viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah ada pengaruh pelaksanaan metode LeadershipLAB terhadap peningkatan Intrapreneurship (innovation, proactiveness, risk taking)pada para manajer Sales & Marketing hotel PT. “X” di
Bandung. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 4 orang yang berasal dari masing-masing unit hotel yang dikelola oleh PT. “X”.
Variabel penelitian diukur dengan menggunakan lembar penilaian kompetensi yang disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Covin and Slevin (1989) dan Rauch et el. (2009). Validitas dan reliabilitas alat ukur ini dilakukan dengan menggunakan metode expert judgement.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sebelum mengikuti metode
LeadershipLAB, para manajer Sales & Marketing memiliki level kompetensi
innovative dan risk taking yang tergolong masih di bawah standar dan memiliki level kompetensi proactiveness yang tergolong sesuai dengan standard yang diharapkan. Sementara itu, setelah mengikuti metode leadershipLAB ternyata level ketiga kompetensinya masih sama, yaitu level kompetensi innovation dan
risk taking masih jauh dari standard yang diharapkan dan level kompetensi
proactiveness masih sesuai dengan standard yang diharapkan.
ix ABSTRACT
This study aims to investigate the influence LeadershipLAB implementation
methods to increase Intrapreneurship (innovation, proactiveness, risk taking) at
the hotel Sales & Marketing Manager PT. "X" in Bandung. The subjects were as
many as four people from each unit hotel managed by PT. "X".
The research variables measured using competency assessment sheet which
is based on the theory proposed by Covin and Slevin (1989) and Rauch et el.
(2009). The validity and reliability of measuring instruments is done by using
expert judgment.
Based on the results of the study concluded that before following methods
LeadershipLAB, Sales & Marketing managers have a level of competence,
innovative and risk-taking that is still classified as substandard and have a level
of competence, proactiveness is classified in accordance with the expected
standard. Meanwhile, after following method turns leadershipLAB third level of
competence is still the same, namely the level of competence of innovation and
risk taking is still far from the expected standards and the level of competence of
proactiveness still in accordance with the standard expected.
Thus it can be concluded that the LeadershipLAB method can not increase
the Intrapreneurship at Sales & Marketing Hotel Manager PT. "X" in Bandung.
To the superior managers of the Sales & Marketing is advisable to better monitor
the performance of subordinates, particularly related to innovative competence,
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
LEMBAR PENGESAHAN...ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ...iii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ...iv
KATA PENGANTAR...v 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ...11
1.3. Identifikasi Masalah ... 12
1.4. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12
1.3.1 Maksud ... 12
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 12
1.3.3 Kegunaan Penelitian ... 12
1.3.3.1 Kegunaan Ilmiah ... 12
xi
1.4 Metodologi Penelitian ... 13
BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) ... 15
2.1.Tinjauan Teoritik ... 15
2.1.1. Intrapreneurship ... 15
2.1.1.1. Konsep Intrapreneurship ...15
2.1.1.2. Dimensi Intrapreneurship ...18
2.1.1.3. Faktor-faktor Intrapreneurship ...19
2.1.2. Kompetensi ...... 21
2.1.3. Leadership Laboratory ... 22
2.1.3.1. Assessment Center ... 22
2.1.3.2. Development Assessment Center ...23
2.1.3.3. Leadership Laboratory...24
2.1.4. Feedback ... 28
2.1.5. Action plan... 30
2.1.6. Teori Belajar...31
2.1.7. Hotel ...33
2.1.7.1.1. Definisi Hotel ... 33
2.1.7.1.2. Klasifikasi hotel ... 34
2.2. Kerangka Pemikiran ... 36
2.3.Asumsi Penelitian ... 45
xii
BAB III (METODE PENELITIAN) ... 46
