Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta, masalah yang timbul adalah ketidakstabilan persentase piutang tak tertagih dari tahun 2004 sampai dengan pertengahan tahun 2006. Penurunan piutang tak tertagih sebesar 8,4 %, disebabkan karena adanya sanksi yang kurang tegas terhadap para debitur yang melanggar peraturan perusahaan, perputaran transaksi yang semakin padat tidak didukung dengan peningkatan teknologi informasi yang memadai, dan terjadinya kenaikan nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian internal atas piutang usaha yang dilaksanakan , pemeriksaan internal atas piutang usaha, dan menguji seberapa besar pemeriksaan internal berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha di perusahaan tersebut.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptis analitis. Untuk teknik pengumpulan data penulis menggunakan studi kepustakaan dan penelitian lapangan dengan observasi, kuesioner serta wawancara dengan staf terkait.
Berdasarkan, hasil pengujian hipotesis diperoleh besarnya peranan pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha adalah sebesar 47.2 % yang artinya cukup berperan. Untuk hasil uji-t diperoleh t hitung sebesar 3.179 dan t tabel 2.074 hal tersebut menunjukan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan yaitu “pemeriksaan internal yang dilaksanakan dengan memadai dapat menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha”, dapat diterima. Faktor-faktor yang menunjang hipotesis tersebut adalah kemampuan profesional, lingkup pekerjaan, program kerja pemeriksaan, pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, dan penindaklanjutan, unsur-unsur pengendalian, serta tercapainya tujuan umum dan khusus dari pengendalian internal.
Meskipun demikian masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha pada perusahaan tersebut diantaranya, kebijakan dalam pencatatan piutang usaha masih menggunakan semi computerized system, sanksi yang kurang tegas terhadap debitur yang melanggar peraturan, dan teknologi informasi kurang ditingkatkan dalam mengimbangi transaksi yang padat. Untuk mengatasi masalah tersebut disarankan agar menggunakan full computerized system untuk pencatatan akuntansi, menetapkan sanksi yang tegas kepada debitur, meningkatkan teknologi informasi untuk menghasilkan data dengan cepat dan akurat, dan memberikan pelatihan mengenai teknologi informasi kepada petugas bagian akuntansi cara menggunakannya dengan baik.
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………...i
KATA PENGANTAR………....ii
DAFTAR ISI………...…………v
DAFTAR TABEL……….ix
DAFTAR LAMPIRAN……….x
BAB I PENDAHULUAN……….….……....1
1.1 Latar Belakang Masalah……….….………...1
1.2 IdentifikasiMasalah……….….………..6
1.3 Tujuan Penelitian……….….……….6
1.4 Manfaat Penelitian………...………….…….….…...7
1.5 Kerangka Pemikiran………….………....……….….……7
1.6 Metode Penelitian……….…………15
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian………….……….…...17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….…...18
2.1 Konsep Peranan……….…... 18
2.2 Konsep Efektivitas……….…... 18
2.3 Pengendalian Internal………...……….…….19
Universitas Kristen Maranatha 2.3.2 Tujuan Pengendalian
Internal………..20
2.3.3 Jenis-Jenis Pengendalian Internal……… ………….. 22
2.3.4 Unsur-Unsur Pengendalian Internal……….. 24
2.3.5 Pentingnya Pengendalian Internal………. 29
2.3.6 Keterbatasan Pengendalian Internal……….. 30
2.4 Pemeriksaan……….………32
2.4.1 Jenis-Jenis Pemeriksaan……….35
2.4.2 Jenis-Jenis Auditor……….35
2.5 Pemeriksaan Internal……….37
2.5.1 Pengertian Pemeriksaan Internal………37
2.5.2 Fungsi dan Tanggung Jawab Pemeriksaan Internal………...40
2.5.3 Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan Internal…………42
2.5.4 Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Internal………..44
2.5.5 Norma-Norma Praktek Profesional Pemeriksaan Internal...49
2.6 Piutang Usaha………54
2.6.1 Pengertian Piutang Usaha………...54
2.6.2 Klasifikasi Piutang………..55
2.6.3 Prosedur Pencatatan Piutang ……..………56
2.6.4 Prosedur Pernyataan Piutang………..61
2.6.5 Piutang Usaha Tak Tertagih………...62
