• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka data analisis mengunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Januari 2016 dan pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka data analisis mengunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Januari 2016 dan pada"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantiatif sebagaimana menurut Suryana (2010) penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi atau fenomena.

Menurut (Sugiyono, 2009) penelitian kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan angka-angka data analisis mengunakan statistik.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016 dan pada bulan November – Desember 2016 di blok Puyer Ranu Pani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan di Universitas Muhammadiyah Malang.

3.2.2 Tempat

Penelitian ini dilakukan di blok Puyer Ranu Pani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Gambar 1. Sumber : Googlemaps.com diakses pada tanggal 06 November 2016

(2)

3.3 Populasi dan Sample 3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2008) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian adalah semua jenis pohon yang ditemukan pada beberapa plot penelitian di blok Puyer Ranu Pani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2008) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pohon dengan diameter > 20 cm, 5-20 cm, < 5cm serta memiliki DBH > 1,3 m di blok Puyer Ranu Pani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

3.3.3 Ukuran Sampel

Total sampling pada penelitian ini adalah jenis tumbuhan yang ada di blok Puyer Ranu Pani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

3.3.4 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif (Margono, 2004), dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2001) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling,

didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai

(3)

sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya (pohon dengan diameter > 20 cm, 5-20 cm, < 5cm serta memiliki DBH > 1,3 m).

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Jenis Variable

Jenis variabel dalam penelitian ini yaitu serapan karbondioksida (CO2) tumbuhan di blok Puyer Ranu Pani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

Serapan karbondioksida di blok Puyer Ranu Pani Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) adalah besarnya biomassa suatu tumbuhan yang dapat menggambarkan serapan karbon yang terdapat dalam suatu vegetasi karena 50%

biomassa tersusun oleh karbon (Brown et al., 1989).

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Alat

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

- 1 buah phi meter.

- 2 buah gunting . - 1 buah Rol meter.

- 1 buah penggaris.

- 1 Timbangan analitik . - 1 buah Haga meter.

- 1 buah Soil tester.

- 1 buah termometer tanah (weksker).

(4)

- 1 pack Kertas Label - 4 buah Handscone.

- Alat tulis.

- 30 buah patok kayu.

- 1 buah oven.

- 1 buah tali rafia jumbo.

- 1 buah karung - 12 kantung kresek - 1 buah Staples

3.5.2 Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian

1) Metode yang dilakukan adalan dengan metode Non Destructive.

2) Pada penelitian ini dibuat 3 plot dengan luas masing masing plot 0,3 Ha.

3) Pada masing-masing plot, dibuat sub-Plot bertingkat 4 yaitu subplot A dengan ukuran 30 X 100 m, sub plot B dengan ukuran 5 X 40 m, sub plot C dengan ukuran 1 X 1 m, dan sub plot D dengan ukuran 0,5 X 0,5 m. Seperti gambar 1 di bawah:

Gambar 1. Plot bertingkat (Rahimahyuni, et al., dalam Rahardjanto, 2015)

Gambar 2. Plot bertingkat Rahimahyuni et al. dalam Rahardjanto, 2015 D

D

A 5 x 40 m B

30 x 100 m

C C

Gambar 2. Plot bertingkat Rahimahyuni et al, dalam Rahardjanto (2015)

(5)

4) Pada sub plot A, dilakukan pengukuran DBH dan tinggi pohon dengan DBH

> 20 cm. Pada plot B tinggi pohon dan DBH dengan ukuran 5-20 cm.

5) Pada sub Plot C dilakukan pmanenan untuk semua tumbuhan understorey (herba, semak, perdu dan anakan pohon dengan DBH <5cm).

6) Pada sub plot D, diambil semua sampel seresah untuk diukur stok karbonnya.

7) Menimbang berat basah sampel sebanyak 3 kali pengulangan.

8) Memasukkan sampel pada oven bersuhu 600 selama 3 hari.

9) Menimbang berat kering sampel sebanyak 3 kali pengulangan, sampai mencapai berat konstan.

