• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Harapan Bangsa Vol.1 No.2 Desember 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Harapan Bangsa Vol.1 No.2 Desember 2013"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari tahun 2012 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan yaitu dari 256 BBLR meningkat menjadi 450 BBLR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 15-23 Oktober 2013. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desain Case Control pendekatan retrospective. Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi dengan berat badan lahir rendah sebesar 450 responden dan bayi dengan berat badan lahir normal sebesar 2050 responden, jadi jumlah populasi sebesar 2500 responden. Pengambilan sampel dengan cara acak sistematis (Systematic Random sampling). Perbandingan sampel kasus : kontrol adalah 1:1, sehingga perbandingan sampel minimal adalah 113:113, jadi jumlah sampel sebesar 226 responden.

Berdasarkan data univariat diperoleh hasil responden paritas risiko tinggi 97 (42,9%), paritas risiko rendah 129 (57,1%), usia kehamilan preterm 118 (52,2%), usia kehamilan aterm 108 (47,8%), preeklampsia berat 95 (42%), dan normal 131 (58%).

Berdasarkan data bivariat diperoleh hasil ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR dengan p value = 0,003 OR 2,325 dan Ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian BBLR dengan p value = 0,005 OR 2,204 serta ada hubungan preeklampsia berat dengan kejadian BBLR dengan p value = 0,007 OR 2,166. Dalam hal ini disarankan pada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur ke petugas kesehatan.

Kata Kunci : Paritas, usia kehamilan, preeclampsia berat, BBLR Daftar Pustaka : 25 (2005 - 2011)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI

BERAT LAHIR RENDAH DI IRNA KEBIDANAN DAN PENYAKIT

KANDUNGAN RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

TAHUN 2013

Oleh Suci Sulistyorini STIK Bina Husada Palembang e-mail : chilodysuci@ymail.com

(2)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah = BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh : 1) masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa dihitung dihitung mulai hari pertama haid haid terakhir dari haid yang teratur), 2) bayi small for gestational age (SGA) yaitu bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan/KMK), 3) kedua – duanya (1+2)(Wiknjosastro,2007).

Berdasarkan data WHO tahun 2005, angka kematian bayi (AKB) masih berada pada kisaran 32 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002 beberapa Negara ASEAN angka kematian bayi yaitu Malaysia 4,6 kali lebih rendah dari AKB di Indonesia, Filipina 1,3 kali lebih rendah dari AKB di Indonesia dan Thailand 1,8 kali lebih rendah dari AKB di Indonesia (Eurekaindonesia, 2009).

Menurut Manuaba (2010), faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya berat badan lahir rendah adalah faktor ibu yaitu riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnon, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, dan lain-lain, Faktor janin cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, keadaan sosial ekonomi yang rendah, pekerjaan yang melelahkan, merokok ,dan tidak diketahui

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dapat dirumuskan faktor - faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adakah hubungan antara usia ibu, pendidikan paritas, usia kehamilan, dan preeklampsia berat dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan sebagai berikut:

1) Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

2) Diketahuinya distribusi frekuensi paritas dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

3) Diketahuinya distribusi frekuensi usia kehamilan dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

4) Diketahuinya distribusi frekuensi preeklampsia berat dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

5) Diketahuinya hubungan antara paritas dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

(3)

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

6) Diketahuinya hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

7) Diketahuinya hubungan antara preeklampsia berat dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Diharapkan dapat bermanfaat guna perbaikan perencanaan maupun implementasi program kesehatan ibu dan bayi terutama masalah yang berkaitan dengan BBLR

1.5.2 Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan wawasan peneliti dan pengalaman berharga dalam melakukan penelitian khususnya yang berkaitan dengan kejadian BBLR.

1.5.3 Bagi Peneliti Lain

Sebagai data dasar dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya

2. METODE PENELITIAN 2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan case control yaitu BBLR dan kontrol BBLN.

2.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah yang berjumlah 450 responden dan bayi dengan berat badan lahir normal yang berjumlah 2050 responden yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari – 30 September 2013, jadi jumlah populasi sebanyak 2500 responden.

Sampel dalam penelitian ini adalah perbandingan 1: 1 yaitu kelompok kasus sebanyak 113 responden dan kontrol sebanyak 113 responden.

2.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang, pelaksanaan penelitian ini pada bulan Oktober 2013.

2.4. Pengumpulan dan Pengolaan data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi dokumentasi dengan cara observasi rekam medik bayi baru lahir yang dirawat inap di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013.

