• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Hardiness pada Wartawan PT "X" Jakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Hardiness pada Wartawan PT "X" Jakarta."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ABSTRAK

Profesi wartawan memiliki perbedaan dengan profesi lain. Perbedaan yang terlihat adalah wartawan harus memiliki kesediaan waktu karena tugas wartawan sebagai reporting (pelaporan berita) dan deadline yang diberikan atasan. Dalam mengahadpi tuntutan pekerjaan tersebut wartawan harus memiliki hardiness yaitu sikap yang tangguh, mampu bangkit kembali dari keadaan stress, dapat memecahkan masalah dan belajar dari pengalaman yang didapat untuk mencapai kesuksesan.

Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan Hardiness wartawan di PT

“X” Jakarta. Penarikan sampel menggunakan Accidental sampling yang dilakukan selama 6 hari kepada 51 wartawan yang bekerja di stasiun TV tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dikonstruksi oleh peneliti dengan menggunakan teori Maddi &Khoshaba tahun 2005. Teori Maddi &Khoshaba merupakan teori utama mengenai 3 aspek Hardiness yang terdiri atas Attitudes (commitment,control,challenge). Hardiness mengeluarkan hasil berupa Skills (transformational coping, support skill). Berdasarkan hasil pengolahan data dari 51 wartawan di PT “X” Jakarta diperoleh 88.24% wartawan memiliki Hardiness tinggi,

sedangkan 11.76% wartawan memiliki Hardiness rendah. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagian besar wartawan yang bekerja di stasiun TV PT

“X”memiliki Hardiness tinggi karena attitudes yang dimiliki tinggi.

(2)

iii

ABSTRACT

Journalist is different from other occupation. They need to contribute more time to their job as they have to report some news which is based on the deadline given by their supervisor. To do the duty, They need hardiness attitude which are being tough, snapping out from the bad situation, being the decision maker in any condition and learning from the past event to prevent the same mistakes and to be successful.

The purpose of this study is to describe the Hardiness of PT “X” Jakarta journalists. The sample is acquired by using Accidental sampling to 51 journalist in the company for 6 days.

The method that is used in this study is Descriptive Method with questioner constructed by the expert by using Maddi &Khoshaba yr 2005 theory as the measurer. Maddi &Khoshaba yr 2005 theory is the main theory about 3 aspects of Hardiness contains Attitudes (commitment,control,challenge). Attitudes release the results in the form of Skills (transformational coping, support skill. Based on the result, from 51 journalist, 88.24% of the journalist show good Hardiness while the other 11.76% show bad Hardiness. The result figures that most of the journalist

from PT “X” Jakarta have a good Hardiness.

(3)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang masalah ...1

1. 2 Identifikasi masalah ...10

1. 3 Maksud dan Tujuan ………...10

1. 4 Kegunaan Penelitian 1. 4. 1 Kegunaan Teoritik ...10

1. 4. 2 Kegunaan Praktis ...11

1. 5 Kerangka Pikir ...11

1. 6 Asumsi ...22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Hardiness………...23

2. 1. 1 Pengertian Hardiness…………...23

2. 1. 2 Aspek-aspek Hardiness…………..………...24

2. 1. 2. 1 Attitudes………...24

2. 2 Stres……...………...28

2.2.1 Tipe stres..………..29

2.2.2 Kategori stres………..30

2.2.3 Reaksi terhadap stres………..31

2. 3 Pers… ...33

2.3.1 Pengertian pers………33

(4)

vii

2.3.6 Jenis wartawan………38

2.3.7 Tugas wartawan………..39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Rancangan Penelitian ...40 3. 2 Bagan Rancangan Penelitian………....40 3. 3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3. 2. 1 Variabel Penelitian ...41 3. 2. 2 Definisi Operasional ...41 3. 4 Alat Ukur

3. 4. 1 Alat Ukur Hardiness………...43 3. 4. 1. 1. Prosedur Pengisian………..…45 3. 4. 1. 2. Sistem Penilaian………..…46 3. 4. 2 Data Pribadi dan Data Penunjang ...47 3. 4. 3 Validitas dan Realibilitas Alat Ukur

3. 4. 3. 1 Validitas ...47 3. 4. 3. 2 Reliabilitas ...48 3. 5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

(5)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran responden……….52

4.1.1 Jenis kelamin………..52

4.1.2 Status marital………..53

4.1.3 Pendidikan………..53

4.1.4 Usia……….53

4.1.5 Lama bekerja………..53

4.2 Hasil Penelitian ……….54

4.2.1 Gambaran derajat Hardiness………..54

4.2.2 Gambaran setiap aspek Hardiness………..55

4.2.3 Tabulasi silang antara Hardiness dengan Skills……….55

4.2.4 Tabulasi silang antara Hardiness dengan data sosiodemografi……..56

4.2.5 Hubungan antara data sosiodemografi dengan Hardiness………….59

4.3 Pembahasan………...60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………...66

5.2 Saran...………...67

5.2.1 Saran Teoritis....……….67

5.2.2 Saran Praktis………...68

DAFTAR PUSTAKA ...68

(6)

ix

(7)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel frekuensi jenis kelamin responden………51