3.1. Desain Penelitian/ Rancangan Penelitian ... 46
3.2. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 47
3.2.1. Variabel Penelitian ... 47
3.2.2. Definisi Konseptual ... 47
3.2.2.1.Definisi Konseptual Intrapreneurship ... 47
3.2.2.2.Definisi Konseptual Leadership Laboratory ... 49
3.2.3. Definisi Operasional ... 49
3.2.3.1. Definisi Operasional Intrapreneurship.... 49
3.2.3.2. Definisi Operasional Leadership Laboratory ... 50
3.3. Pelaksanaan Intervensi ...51
3.4. Alat Ukur ... 53
3.3.1 Alat Ukur Intrapreneurship ...53
3.3.2 Prosedur Pengisian ... 55
3.3.3 Sistem Penilaian ... 56
3.3.4 Validitas Alat Ukur ... 56
3.3.5 Reliabilitas ... 56
3.5. Subjek Penelitian ... 57
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.6 Teknik Analisa Data ... 57
3. 7 Hipotesis Statistik ... 58
BAB IV (HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 59
xiii
4.2. Hasil... 60
4.3 Hasil Uji Statistik... 61
4.4 Pembahasan... 61
4.5 Diskusi ...69
BAB V (KESIMPULAN DAN SARAN) ... 73
5.1. Kesimpulan ...73
5.2 Saran ...74
5.2.1. Saran Teoritis ...74
5.2.2. Saran Praktis ...74
DAFTAR PUSTAKA ...xvii
xiv
DAFTAR TABEL
3.1 Indikator Kompetensi Intrapreneurship ... 51
3. 2 Rating Scale ... 53
4.1 Gambaran Responden ... 56
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Concent
Lampiran 2. Lembar Observasi / Lembar Penilaian Lampiran 3. Kasus Simulasi I
Lampiran 4. Kasus Simulasi II Lampiran 5. Catatan Meeting Lampiran 6. Lembar Feedback Lampiran 7. Lembar Action Plan
Lampiran 8. Visi, Misi dan Budaya Organisasi
1 sudah sangat banyak. Berdasarkan hasil statistik yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (Herman Muchtar, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan bahwa pada tahun 2014 terdapat 428 hotel di Bandung dengan jumlah kamar sebanyak 21.000 unit. Jumlah ini akan diperkirakan bertambah pada tahun 2015 menjadi 25.000 unit kamar hotel (bisniswisata.co.id, 2014). Berdasarkan kondisi tersebut, maka sangat penting bagi setiap hotel agar terus meningkatkan kualitas pelayanannya agar dapat mempertahankan kesuksesan dari hotel itu sendiri.
Beliau juga mengatakan bahwa persaingan hotel di Bandung sudah tidak
“sehat”. Hal ini terlihat dari semakin maraknya hotel yang termasuk kategori
2
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
Selain pesatnya perkembangan hotel di Bandung, adanya perubahan kebijakan pemerintah yang terkait dengan hotel juga turut mempengaruhi keberlangsungan dari setiap hotel. Kebijakan tersebut adalah bahwa pemerintah melarang para pegawai negeri untuk mengadakan meeting dan menginap di hotel dalam rangka pelaksanaan meeting tersebut kecuali memang gedung pemerintahan tidak mampu untuk menampung jumlah peserta meeting yang banyak. Perkembangan teknologi dan semakin bervariasinya permintaan dan kebutuhan dari tamu juga menjadi faktor yang menuntut setiap hotel untuk selalu memperbaiki dan memperbaharui hotel mereka agar selalu menjadi yang terdepan dalam melayani tamu.
PT. “X” merupakan salah satu perusahaan yang mengelola 5 hotel di Bandung sejak tahun 2004. Kelima hotel yang dikelola adalah Hotel A, Hotel B, Hotel C, Hotel D dan Hotel E. Keempat hotel yang dikelola PT. “X” berada di Bandung, sedangkan hotel lainnya, yaitu Hotel E berada di daerah Lembang. Tamu yang datang berkunjung dan menginap ke hotel-hotel tersebut mayoritas berasal dari daerah Jakarta, Cirebon, Jogjakarta. Tamu yang datang juga bisa secara personal, grup atau berasal dari instansi/lembaga tertentu.
3
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
dengan meningkatkan sistem komunikasi baik dalam satu departemen, antar departemen maupun komunikasi dengan hotel yang berbeda. Hal ini dirasa perlu agar setiap karyawan dan setiap hotel dapat saling mendukung dalam melaksanakan pekerjaan mereka. PT. “X” juga berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam bekerja dengan cara memberikan pelatihan kepada mereka.