3.6 Metode Pengumpulan Data

1) Penghitungan Jumlah Karbon di Atas Permukaan Tanah a) Pengukuran Biomassa tumbuhan

Nilai perolehan DBH pada sub plot A dan sub Plot B dimasukkan pada rumus Alometrik Chave et al. dalam Rahardjanto (2015) sebagai berikut :

Y = 0,059 X ρ X DBH2 X T...(1) Dimana:

Y = Biomassa total dalam kg

DBH = Diamater pohon se tinggi dada dalam m.

T = Tinggi tumbuhan.

ρ = Berat jenis kayu, untuk hutan alam = 0,68 gr/cm3 dan untuk hutan tumbuhan 0,61gr/cm3 (Rahardjanto, 2015).

(6)

2) Penghitungan Kadar Karbon

a. Untuk menghitung kadar karbon yang ada pada ekosistem hutan Brown dalam Rahardjanto (2015), menggunakan rumus dengan faktor konversi sebesar 0,5.

C = B + 0,5 ... (2) Dimana:

C = Jumlah Stok Karbon dalam ton/ha.

B = Biomassa total dari tegakan yang telah di hitung (ton/ha).

3) Penghitungan Karbondioksida (CO2)

Hasil penghitungan kadar karbon di atas, kemudian di konversikan dengan rumus Brown dalam Rahardjanto (2015) :

Serapan CO2 (ton/ha) = (𝑏𝑚𝑟 𝐶𝑂𝑏𝑚𝑟 𝐶2) X Kandungan C... (3) Dimana:

bmr CO2 = berat molekul relatif CO2 = 44 bmr C = berat molekul relatif C = 12

4) Kandungan Karbon Pada Tumbuhan Understorey dan Seresah

Kandungan karbon yang terdapat pada tumbuhan understorey dan seresah yang terdapat pada daerah hutan, di hitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hairiah et al. (2011) sebagai berikut:

BT = 𝐵𝐵𝑇 𝑋 𝐵𝐾𝐶𝐵𝐵𝐶 𝑋 𝐿𝐴 ... (4) Dimana:

BT = Biomassa Total dalam ton/m2

BBT = Berat Basah total dalam kg (merupakan berat basah total dari penjumlahan pada berat basah sub plot C untuk understorey dan sub

(7)

plot D untuk seresah.) dari penghitungan ini diperoleh biomassa pohon, understorey dan necromass seresah.

BKC = Berat Kering Contoh dalam gram BBC = Berat basah Contoh dalam gram LA = Luas Area dalam m2

3.6.1 Instrumen Pengambilan Data 3.6.1.1 Kerapatan/Diversity (Di)

Kerapatan populasi suatu jenis atau kelompok tumbuhan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah individu per unit area atau persatuan volume. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menentukan produktivitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas yang lainya parameter ini kurang tepat, untuk itu biasanya digunakan kepadatan relatif (Sugianto, 1994).

Dengan rumus sebagai berikut : Di = 𝒏𝒊

𝑨

Keterangan:

Di = Kerapatan jenis i

ni = Jumlah total individu untuk jenis i A = Luas total habitat yang disampling 3.6.1.2 Kepadatan Relatif ( Relatife Diversity)

Kepadatan relatif merupakan proporsi antara jumlah total individu suatu spesies dengan jumlah total individu semua jenis. Kepadatan relatif dinyatakan dalam bentuk prosentase (Sugianto, 1994). Dengan rumus sebagai berikut :

RD = 𝒏𝒊

∑ 𝒏 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑫𝒊

𝑻𝑫= 𝑫𝒊

∑ 𝑫

(8)

Keterangan:

ni = jumlah total individu untuk jenis i Σn = Jumlah total dari semua jenis Di = kepadatan jenis i

TD = kerapatan untuk semua jenis ΣD = jumlah total kerapatan semua jenis 3.6.1.3 Frekuensi (F)

Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu dengan jumlah total sampel. Bila frekuensi kehadiranya tinggi berarti jenis itu sering ditemukan di habitat itu (Sugianto, 1994). Frekuensi kehadiran dihitung dengan rumus sebagai berikut :

F = 𝐉𝐢

𝐊

Keterangan:

Ji = jumlah sampel (plot) dimana jenis terdapat K = jumlah total sampel (spesies) yang didapat 3.6.1.4 Frekuensi Relatif (Relatif frekuens)

Rf = 𝑭𝒊

∑ 𝑭

Keterangan:

Fi = frekuensi jenis i

ΣF = jumlah frekuensi untuk semua jenis 3.6.1.5 Indeks Nilai Penting (Importance Value = IV)

Indeks nilai penting adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi jenis-jenis dalam suatu komunitas. Jenis yang

(9)

dominan dalam suatu komunitas akan memiliki Indeks nilai pentig yang tinggi (Sugianto, 1994). Indeks nilai penting dapat dihitung dengan rumus:

IV = RDi + RFi Keterangan:

RDi = Kepadatan relatif jenis i RFi = Frekuensi relatif jenis i

3.7 Metode Analisis Data

Sebelum menganalisis data, maka hal yang perlu dilakukan yaitu masing- masing jenis tumbuhan di deskripsikan dengan menggunakan tabel. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah menyajikan data jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan pada plot penelitian.

Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu model penelitian yang berusaha untuk membuat gambaran/paparan dan menggali secara cermat serta mendalam tentang fenomena sosial tertentu tanpa melakukan intervensi dan hipotesis. Pendekatan penelitian utama yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, sehingga data yang utama adalah bersifat kualitatif. Analisa kualitatif yang digunakan adalah deskriptif-induktif, sedangkan data kuantitatif yang digunakan adalah prosentase dalam bentuk tabulasi. Jadi sesuai dengan tujuan penelitian, maka untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskripsi induktif.

Sedangkan untuk data kuantitatif (data-data yang dapat dikategorikan dalam bentuk angka-angka) analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif berupa persentase dan rata-rata yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel.

(10)

Metode pengembangan sumber belajar pada penelitian ini adalah handout yang diterapkan setelah pembelajaran. handout ini berupa ringkasan materi dan latihan soal dari pokok bahasan ekosistem.

3.8 Penyusunan Bahan Ajar Poster

Pengembangan bahan ajar cetak berupa poster. Secara sistematis pengembangan bahan ajar cetak poster dilakukan sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

a) Menentukan tujuan dan penerapan poster.

b) Menentukan tempat dimana poster akan dipajang.

c) Menentukan bentuk poster.

d) Menyederhanakan informasi yang ingin disebarkan.

e) Merancang beberapa draft kasar pada skala kecil.

f) Memilih warna, sesuai dengan kesan yang diinginkan g) Memastikan bahwa pesan jelas dan dinamis.

h) Menentukan bentuk huruf, ukuran, dan jarak. Minta komentar tentang gambar, kata, dan komposisi (tata-letak).

3.8.1 Komponen Poster Identitas poster meliputi:

a. Judul (headline) b. Sub judul (kalau perlu)

c. Ilustrasi (unsur rupa/ elemen disain) d. Body copy

e. Caption (keterangan gambar) f. Produksi (logo perusahaan)

Gambar

Gambar 1. Sumber : Googlemaps.com diakses pada tanggal 06 November 2016
Gambar 1. Plot bertingkat (Rahimahyuni, et al., dalam Rahardjanto, 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Soal Latihan Ujian Nasional (LUN) SMP di kota Bandar Lampung di buat oleh Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Negeri kota Bandar Lampung, tetapi hal ini belum cukup

◦ Jika tidak, gunakan information gain untuk memilih atribut yang paling baik dalam memisahkan sample ke class. ◦ Buat cabang untuk tiap nilai dari

Berdasarkan hasil kegiatan, yang telah berlangsung dari keseluruhan kegiatan maka dapat dideskripsikan bahwa debit tinja dalam kolam penampungan yang berada di kawasan

[BBTNBTS] Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.. Review Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger

Siswa terlihat sopan pada setiap orang yang datang di sekolah, dengan bertanya “ Ibu dari mana? Mau ngapain?” dan cepat menerima orang baru. Siswa juga

dengan metode pilihan terhadap tujuh ekstrak tumbuhan, masing-masing pada empat taraf konsentrasi menunjukkan pengaruh penghambatan makan terhadap larva C.. pavonana instar II

thuringiensis H-14 galur lokal dalam pengendalian larva vektor malaria masih belum dikenal oleh masyarakat, hal tersebut terlihat pada pengetahuan dan sikap masyarakat yang masih

Reaktor plug flow Adalah suatu alat yang digunakan untuk mereaksikan suatu reaktan dalam hal ini fluida dan mengubahnya menjadi produk dengan