2.6.6 Metode Penyisihan Piutang Tak Tertagih…...………62
Universitas Kristen Maranatha
2.7.1 Instrumen Pengendalian Internal Piutang Usaha………64
2.8 Pemeriksaan Internal Piutang Usaha………65
2.9 Peranan Pemeriksaan Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Piutang Usaha………. 66
BAB III METODE PENELITIAN DAN OBJEK PENELITIAN………….67
3.1 Objek Penelitian………..…..68
3.2 Metode Penelitian……….…69
3.2.1 Tipe Penelitian………...69
3.2.2 Populasi………...71
3.2.3 Operasionalisasi Variabel………...…...72
3.3 Rancangan dan Pengujian Hipotesis………....78
3.3.1 Penetapan Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif…….…....79
3.3.2 Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Instrumen……….……79
3.3.3 Pemilihan Dan Pengujian Statistik……….81
3.3.4 Penetapan Tingkat Signifikansi……….…….83
3.4 Teknik Pengumpulan Data………...84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...86
4.1 Gambaran Umum Perusahaan………..86
4.1.1 Sejarah Umum perusahaan………86
4.1.2 Kegiatan Utama Perusahaan………..88
Universitas Kristen Maranatha
4.1.1 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas………..91
4.2 Pengendalian Internal Piutang Usaha Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta……….94
4.2.1 Penggolongan Pendapatan………94
4.2.2 Pengakuan Piutang Usaha……….96
4.2.3 Pengendalian Internal Piutang Usaha di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta………...96
4.3 Standar Pemeriksaan Internal Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta………104
4.4 Pembahasan Hasil Kuesioner……….117
4.4.1 Hasil Tanggapan Responden………...…117
4.4.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas………121
4.4.3 Pengujian Hipotesis……….124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….………133
5.1 Kesimpulan…...……….………133
5.2 Saran…………...……….………..135
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Piutang Tak Tertagih……….……… ..…...5
Tabel 2.1 Perbandingan Konsep Kunci Pengertian Pemeriksaan Internal…… .39
Tabel 3.1 Pemeriksaan Internal (Variabel X)……… ...72
Tabel 3.2 Efektivitas Pengendalian Internal Piutang Usaha……… ...…...75
Tabel 4.1 Penyisihan Piutang Tak tertagih……… ...98
Tabel 4.2 Piutang Usaha Aeronautika……… ...…100
Tabel 4.3 Piutang Usaha Non-Aeronautika……… ...102
Tabel 4.4 Cadangan Piutang Usaha Tak Tertagih……… …...102
Tabel 4.5 Variabel Pemeriksaan Internal (X)……….……… ...….118
Tabel 4.6 Variabel Efektivitas Pengendalian Internal Piutang usaha (Y)…..119
Tabel 4.7 Variabel Pemeriksaan Internal (X)……… ...…..121
Tabel 4.8 Variabel Efektivitas pengendalian Internal Piutang Usaha (Y)… 122 Tabel 4.9 Correlation……… ……….124
Tabel 4.10 Korelasi Rank Spearman……… ..125
Tabel 4.11 Data Piutang Tak Tertagih……… ……… …....131
Daftar Pernyataan Penelitian
Bapak/ ibu yang terhormat, saya sebagai mahasiswa Universitas Kristen Maranatha
Bandung jurusan Ekonomi-Akuntansi sedang melakukan penelitian untuk mengetahui
tentang peranan pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal
atas piutang usaha di PT. (Persero) ANGKASA PURA II Cabang Bandara Udara
Soekarno Hatta. Untuk itu saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk mengisi kuesioner ini.
Berilah tanda
•
(checklist) untuk menjawab pertanyaan berikut ini:
I. Data tentang Responden
1. Jenis Kelamin : ( ) pria ( ) Wanita
2. Jabatan :
3. Umur :
A. Pernyataan Kuesioner Untuk Variabel Independen (Pemeriksaan Internal)
Sangat
Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju
(1)---(2)---(3)---(4)---(5)
No.
Pernyataan
STS
TS
N
S
SS
I
1.
2.
3.
Independensi Auditor Internal
Struktur Organisasi
Pimpinan audit internal bertanggung jawab
secara langsung kepada Dewan Direktur
Pimpinan Audit internal di perusahaan
saudara selalu melakukan koordinasi yang
teratur dengan dewan direktur tentang rencana
pemeriksaan yang akan dilaksanakan
4.
5.
Obyektivitas
Dalam penugasan pemeriksaan bagian audit
internal selalu memperhatikan konflik
kepentingan yang akan terjadi (misalnya: ada
seorang staf yang ditugaskan untuk
memeriksa bagian dimana karyawan yang
diperiksa mempunyai hubungan keluarga
dengannya .
Dalam melaksanakan pekerjaannya bagian
audit internal selalu melakukan review
terhadap hasil pemeriksaan.
II
6.
7.
8.
Kemampuan Profesional
Staf audit internal memiliki dan mendapatkan
pengetahuan, kecakapan dan berbagai ilmu
yang dibutuhkan oleh bagian audit internal
Staf audit internal dalam melakukan tugas
pemeriksaan selalu diawasi ole staf yang
ditunjuk atau oleh pimpinan audit internal
Para staf selalu mendapatkan pendidikan
berkelanjutan (misalnya kursus, seminar, dan
pelatihan pemeriksaan) yang dapat
meningkatkan keterampilan dalam
melaksanakan pemeriksaan
III
9.
10.
11.
12.
13.
Lingkup Pekerjaan
dalam melaksanakan pemeriksaan internal
haruslah memeriksa keandalan (reliabilitas
dan integritas) informasi keuangan.
Pemeriksaan internal haruslah memeriksa
sistem yang telah ditetapkan dalam
perusahaan.
Pemeriksaan internal haruslah memeriksa alat
atau cara yang dipergunakan untuk
melindungi harta
Pemeriksaan internal harus menilai
keekonomisan dan efisiensi penggunaan
sumber daya yang ada.
pekerjaan, operasi dan program telah
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
IV
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
(Perencanaan Pemeriksaan)
Dalam perencanaan pemeriksaan internal
terlebih dahulu ditetapkan tujuan dan ruang
lingkup pemeriksaan
Dalam perencanaan pemeriksaan selalu
ditentukan berbagai tenaga kerja yang
dibutuhkan
Dalam perencanaan pemeriksaan selalu
ditentukan bagaimana, kepada siapa, dan
kapan hasil pemeriksaan akan disampaikan
(Pengujian dan Pengevaluasian)
Keharusan mengumpulkan informasi yang
menyeluruh
Prosedur yang dibuat oleh bagian audit
internal bersifat fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan keadaan obyek yang
diperiksa.
(Penyampaian Laporan Pemeriksaan)
Setelah proses pengujian dan pengevaluasian
selalu dibuat laporan pemeriksaan baik lisan
maupun tulisan
Rekomendasi selalu dicantumkan dalam
laporan pemeriksaan.
Terdapat pandangan dari pihak yang diperiksa
mengenai kesimpulan dan rekomendasi
laporan pemeriksaan.
(Tindak Lanjut)
Adanya tindak lanjut terhadap hasil temuan
pemeriksaan internal.
review terhadap hasil temuan
B. Pernyataan Kuesioner Untuk Variabel dependen (Pengendalian Internal dalam
Menunjang Efektivitas Piutang Usaha)
No.
Pernyataan
STS
TS
N
S
SS
I
1.
2.
3.
4.
Lingkungan Pengendalian
Struktur organisasi yang mengelola piutang
usaha di perusahaan saudara pada saat ini
sudah memadai
Bagian piutang usaha hanya melaksanakan
tugasnya sesuai wewenang dan tanggung
jawabnya.
Pengelolaan piutang usaha seluruhnya
dilakukan oleh pegawai yang memiliki
keahlian khusus untuk mengelola piutang
usaha.
Dalam mengelola piutang usaha dilakukan
pengelolaan sumber daya manusia yang baik
misalnya dengan adaya pelatihan pegawai.
II
5.
6.
Penetapan Risiko
Manajemen telah menetapkan risiko dari
perancangan pengendalian internal
Auditor internal menetapkan risiko untuk
memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam
suatu tugas pemeriksaan
III
7.
8.
Sistem Informasi dan Komunikasi
Seluruh transaksi piutang usaha yang terjadi
adalah sah
9.
10
11.
12.
13.
diotorisasi oleg bagian kredit sesuai tanggung
jawab dan wewenang.
Seluruh transaksi piutang usaha telah dicatat
ke dalam buku besar dengan benar.
Seluruh transaksi piutang usaha, penyisihan
piutang usaha, piutang usaha tak tertagih dan
penghapusan piutang usaha dinilai secara
wajar.
Piutang usaha diklasifikasikan atau
digolongkan dengan tepat sesuai jenis piutang
dalam laporan keuangan
Seluruh transaksi piutang dicatat sesuai
dengan pada terjadinya piutang usaha
tersebut.
Piutang usaha telah dimasukan ke dalam buku
pembantu dan telah diringkas dengan benar
dalam pembukuan perusahaan.
IV
14.
15.
16.
17.
18.
Aktivitas Pengendalian
Dalam sistem akuntansi perusahaan saudara
terdapat pengendalian pengolahan informasi
yang meliputi: organisasi pusat pengolahan
data, prosedur dan standar pengolahan
program, pengembangan sistem dan
pengoperasian data.
Terdapat prosedur dan otorisasi yang
memadai atas transaksi dan aktivitas dalam
mengelola piutang usaha .
Dalam mengelola piutang usaha digunakan
dokumen dan catatan yang memadai
(misalnya: adanya nomor urut yang tercetak)
Dalam mengelola piutang usaha dilakukan
pengecekan secara independen atas piutang
usaha.
19.
20.
Dalam pengelolaan piutang usaha dilakukan
pengendalian fisik atas catatan dan dokumen
yang digunakan yang berhubungan dengan
transaksi piutang usaha.
Dalam mengelola piutang usaha selalu
dilakukan review atas kinerja bagian piutang
usaha.
V
21.
22.
Pemantauan
Perusahaan selalu melakukan penilaian
terhadap sistem pengendalian internal piutang
usaha yang ditetapkan dan melakukan
perbaikan-perbaikan yang dianggap perlu.
Hasil pemantauan diberikan pada
bagian-bagian terkait untuk direview hasil kinerjanya
VI
23.
24.
25.
Tujuan Umum Pengendalian Internal
(Keandalan Laporan Keuangan)
Manajemen bertanggung jawab secara hukum
dan profesional dalam menyiapkan laporan
keuangan.
(Efisiensi dan Efektivitas Operasional)
Kendali dalam suatu organisasi dimaksudkan
untuk mendorong penggunaan sumber daya
yang efektif dan efisien.
(Pemenuhan Ketentuan Hukum Regulasi
yang bisa Ditetapkan)
TABULASI JAWABAN KUESIONER
Pernyataan
Responden
a1 a2 a3 a4 a5 b1 b2 b3 c1 c2 c3 c4 c5 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4
4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
6 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
7 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5
8 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4
9 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
11 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
12 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4
13 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
15 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
20 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
22 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Pernyataan
Responden
e1 e2 e3 e4 f1 f2 g1 g2 g3 g4 g5 g6 g7 h1 h2 h3 h4 h5 h6 h7 i1 i2 j1 j2 j3
1 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4
2 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5
3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5
7 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4
8 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
9 4 3 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
12 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
14 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4
17 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 5
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
21 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3
22 3 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3
23 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Lampiran hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Factor Analysis
Rotated Component Matrix(a)
Component
1 2
a3 .652
a4 .868
a5 .655
b1 .868
b2 .652
b3 .868
c1 .906
c2 .785
c3 .892
c4 .811
c5 .892
d1 .868
d2 .652
d3 .868
d4 .906
d6 .892
d7 .811
d8 .892
d10 .793
e1 .555
e2 .511
e3 .601
e4 .553
f1 .480
f2 .630
g1 .572
g2 .656
g3 .821
g4 .800
g5 .872
g6 .716
g7 .823
h3 .657
h5 .649
h7 .752
i1 .752
i2 .696
j1 .540
j2 .890
j3 .696
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 3 iterations.
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items .990 19
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Reliability Statistics
Cronbach' s
Alpha N of Items .965 22
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach' s Alpha if Item
Nonparametric Correlations
Correlations
RATAX RATAY Correlation
Coefficient 1.000 .687(**) Sig. (2-tailed) . .000 RATAX
N 24 24
Correlation
Coefficient .687(**) 1.000 Sig. (2-tailed) .000 . Spearman' s rho
RATAY
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rine Dewi Mustikasari
NRP : 0351308
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir / Skripsi ini adalah hasil karya
sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.
Apabila dikemudian hari diketahui ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
berupa pencabutan gelar dan pembatalan ijazah yang telah dikeluarkan.
Bandung, Januari 2007
Yang menyatakan,
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pemberlakuan AFTA (Asean Free Trade Area) di kawasan Asia menjadi
bukti bahwa dunia usaha menjadi faktor penting berkembangnya suatu Negara.
AFTA menjadikan perdagangan antar Negara Asia semakin mudah terjangkau,
hal tersebut mengakibatkan tingkat persaingan dunia usaha semakin tinggi.
Perusahaan-perusahaan di setiap Negara dituntut untuk dapat menghasilkan
produk yang berkualitas dan dapat bersaing. Setiap Perusahaan berlomba-lomba
menyuguhkan segala keunggulan dari produknya yang menjadi kekuatan dalam
bersaing.