Tabel 4.2 Tabel status marital responden………52

Tabel 4.3 Tabel frekuensi pendidikan……….52

Tabel 4.4 Tabel frekuensi usia responden………...52

Tabel 4.5 Tabel frekuensi lama bekerja responden……….53

Tabel 4.6 Tabel gambaran Hardiness responden………53

Tabel 4.7 Tabel gambaran Attitudes responden………..54

Tabel 4.8 Tabel tabulasi silang hardiness dan transformational coping………54

Tabel 4.9 Tabel tabulasi silang hardiness dan social support………55

Tabel 4.10 Tabel tabulasi silang hardiness dan jenis kelamin………55

Tabel 4.11 Tabel tabulasi silang hardiness dan status marital………...55

Tabel 4.12 Tabel tabulasi silang hardiness dan pendidikan………...56

Tabel 4.13 Tabel tabulasi silang hardiness dan usia………..57

Tabel 4.14 Tabel tabulasi silang hardiness dan masa kerja………58

Tabel 4.15 Tabel hubungan usia responden dengan Hardiness………..58

(8)

xi

Lampiran 4. Hubungan antara data sosiodemografi dengan Hardiness Lampiran 5. Distribusi frekuensi

Lampiran 6. Crosstab Hardiness dengan Skills (transformational coping dan social

support)

Lampiran 7. Crosstab data sosiodemografi

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di masa ini, banyak orang yang menginginkan dirinya bekerja. Dalam hal ini beberapa orang melakukan berbagai cara untuk mendapatkan pekerjaan. Seseorang bekerja pada umumnya agar mendapatkan uang / upah dan dari uang/ upah tersebut seseorang akan mendapatkan apa yang diinginkannya. Pekerjaan adalah pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan; sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkah (http://www.artikata.com/arti-368264-pekerjaan.html) atau aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti lain, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Pekerjaan memiliki istilah lain yaitu profesi.

Dalam bekerja sebenarnya tidak semua orang berfokus hanya mencari uang/upah, melainkan juga agar dapat diterima lingkungan, mendapatkan kesenangan/ kesejahteraan hidup dan bekerja adalah bagian dari kehidupan yang dijalani semua orang. Mengingat setiap pekerjaan yang dipilih dan ditekuni itu memiliki konsekuensi, kesusahan, dan permasalahan yang berbeda-beda, dalam bekerja haruslah memiliki daya juang yang tinggi.

(10)

menjalankan pekerjaannya; (2) ada panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan itu; (3) ada keahlian; dan (4) memiliki tanggung jawab yang terikat pada kode etik pekerjaan. Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

KEJ menetapkan bahwa berita diperoleh dengan cara yang jujur, meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkan (check and recheck), sebisanya membedakan antara kejadian (fact) dan pendapat (opinion), menghargai dan melindungi kedudukan sumber berita yang tidak mau disebut namanya, tidak memberitakan keterangan yang diberikan secara off the record (for your eyes only), dan dengan jujur menyebut sumbernya dalam mengutip berita atau tulisan dari suatu surat kabar atau penerbitan, untuk kesetiakawanan profesi. (http://romeltea.com/kode-etik-jurnalistik-etika-profesi-wartawan/).

Wartawan yang profesional adalah wartawan yang mampu menjaga kode etik dalam bekerja guna menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, tidak dibuat-buat sehingga dapat merugikan banyak orang. Menjadi wartawan harus sejujur-jujurnya sesuai fakta dan bersikap objektif. (http://m.koran-jakarta.com/index.php?id=108370&mode_beritadetail=1). Tugas seorang wartawan melaksanakan tugas jurnalistik dan menjalankan peran sebagai penyampai informasi, mendidik, mengeritik dan melakukan kontrol sosial, selain melaksanakan tugasnya wartawan masih menghadapi pelbagai tantangan baik yang menyangkut profesinya

maupun di luar itu yang tergolong berat

(11)

3

Wartawan berhubungan dengan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sehingga seringkali memiliki dampak-dampak kurang menyenangkan bagi kehidupan dan kesejahteraan wartawan bersangkutan. Tidak jarang wartawan diteror, dibunuh, dianiaya pada saat terjun ke lokasi, dan diancam. Kekerasan yang terjadi pada wartawan tidak melihat jenis kelamin wartawan bersangkutan, tidak juga melihat kondisi yang sedang dialami wartawan tersebut, apabila masyarakat tidak senang dengan wartawan bersangkutan maka langsung dilakukan tindak kekerasan.

(http://news.okezone.com/read/2013/03/04/340/770292/ijti-minta-aparat-desa-penganiaya-wartawati-tv-ditangkap).

Setiap peristiwa yang tidak terlihat oleh banyak anggota masyarakat akan menjadi terlihat (bahkan mengusik banyak kalangan) karena beritanya diangkat oleh wartawan sehingga membuat masyarakat dapat melihat pelbagai situasi di negara ini secara transparan. Pemberitaan yang ditulis seorang wartawan seringkali membuahkan konflik dengan pelbagai kalangan, termasuk artis, aparat keamanan (TNI dan Polri), aparat penegak hukum, kalangan birokrat, legislatif maupun kalangan masyarakat biasa. Dalam kenyataannya, keberadaan wartawan sangat dibutuhkan tetapi di sisi lain sering sekali wartawan menjadi korban penganiayaan pihak-pihak yang merasa terusik oleh pemberitaan yang dibuat.

