• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN .1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN .1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Limbah industri polimer merupakan salah satu limbah yang tergolong dalam limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pada umumnya limbah industri polimer berasal dari kegiatan produksi yang melibatkan proses esterifikasi dan polimerisasi untuk menghasilkan produk seperti polyvinyl chloride (PVC), polyvinyl acetate (PVA), polyethylene (PE), polypropylene (PP), acrylonitrile butadiene styrene (ABS), acrylonitrile styrene (AS), synthetic resin (alkyd, amino, epoxy, phenolic, polyester, polyurethane, vinyl acrylic), Phthalate (PET), polystyrene (PS), polyethylene terephthalate (PET), polystyrene (PS), styrene butadiene rubber (SBR).

PT Indonesia Toray Synthetics (PT ITS) merupakan salah satu produsen polimer jenis polyester di Indonesia. Limbah yang dihasilkan dari PT ITS sebagian besar berupa limbah cair sedangkan limbah padatnya berupa hasil samping dari proses extrusion. Limbah cair pabrik polyester berasal dari unit kolom distilasi terdiri dari air, ethylene glycol, methyldioxolane, acetic acid, 1,4-Dioxane dan acetaldehyde. Senyawa-senyawa tersebut dihasilkan dari reaksi esterifikasi pada proses pembuatan polyester. Pada reaksi esterifikasi senyawa alkohol dan karboksilat direaksikan untuk menghasilkan senyawa ester dan air. Senyawa ester ini merupakan monomer yang akan bereaksi menjadi polyester pada proses polycondensation (Indrawan, 2010).

Kehadiran limbah cair polyester dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah tersebut. Limbah cair yang berasal dari waste water treatment, mengalami pengolahan secara biologi menghasilkan sludge (lumpur) yang disebut biological sludge. Upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan yaitu dengan memanfaatkan biological sludge sebagai bahan bakar boiler dengan menggunakan dua alat, yaitu dehydrator dan sludge drum dryer.

 

   

 

   

 

 

(2)

Dehydrator merupakan peralatan proses pengeringan sludge dengan melakukan thickening dan dewatering. Thickening merupakan proses pemadatan sludge untuk mengurangi kandungan air dalam sludge sedangkan dewatering merupakan proses pengeringan dengan atau tanpa media pemanas untuk mengurangi kandungan air dalam sludge. Effluent sludge yang harus dihasilkan dari proses pengeringan dengan menggunakan dehydrator yaitu kandungan air sludge maksimal 85 %.

Sludge drum dryer adalah peralatan proses pengeringan lanjutan yang merupakan hasil dari pengeringan pada dehydrator. Proses pengeringan sludge menggunakan saturated steam dengan tekanan 0,6 MPa untuk mencapai kadar air sludge yang dihasilkan kurang dari 30 %.

Mengingat pentingnya dehydrator dan sludge drum dryer sebagai peralatan proses pengeringan biological sludge untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan pemanfaatan sebagai bahan bakar boiler maka perlu adanya penelitian mengenai optimasi kondisi operasi kedua alat tersebut untuk mengoptimumkan proses pengeringan biological sludge.

1.2 Perumusan Masalah

Biological sludge yang berasal dari proses pengolahan biologis akan dikeringkan sehingga menghasilkan wet cake. Dehydrator di PT ITS memiliki kemampuan mengurangi kadar air maksimal sebesar 85%. Namun data di lapangan menunjukkan kadar air wet cake pada range 80% – 90%.

Penelitian ini akan menentukan kondisi optimum operasi dehydrator untuk menghasilkan kadar air yang konstan dan memenuhi standar sebesar 85%.

Kondisi operasi optimum yang akan diteliti adalah putaran screw dehydrator dan laju alir sludge yang masuk ke dehydrator.

Wet cake yang dihasilkan dari dehydrator akan dikeringkan lebih lanjut pada sludge drum dryer untuk menghasilkan dry cake dengan kadar air kurang dari 15%. Media pemanas proses pengeringan pada sludge drum dryer adalah steam bertekanan 0,6 MPa (158,8

0

C, saturated steam) dengan laju penggunaan steam maksimal sebesar 335 kg/jam. Namun laju penggunaan steam di lapangan lebih besar dari 335 kg/jam yaitu sebesar 583  

   

 

   

 

 

(3)

kg/jam. Sehingga diperlukan penelitian untuk mengefesiensikan penggunaan steam tersebut.

1.3 Maksud dan Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Menentukan putaran optimum screw dehydrator untuk menghasilkan kadar air (moisture content/m.c) minimum sludge.

2) Menentukan laju alir optimum sludge yang masuk ke dehydrator.

3) Mempelajari kurva karakteristik pengeringan pada sludge drum dryer.

4) Mengkaji fenomena perpindahan panas pada sludge drum dryer.

5) Menentukan waktu pengeringan optimum pada pengeringan dengan menggunakan sludge drum dryer.

