ix Universitas Kristen Maranatha
Pembimbing: Dr. Anang Kristianto, S.T., M.T.
ABSTRAK
Rumah adalah kebutuhan primer yang berfungsi sebagai tempat berteduh dan tempat untuk melakukan kegiatan seperti tidur, makan, serta berkumpul dengan keluarga. Pada dasarnya terdapat dua cara dalam membangun rumah, yaitu cara konvensional dan cara pracetak. Dua cara membangun rumah ini memiliki kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Keuntungan konstruksi pracetak ialah waktu konstruksi yang lebih cepat, tidak terpengaruh cuaca, serta biaya perancah yang relatif lebih murah. Namun, dibalik keuntungan yang ditawarkan oleh konstruksi pracetak seharusnya selaras dengan kekakuan dan kekuatan dari komponen struktur pracetak itu sendiri.
Tujuan penelitian dalam Tugas Akhir ini adalah mengetahui perilaku lentur, geser, serta defleksi pada balok pracetak dengan tulangan sengkang khusus. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perilaku daktilitas balok pracetak dengan tulangan sengkang khusus.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa balok dengan tulangan sengkang khusus memiliki nilai kuat lentur yang lebih besar dibandingkan balok dengan tulangan sengkang konvensional. Selisih beban terpusat rata-rata ialah 9,6%. Kuat geser yang disediakan oleh tulangan sengkang khusus lebih kecil dibandingkan kuat geser yang disediakan oleh tulangan sengkang konvensional. Selisih kuat geser rata-rata ialah 44,36%. Balok dengan tulangan sengkang khusus lebih kaku dibandingkan balok dengan tulangan sengkang konvensional. Selisih defleksi yang terjadi pada balok dengan kegagalan lentur sebesar 1,6% dan selisih defleksi yang terjadi pada balok dengan kegagalan geser sebesar 82,46%. Balok dengan tulangan sengkang khusus berperilaku kurang daktail dibandingkan balok dengan tulangan sengkang konvensional.
x Universitas Kristen Maranatha
FLEXURE AND SHEAR ANALYSIS OF PRECAST
BEAM WITH SPECIAL STIRRUPS
Toni Sosanto NRP: 1221021
Supervisor: Dr. Anang Kristianto, S.T., M.T.
ABSTRACT
House is a basic need that serves as a shelter and a place to do some activities such as sleeping, eating, and gathering with family. Basically there are two ways to build a house, which is conventional way and precast way. Each ways has advantages and disadvantages. The advantages of precast construction are a faster construction time, the weather was not affected, and the cost is relatively cheaper. However, behind the benefits offered by the precast construction should be consistent with the stiffness and strength of precast structural components itself.
The goal of this final project research is to observe the behavior of flexural, shear, and deflection of precast beams with special stirrups reinforcement. In addition, the goal of this research is also to determine the ductility behavior of precast beams with special stirrups reinforcement.
The results of this research stated that a beam with special stirrup reinforcement has a greater flexural strength than conventional beams. The difference of center point load is about 9,6%. Shear strength provided by a special stirrup reinforcement is smaller than the shear strength provided by conventional stirrup reinforcement. The difference in shear strength is about 44,36%. Beams with special stirrups reinforcement stiffer than conventional beams. The difference of deflection in the beam with bending failure of 1,6% and the difference of deflection that on beam with shear failure of 82,46%. Beams with special stirrup reinforcement have less ductility than beams with conventional stirrup reinforcement.