2.5. Analisa Data

1. Analisis univariat: Distribusi Frekuensi 2. Analisis bivariat : Uji chi-square 3.HASIL PENELITIAN

1. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari variabel dependen yaitu kejadian bayi berat lahir rendah dan variabel independen yaitu paritas, usia kehamilan, dan preeklampsia berat. a. Variabel Dependen

Kejadian Berat Badan Bayi

Pada penelitian ini variabel kejadian berat badan bayi dikatagorikan menjadi 2 kelompok yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR) dan bayi berat lahir normal (BBLN). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 3.1

Tabel 3.1

Distribusi Frekuensi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Tahun 2013

No Berat Badan Bayi f %

1. BBLR 113 50%

2. BBLN 113 50%

Jumlah 226 100%

Sumber : Penelitian Suci Sulistyorini, 2013

Berdasarkan tabel 3.1 diatas dari 226 responden kejadian BBLR sebagai kasus sebanyak 113 (50%) responden dan BBLN sebagai kontrol sebanyak 113 (50%) responden.

(4)

b. Variabel independen Tabel 3.2 Hasil Analisis Univariat

Variabel Persentase

Berat badan bayi - BBLR - BBLN 50 % 50% Paritas - Risiko tinggi - Risiko rendah 42,9% 57,1% Usia Kehamilan - Preterm - Aterm 52,2% 47,8% PEB - PEB - Normal 42% 58%

Dari tabel 3.2. diatas dapat dilihat bahwa Proporsi paritas ibu lebih banyak paritas risiko rendah dibanding dengan paritas risiko tinggi yaitu sebanyak 57,1%, proporsi usia kehamilan preterm lebih banyak dibanding dengan usia kehamilan aterm yaitu sebanyak 52,2%, dan proporsi ibu normal lebih banyak disbanding dengan ibu PEB yaitu sebanyak 58 %.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

Tabel 3.3

Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Berdasarkan tabel 3.3 diatas hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,003 lebih kecil 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara

paritas dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian bayi berat lahir rendah terbukti secara statistik.

Berdasarkan nilai OR 2,325 berarti paritas risiko tinggi mempunyai peluang 2,325 kali terhadap kejadian bayi berat lahir rendah dibanding paritas risiko rendah. b. Hubungan Antara Usia kehamilan Dengan Kejadian

Bayi Berat Lahir Rendah Tabel 3.4

Hubungan Antara Usia Kehamilan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Berdasarkan tabel 3.4 hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,005 lebih kecil 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian bayi berat lahir rendah terbukti secara statistik.

Berdasarkan nilai OR 2,204 berarti usia kehamilan preterm mempunyai peluang 2,204 kali terhadap kejadian bayi berat lahir rendah dibanding usia kehamilan preterm

N o

Paritas Berat Badan Bayi T O T A L p value O R BBLR BBLN f % f % n 0,003 2, 32 5 1. Risiko tinggi 60 53,1 37 32,7 97 2. Risiko rendah 53 46,9 76 67,3 129 113 100 113 100 226 No Usia kehamil an

Berat Badan Bayi T O T A L p va lu e O R BBLR BBLN f % f % n 0, 00 5 2, 20 4 1. Preterm 70 61,9 48 42 ,5 118 2. Aterm 43 38,1 65 57 ,5 108 113 100 113 10 0 226

(5)

c. Hubungan Antara PEB Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

Tabel 3.5

Hubungan Antara PEB Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di IRNA Kebidanan Dan

Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

Palembang Tahun 2013

Berdasarkan tabel 3.5 hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,007 lebih kecil 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara preeklampsia berat dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara preeklampsia berat dengan kejadian bayi berat lahir rendah terbukti secara statistik.

Berdasarkan nilai OR 2,166 berarti preeklampsia berat mempunyai peluang 2,166 kali terhadap kejadian bayi berat lahir rendah dibanding normal.

4.PEMBAHASAN

a. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

Pada penelitian ini sampel sebesar 226 responden, kelompok kasus yaitu kejadian BBLR sebanyak 113 (50%) responden dan kelompok kontrol yaitu BBLN sebanyak 113 (50%) responden.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suwoyo dkk (2010) Hubungan Preeklampsia Berat Pada Kehamilan Dengan Kejadian BBLR di RSUD Dr. Hardjono Ponorogo tahun 2010 dengan sampel sebesar 262 responden pada keompok kasus yaitu BBLR sebanyak 131 (50%) responden dan pada kelompok kontrol yaitu BBLN sebanyak 131 (50%) responden.

Masih tingginya angka kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan Dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari- 30 September 2013, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang melatar belakangi, tidak terlepas dari keadaan ibu pada saat hamil, pemeliharaan kesehatan ibu selama kehamilan sangat menentukan bayi yang dilahirkan, pemeliharaan kesehatan ibu selama hamil contohnya dengan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) secara teratur akan dapat mununjang kesehatan ibu selama hamil. Dengan pemeriksaan kehamilan secara teratur akan memberikan deteksi dini terhadap ibu yang berisiko tinggi melahirkan bayi BBLR. Sehingga upaya preventif maupun kuratif dapat dilakukan secara optimal, agar dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada bayi, serta faktor lain yang dapat memicu kejadian BBLR ini adalah status ekonomi yang rendah sehingga pemenuhan kebutuhan gizi sulit untuk dicapai.

b. Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

Hasil analisa univariat didapatkan paritas risiko tinggi sebanyak 97 (42,9%) responden dan paritas risiko rendah sebanyak 129 (57,1%) responden.

Hasil analisa bivariat uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,003 lebih kecil dari α =0,05 dengan CI (Confidence Interval) 95%, ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian bayi berat lahir rendah dan paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR. Nilai OR 2,325 berarti paritas risiko tinggi mempunyai peluang 2,325 kali terhadap kejadian bayi berat lahir rendah daripada paritas risiko rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ningsih Jaya (2009) Analisis Faktor Risiko Kejadian BBLR di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Kota Makasar, untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR didapatkan p value 0,0013 < 0,05, ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah Kota Makasar Tahun 2008. Hasil penelitian ini sejalan juga dengan hasil penelitian Nurbaity (2011) hubungan antara umur ibu dan paritas dengan kejadian BBLR di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Dan Penyakit Kandungan RSUP. DR.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2012, untuk

No PEB Berat Badan Bayi T

O T A L p val ue O R BBLR BBLN f % f % n 0,0 07 2, 16 6 1. PEB 58 51,3 37 32,7 95 2. Normal 55 48,7 76 67,3 131 113 100 113 100 226

(6)

mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR didapatkan p value = 0,0008 lebih kecil dari 0,05, ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Dan Penyakit Kandungan RSUP. DR.Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013.

Menurut Winkjosastro (2008) paritas 1 dan paritas > 3 anak merupakan faktor kematian perinatal dan salah satunya bayi dengan berat badan lahir <2500 gram, hal ini disebabkan karena pada paritas 1 ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua dan paritas lebih dari 3 karena risiko komplikasi yang serius, seperti perdarahan dan infeksi meningkat pada persalinan keempat dan seterusnya, sehingga ada kecenderungan bayi lahir dengan kondisi BBLR bahkan terjadinya kematian ibu dan bayi.

Dengan demikian peneliti memperoleh hasil bahwa paritas risiko tinggi 53,1 % lebih besar mengalami kejadian bayi berat lahir rendah dibanding dengan paritas risiko rendah 46,9% karena dipengaruhi berbagai faktor diantaranya faktor umur, sosial, budaya serta masih kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang jumlah anak yang ideal untuk persalinan yang aman dan masih ada anggapan atau asumsi dari masyarakat bahwa banyak anak banyak rezeki.

Paritas risiko rendah sebesar 46,9% mengalami kejadian BBLR dikarenakan sosial ekonomi rendah, karena status ekonomi yang rendah ini kebutuhan pencapaian gizi sulit untuk di penuhi sehingga memicu kejadian BBLR. Hal ini dapat dilihat dari status pekerjaan dan penggunaan surat keterangan miskin / JAMKESMAS untuk pengobatan di Rumah Sakit. c. Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian

Bayi Berat Lahir Rendah

Hasil analisa univariat didapatkan usia kehamilan preterm sebanyak 118 (52,2%) responden dan usia kehamilan aterm sebanyak 108 (47,8%) responden

Hasil analisa bivariat dengan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,005 dan lebih kecil dari α =0,05 dengan CI (Confidence Interval) 95%, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian bayi berat lahir rendah dan usia kehamilan merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR. Nilai OR 2,204 berarti usia kehamilan preterm mempunyai peluang 2,204 kali terhadap

kejadian bayi berat lahir rendah daripada usia kehamilan aterm.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sianturi (2007) Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Santa Elisabeth pada tahun 2003 – 2006, untuk mengetahui hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian BBLR didapatkan p value=0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian berat bayi lahir rendah di di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2003 – 2006.

Menurut Wiknjosastro (2007) kematian perinatal sebagian besar terjadi pada bayi prematur yaitu bayi yang dilahirkan dari kehamilan < 37 minggu. Maka makin pendek masa kehamilan maka makin kurang sempurna pertumbuhan alat – alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka kematian bayi.

Dengan demikian peneliti memperoleh hasil bahwa usia kehamilan preterm 61,9% lebih besar mengalami kejadian bayi berat lahir rendah daripada usia kehamilan aterm 38,1% karena semakin pendek usia kehamilan semakin kecil pula berat badan bayi yang dilahirkan. Walaupun tidak dapat pungkiri banyak usia kehamilan aterm juga mempunyai kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, karena berdasarkan teori status gizi ibu hamil yang kurang tidak hanya dapat mempengaruhi kesehatan ibu tetapi juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam kandungan dan dapat menyebabkan bayi berat badan lahir rendah. d. Hubungan Antara Preeklampsia Berat Dengan

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

Hasil penelitian ini didapatkan preeklampsia berat sebanyak 95 (42%) responden dan normal sebanyak 131 (58%) responden.

Hasil analisa bivariat dengan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,007 dan) lebih kecil dari α =0,05 dengan CI (Confidence Interval) 95%, ada hubungan yang bermakna antara preeklampsia berat dengan kejadian bayi berat lahir rendah. dan preeklampsia berat merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR. Nilai OR 2,166 berarti preeklampsia berat mempunyai peluang 2,166 kali terhadap kejadian bayi berat lahir rendah daripada ibu normal.

(7)

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suwoyo dkk (2011) Hubungan Preeklampsia Berat Pada Kehamilan Dengan Kejadian BBLR Di RSUD Dr. Hardjono Ponorogo Tahun 2010, didapatkan p value = 0,001 <0,05, ada hubungan bermakna antara preeklampsia berat dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUD Dr. Hardjono Ponorogo Tahun 2010.

Menurut Winkjosastro (2007) preeklampsia berat dan eklampsia dapat menyebabkan BBLR. Preeklampsia berat merupakan penyakit dengan tanda-tanda gejala hipertensi, edema, dan proteinuria. Gejala hipertensi disebabkan meningkatnya tekanan darah karena meningkatnya hambatan pada pembuluh darah perifer. Kedaaan ini mengakibatkan sirkulasi utero plasenta yang kurang baik dan berpengaruh pada gangguan pertumbuhan janin (dismaturitas), premature, kematian janin dalam kandungan, bahkan dapat menyebabkan solusio plasenta yang dapat berakibat buruk bagi ibu maupun janin.

Dengan demikian peneliti memperoleh hasil bahwa sebagian besar ibu dengan diagnosa preeklampsia berat 51,3% melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dibanding ibu normal 48,7%, karena kita ketahui gejala preeklampsia berat (PEB) adalah tekanan darah tinggi, edema, dan proteinuria yang dapat memicu kejadian bayi berat lahir rendah. Salah satu cara yang efektif untuk menurunkan angka kematian perinatal adalah mencegah terjadinya BBLR yaitu dengan cara melakukan pengawasan kehamilan dengan seksama dan teratur, melakukan konsultasi terhadap penyakit ibu yang dapat mengakibatkan BBLR, memberikan penyuluhan tentang kebutuhan gizi saat hamil, meningkatkan penerimaan Program Keluarga Berencana, menganjurkan istirahat yang cukup pada saat hamil. Dengan diagnosa awal dan terapi yang tepat, kelainan tersebut tidak menyebabkan resiko besar baik terhadap ibu maupun bayinya dan diharapkan dapat mencegah kejadian BBLR, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan datang.

5.SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah di IRNA Kebidanan dan Penyakit kandungan RSUP dr.

Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Distribusi frekuensi kejadian bayi berat lahir rendah sebesar 113 (50%) responden dan Bayi berat lahir normal sebesar 113 (50%) responden. 2. Distribusi frekuensi paritas risiko tinggi sebanyak

paritas risiko tinggi sebanyak 97 (42,9%) responden dan paritas risiko rendah sebanyak 129 (57,1%) responden.

3. Distribusi frekuensi usia kehamilan preterm sebanyak 118 (52,2%) responden dan usia kehamilan aterm sebanyak 108 (47,8%) responden. 4. Distribusi frekuensi preeklampsia berat sebanyak 95 (42%) responden dan normal sebanyak 131 (58%) responden.

5. Ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian bayi berat lahir rendah dengan uji statistik didapatkan p value = 0,003 lebih kecil dari α = 0,05, hipotesa terbukti secara statistik.

6. Ada hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian bayi berat lahir rendah dengan uji statistik didapatkan p value = 0,005 lebih kecil dari α = 0,05, hipotesa terbukti secara statistik.

7. Ada hubungan yang bermakna antara preeklampsia berat dengan kejadian bayi berat lahir rendah dengan uji statistik didapatkan p value = 0,007 lebih kecil dari α = 0,05, hipotesa terbukti secara statistik.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Diharapkan kepada petugas kesehatan (RSUP dr. Mohammad Hoesin) dapat memberikan pelayanan antenatal care (ANC) dengan menggunakan standar 14T dapat dilaksanakan secara kompeten oleh petugas kesehatan khususnya bidan untuk dapat medeteksi secara dini komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien bayi baru lahir sehingga deteksi dini kejadian BBLR dapat dihindari. 4.2.2 Bagi STIK Bina Husada

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan informasi yang bermanfaat untuk perkembangan pengetahun menangani faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian BBLR, dan dapat menjadikan

(8)

penelitian ini untuk menjadi bahan perbandingan dan sebagai studi pendahuluan bagi peneliti selanjutnya.

4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggali faktor lain yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya penurunan kejadian KPD.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Y. Sriati Rismintari. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Nuha Medika.

Dedy, M. 2012. Jumlah Penduduk Palembang Meningkat. Dinas Komunikasi dan Informatika. http:// kominfo.palembang.go.id diakses tanggal 18 / 7/2012

Eurekaindonesia. 2009. Angka Kematian Bayi.www.euerkaindonesia.org.

Hastono, Sutanto Priyo dan Luknis Sabri. 2011. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metodologi Keperwatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

.2009. Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta : Salemba Medika

Jaya, Ningsih. (2009). Analisis faktor resiko kejadian bayi berat lahir rendah Di rumah sakit ibu dan anak siti Fatimah Kota Makassar. Jurnal Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009 Manuaba, I.A Chandranita IBG. 2007. Buku Ajar:

Patologi Obstetri, Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, KB. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurbaity. 2011. Hubungan antara umur ibu dan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah di RSUP . DR. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010. Jurnal Kesehatan dan Pembangunan ISSN:2088-5628) Vol 1 No 1.

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian, penelitian ilmu keperawatan pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Pantiawati, Ika. (2010). Bayi Lahir dengan BBLR). Jogjakarta: Muha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono.2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan tahun 2010.Http :// depkes.go.id.diakses 13 juni 2012. Profil Kesehatan Kota Palembang tahun 2010. Http ://

depkes.go.id.diakses 13 juni 2012.

Ramli. A. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan Rochmah, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita.

Jakarta: 2011

Sastroasmoro, Sudigdo dkk. 2006. Dasar- Dasat Metodologi Penelitian Klinik Edisi Ke-2. Jakarta : Sagung Seto.

Sianturi, Irma D.M. 2007. Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Pada Tahun 2003-2006. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Sistiarani, Colti. 2008. Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal Yang berisiko terhadap kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). Semarang: Universitas Diponegoro. Thesis.

(9)

Suwoyo, dkk. 2011. Hubungan Preeklampsia Berat Pada Kehamilan Dengan Kejadian BBLR Di RSUD Dr. Hardjono Ponorogo Tahun 2010. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Volume II Nomor Khusus Hari Kesehatan Internasional, April 2011.

Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Zubaidah. 2005. Hubungan pekerjaan ibu dengan

kejadian BBLR. http:// docs.finder.com. Diakses

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Angka R Square atau koefesien determinasi sebesar 0.963 nilai ini menunjukan bahwa kontribusi ketiga variabel bebas yaitu variabel keuntungan, variabel biaya produksi,

Penelitian diawali dengan persiapan material konstituen komposit. Kalsinasi pada suhu 800 C di dalam furnace selama lima jam dilakukan terhadap serbuk clay. Tiga jenis

Hasil penelitian ini sejalan dengan tentang fungsi media pembelajaran yang dikemukakan oleh Susilana dan Riyana (2008:9) bahwa media pembelajaran berfungsi

memberikan kemudahan untuk calon siswa baru mendaftar disekolah yang diinginkan, karena didalam sistem yang telah dibuat ini, sudah diberikan kemudahan untuk calon

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan umur, paritas, usia kehamilan, dan

Guru menanyakan kepada siswa mengenai benda yang ada dilangit. Selanjutkan saya menjelaskan kegiatan yang dilakukan saat ini. Saya bertanya kepada siswa mengenai

Hasil rata-rata (mean) tiap aspek pada masing- masing kuesioner penelitian yaitu kuesioner konsep diri yang memiliki rata-rata (mean) tertinggi terdapat pada

Toˇcnije, u prvom poglavlju opisat ´cemo sedam metoda dokazivanja konkurentnosti pravaca te ih pri- mijeniti na najpoznatije primjere konkurentnosti pravaca, odnosno na