1.4 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :

1) Dehydrator yang digunakan berada di PT. Indonesia Toray Synthetics dengan spesifikasinya disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Spesfikasi dehdyrator

Model Throughput (kgDS/h)

Dimensi

Electricity (kw) Panjang

(inches)

Lebar (inchies)

Tinggi (inchies)

ES – 302 Max 60 143,7 48,8 63,0 1,4

Dehydrator yang digunakan merupakan jenis volute dewatering press.

Variasi putaran screw dehydrator yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah 40, 43, 47, 50, dan 53 rpm. Sedangkan variasi laju alir sludge inlet yang akan dilakukan adalah 5, 6, 7, 8, 9 m

3

/h.

2) Sludge drum dryer yang digunakan berada di PT. Indonesia Toray Synthetics dengan spesifikasinya disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Spesifikasi sludge drum dryer

Bahan Moisture Inlet

Moisture Outlet

Dimensi Steam Pressure

(MPa)

Electricity (kw) Panjang

(meter)

Diameter (meter)

Stainless 85 % 30% 1,8 1,2 0,6 1,5

 

   

 

   

 

 

(4)

Sludge drum dryer di PT Indonesia Toray Synthetics merupakan jenis double drum dryer. Steam yang digunakan pada sludge drum dryer berada pada kondisi suhu 158

0

C dan tekanan 0,6 MPa.

3) Analisa yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :

a. Analisa kadar air (moisture content) dilakukan dengan menggunakan metoda Halogen Analyze Moisture.

b. Analisa suhu pada sludge drum dryer dengan menggunakan thermogun infrared.

1.5 Tahapan Penelitian

Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap diantaranya : 1. Identifikasi Masalah

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah yang terdapat pada proses pengeringan sludge dengan menggunakan dehydrator dan sludge drum dryer.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan melalui studi pustaka, kemudian dari media internet dan dari diskusi dengan pembimbing lapangan. Studi litertur dilakukan untuk dapat menentukan langkah pengujian dan pengambilan data yang akan dilakukan.

3. Tahap Persiapan Pengujian dan Pengambilan Data

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan peralatan dan bahan untuk proses pengeringan biological sludge.

4. Tahap Pengujian dan Pengambilan Data

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah : a. Penentuan kondisi operasi dehydrator

Pengaturan kondisi operasi dehydrator bertujuan untuk mendapatkan putaran screw dan laju optimum.

b. Penentuan waktu pengeringan sludge drum dryer

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah proses pengeringan biological sludge dengan menggunakan sludge drum dryer sebanyak enam run sehingga diketahui waktu pengeringan optimum.

 

   

 

   

 

 

(5)

5. Tahap Pengolahan data

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengolahan data percobaan pada dehydrator dan sludge drum dryer. Pengolahan data percobaan pada dehydrator meliputi kadar air biological sludge, penentuan putaran optimum screw dehydrator dan penentuan laju alir optimum sludge inlet.

Sedangkan pengolahan data percobaan pada sludge drum dryer meliputi perhitungan perpindahan panas konduksi dan perhitungan pemasangan isolating, informasi kurva karakteristik pengeringan mengenai laju pengeringan konstan (Rc), kadar air pada saat konstan (Xc), dan kadar air pada saat kesetimbangan (X*).

6. Tahap Analisa

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisa dari hasil pengolahan data yang diperoleh pada alat dehydrator dan sludge drum dryer.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori dan informasi yang mendukung penelitian BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi yang dipakai untuk memperoleh, mengolah dan menganalisis data penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisis data hasil penelitian serta pembahasan data tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian serta saran-saran yang dapat diberikan.

 

   

 

   

 

 

Gambar

Tabel 1.1 Spesfikasi dehdyrator

Referensi

Dokumen terkait

SURABAYA.. sejumlah objek, gagasan, buku, atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama. Di dalam klasifikasi bahan pustaka

Subjek menceritakan bahwa salah satu cara yang bisa ditempuh untuk bisa terlepas dari dunia penasun (pengguna narkoba suntik) yakni dengan rehabilitasi, yang

Ketepatan kebijakan, ditunjukkan dengan perumusan program yang sesuai dengan permasalahan di masyarakat yaitu penanggulangan kemiskinan, dibuat oleh lembaga yang berwenang menyusun

Rata-rata jumlah cabang primer (buah) kacang tanah dengan pemberian TIBA dan fosfor. Tabel 3 memperlihatkan bahwa pemberian TIBA mengurangi jumlah cabang yang terbentuk

Keunggulan dari topologi tipe star ini adalah bahwa dengan adanya kabel tersendiri untuk setiap workstation ke server, maka bandwidth atau lebar jalur

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Akper Patria Husada Surakarta dalam pelak- sanaan pembelajaran skills lab keperawatan Anak masih ditemukan beberapa permasalahan

KELURAHAN KRANDON KECAMATAN MARGADANA KOTA TEGAL KELURAHAN KRANDON KECAMATAN MARGADANA KOTA TEGAL. TAHUN 2015

Observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi terutama pada aspek dan deskriptor yang belum muncul pada siklus I. Pada siklus II ini