xi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
LEMBAR PENGESAHAN ...ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ...iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...iv
SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ...v
SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ...vi
KATA PENGANTAR ...vii
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ...3
1.4 Metode Penelitian ...3
1.5 Sistematika Penulisan ...3
BAB II TINJAUAN LITERATUR ...5
2.1 Beton ...5
2.1.1 Pengertian Beton ...5
2.1.2 Material Penyusun Beton ...5
2.1.3 Sifat-sifat Beton ...6
2.1.4 Pengertian Beton Bertulang ...9
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Beton Bertulang ...9
2.1.6 Baja Tulangan ...10
2.1.7 Pengertian Beton Pracetak ...11
2.1.8 Perbedaan Beton Konvensional dan Beton Pracetak ...11
2.1.9 Kelebihan dan Kekurangan Beton Pracetak ...11
2.2 Balok ...12
2.2.1 Balok Beton Bertulang ...12
2.2.2 Lentur pada Balok ...13
2.2.3 Geser pada Balok ...17
2.2.4 Perilaku Defleksi pada Balok ...18
2.2.5 Daktilitas ...20
2.2.6 Keruntuhan pada Balok ...22
2.3 Balok dengan Tulangan Sengkang Khusus ...26
2.4 Pengujian Kuat Lentur Balok dengan Beban Terpusat Tengah Bentang (ASTM C293/C293M) ...26
BAB III METODE PENELITIAN ...28
3.1 Diagram Alir Penelitian ...28
xii Universitas Kristen Maranatha
3.3 Material Penyusun Beton Bertulang ...31
3.4 Analisis Pendahuluan ...32
3.5 Analisis Defleksi...39
3.5.1 Penampang Balok Gagal Lentur ...40
3.5.2 Penampang Balok Gagal Geser ...40
3.6 Pembuatan Benda Uji ...41
3.7 Perawatan Benda Uji ...48
3.8 Pengujian Benda Uji ...49
3.8.1 Pengujian Kuat Tekan Beton ...49
3.8.2 Pengujian Balok ...50
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN ...52
4.1 Pola Retak Balok ...52
4.1.1 Pola Retak Balok Kegagalan Lentur ...52
4.1.2 Pola Retak Balok Kegagalan Geser ...55
4.2 Analisis Lentur Balok ...57
4.3 Analisis Geser Balok ...62
4.4 Analisis Defleksi Balok ...64
4.5 Analisis Daktilitas Balok ...64
4.5.1 Analisis Daktilitas Balok dengan Kegagalan Lentur ...65
4.5.2 Analisis Daktilitas Balok dengan Kegagalan Geser...69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...74
5.1 Simpulan ...74
5.2 Saran ...75
DAFTAR PUSTAKA ...76
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Freebody Diagram Momen Kopel Tarik Tekan pada Balok ...12
Gambar 2.2 Blok Tegangan Ekuivalen ...14
Gambar 2.3 Analisis Penampang dengan Tulangan Tekan ...15
Gambar 2.4 Perilaku Beban Lendutan pada Balok Beton Bertulang ...18
Gambar 2.5 Persamaan Lendutan ...19
Gambar 2.6 Alternatif Penentuan Deformasi Saat Leleh ...21
Gambar 2.7 Alternatif Penentuan Deformasi Maksimum ...21
Gambar 2.8 Penentuan Defleksi Maksimum dan Defleksi Saat Leleh ...22
Gambar 2.9 Diagram Momen Kurvatur untuk Balok Beton Bertulang yang Mengalami Tarik ...23
Gambar 2.10Kategori Retak ...25
Gambar 2.11Pola Retak dan Kegagalan pada Balok ...25
Gambar 2.12Penampang Balok BRIKON ...26
Gambar 2.13Pengujian Balok dengan Beban di Tengah Bentang ...27
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ...29
Gambar 3.2 Rencana Benda Uji ...30
Gambar 3.3 Hasil Uji Kuat Tarik Tulangan Ulir D13 ...31
Gambar 3.4 Hasil Uji Kuat Tarik Tulangan Ulir D19 ...31
Gambar 3.5 Diagram Momen dan Geser Balok ...34
Gambar 3.6 Penampang Balok Uji ...34
Gambar 3.7 Asumsi Distribusi Regangan dan Tegangan Ekuivalen ...37
Gambar 3.8 Penampang Balok BD13KHUS ...39
Gambar 3.9 Bekisting Balok ...42
Gambar 3.10Tulangan Sengkang ...43
Gambar 3.11Proses Pemasangan Strain Gauge pada Tulangan ...46
Gambar 3.12Proses Pengecoran ...48
Gambar 3.13Perawatan Benda Uji ...48
Gambar 3.14Pengujian Kuat Tekan Beton ...49
Gambar 3.15Silinder Beton yang Telah Diuji ...49
Gambar 3.16Balok Siap Uji ...50
Gambar 3.17Pengaturan Posisi Balok Siap Uji ...51
Gambar 4.1 Pola Retak Balok dengan Sengkang Khusus ...53
Gambar 4.2 Pola Retak Balok dengan Sengkang Konvensional ...54
Gambar 4.3 Pola Retak Balok dengan Sengkang Khusus ...56
Gambar 4.4 Pola Retak Balok dengan Sengkang Konvensional ...57
Gambar 4.5 Beban – Defleksi BD13KHUS ...58
Gambar 4.6 Beban – Defleksi BD13KONV ...58