(12)

memerhatikan safety atau keamanan diri sendiri. Saat ini perlindungan terhadap Jurnalis masih dirasakan lemah. Sosialisasi UU perlindungan wartawan tersebut masih belum maksimal sehingga masih saja terjadi kekerasan terhadap wartawan dipelbagai wilayah (http://wartapedia.com/nasional/nusantara/10713-ikatan-jurnalis-online-himbau-jurnalis-perhatikan-safety-saat-bertugas.html).

Selain persoalan tentang kekerasan dan kurangnya keamanan, wartawan juga acapkali berhadapan dengan masalah kesejahteraan hidup yang cenderung rendah dan upah yang rendah. sehingga beberapa wartawan merasa masih dianggap buruh oleh masyarakat (http://catatancalonwartawan.wordpress.com/tag/wartawan-tv/). Meskipun jurnalis dapat disebut sebagai seorang kuli atau buruh, ternyata jurnalis memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda dengan kuli bangunan atau buruh-buruh yang lain. Kenyataan itu disebabkan pekerjaan sebagai jurnalis membutuhkan keahlian tertentu, dan jurnalis bertanggungjawab atas keahliannya itu secara profesional. Selain itu dalam menjalankan pekerjaannya, jurnalis harus memiliki daya juang yang tinggi dan juga terikat oleh kode etik tertentu.

Adapun tugas utama dari seorang wartawan adalah reporting. Reporting

adalah bentuk pelaporan yang memerlukan kemampuan untuk melaporkan dan

menulis tentang berbagai topik. Wartawan melakukan pelaporan dalam berbagai

outlet berita, seperti surat kabar, stasiun televisi berita, dan stasiun radio berita,

dimana tugasnya mengumpulkan berita dengan deadline yang ditentukan. Setiap hari

(13)

5

12.00, yang dilaksanakan oleh dua tim; shift II dengan jam kerja pukul 07.30 – 17.00, terdiri atas 9 – 10 tim; shift III dengan jam kerja pukul 13.00- 21.00, terdiri atas dua tim; dan shift IV dengan jam kerja pukul 21.00 – 06.00 keesokan harinya, terdiri atas

satu tim. Pembagian shift di atas ini dinilai sangat berat mengingat dalam satu tim hanya terdiri atas 3-4 orang.

Menurut koordinator wartawan di perusahaan ini, terdapat beberapa kendala di dalam melaksanakan tugas-tugas jurnalistik. Pertama apabila ada salah satu anggota yang sakit maka ada shift yang harus ditukar – tukar atau harus ada anggota dari shift lain yang akan menggantikan orang yang sakit tersebut. Kendala kedua adalah pada saat ada bencana alam (banjir, gempa bumi) proses pengambilan data di lapangan terhambat oleh keadaan bencana tetapi wartawan tetap dituntut mendapatkan data. Kendala ketiga adalah semangat anggota yang kadang memengaruhi pekerjaannya apabila terdapat situasi yang menghambat, misalnya medan yang harus diliput sulit untuk ditembus wartawan. Kendala ke empat adalah wartawan tidak bisa memprediksi kapan dan dimana kejadian liputan akan berlangsung sehingga harus berjaga-jaga setiap saat .

(14)

sampai sembilan jam perhari. Alokasi jam kerja tersebut berhubungan dengan wartawan yang selalu dikejar oleh deadline yang tidak pernah berhenti karena tugas stasiun TV menyajikan berita terbaru dan berita yang bermanfaat bagi masyarakat. Wartawan harus siap sedia setiap waktu karena peristiwa bisa datang kapan saja dan dimana saja sehingga wartawan juga harus memiliki kesediaan jika ditugaskan ke luar kota yang jauh dari keluarga. Wartawan harus memiliki kesediaan bekerja, seorang wartawan juga harus menjaga kesehatannya dengan mengatur kebiasaan (pola) tidur dan istirahatnya. Pola tidur dan istirahat seorang wartawan harus menyesuaikan dengan jam kerja, misalnya di saat libur atau jam kosong biasanya digunakaan untuk beristirahat. Wartawan akan diseleksi oleh pekerjaannya sehingga apabila hal-hal tersebut di atas tidak dimiliki oleh wartawan, dalam seminggu atau tidak sampai seminggu wartawan itu akan mengundurkan diri pekerjaannya.

(15)

7

SMN (30 tahun) menilai pekerjaan sebagai wartawan adalah sesuai dengan cita-citanya selain sesuai dengan pendidikan terakhirnya di bidang komunikasi. SMN mengatakan akan memilih bidang pekerjaan lain bila ada kesempatan karena SMN ingin mengasah talenta dan lebih berkarya. D (27 tahun) merasa pekerjaan wartawan penting karena dapat mengembangkan bakat lain yang ada pada dirinya. D memiliki pendidikan terakhir bidang tehnik industri yang tidak sesuai dengan pekerjaannya saat ini, dan berkeinginan beralih ke bidang pekerjaan lain bila ada kesempatan guna memperoleh penghasilan yang lebih besar.

IB (28 tahun) menilai pekerjaannya sebagai wartawan sesuai dengan hobinya. IB berlatarbelakang pendidikan teknik informatika dan karenanya IB merasa bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya tersebut. Tidak heran jika IB mengatakan akan memilih bidang pekerjaan lain bila ada kesempatan karena IB merasa ada beberapa kendala yang dapat membuat dirinya menjadi tidak semangat dan tidak masuk kerja bila menjadi wartawan. SN (27 tahun) menilai bahwa pekerjaan menjadi wartawan adalah pekerjaan yang penting. SN mengatakan tidak ingin berpindah profesi apapun yang terjadi pada dirinya. SN merasa kendala menjadi wartawan membuat dirinya menjadi tidak bersemangat saat mencari informasi dan tidak optimalnya hasil yang dikerjakannya.

(16)

berkarya, dan dapat belajar menumbuhkembangkan sikap adil. Sisi negatifnya, pekerjaan sebagai wartawan cenderung tidak mengenal waktu karena memiliki jam kerja yang tidak pasti dan tidak mengenal hari libur/ tanggal merah; pekerjaan sebagai wartawan masih dianggap sebagai buruh karena harus mencari sumber berita dan peliputan yang tak kunjung berhenti. Khusus bagi wartawan yang telah menikah mengatakan, pekerjaan sebagai wartawan membuatnya kekurangan atau bahkan kehilangan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.

Kelima orang wartawan yang disurvei sepakat mengatakan bahwa prinsip utama dari pekerjaannya adalah daya tahan/ daya juang dalam setiap situasi yang menekan dan stres, karena itu harus memiliki daya juang yang tinggi dalam menghadapi pekerjaannya. Dapat dibayangkan bila ada wartawan yang daya juangnya rendah, tanpa berlama-lama akan memutuskan undur diri dari pekerjaannya, atau cenderung mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu, sehingga secara keseluruhan akan mengganggu kelancaran roda organisasi.

(17)

9

terhadap sesuatu yang dilakukannya, sebagaimana yang dituturkan oleh Maddi & Khoshaba (2005).

Berdasarkan hasil survei awal dan penelusuran peneliti mengenai apa dan bagaimana wartawan bekerja serta beberapa sumber bacaan berupa artikel, memunculkan pertanyaan pada diri peneliti tentang bagaimana seorang wartawan yang bekerja di tengah-tengah situasi tidak menyenangkan, sulit, dan menekan seperti di atas mampu bertahan dengan pekerjaannya. Peneliti tertarik untuk menelitinya pada wartawan yang bekerja di PT. “X” Kota Jakarta, khususnya tentang hardiness.

1.2. Identifikasi Masalah

Seperti apakah gambaran hardiness pada wartawan di PT ‘X” di kota Jakarta .

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah mengetahui hardiness pada Wartawan di PT ‘X” di kota Jakarta, dengan tujuan untuk memeroleh gambaran

tinggi-rendahnya hardiness para wartawan tersebut berdasarkan aspek-aspek yang tercakup didalamnya.

(18)

1.4.1. Kegunaan Teoretis

Penelitian ini memiliki kegunaan teoretis yaitu memberikan informasi mengenai hardiness pada wartawan ke dalam bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi.

Kegunaan teoretis lainnya dari penelitian ini adalah memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai hardiness.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini memiliki kegunaan praktis yaitu memberikan informasi kepada wartawan di PT ”X” (bagian redaksi news) mengenai hardiness

wartawan di perusahan TV tersebut, sehingga pihak redaksi dapat memeroleh gambaran tentang hardiness pada wartawan di perusahaan tersebut.

Subjek penelitian (wartawan) bisa mendapatkan kegunaan praktis penelitian ini melalui pihak redaksi news di PT “X”. Penelitian ini akan memberikan informasi yang dapat digunakan untuk pihak redaksi, HRD (training) dalam rangka upaya untuk meningkatkan dan mengoptimalkan

hardiness wartawan di perusahaan tersebut.

(19)

11

Perusahaan “X” merupakan salah satu perusahaan stasiun TV swasta

nasional Indonesia yang berlokasi di Kota Jakarta. Visi dari perusahaan adalah menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Dalam mencapai visi tersebut dibutuhkan adanya wartawan.

Wartawan di perusahaan stasiun TV “X” Jakarta adalah karyawan yang bekerja di bidang redaksi. Pekerjaan atau pola kerja yang dilakukan adalah banyak berhubungan dengan usaha mengumpulkan, mengolah dan menyiarkan fakta, pendapat, ulasan, gambar-gambar untuk perusahaan pers, radio, televisi dan on line.

Menurut wartawan di PT “X” tugas-tugas wartaawan menuntut

(20)

bekerja/mencari berita di tempat yang tidak menyenangkan, jauh dari keluarga sehingga hilangnya/ berkurangnya waktu berkumpul dengan keluarga.

