martapura Barat 21,72 4,23 0,16 73,88 100,00 Astambul 34,25 2,44 1,72 61,59 100,00 Karang Intan 18,36 2,73 0,20 78,71 100,00 Aranio 14,29 - - 85,71 100,00 Sungai Pinang 56,14 17,42 10,53 15,91 100,00 Paramasan 25,93 - - 74,07 100,00 Pengaron 18,74 1,67 1,96 77,63 100,00 Sambung Makmur 6,37 - 0,14 93,49 100,00 Mataraman 19,43 2,38 0,53 77,67 100,00 Simpang Empat 35,25 11,35 0,92 52,48 100,00 Telaga Bauntung 5,53 1,51 1,01 91,96 100,00 Kabupaten Banjar 2010 43,81 6,85 2,30 47,03 100,00 Sumber : SP2010

Secara keseluruhan di kabupaten Banjar Rumah Tangga yang memiliki Surat Hak Milik atas nama anggota rumah tangga dan bukti surat kepemilikan tanah sebesar 43,81 persen, sedangkan surat hak milik bukan atas nama anggota rumah tangga sebesar 6,85 persen , bukti kepemilikan sertifikat sekitar 2,30 persen dan lainnya sebesar 47,03 persen.

(44)

Tabel 3.9

Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Milik Sendiri dan Memiliki Bukti Kepemilikan Tempat Tinggal Menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Jenis Bukti

Kepemilikan Tanah Tempat Tinggal di Kabupaten Banjar Tahun 2010

Jenis Kelamin Kepala Rumah

Tangga

Jenis Bukti Kepemilikan Tanah

Jumlah SHM Atas nama ART SHM Bukan Atas Nama ART Sertifikat lainnya (SHGB,SHP, SSRS) Lainnya (Girik, Akte Jual Beli, Notaris, PPAT,dll) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Laki-Laki 44,37 6,53 2,25 46,85 100,00 Perempuan 40,23 8,91 2,66 48,20 100,00 Sumber : SP2010

Jika dilihat dari jenis kelamin kepala Rumah tangganya, persentase rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dan memiliki bukti kepemilikan tanah tempat tinggal dengan kepala rumah tangga berjenis kelamin perempuan dan laki-laki nampak cukup seimbang dengan perbandingan 40,23 persen untuk rumah tangga yang dikepalai perempuan dan 44,37 persen untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki.

Ditinjau lebih lanjut, rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dan memiliki bukti kepemilikan menurut jenis bukti kepemilikannya dan jenis kelamin kepala rumah tangga, SHM atas nama ART dan bukan atas nama ART sedikit lebih banyak dimiliki oleh rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki. Untuk rumah tangga dengan kepala rumah tangga berjenis kelamin laki-laki 44,37 persennya memiliki bukti kepemilikan SHM atas nama ART dan 6,53 persen diantaranya memiliki SHM bukan atas nama ART sedangkan untuk kepala rumah tangga yang berjenis kelamin perempuan, 40,23 persennya memiliki SHM atas nama ART dan 8,91 persen memiliki SHM bukan atas nama ART. Pola ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan.

3.3 Jenis dan Luas Lantai 3.3.1 Jenis Lantai Terluas

Dilihat dari segi kesehatan, lantai bukan tanah dianggap lebih baik dibandingkan lantai tanah, bahkan rumah berlantai tanah dianggap sebagai salah satu kategori dari rumah tidak layak huni. Urutan dari yang paling baik untuk lantai bukan tanah menurut kualitasnya adalah keramik/marmer/granit, ubin/tegel/teraso, semen/batamerah, kayu/papan, bambu dan lainnya.

Gambar

Tabel  1.1  Jumlah  Bangunan  Fisik  dan  Bangunan  Sensus  Menurut  Fungsi  dan  Desa/Kelurahan di Kecamatan Aluh-Aluh, Tahun 2010
Tabel  1.6  Jumlah  Bangunan  Fisik  dan  Bangunan  Sensus  Menurut  Fungsi  dan  Desa/Kelurahan di Kecamatan Sungai Tabuk, Tahun 2010
Tabel  1.8  Jumlah  Bangunan  Fisik  dan  Bangunan  Sensus  Menurut  Fungsi  dan  Desa/Kelurahan di Kecamatan Martapura Timur, Tahun 2010
Tabel  1.10  Jumlah  Bangunan  Fisik  dan  Bangunan  Sensus  Menurut  Fungsi  dan  Desa/Kelurahan di Kecamatan Astambul, Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kekurangan air dalam tubuh juga sangat berbahaya dan bahkan bisa berakibat fatal, kerena itulah kita perlu memenuhi cairan tubuh dengan cara mengkonsumsi air

Nilai-nilai yang tersaji pada laporan keuangan tersebut dapat dianalisis lebih lanjut untuk menggali lebih banyak informasi yang terkandung dan sebagai salah satu

Berdasarkan hasil dari semua grafik indikator yang telah diperoleh, maka pembelajaran matematika dengan menggunakan model inkuiri terbimbing berbantuan macromedia

Perlakuan cahaya monokromatik merah, hijau, dan biru dengan intensitas 15 lux dapat menstimulasi perkembangan fungsional saluran reproduksi dibuktikan dengan adanya

Kontra bas memiliki peran yang sangat penting dalam symphonic band dibandingkan dengan peran instrumen low section lainnya, instrumen ini memiliki peran pembantu dalam

Dari uraian dalam Pembahasan yang ada pada bab terdahulu maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut: (1) bahwa Hukum Internasional sudah cukup mengatur tentang

Pada saat ini konflik bersenjata yang terjadi antara Palestina dan Israel yang sudah lama terjadi sejak kasus pendudukan yang dilakukan Israel terhadap Palestina sejak tahun 1967

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang