• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Web pada Perkuliahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Web pada Perkuliahan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Web pada Perkuliahan

Purwono Hendradi 1, Kanthi Pamungkas Sari 2, Sutejo 3

1Teknik Informatika, Fakultas Teknik

2Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam

3Program Studi Teknik Informatika

1,2Universitas Muhammadiyah Magelang

3STMIK Himsya Semarang

Abstrak

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pembelajaran semakin marak, baik untuk membuat media pembelajaran maupun sebagai sarana pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan TIK sebagai sarana pelaksanaan pembelajaran sering dikenal dengan e-learning. Keuntungan dari e-learning diantaranya dapat digunakan sebagai pembelajran jarak jauh. Penerapan e- learning dalam perkuliahan harus mengadaptasi sistem kredit semester (SKS).

Dalam penulisan ini akan dikembangan model pembelajaran jarak jauh yang mengadaptasi sistem perkuliahan, yaitu mengedepankan ekuivalensi antara SKS dan model yang dikembangkan.

Kata kunci : e-learning, perkuliahan, SKS

Pendahuluan

Sejak Kurikulum Berbasis Kompetensi di perguruan tinggi dipublikasikan melalui SK Mendiknas Nomor 045/U/2002, saat ini telah terjadi perubahan paradigma dalam proses pembelajaran. Proses mengajar (teaching) yang dulu hanya disampaikan dengan kuliah tatap muka, bergeser menjadi proses pembelajaran (learning) yang mendorong peserta didik belajar aktif dan menyenangkan.

Terlebih lagi dengan adanya bantuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang semakin berkembang memungkinkan dosen dan peserta didik terpisah tempat, namun masih tetap dapat melakukan pembelajaran secara berkualitas.

TIK dalam pembelajaran diharapkan dapat memberikan kesempatan belajar yang lebih luas kepada peserta didik, dan meningkatkan kualitas pembelajaran pada pendidikan tinggi di Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan menjadi prioritas dengan kesadaran bahwa keberhasilan suatu bangsa di masa depan sangat tergantung pada kualitas pendidikan. Melalui misinya yang dikenal dengan 5 K yaitu Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas dan Relevansi, Kesetaraan dan

(2)

Kepastian. Salah satu cara untuk merealisasikan misi tersebut yaitu dengan cara menyediakan sumber belajar yang terjangkau tanpa batas ruang dan waktu, dan terjaga kualitas pembelajarannya, serta memberikan kepastian atas ketercapaian kompetensinya.

Dalam penulisan ini akan dipaparkan pengembangan model pembelajaran non konvensional yang memadukan model pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan model e-learning.

Model Pembelajaran non Konvensional

Program Pengembangan Model Pembelajaran non Konvensional yang dilakukan ini merespon terbitnya Peraturan Menteri Nomer 24 tahun 2012 tentang Pendidikan Jarak Jauh. Batasan model pembelajaran non konvensional yang dilakukan adalah berupa model pembelajaran tanpa tatap muka secara penuh.

Dalam model pembelajaran non konvensional diatas, tetap menggunakan konstruksi pembelajaran konvensional, seperti kurikulum, silabi dan mekanisme tes, namun hanya pada tatap muka yang ditiadakan atau dikurangi.

E-Learning

Clark Adrich dalam bukunya yang berjudul “Simulations and the Future of Learning” menekankan definisi e-learning pada kerangka berpikir penggunaan jaringan komputer. Ia menyatakan bahwa e-learning merupakan sebuah kombinasi antara proses, materi dan infrastruktur dalam penggunaan komputer dan jaringannya dalam rangka meningkatkan kualitas pada satu atau lebih bagian signifikan dari aspek-aspek rangkaian kegiatan pembelajaran, termasuk diantaranya adalah aspek manajemen dan aspek pendistribusian materi pelajaran.

Derek Stockley, seorang ahli pendidikan dari Australia dalam situs webnya (derekstockley.com.au) memberikan definisi bahwa e-learning adalah proses penyampaian program pembelajaran, pelatihan atau pendidikan secara elektronik.

e-learning melibatkan penggunaan komputer atau alat elektronik (misalnya telepon seluler) dalam berbagai cara untuk menyediakan bahan-bahan pelatihan, pendidikan atau pembelajaran.

Organisasi Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan

(3)

(The American Society for Training and Development/ASTD) memberikan definisi umum yang lebih spesifik terhadap metode maupun media yang digunakan dalam proses e-learning. Definisi ini dimuat dalam situs web about-elearning.com.

Definisi tersebut menyatakan bahwa e-learning merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web (web-based learning).

Dari ketiga pendapat tersebut, akan dijadikan acuan dalam mengadaptasikan model pembelajaran non konvensional yang dikembangkan dengan e-learning yang menitikberatkan pada kolaborasi perkuliahan jarak jauh dengan tatap muka.

Karena ada beberapa hal dalam pembelajaran yang harus dilakukan dengan tatap muka.

Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Web

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat, khususnya perkembangan teknologi komputer dengan internetnya.

Sehingga internet dapat menjadi media yang tepat dalam pembelajaran jarak jauh karena mampu menembus batas waktu dan tempat atau diakses kapan saja, dimana saja, siapa saja dan memberikan kemudahan.

Pembelajaran jarak jauh akan efektif dibandingkan pembelajaran konvensional jika sebelumnya membuat suatu web based distance learning yang mempertimbangkan berbagai aspek yang perlu serta trade-off-nya. Pembelajaran jarak jauh akan efektif jika melibatkan interaksi antara pembelajar dengan pengajar, pembelajar dengan pembelajar, pembelajar dengan media (termasuk fasilitas) pembelajaran. Pola interaksi pembelajaran berlangsung secara aktif dan interaktif. Media pembelajaran atau trade-off teknologi yang digunakan dalam interaksi ‘face-to-face’ langsung antara pembelajar dan pengajar seperti halnya dalam pembelajaran konvensional dapat dicapai atau setidaknya mendekati.

Penggunaan teknologi dalam menunjang pembelajaran jarak jauh harus diperhatikan untuk membantu pendidikan. Dalam web based distance learning pengajar dan pembelajar memerlukan fasilitas internet untuk tetap menjaga konektivitasnya sehingga dapat menentukan kesinambungan suatu pembelajaran jarak jauh. Web based distance learning sebagai suatu internet based community dapat memfasilitasi bertemunya atau berinteraksinya pembelajar dan pengajar.

(4)

Pengajar seharusnya mampu memindahkan apa yang biasa dilakukan oleh pengajar di depan kelas kepada suatu bentuk web atau materi pembelajaran online. Web ini harus mampu memberikan informasi kepada pembelajar dengan selalu dapat diakses oleh pembelajar, dan pengajar selalu ter-update setiap waktu (Muhammad Adri, 2008).

Sistem pembelajaran jarak jauh mempunyai karakteristik yang berbeda dengan praktik pembelajaran konvensional secara tatap muka. Menurut Keegan (1980) sistem pembelajaran jarak jauh memiliki karakteristik yaitu (1) pemisahan antara pengajar dan pembelajar; (2) pengaruh institusi/organisasi pendidikan; (3) penggunaan media yang menghubungkan guru dan pembelajar; (4) berlangsungnya komunikasi dua arah; (5) memperhatikan pembelajar sebagai individu yang belajar; dan (6) pendidikan sebagai suatu industri.

Bentuk Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran jarak jauh ada beberapa bentuk, antara lain:

a. Program pendidikan mandiri

b. Program tatap muka diadakan di beberapa tempat pada waktu tertentu c. Program tidak terikat pada jadwal pertemuan, di satu tempat. Pembelajaran

jarak jauh didasarkan pada dasar pemikiran bahwa pembelajar adalah pusat proses pembelajaran, bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri, dan berusaha sendiri di tempat mereka sendiri.

d. Pembelajaran jarak jauh dengan e-learning, yaitu pembelajaran online berbasis teknologi informasi via internet. Sistem pembelajaran ini dapat dilengkapi dengan modul atau buku-buku pelengkap.

e. Pembelajaran jarak jauh di perguruan tinggi yang diatur dalam KEPMEN 107/U/2001. harus mendapat ijin dari Dikti dalam pasal 2 disebutkan, tujuan penyelenggaraan program pendidikan tinggi jarak jauh adalah terwujudnya tujuan pendidikan tinggi serta terciptanya kesempatan mengikuti pendidikan tinggi. Kemudian dalam pasal 4 ayat 2 dinyatakan bahwa “sudah mempunyai ijin penyelengaraan program studi secara tatap muka dalam bidang studi yang sama dan telah diakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN – PT) dengan nilai A atau U (Unggulan)”. Dalam point j dinyatakan:

(5)

Bekerja sama dengan perguruan tinggi lain yang sudah mempunyai ijin penyelenggaraan program studi yang sama untuk memfasilitasi kegiatan pengembangan program dan materi pembelajaran, pemberian layanan bantuan belajar, layanan perpustakaan dan pelaksanaan praktikum dan pemantapan pengalaman lapangan, serta penyelenggaraan evaluasi hasil belajar secara jarak jauh”.

Perkuliahan

Perkuliahan adalah kegiatan belajar mengajar yang menggunakan sistem kredit semester (SKS) untuk menentukan alokasi waktu dan perhitungan beban kelulusan dari proses belajar. Dalam satu SKS dapat diimplementasikan dalam satu Minggu menjadi :

1. Untuk Mahasiswa

a. 50 menit acara tatap muka terjadwal dengan tenaga pengajar.

b. 60 menit acara kegiatan akademik terstruktur tidak terjadwal (misal pekerjaan rumah, menyelesaikan soal-soal) yang direncanakan oleh tenaga pengajar.

c. 60 menit acara kegiatan akademik mandiri (misal persiapan sendiri berupa belajar, ke perpustakaan dan lain-lain).

2. Untuk Tenaga Pengajar

a. 50 menit acara tatap muka terjadwal dengan mahasiswa.

b. 60 menit acara perencanaan dan evaluasi kegiatan akademik terstruktur.

c. 60 menit pengembangan materi kuliah.

Pengembangan Model

Hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan model ini adalah, pengembangan e-learning dengan menggunakan pendekatan sistem yang sudah ada, yaitu Sistem Kredit Semester (SKS). Berdasarkan uraian sebelumnya tentang SKS, maka hal yang perlu diperhatikan adalah pengguna dan pengelola sistem ini.

Untuk pengguna terdapat dua macam pengguna, yaitu pengajar (dosen) dan peserta perkuliahan (mahasiswa). Untuk pengelola bertugas mengelola dan memastikan bahwa sistem berjalan dengan baik. Berikut ini use case untuk menggambarkan hubungan pengguna dan pegelola :

(6)

Sistem pembelajaran non konvensional yang dikembangkan dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan SKS yaitu :

Tabel 1. Tabel aktor use case dalam sistem

Aktor Aktifitas Keterangan

Dosen Memberikan Materi Interaksi terjadwal Melakukan evaluasi Memberikan Nilai

Untuk meimberikan materi, seorang dosen harus login sesuai dengan set up dari pengelola sistem. Dosen hanya bisa memberikan materi pada perkuliahan yang sesuai. Begitu juga dengan RPP, soal ujian, tugas dan materi diskusi.

Nilai hanya diberikan kepada mahasiswa yang terdaftar dalam perkuliahan.

Mahasiswa Download materi Mengikuti interaksi Mengikuti evaluasi

Untuk download materi, mahasiswa tidak harus login, karena materi perkuliahan dalam e-learning haruslah

mengelola mengelola

download

Mengikuti/

mendapatkan memberikan

materi upload

RPP, Kuliah, Evaluasi,

Nilai Dosen

Mahasiswa

Pengelola

Gambar 1. Use Case sistem

(7)

Mendapat nilai bersifat gratis. Login digunakan saat mahasiswa memasuki area perkuliahan, yaitu interaksi, evaluasi dan penilaian.

Pengelola Mengelola sistem Pengelola mengelola sistem yaitu menyiapkan fasilitas dalam sebuiah perkuliahan dan menyiapkan akses pengguna terhadap sistem sesuai dengan perannya masing-masing.

Untuk mengimplementasikan model pembelajaran non konvensional ini, diujicobakan pada sistem e-learning di Universitas Muhammadiyah Magelang dengan nama ELMU (e-learning Universitas Muhammadiyah Magelang). Berikut ini adalah bentuk tabel ekuivalen antara pembelajaran konvensional dan non konvensional.

Tabel 2. Ekuivalen Learning pada e-learning eLMU

No Kegiatan Konvensional e-LMU Kelebihan

1

Peyampaian Materi

Tatap muka dikelas dan materi tertulis dalam bentuk diktat

Ada tiga bentuk : a. Text base (doc

dan pdf)

b. Presentasi (ppt) c. Animasi dan

Video

Mahasiswa dapat belajar dengan mandiri dan tidak bergantung ke Dosen

2

Interaksi

langsung (Syncronous)

Dosen dan siswa berinteraksi di kelas

Chatting terjadwal Dosen menentukan jadwal chatting dan di-publish melalui halaman home e- learning

Mahasiswa berinteraksi dengan dosen tanpa harus hadir di kampus

3

Interaksi tidak langsung

Sebagian mahasiswa berinteraksi

Interaksi lewat forum

Dosen menuliskan

Semua mahasiswa diminta untuk

(8)

dengan dosen di luar jam kulian

sebuah topik dan mahasiwa wajib memberikan

komentar yang mekanismenya telah diatur.

Komentar

mahasiswa dapat di equivalen-kan dengan kehadiran

memberikan komentar pada topik yang dikeluarkan oleh dosen.

4

Tugas Kuliah Tugas diberikan oleh dosen pada saat perkuliahan dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya

Tugas diberikan melalui chatt room adan atau forum.

Tugas dikerjakan secara offline dan di kirim ke e-mail dosen

Mahasiswa mengerjakan secara off-line dan mengirikan secara on-line ke dosen

Kesimpulan :

1. Pengembangan e-learning dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu materi pembelajaran dan mekanisme pembelajaran.

2. Penerapan e-learning dalam perkuliahan harus mempertimbangkan ketentuan pada sistem kredit semester (SKS).

3. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan e-learning perkuliahan.

Pustaka :

1. Muhammad Adri, 2008. Pengembangan Model Belajar Jarak Jauh FT UNP dengan P4TK Medan dalam Rangka Perluasan Kesempatan Belajar, Disampaikan dalam Seminar Nasional Kontribusi Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dalam Pencapaian Milenium Development Goals (MDGs), Universitas Terbuka, Tanggerang Banten, 10 Maret 2008.

(9)

2. ---, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis TIK. UPI: Bandung

3. Keegan, D.1980. On defining distances education. Distances Education: 1(1) 4. Keputusan Menteri Nomor 107/U/2001 tentang Pembelajaran jarak jauh di

perguruan tinggi

5. Suparman, A., dan A. Zuhairi. 2004. Pendidikan Jarak Jauh: Teori dan Praktek. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka: Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Tabel aktor use case dalam sistem
Tabel 2. Ekuivalen Learning pada e-learning eLMU

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik merumuskan pertanyaan dari hasil pengamatan, misalnya:  Contoh-contoh interaksi antar ruang di Indonesia  Contoh- contoh interaksi antar ruang di Bogor 

Dari hasil tindakan (Do) dan pengamatan observer, diperoleh gambaran secara umum bahwa guru model telah berupaya melaksanakan pembelajaran dengan baik yang dapat

Jawaban: maksud desa merupakan hinterland masyarakat kota adalah desa sebagai daerah penyokong atau penyuplai bahan kebutuhan masyarakat kota karena sebagain besar penduduknya

Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood) ialah periode perkembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun, yang

Simulasi kebijakan dengan memberlakukannya liberalisasi perdagangan antara Indonesia dan Trans Pacific Partnership (TPP) akan berdampak pada perubahan agregat ekspor dan

Peneliti akan meneliti yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan akhlak pemuda dan kendala apa saja yang mempengaruhi pembinaan akhlak pemuda di lembaga pemasyarakatan kelas

Tanaman toleran cekaman kekeringan dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain: 1) berpegang pada kearifan lokal untuk menseleksi kultivar lokal yang adaptif terhadap

Pada proses 2.2.3 delete dapat dilakukan oleh user untuk menghapus data model yang telah di-input user sebelumnya dengan cara memilih data yang ingin di hapus, lalu keluaran dari