Upaya lain yang juga dilakukan oleh PT. “X” adalah dengan mempromosikan hotel beserta fasilitas yang mereka miliki. Director of Sales & Marketing PT. “X” mengatakan bahwa promosi hotel merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan karena tanpa adanya promosi maka publik tidak akan mengenal hotel-hotel mereka. Selain itu, ada beberapa hal lagi yang membuat promosi menjadi penting bagi perusahaan termasuk hotel (Salim, 2013). Pertama, promosi dapat menciptakan brand awareness dalam arti bahwa promosi membuat produk atau jasa yang dimiliki dapat dikenal oleh konsumen. Kedua, promosi dapat membentuk merek (brand image) yang positif. Ketiga, promosi dapat meningkatkan loyalitas konsumen. Loyalitas konsumen ini sangat penting agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya. Keempat, promosi dapat menjadi sarana edukasi bagi konsumen. Melalui promosi, maka perusahaan dapat memberikan informasi bagi konsumen terkait dengan keunggulan dan manfaat apa saja yang dapat diperoleh konsumen setelah menggunakan produk atau jasa perusahaan.
4
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
Departemen Sales & Marketing (SM). The American Marketing Association (2008) menjelaskan bahwa Marketing mengacu pada fungsi organisasi dan seperangkat proses atau kegiatan untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan serta menjaga hubungan dengan pelanggan sehingga pada akhirnya dapat memberi keuntungan bagi organisasi dan para pemegang saham. Dari perspektif ini, maka tujuan akhir dari pemasaran adalah untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan yang dapat memberi keuntungan dengan cara memenuhi kebutuhan atau permintaan mereka.
PT. “X” dan juga setiap unit hotel memiliki Departemen Sales & Marketing.
5
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
Berdasarkan wawancara dengan Corporate Senior Sales Manager PT. “X”, beliau mengungkapkan bahwa agar dapat mempromosikan hotel dengan baik, maka sangat diperlukan kualitas sumber daya manusia yang tepat, khususnya dari setiap Manajer departemen Sales & Marketing. Selama ini PT. “X” juga sudah membekali setiap karyawan khususnya setiap manajer di departemen Sales & Marketing dengan berbagai pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi yang dijabarkan tadi. Pelatihan yang pernah diberikan beberapa diantaranya adalah Salesmanship Training, Negotiation Training, Product Knowledge Training, dll.
Meskipun sudah diberikan beberapa pelatihan tersebut, Corporate Senior Sales Manager PT. “X” mengungkapkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap hotel masih belum dapat diatasi. Beliau mengungkapkan bahwa dengan semakin tingginya persaingan antar hotel, kondisi pasar yang selalu berubah, pesatnya perkembangan teknologi dan adanya peraturan pemerintahan mengenai kebijakan penggunaan fasilitas hotel menuntut para Manajer Sales & Marketing untuk menerapkan strategi baru yang diperlukan dalam promosi hotel.
6
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
Manajer Sales & Marketing masing-masing juga diharapkan agar dapat lebih aktif lagi dalam memberikan ide-ide baru mereka, memiliki inisiatif yang tinggi, berusaha untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi serta dapat berpikir dan bertindak lebih berani dalam menghadapi permasalahan yang ada di pekerjaannya.
Sementara itu, perilaku untuk memikirkan dan menyampaikan gagasan baru, perilaku inisiatif dan tindakan berani menghadapi resiko yang disampaikan oleh Corporate Senior Sales Manager PT. “X” merupakan bagian dari konsep
Intrapreneurship. Intrapreneurship sendiri merupakan proses dimana individu atau grup menciptakan bisnis baru di dalam suatu perusahaan, revitalisasi dan memperbaharui perusahaan atau menciptakan suatu inovasi (Dess, Lumpkin & McGee, 1999; Sharma & Chrisman, 1999). Zahra (1991) mendifinisikan
intrapreneurship sebagai aktivitas formal maupun informal yang bertujuan untuk menciptakan bisnis baru di perusahaan melalui inovasi dan proses serta perkembangan pasar. Pinchot (1985) mendefinisikan intrapreneur sebagai seseorang yang mengambil tanggung jawab untuk menciptakan inovasi dalam segala hal di organisasi; mereka dapat menjadi kreator atau inventor tetapi mereka selalu menjadi pemimpi yang akan merubah ide menjadi sebuah kenyataan yang menguntungkan.
7
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
kesempatan bagi perusahaan untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki metode yang lama dan menjadi lebih proaktif terhadap perubahan dan dinamika kebutuhan pasar. Proses marketing yang didasarkan pada konsep intrapreneurship akan lebih berfokus pada hubungan dan kepuasan pelanggan secara berkelanjutan. Bukan hanya memperhatikan transaksi dari produk atau jasa, kredibilitas dari nama terkenalnya, tetapi juga hubungan baik dengan konsumen tetap dijaga. Konsep ini oleh Burns (2008) disebut sebagai value-drivenmarketing.
Intrapreneurship sendiri memiliki 3 dimensi utama, yaitu innovative, proactiveness dan risk taking (Covin and Slevin 1989; Rauch et el.2009).
Innovation adalah kompetensi dari individu yang dimulai dengan pengenalan akan masalah, pengembangan akan ide-ide baru atau solusi-solusi dan selanjutnya individu akan mencari sponsor dan membentuk koalisi untuk menerapkan ide tersebut (Kanter, 1986). Proactiveness merujuk pada kompetensi individu untuk melakukan lebih dari yang diharapkan atau yang diperlukan, melakukan pekerjaan meskipun tidak diperintahkan, dimana kompetensi ini akan meningkatkan hasil dari pekerjaan dan menghindari masalah (Spencer & Spencer, 1993). Dimensi ketiga, yaitu Risk taking merujuk pada kompetensi individu yang cepat dalam mencari adanya peluang, dapat menggunakan sumber daya yang ada, mengambil keputusan dan bertindak ketika dihadapkan pada situasi yang tidak pasti (Antonic & Hisrich, 2003; Mintzberg, 1973).
8
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
innovation, proactiveness dan risk taking. Berdasarkan definisi dari ketiga dimensi terdiri atas sekumpulan perilaku, kapabilitas dan aktivitas. Sementara itu, kumpulan perilaku, kapabilitas dan aktivitas biasa dikenal dengan istilah kompetensi. L.M. Spencer & S.M. Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik yang mendasari individu yang secara kausal terkait dengan kriteria efektif dan atau terkait dengan kinerja yang unggul dalam pekerjaan atau suatu situasi.
Sebagai karakteristik yang mendasari individu, kompetensi merupakan bagian dari kepribadian individu yang relatif dalam dan stabil yang dapat diobservasi dan diukur melalui perilaku individu dalam situasi pekerjaan atau situasi lainnya. Oleh karena itu, kompetensi mengindikasikan kemampuan seseorang untuk berperilaku secara konstan dalam berbagai situasi dalam periode waktu tertentu. Kompetensi merupakan sebuah prediktor dan secara empiris terbukti memberikan dampak kesuksesan. Kompetensi merupakan daftar kapabilitas, aktivitas, proses dan respon yang tersedia yang memungkinkan berbagai tuntutan pekerjaan dapat dipenuhi secara efektif pada beberapa orang dibandingkan dengan yang lain (Kurz & Bartram, 2002). Kompetensi juga perlu untuk diukur atau dinilai dengan menggunakan metode tertentu. Salah satu cara untuk mengukur kompetensi adalah dengan menggunakan metode Assessment Centre (Sanghi, 2007).
9
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
(Thornton, 2006). Sebuah fitur penting dari metode AC adalah penggunaan latihan simulasi untuk mengamati perilaku tertentu dari peserta. Berbagai sumber informasi akan terintegrasi dalam sebuah diskusi di antara assesor atau dalam formula statistik. Hasil integrasi ini biasanya berupa evaluasi kekuatan dan kelemahan pada atribut setiap peserta yang dipelajari dan dapat berupa rating penilaian akhir keseluruhan (Thornton, 2006).
Assessment Center digunakan untuk tiga tujuan sumber daya manusia: (a) memutuskan siapa yang akan di seleksi atau dipromosikan, (b) mendiagnosa kekuatan dan kelemahan dalam keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai awal untuk pengembangan, dan (c) mengembangkan keterampilan tertentu yang relevan dengan pekerjaan. Ketika AC digunakan untuk pengembangan maka individu dan kelompok dapat mempelajari keterampilan atau kompetensi manajemen baru. Sementara itu, AC yang dilakukan untuk tujuan pengembangan lebih sering dikenal dengan istilah Developmental Assessment Centre (Thornton, 2006).
10
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
kompetensi sebelum, selama dan setelah partisipasi dalam program DAC. Salah satu metode DAC yang berbasis kompetensi adalah The Leadership Laboratory.
The Leadership Laboratory (LeadershipLAB) merupakan merupakan salah satu program pengembangan yang berbasis pada kompetensi dan tergolong metode baru. Dalam LeadershipLAB akan dilakukan sesi feedback yang diulang minimal dalam 2 sesi. Hal ini yang membuat LeadershipLAB dapat mendemonstrasikan perkembangan kompetensi dari masing-masing individu. Kekhasan dari LeadershipLAB adalah bahwa metode ini sangat terkait dengan pekerjaan langsung dari kandidat. Oleh karena itu, LeadershipLAB didefinisikan sebagai kumpulan situasi yang signifikan di tempat kerja sebagai latihan simulasi yang menyediakan praktik manajerial yang relevan bagi individu dan kesempatan untuk memiliki umpan balik dan sesi pembinaan dari para ahli perilaku berkaitan dengan seperangkat kompetensi penting yang dapat dikembangkan untuk kesuksesan profesional mereka (Ginting, 2009). LeadershipLAB fokus pada pengembangan secara individu dalam pekerjaannya saat ini atau yang akan datang sehingga hasil dari program ini berupa laporan kemajuan dan beberapa sesi feedback yang secara keseluruhan terkait dengan tujuan awalnya.
Dari apa yang sudah dipaparkan di atas, maka diharapkan melalui metode
11
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
1.2 Rumusan Masalah
Sikap kerja manajer Sales & Marketing PT. “X” dinilai masih belum sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan oleh PT. “X”. Manajer Sales & Marketing masing-masing hotel cenderung untuk bersikap pasif dalam menghadapi persaingan antar hotel dan kurang menampilkan kreativitas dan inovasi dalam melakukan promosi hotel sehingga hal ini berdampak pada penurunan revenue
masing-masing hotel. Pada dasarnya, manajer Sales & Marketing PT. “X” diharapkan untuk bisa lebih inovatif, memiliki inisiatif yang tinggi, bertindak secara tegas dan berani dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi masalah di pekerjaannya.
Perilaku untuk bekerja secara lebih inovatif, inisiatif dan berani dikenal dengan istilah intrapreneurship. Dengan kata lain, para manajer Sales & Marketing masing-masing hotel masih belum memiliki perilaku intrapreneurship
yang diperlukan dalam bekerja. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu intervensi untuk meningkatkan intrapreneurhsip pada manajer Sales & Marketing. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah LeadershipLAB. Melalui simulasi, latihan dan juga feedback yang ada dalam metode LeadershipLAB diharapkan dapat meningkatkan intrapreneurship manajer Sales & Marketing PT. “X” sehingga pada akhirnya juga dapat meningkatkan revenue masing-masing hotel.
Dari rumusan masalah di atas, maka melalui penelitian ini ingin menguji apakah ada pengaruh penerapan metode LeadershipLAB terhadap peningkatan
kompetensi Intrapreneurship pada para manajer Sales & Marketing PT. “X” di
12
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
1.3 Identifikasi Masalah
Apakah terdapat peningkatan Intrapreneurship pada para manajer Sales &
Marketing hotel PT. “X” sesudah dilakukan metode LeadershipLAB.
1.4 Maksud, Tujuan, Kegunaan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan metode
LeadershipLAB pada manajer Sales & Marketing di setiap hotel PT. “X” dan memperoleh gambaran mengenai intrapreneurship manajer Sales & Marketing sebelum dan sesudah dilakukan metode LeadershipLAB.
1.4.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah pelaksanaan metode
LeadershipLAB dapat meningkatkan intrapreneurship manajer Sales & Marketing
PT. “X”.
1.4.3 Kegunaan Penelitian 1.4.3.1Kegunaan Ilmiah
- Menambah dan memperkaya teori intrapreneurship dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi.
13
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
1.4.3.2Kegunaan Praktis
a. Organisasi / Perusahaan
- Membantu perusahaan untuk meningkatkan intrapreneurship
pada manajer Sales & Marketing yang bermanfaat dalam pelaksanaan tugas mereka.
b. Individu
- Meningkatkan kinerja dengan cara meningkatkan
intrapreneurship pada manajer Sales & Marketing
1.5 Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan One Group Pre-Post Test Design. One Group Pre-Post Test Design menjelaskan perbedaan dua kondisi, yaitu sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi (Graziano & Laurin, 2000). Intervensi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan metode LeadershipLAB. Metode LeadershipLAB
ini menggunakan dua kali simulasi dan juga dilakukan feedback setelah selesai dilakukan simulasi. Subjek dalam penelitian ini adalah manajer Sales & Marketing masing-masing hotel di PT. “X” sebanyak 4 orang.
Pengukuran intrapreneurship dilakukan dengan menggunakan skor atau nilai dari setiap assesor pada setiap simulasi yang dilaksanakan dalam metode
LeadershipLAB. Nilai dari setiap simulasi sebelum dan sesudah diberikan
feedback akan dibandingkan untuk melihat apakah terjadi peningkatan
14
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
73
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap para manajer Sales & Marketing hotel PT. “X” Bandung, maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
Pelaksanaan metode LeadershipLAB yang diberikan kepada para manajer Sales & Marketing hotel PT. “X” Bandung secara umum dapat
dikatakan tidak dapat meningkatkan intrapreneurship.
Pelaksanaan metode LeadershipLAB yang diberikan kepada para manajer Sales & Marketing hotel PT. “X” Bandung secara umum dapat
dikatakan tidak dapat meningkatkan kompetensi innovation, proactiveness dan risk taking.
Pada responden pertama, terdapat peningkatan pada aspek kedua dari
kompetensi innovation, yaitu mengembangkan ide-ide imajinatif dan menciptakan solusi kreatif dan mencoba/menguji metode atau prosedur baru.
Pada responden kedua, terdapat peningkatan pada aspek ketiga dari
kompetensi proactiveness, yaitu antisipasi dan persiapan terhadap kesempatan atau masalah tertentu yang tidak jelas.
Pada responden ketiga, terdapat peningkatan pada aspek pertama dari
74
Program Magister Psikologi Universitas Krister Maranatha
berbagai sumber daya yang ada untuk menyelesaikan pekerjaan dan menerima segala konsekuensi yang ada.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
Bagi peneliti lain yang hendak melanjutkan penelitian ini
disarankan untuk menerapkan teori feedback dalam melakukan intervensi secara tepat agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih optimal.
Bagi peneliti lain yang hendak melanjutkan penelitian ini
disarankan untuk menambah jumlah sampel penelitian agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih spesifik.
5.2.2 Saran Praktis
Kepada atasan para manajer Sales & Marketing hotel PT. “X”
Bandun diharapkan untuk lebih memonitor kinerja dari para manajer tersebut terkait dengan kompetensi innovation, proactiveness dan risk taking.