Gambar 4.7 Regangan dan Tegangan Ekuivalen Balok Sengkang Khusus ...59
Gambar 4.8 Blok Tegangan Balok Sengkang Khusus dengan Asumsi Balok-T ...59
Gambar 4.9 Beban – Defleksi BD19KHUS ...62
xiv Universitas Kristen Maranatha serta Metode Park dan Ruitong ...65 Gambar 4.12Daktilitas BD13KHUS_2 dengan Metode Park ...65 Gambar 4.13Daktilitas BD13KONV_2 dengan Metode Paulay dan Priestley
serta Metode Park dan Ruitong ...67 Gambar 4.14Daktilitas BD13KONV_2 dengan Metode Park ...67 Gambar 4.15Daktilitas BD19KHUS_2 dengan Metode Paulay dan Priestley
serta Metode Park dan Ruitong ...69 Gambar 4.16Daktilitas BD19KHUS_2 dengan Metode Park ...69 Gambar 4.17Daktilitas BD19KONV_2 dengan Metode Paulay dan Priestley
xv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tulangan Ulir dan Ukurannya ...10
Tabel 3.1 Perhitungan Kapasitas Momen Penampang Balok ...33
Tabel 3.2 Perhitungan Kapasitas Geser Penampang Balok ...33
Tabel 3.3 Perbandingan P pada Balok dengan Sengkang Khusus ...35
Tabel 3.4 Perbandingan P pada Balok dengan Sengkang Konvensional ...35
Tabel 3.5 Perbandingan P pada Balok dengan Sengkang Khusus ...36
Tabel 3.6 Perbandingan P pada Balok dengan Sengkang Konvensional ...36
Tabel 3.7 Properties Balok BD13KHUS ...37
Tabel 3.8 Properties Balok BD13KHUS ...39
Tabel 3.9 Defleksi Balok Rencana ...41
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton ...50
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kegagalan Lentur Balok ...57
Tabel 4.2 Perbandingan P Maksimum Eksperimen dan Teoritis ...61
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kegagalan Geser Balok ...62
Tabel 4.4 Analisis Kuat Geser Tulangan Geser ...63
Tabel 4.5 Perbandingan Defleksi Teoritis dan Eksperimen ...64
Tabel 4.6 Daktilitas Balok BD13KHUS ...66
Tabel 4.7 Daktilitas Balok BD13KONV ...68
Tabel 4.8 Daktilitas Balok BD19KHUS ...70
Tabel 4.9 Daktilitas Balok BD19KONV ...72
xvi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR NOTASI
As Luas tulangan tarik
As' Luas tulangan tekan
Av Luas tulangan sengkang
b Lebar balok
c Jarak dari posisi serat tekan terluar ke sumbu netral
d Tinggi efektif penampang yang diukur dari serat tekan terluar ke centroid
tulangan tarik
d' Tinggi efektif penampang yang diukur dari serat tekan terluar ke centroid
tulangan tekan
Ec Modulus elastisitas beton
Es Modulus elastisitas baja
f'c Mutu beton
fy Mutu baja tulangan utama
fys Mutu baja tulangan sengkang
h Tinggi balok
I Momen inersia penampang
l Panjang bentang balok
Mn Kapasitas momen penampang balok nominal
P Beban terpusat
Po Beban tekan maksimum
q Beban merata
Vc Gaya geser yang dipikul oleh beton
Vn Kapasitas geser penampang balok nominal
Vs Gaya geser yang dipikul oleh tulangan sengkang u Deformasi atau defleksi maksimum balok
y Deformasi atau defleksi saat balok mengalami leleh pertama Regangan
xvii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Dokumentasi Pengujian Tarik Baja Tulangan ...78
Lampiran II Dokumentasi Pengujian Kuat Tekan Beton ...81
Lampiran III Dokumentasi Pengujian Balok ...82
Lampiran IV Pola Retak Balok ...93
Lampiran V Daktilitas Balok ...96
Lampiran VI Data Pengujian Regangan Tulangan Balok ...100
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah adalah kebutuhan primer manusia selain kebutuhan akan sandang dan pangan. Fungsi awal sebuah rumah ialah sebagai tempat berteduh namun seiring dengan berjalannya waktu, fungsi sebuah rumah berkembang menjadi tempat berkumpul keluarga. Selain itu, rumah juga berfungsi sebagai tempat beraktivitas seperti tidur, makan, belajar, dan sebagainya. Maka dari itu, rumah sangat diperlukan oleh siapapun.
Pada dasarnya dalam membangun rumah sederhana dengan material beton terdapat 2 cara, yaitu cara konvensional (monolit) dan cara pracetak (precast). Cara konvensional lebih sering digunakan karena pengembang (developer) telah terbiasa dan berpengalaman dengan cara konvensional. Sedangkan cara pracetak jarang digunakan pada skala pembangunan yang kecil yang menyebabkan pengembang (developer) merugi akibat mahalnya biaya produksi beton pracetak.
Dirjen Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Syarif Burhanuddin mengatakan bahwa kebutuhan perumahan yang belum terpenuhi (backlog) dalam hal kepemilikan mencapai 13,6 juta unit (Majalah Properti Indonesia, 2015). Untuk memenuhi backlog tersebut maka pemerintahan Indonesia yang dipimpin Presiden Joko Widodo memiliki Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yaitu membangun 1 juta unit rumah pada tahun ini. Pembangunan 1 juta unit rumah ini hingga kini sudah terealisasi hampir 50% (Pujiastusi, 2015). Untuk mencapai target pemerintah tersebut maka diperlukan metode konstruksi yang dapat mempercepat pembangunan. Percepatan pembangunan dapat dilakukan dengan menggunakan beton pracetak.
2 Universitas Kristen Maranatha cuaca. Dalam mempercepat pembangunan RPJM yang masih tersisa sekitar 50%, maka cara pracetak dapat menjadi salah satu solusinya.
BRIKON adalah salah satu produk beton pracetak untuk rumah dua tingkat dari hasil pengembangan dinas Pekerjaan Umum (PU) bidang Puslitbang Permukiman (PUSKIM). Sistem BRIKON adalah sistem rangka yang terdiri dari komponen pracetak beton berprofil dan komponen sambungan box baja berongga. Sambungan yang digunakan pada BRIKON berupa kombinasi sambungan kering (dry joint) dan sambungan basah (wet joint).
BRIKON merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempercepat Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Mempercepat RPJM sebaiknya sejalan dengan penelitian komponen BRIKON sesuai dengan peraturan SNI 2847:2013 mengenai persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan beton pracetak BRIKON sehingga tidak menimbulkan korban jiwa akibat kegagalan komponen BRIKON dalam menahan beban.
Dalam hal ini, maka perlu ditinjau komponen balok BRIKON dan menganalisis berdasarkan kekuatan lentur balok, kekuatan geser balok pracetak berprofil yang menggunakan tulangan sengkang berbentuk khusus. Selain itu juga akan dianalisis defleksi yang terjadi pada balok BRIKON tersebut. Penelitian ini akan membandingkan antara balok pracetak yang menggunakan tulangan sengkang khusus dengan balok pracetak yang menggunakan tulangan sengkang normal. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian tekan terhadap komponen balok BRIKON menggunakan mesin UTM (Universal Testing Material) dan menganalisis hasil data pengujian tersebut sehingga dapat ditarik simpulan mengenai kekuatan dan kekakuan komponen balok BRIKON tersebut.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengevaluasi perilaku lentur balok pracetak dengan tulangan sengkang khusus;
3 Universitas Kristen Maranatha 3. Mengevaluasi defleksi yang terjadi pada balok pracetak dengan tulangan
sengkang khusus dan tulangan sengkang konvensional;
4. Mengevaluasi daktilitas yang terjadi pada balok pracetak dengan tulangan sengkang khusus dan tulangan sengkang konvensional.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada balok dengan mutu beton ��′ = 20,5MPa; 2. Dimensi balok khusus yang digunakan adalah 200mm x 200mm; 3. Dimensi balok konvensional yang digunakan adalah 173mm x 173mm; 4. Balok didesain untuk mengalami kegagalan lentur dan kegagalan geser; 5. Pengujian menggunakan mesin UTM (Universal Testing Material).
1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tinjauan literatur sebagai kajian teoritis yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian;
2. Studi eksperimental yaitu pengujian balok dengan tulangan sengkang khusus dan balok dengan tulangan sengkang konvensional yang dilakukan di Laboratorium Struktur Universitas Kristen Maranatha;
3. Pembahasan hasil pengujian, penyusunan laporan, dan bimbingan atau konsultasi dengan dosen pembimbing.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
4 Universitas Kristen Maranatha pada balok, daktilitas, perilaku keruntuhan balok, serta balok dengan tulangan sengkang khusus.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai diagram alir penelitian, proses pembuatan benda uji, serta pengujian benda uji.
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis data penelitian benda uji, meliputi kuat tekan balok, kuat tekan balok dengan tulangan sengkang khusus, serta analisis defleksi balok.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
74 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan: 1. Balok dengan tulangan sengkang khusus memiliki nilai kuat lentur yang lebih
besar dibandingkan balok dengan tulangan sengkang konvensional. Dengan beban terpusat rata-rata pada balok dengan tulangan sengkang khusus sebesar 50887,459N sedangkan beban terpusat rata-rata pada balok dengan tulangan sengkang konvensional sebesar 45449,543N. Selisih beban terpusat rata-rata tersebut ialah sebesar 9,6%.