Dibalik tuntutan kerja seorang wartawan, wartawan juga menghadapi situasi dan waktu kerja yang sulit diprediksi. Sulitnya memprediksi hal tersebut karena saat wartawan sedang meliput kejadian-kejadian bencana alam, terjadi tindak kriminal terhadap wartawan, peralatan yang tiba-tiba rusak, orang yang bisa dijadikan sumber berita sulit ditemui, deadline dari atasan / tuntutan dari atasan, upah yang minim. Waktu kerja yang juga sulit diprediksi karena apabila tiba-tiba terjadi peristiwa maka wartawan harus meliput walaupun sedang waktu libur sehingga wartawan harus pandai dalam mengatur jam istirahat. Adanya rekan kerja yang sakit membuat waktu kerja beberapa wartawan akan berubah untuk menggantikan rekan kerja tersebut sehingga berkurangnya waktu istirahat wartawan yang telah menggantikannya.

(21)

13

yang bekerja tidak professional akan menghasilkan pekerjaan yang tidak maksimal dan bisa juga mendapatkan punishment.

Dalam melakukan tugas-tugas, tuntutan atasan maupun rekan kerja,

deadline sebagai wartawan di perusahaan stasiun televisi swasta PT “X”

Jakarta, seringkali wartawan mengalami tekanan dan stres akibat tuntutan tugasnya. Seseorang yang mengalami stres akan memiliki pikiran negatif sehingga mengancam kesejahteraan emosional, kesejahteraan fisik, dan psikis. Stres juga dapat mengganggu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah dan dalam menyelesaikan tugas. Sebagai contoh wartawan yang tidak memenuhi target berita tersebut akan mendapatkan nilai yang buruk saat evaluasi sehingga dapat menimbulkan stress bagi wartawan stasiun TV swasta PT “X” Jakarta. Beberapa wartawan di perusahaan tersebut

menunjukan perilaku yang mencerminkan gejala stres. Misalnya wartawan yang sering ijin bekerja karena sakit dengan alasan yang jujur (fisik menurun) ataupun dengan alasan yang tidak jujur, pekerjaan yang tidak optimal. Selain itu, beberapa wartawan terkadang terlambat masuk kerja, tidak bersemangat dalam bekerja, tidak konsentrasi setiap bekerja, terlambat dalam mengerjakan/ mengumpulkan tugas yang diberikan dan terjadi turn over yang terkadang bisa dari setengah jumlah karyawan yang masuk sudah bekerja ditempat tersebut. Oleh karena itu, seorang wartawan harus memiliki kemampuan

hardiness yang berguna untuk membantunya bertahan menghadapi kondisi

(22)

merupakan sarana untuk meraih keberhasilan, dan tidak akan mengalami stres kerja.

Hardiness merujuk pada kemampuan untuk bertahan dengan sikap

yang tangguh dan memerlihatkan kesanggupan untuk bangkit kembali dari keadaan menekan, dapat memecahkan masalah, belajar dari pengalaman yang didapat, menjadi lebih sukses dan puas terhadap sesuatu yang dilakukannya sebagaimana yang dituturkan oleh Maddi & Khoshaba (2005). Hardiness bukan kemampuan yang dibawa seseorang sejak lahir, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari dan dapat diperbaiki. Apabila seorang wartawan ingin memiliki daya tahan maka wartawan perlu menumbuhkan sikap dan keterampilan yang akan membantunya bangkit dari situasi menekan, pola ini disebut hardiness (ketangguhan). Ketangguhan yang tertanam dalam diri seseorang akan membantu mengatasi stres terhadap perubahan hidup, termasuk tuntutan dalam pekerjaan. Ketangguhan ini memungkinkan seseorang untuk berani menghadapi perubahan yang berpotensi merusak, dan dapat mengubah kesulitan menjadi peluang yang menguntungkan. Pola ini yang akan mengarahkan seseorang menjadi tangguh dalam menghadapi situasi yang menekan di lingkungan pekerjaannya. Wartawan yang memiliki daya tahan harus menunjukkan bahwa dirinya memiliki aspek-aspek

hardiness yang kuat.

(23)

15

merupakan sumber daya untuk resilience mengahadapi dampak-dampak tidak menyenangkan dari kejadian kehidupan yang menekan (Khosabha & Maddi, 1977 dalam Vashishtha dan Joshi, 2015). Oleh karenanya, Khosabha menyebutkan tiga dimensi dasar dari hardy personality yaitu commitment,

control, dan challenge.

Commitment merujuk pada kecenderungan seseorang untuk melibatkan dirinya (bukan memisahkan diri atau menyendiri) dengan segala sesuatu yang sedang dikerjakan atau ditemukan (Khoshaba, Maddi, and Kahn, 1982 dalam Vashishtha dan Joshi, 2015). Control merujuk pada sejauhmana kecenderungan seseorang merasa dirinya dan bertindak sebagai orang yang memiliki pengaruh (bukan tidak berdaya) dalam menghadapi beragam kemungkinan dari kehidupan (Khoshaba , Maddi, dan Kahn, 1982 dalam Vashishtha dan Joshi, 2015). Challenge merujuk pada kecenderungan keyakinan bahwa perubahan (bukan stabilitas) merupakan bagian yang wajar dari kehidupan dan karenanya mengantisipasi setiap perubahan sebagai dorongan menarik untuk bertumbuh (bukan terancam).

(24)

diyakininya, karena situasi dari apa yang dilakukan sepenuhnya berada dalam kendali (kontrol), dan orang hardy akan siap menghadapi apapun bentuk perubahan yang akan terjadi. Ini artinya seorang dengan kepribadian hardy akan memiliki a sense of self, locus of control internal, gaya coping yang lebih baik, memiliki daya tahan terhadap stres, sangat kuat, termotivasi, dan mudah melibatkan diri dalam keluarga maupun teman.

Wartawan dengan kepribadian hardiness akan mencerminkan ketiga dimensi di atas (disingkat 3C atau disebut juga sebagai three attitudes).

Commitment misalnya wartawan berusaha siap sedia menjalankan tugas

sekalipun tugas itu tidak memiliki waktu yang menentu, khususnya bila terjadi peristiwa mendadak. Dengan waktu yang tidak menentu tersebut akan membuat wartawan tertekan, tetapi karena memiliki commitment yang tinggi maka seorang tersebut tetap melibatkan dirinya menghadapi tugas di waktu yang tidak menentu sehingga tugas apapun yang diberikan tidak akan dilepaskannya. Control misalnya pada saat dikejar deadline dan tekanan oleh atasan, wartawan yang memiliki control akan dapat memberikan pengaruh positif pada diri sendiri supaya tetap mengerjakan tugasnya dengan baik bukan menjadi panik atau melepaskan pekerjaanya dengan alasan-alasan. Dalam hal ini wartawan merasa bertanggung jawab atas setiap tugas yang diberikan dan mengerjakannya hingga tuntas dengan hasil yang optimal.

(25)

17

dan kemudian dipindahkan ketempat yang lain. Dengan adanya perubahan situasi dan tempat memungkinkan terjadinya stres didalam diri wartawan tetapi wartawan yang memiliki challenge tinggi akan berpikir bahwa perubahan tersebut adalah hal yang biasa oranglain rasakan dan hal tersebut sebagai pengalaman yang dapat membentuk diri semakin baik. Hal ini tidak membuat para wartawan menyerah untuk meliput peristiwa tetapi wartawan tertantang dalam menghadapi situasi dan memandang bahwa situasi menekan tersebut adalah hal yang akan ditemukan oleh setiap orang. Selain itu

challenge membuat wartawan optimis dalam menjalankan setiap perubahan

dalam pekerjaanya. Dari ketiga aspek di atas membuktikan bahwa pentingnya ketiga aspek tersebut agar setiap tugas, tantangan, waktu yang kurang menentu, situasi yang berubah-ubah, tuntutan atasan dan deadline wartawan dapat dilalui dengan baik dan menghasilkan hasil yang optimal dan professional.

Dilihat dari dimensi di atas apabila seseorang memiliki Hardiness maka seseorang menghasilkan skills. Skills terdiri atas Transformational

Coping dan Social support (Maddi & Khoshaba, 2002 dalam Maddi and Rick,

(26)

(keterampilan individu untuk berinteraksi dengan orang lain agar memeroleh dan dapat memberikan dukungan social). Dalam hal ini, individu mampu berelasi dan berinteraksi dengan orang lain di dalam lingkungan kerja, menerima dan memberikan bantuan juga dukungan antar sesama rekan kerja). Wartawan dengan transformational coping akan memiliki tiga hal yang dalam dirinya. Pertama, memiliki perspektif/ cara pandang yang luas dan kian bertambah luas adri waktu ke waktu. Wartawan yang dapat memerluas perspektif akan memerlihatkan kemampuan menolerir situasi stressful yang terjadi. Misalnya saat wartawan merasa berhadapan dengan jam kerja yang tidak menentu dan terkadang tanggal merahpun dipakai untuk bekerja, wartawan yang memiliki hardiness dapat memerluas cara pandang sehingga wartawan dapat menoleransi situasi jam kerja yang tidak menentu tersebut. Kedua wartawan akan memerdalam pemahaman mengenai situasi stressful yang sedang terjadi. Misalnya wartawan yang memiliki jam kerja kurang menentu dan kurangnya jam istirahat karena sedang banyak peristiwa penting, hal ini dapat menimbulkan situasi stres. Wartawan yang dapat memahami secara mendalam mengenai situasi stres maka wartawan akan lebih baik dalam bertindak/ bertugas. Setelah kedua hal tersebut maka wartawan dapat mengambil sebuah tindakan untuk memecahkan masalah dengan cara menyusun strategi agar dapat menekan dan menghilangkan situasi yang dapat menyebabkan stres tersebut. Misalnya seorang wartawan yang memiliki

(27)

19

menjaga kondisi fisik agar tidak mengalami sakit agar pekerjaannya tidak terbengkalai dan tidak merusak jadwal shift tim yang sudah ditentukan.

Wartawan yang memiliki hardiness juga menghasilkan social support.

Social support itu dengan memberikan dukungan seperti empati, simpati, dan

apresiasi. Selain itu memberi bantuan kepada rekan kerja seperti memberikan bantuan dalam jangka waktu sementara untuk menyelesaikan tanggung jawabnya, memberikan orang lain waktu untuk menenangkan dirinya dalam menghadapi permasalahan yang ada, dan memberikan pendapat atau saran.

Menurut Maddi & Khoshaba, wartawan yang memiliki hardiness akan mampu mengubah kesulitan menjadi kesempatan untuk mengembangkan diri dan membuat diri merasa antusias dan mampu untuk menyelesaikan pekerjaannya. Wartawan akan lebih mampu untuk menanggulangi kesulitan dengan mencari pemecahan masalah dan saling memberikan dukungan sesama rekan kerja. Wartawan juga akan menikmati perubahan dan masalah yang terjadi. Wartawan akan merasa dirinya lebih terlibat dalam pekerjaannya meskipun pekerjaan tersebut semakin sulit. Wartawan cenderung untuk memandang stres sebagai sesuatu yang tidak adil dibandingkan memandang stress merupakan bagian dari kehidupan normal mereka.

(28)

orang-orang yang ada disekitarnya karena ia merasa kurang percaya diri sehingga akan menghambat dalam menyelesaikan pekerjaannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut :

Bagan 1.5.1 Kerangka Pikir Wartawan karyawan

PT”X” di jakarta

Hardiness stress

Attitude:

- Commitment

- Control

- Challenge

- Jam kerja tidak menentu - Situasi dan waktu yang

tidak menentu

- Menjunjung tinggi kode etik (professional)

- Punishment jika tidak sesuai tuntutan (Deadline)

- Tidak adanya hukum yang melindungi

Skills :

- Transformational coping - Social support

Hardiness tinggi

(29)

21

1.6. Asumsi Penelitian

Dari kerangka pikir di atas dapat ditarik asumsi bahwa:

1. Wartawan perusahaan stasiun TV PT ‘X’ di Jakarta menghayati bahwa tuntutan tugas yang banyak, waktu kerja yang tidak menentu dan adanya tantangan dalam pekerjaannya sebagai situasi yang menekan atau stressful, maka dibutuhkan

Hardiness agar bisa bertahan dan berkembang dalam situasi stressful.

2. Hardiness pada wartawan di stasiun TV dapat diukur melalui aspek attitudes. Attitudes terdiri atas commitment, control, challenge.

3. Attitudesmemiliki outcomes Skills yang terdiri atas transformational coping dan

social support.

(30)

66 BAB V

Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang dilakukan pada 51 wartawan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai Hardiness pada PT “X” di Jakarta, yaitu:

1) Sebagian besar wartawan di perusahaan “X” Jakarta memiliki Hardiness tinggi. Artinya, sebagian besar wartawan yang bekerja di perusahaan “X” Jakarta memiliki kemampuan untuk bertahan serta mengubah kesulitan yang ada menjadi kesempatan untuk mengembangkan diri.

2) Wartawan dengan hardiness yang tinggi beriringan dengan Attitudes yang tinggi. Artinya, wartawan yang memiliki Attitudes tinggi maka seseorang tersebut memiliki hardiness pada dirinya. Sedangkan wartawan yang memiliki hardiness rendah beriringan dengan Attitudes yang rendah. Artinya, wartawan yang memiliki Attitudes rendah maka seseorang tersebut memiliki

hardiness rendah pada dirinya.

3) Hasil tabulasi antara hardiness dengan Skills (transformational coping dan

social support) menunjukkan adanya keterikatan. Hal ini membuktikan bahwa

wartawan yang memiliki attitudes tinggi cenderung menghasilkan

(31)

67

4) Hasil tabulasi silang antara hardiness dengan data sosiodemografi menunjukkan persentase yang cenderung berkaitan. Artinya, wartawan yang memiliki hardiness tinggi dapat dijumpai pada wartawan yang laki-laki, wartawan yang belum menikah, berlatarbelakang pendidikan sarjana dengan bidang pendidikan yang berhubungan dengan pekerjaan wartawan, wartawan yang memiliki rentang usia 26-30 tahun, dan wartawan yang memiliki masa kerja 6-9 tahun.

5) Ada hubungan antara usia dengan hardiness. Artinya, semakin tinggi usia seseorang maka semakin hardiness. Selain usia, ada juga hubungan antara masa kerja dengan hardiness . Artinya, semakin lama seseorang bekerja dibidangtersebut semakin hardiness.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran teoretis

(32)

5.2.2 Saran praktis

1) Bagi perusahaan PT “X” Jakarta, khususnya bagian news, dapat memberikan

fasilitas group counseling sebagai sarana membagi pengalaman antara wartawan satu dengan yang lainnya agar yang belum memiliki hardiness bisa belajar dari yang sudah memiliki hardiness tinggi.

2) Bagian HRD dapat menyediakan progam seperti training agar wartawan di PT “X” yang memiliki hardiness tinggi dapat memertahankan hardiness yang

(33)

69

DAFTAR PUSTAKA

Khoshaba, Maddi.2005.Resilience at work : how to succeed no matter what life

throws at you. United State of Amerika: Amacom

Vashishtha & Joshi.2015.Impact of Hardiness on Academic Performance of College

Student. Volume 01.Issue 02. March 2015.

Spiridon and Evangelia.2015.Exploring Relationships Between Academic Hardiness,

Academic Stressors and Achievement in University Undergraduates.JAEPR,1

(1), 53-73.

Maddi and Rick.2009.Hardiness Training Facilities Performance in College.Routledge,566-577.

Marcus K. Taylor.,Ricardo Pietrobon.,John Taverniers.,Matthew R. Leon.,Benedict J.

Fern.2011.Relationships of Hardiness and Mental Health Status in Military

Men: a test of mediated effects. SPRINGER.

Salvatore, Maddi.2006.Hardiness: The Courage to be Resilient.Volume 01.Issue 16, 306-321.

Paul T. Bartone.1999.Hardiness Protects Against War-Related Stress in Army

Reserve Forces.Volume 51, 72-82.

Jim Golby.,Michael Sheard.2003.Mental Toughness and Hardiness at different levels

of rugby league.ELSEVIER

(34)

70

(35)

71

DAFTAR RUJUKAN

Tim Penulis. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Frissilia, Gian.2012.Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resilience at Work pada

Anggota Rescue Dinas Kebakaran.Skripsi.Bandung: Falultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Desi arisandi.2012.Studi Deskriptif Mengenai Resilience atWork Pada Wartawan Surat Kabar “X” Bangka Belitung.Skripsi.Bandung: Falultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Fred S. Siebert dkk. 1986. Empat Teori Pers. Jakarta: PT. Intermasa http://www.mitrakalbaronline.com/berita-buruh-dan-wartawan.html

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/129063-T%2026347-Persepsi%20peserta-Metodologi.pdf

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/statistika_nonparametrik.pdf http://catatancalonwartawan.wordpress.com/tag/wartawan-tv/

http://wartapedia.com/nasional/nusantara/10713-ikatan-jurnalis-online-himbau-jurnalis-perhatikan-safety-saat-bertugas.html

http://news.okezone.com/read/2013/03/04/340/770292/ijti-minta-aparat-desa-penganiaya-wartawati-tv-ditangkap

http://www.republika.co.id/berita/shortlink/67654

(36)

72

http://romeltea.com/kode-etik-jurnalistik-etika-profesi-wartawan/).

http://dewijasmine.blogspot.com/2013/08/komitmen-organisasi-stres-kerja.html http://manpras.blogspot.com/2013/03/pengertian-wartawan.html

http://si-calonsarjana.blogspot.com/2013/08/organisasi-pers.html http://www.anneahira.com/pengertian-wartawan.htm

www.ajiindonesia.org

http://kartikakarman.blogspot.com/2012/12/dasar-dasar-ilmu-jurnalistik-empat.html

https://catatancalonwartawan.wordpress.com/2009/07/25/schramm-yang- %E2%80%9Cagen-intelijen%E2%80%9D-empat-teori-pers-yang-menyublim-dan-sistem-pers-yang-relevan/

http://aldilah-bagas-d.blog.ugm.ac.id/2012/06/17/peranan-pers/

http://www.academia.edu/6499156/INTRODUCTION_TO_JOURNALISM https://viana29.wordpress.com/category/tugas-tugas/

http://meltri-elia.blogspot.com/2011/04/stress-menurut-hans-selye.html

https://rumahradhen.wordpress.com/materi-kuliahku/semester-iii/perilaku-dalam-berorganisasi/pengertian-stres-dan-jenis-jenis-stres/

https://goenable.wordpress.com/tag/hans-selye/

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian sebelumnya [13], mengenai pembakaran menyeluruh pada ruang bakar dan reaktor pirolisis ( sebelum optimasi) menggunakan bahan biomassa kayu,

pemuatan diawasi oleh Mualim I yang berada di anjungan kapal. kegiatan pemuatan berlangsung selama sekitar 25 menit. Rincian dasar penentuan berat tronton dump truck

Karakteristik peserta didik yang harus dipahami oleh guru untuk mengembangkan kecerdasan ganda yang dimiliki oleh peserta didik dengan baik yaitu guru harus

Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI) Balai Inseminasi Buatan Lembang, ditetapkan pada bulan Juli 2009, hingga tahun 2015 keberhasilannya sangat nyata dengan

Lyrics in Translation mid Exam Result of 6th Semester Students of STKIP Ponorogo.. A thesis, English Education Department Faculty of Education State Islamic College of

Hasil penelitian tindakan kelas ini membuktikan bahwa penerapan metode Guided Note Taking dalam pembelajaran IPS materi globalisasi pada siswa kelas VI-A SD

kepentingan yang pro-rakyat, misalnya dalam pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhadap izin usaha perkebunan yang dikeluarkan

Secara kumulatif, selama umur 2-12 minggu, konsumsi ransum ayam Ketarras berbeda tidak nyata dengan capaian berat badan, pertambahan berat badan, yang lebih rendah