Kepada para manajer Sales & Marketing hotel PT. “X”
i
PENGARUH METODE LEADERSHIPLAB TERHADAP
PENINGKATAN INTRAPRENEURSHIP PADA MANAJER
SALES & MARKETING HOTEL PT. “X” DI BANDUNG
Tesis
Diajukan Untuk Menempuh Sidang Magister
Pada Program Pendidikan Psikologi Profesi Jenjang Magister Universitas Kristen Maranatha
Disusun oleh : RenitaEnggrid Sitindaon
1232010
MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI JENJANG MAGISTER
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat dan rahmat-Nya, tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Draft penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Tesis di Fakultas Magister Profesi Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Selama proses penyelesaian tesis ini, banyak hambatan yang dialami oleh peneliti. Akan tetapi, pada akhirnya peneliti dapat mengatasi hambatan tersebut dan mampu menyelesaikan skripsi ini. Hal tersebut tidak terlepas dari dukungan dan bantuan yang diberikan kepada peneliti selama penyelesaian tesis ini.
Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. O. Irene Prameswari selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
2. Dr. Yuspendi, Psikolog selaku Ketua Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
3. Dr. Henndy Ginting, Psikolog sebagai dosen pembimbing utama yang sudah banyak memberikan masukan pada peneliti dalam menyelesaikan tesis ini 4. Missiliana R., M.Si., Psik., sebagai dosen pembimbing pendamping yang
juga banyak memberikan masukan dan saran-saran bagi peneliti serta dorongan kepada peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.
vi
6. Seluruh dosen pengajar Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada peneliti selama kuliah 7. Kak Lissa selaku Staf Tata Usaha Magister Psikologi Universitas Kristen
Maranatha yang telah membantu menyiapkan segala keperluan administrasi selama peneliti kuliah dan menyelesaikan tesis.
8. Pimpinan PT. “X” yang sudah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di perusahaan ini
9. Para manajer Sales & Marketing hotel PT. “X” di Bandung yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam mengisi pelaksanaan intervensi untuk penelitian ini.
10. Kak Eka dan Kak Anggi yang sudah membantu sebagai asesor untuk pelaksanaan intervensi tesis ini.
11. Bapak, Mamak, Kak Renta, Kak Ida, Goklas yang selalu mendoakan dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan tesis ini
12. Leo R. S. yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan tesis
13. Teman-teman Magister Psikologi, Kak Yeni, Kak Tri, Kak Mila, Kak Tri dan Lidya yang banyak memberikan semangat kepada peneliti.
14. Teman-teman S1, Gok Maria, Yunitha, Ebi, Ananta, Septa, Oksatriani, Reni, yang selalu mendukung dan berbagi suka dan duka kepada peneliti
15. Adik PA, Rosalia dan Ria yang juga selalu mendoakan dan memberi semangat kepada peneliti.
vii
Peneliti menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan tesis ini. Oleh karena itu, penelti memohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan maupun adanya kesalahan penulisan di dalamnya.
Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya, terutama rekan-rekan di Fakultas Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Atas perhatiannya, peneliti mengucapkan terima kasih.
Bandung, Agustus 2016
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, Wawan. 2013. Intrapreneurship: Kewirausahaan Korporasi. Rekayasa Sains: Bandung
London, Manuel. 2003. Job Feedback. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. : New Jersey
Graziano, A. M. 2000. Research Method: A Process of inquiry, Fourth Edition.
Boston: Allyn and Bacon.
Mueller, Daniel J.1986. Measuring Social Attitudes. Colombia University: New York
Nazir, M. 2003. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta
Sanghi, Seema. 2007. The Handbook of Competency Mapping. Sage Publications, Inc.: California
Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia: Jakarta
Taylor, Ian. 2008. Measuring Competency for Recruitment and Development. PPM Assesment Center: Jakarta Pusat
xviii
DAFTAR RUJUKAN
De Jong, J., Wennekers, S. 2008. Intrapreneurship: Conceptualizing Entrepreneurial Employee Behavior. Scientific Analysis of Entrepreneurship and SMEs: Zoetermeer
Ginting, Henndy. 2009. Introduction to LeadershipLab: A Competency Based Executive Development Program. Anima, Indonesian Psychological Journal Rigtering, J.P., Weitzel, U. 2013. Work Context and Employee Behaviour as
Antecendents for Intrapreneurship. Utrecht University: Netherlands
Salim, Muhammad, 2013. Strategi Pemasaran dalam Persaingan Bisnis.
http://portalpengusaha.com/marketing/ini-dia-alasan-penting-mengapa-promosi-wajib-dilakukan-bagian-1