2. Kuat geser yang disediakan oleh tulangan sengkang khusus lebih kecil dibandingkan kuat geser yang disediakan oleh tulangan sengkang konvensional. Kuat geser rata-rata pada sengkang khusus adalah sebesar 11113,889N sedangkan kuat geser rata-rata pada sengkang konvensional adalah sebesar 19974,077N. Selisih kuat geser rata-rata tersebut ialah 44,36%. 3. Balok dengan tulangan sengkang khusus lebih kaku dibandingkan balok
dengan tulangan sengkang konvensional. Pada balok dengan kegagalan lentur, defleksi balok dengan tulangan sengkang khusus sebesar 1,29mm sedangkan defleksi balok dengan tulangan sengkang konvensional sebesar 1,31mm. Pada balok dengan kegagalan lentur, defleksi balok dengan tulangan sengkang khusus sebesar 1,14mm sedangkan defleksi balok dengan tulangan sengkang konvensional sebesar 2,08mm.
75 Universitas Kristen Maranatha 5. Balok dengan kegagalan geser berperilaku kurang daktail, sehingga komponen
struktur balok sebaiknya didesain berperilaku gagal lentur (under reinforcement).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian Tugas Akhir yang telah dilakukan, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Menambah jumlah balok uji sehingga dapat menambah data hasil pengujian yang lebih akurat dan teliti.
2. Pengaturan jarak sengkang yang lebih bervariasi sehingga didapatkan pengaruh tulangan sengkang khusus tersebut.
3. Pemasangan strain gauge yang lebih teliti sehingga tidak terjadi korsleting. 4. Pemasangan strain gauge lebih dari satu sehingga didapatkan data yang lebih
teliti dan dapat menghindari tidak terbacanya data strain gauge.
5. Melakukan pengaturan benda uji sebelum dilakukannya pengujian dengan cara memastikan bahwa benda uji telah tegak lurus dan rata terhadap tumpuan maupun blok beban.
76 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Apriyatno, H., 2010, Kapasitas Geser Balok Beton Bertulang dengan
Polypropylene Fiber Sebesar 4% dari Volume Beton, Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, Nomor 2 Volume 12, Juli 2010.
ASTM C293/C293M, 2010, Standard Test Method for Flexural Strength of Concrete (Using Simple Beam With Center-Point Loading), United States.
Dewobroto, W., 2005, Simulasi Keruntuhan Balok Beton Bertulang Tanpa Sengkang Dengan ADINA, Rekayasa Material dan Konstruksi Beton 2005,
Bandung.
Elliott, K. S., 2002, Precast Concrete Structures, Oxford: Butterworth-Henemann.
Hartland, R. A., 1975, Design of Precast Concrete, London: Surrey University Press.
Imran, I. dan Ediansjah Z., 2014, Perencanaan Dasar Struktur Beton Bertulang,
Bandung: Penerbit ITB.
Majalah Properti Indonesia, 2015, "Tidak Ada Angka Pasti Tentang Data Backlog Perumahan, http://mpi-update.com/tidak-ada-angka-pasti-tentang-data-backlog-perumahan/, Diakses: 4 Oktober 2015.
McCormac, J. C., 2001, Desain Beton Bertulang, diterjemahkan oleh Sumargo, Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga.
77 Universitas Kristen Maranatha Pam, H.J., dkk, 2000, Flexural Strength and Ductility of Reinforced Normal and
High-Strength Concrete Beams, Proceedings of The Institution of Civil Engineers, Hongkong.
Park, R., 1988, Ductility Evaluation From Laboratory and Analytical Testing,
Ninth World Conference on Earthquake Engineering, Japan.
Park, R., and Ruitong, D., 1988, Ductility of Doubly Reinforced Concrete Beam Section. ACI-Structural Journal,
Paulay, T., PriestLey, M.J.N, 1992, Seismic Design of Reinforce Concrete and MasonryBuilding, John Willey & Sons: New York.
Pujiastuti, L., 2015, "Program 1 Juta Rumah, Menteri PU: Hari Ini Sudah
Dibangun 493.000 Unit",
http://finance.detik.com/read/2015/09/15/150208/3019385/1016/program-1-juta-rumah-menteri-pu-hari-ini-sudah-dibangun-493000-unit, Diakses: 4 Oktober 2015.
SNI 2847:2013, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung, Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.