Tingkat penjualan menjadi tolok ukur keberhasilan perusahaan dalam
rangka pencapaian tujuannya. Dengan adanya perdagangan bebas sebagai wujud
berkembangnya dunia usaha, tingkat penjualan lebih memerlukan perhatian yang
mendalam agar dapat efisien dan efektif. Komponen-komponen penting yang
menunjang seperti daerah pemasaran, sumber daya yang digunakan, modal
investasi, dan sumber daya manusia mengalami perkembangan, akibatnya
aktivitas perusahaan semakin bertambah, tanggung jawab manajemen dalam
mengendalikan kegiatan perusahaan semakin luas.
Karena semakin luas tanggung jawab manajemen, maka manajer tingkat
atas akan mendelegasikan wewenang kepada bawahannya. Walaupun wewenang
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 2
tangan manajer tingkat atas. Untuk meminimalisasi terjadinya kecurangan dan
penyelewengan akibat dari semakin luasnya tanggung jawab manajemen. Manajer
membutuhkan alat Bantu pengendalian untuk mengawasi jalannya aktivitas
perusahaan.
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, teknik, peralatan fisik,
dokumentasi, dan manusia dalam perusahaan tersebut. Pengendalian internal
berperan dalam mengamankan dan melindungi baik aktiva maupun catatan
perusahaan . Dengan adanya pengendalian internal dapat memberikan keyakinan
bahwa hasil laporan yang diperoleh dari bawahan dapat dipercaya dan
dipertanggungjawabkan, yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan
keputusan.
Dari sekian banyak pengendalian internal, untuk Perusahaan yang
melakukan penjualan secara kredit dibutuhkan pengendalian internal piutang
usaha. Karena penjualan kredit itu sendiri akan menimbulkan piutang usaha dan
uang akan diterima pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan syarat kredit
yang telah disepakati, misalnya: 2/10-n/30, artinya uang kas akan diterima bulan
berikutnya ( 30 hari setelah tanggal penjualan ) akan tetapi bila pelanggan dapat
melunasi dalam waktu 10 hari setelah tanggal penjualan akan mendapatkan
potongan harga sebesar 2 %. Melihat contoh diatas, adanya tenggang waktu antara
tanggal penjualan dengan tanggal penerimaan kas, perusahaan perlu menetapkan
kebijakan dan prosedur yang akan digunakan. Hal tersebut dikarenakan
berhubungan dengan penerimaan uang kas yang sangat fundamental bagi
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 3
Kecurangan dan penyelewengan dalam setiap transaksi piutang usaha
mungkin saja terjadi. Adapun istilah-istilah yang biasa digunakan adalah lapping,
yaitu mengendurkan pencatatan penerimaan piutang, kitting, yaitu kecurangan
yang berhubungan dengan transaksi antar bank (memanfatkan jeda antar bank),
window dressing, yaitu membuat persekongkolan antar pegawai dalam membuat
gambaran yang bagus dan bukan yang sebenarnya. Kecurangan dan
penyelewengan tersebut jelas menghambat perusahaan dalam penerimaan kas
yang nantinya akan disalurkan untuk transaksi lain, seperti pembayaran gaji, dan
pembayaran hutang perusahaan. Bila dibiarkan terus menerus tidak menutup
kemungkinan perusahaan akan bangkrut. Oleh karena itu perusahaan perlu
melakukan pemeriksaan yang memadai terhadap jalannya pengendalian internal
piutang usaha. Pengendalian internal akan berjalan dengan baik apabila ditunjang
dengan pemeriksaan internal yang baik. Peran suatu badan independen
dibutuhkan dalam perusahaan. Badan ini berwenang melakukan pemeriksaan
terhadap pengendalian piutang usaha yang telah ditetapkan. Badan ini akan
menguji dan menilai apakah pelaksanaan transaksi piutang usaha dari mulai
timbulnya piutang dengan ditetapkannya persetujuan kredit oleh manajer divisi
kredit sampai diterima dalam bentuk uang kas dilaksanakan sesuai kebijakan dan
prosedur yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu badan tersebut berhak
memberikan rekomendasi dan saran mengenai tindakan lain yang juga diperlukan
oleh manajer dalam mengendalikan transaksi piutang, Sehingga kecurangan dan
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 4
PT. (Persero) Angkasa Pura II merupakan perusahaan milik negara yang
bergerak dibidang jasa penerbangan (Aeronautika) serta pelayanan jasa penunjang
bandar udara (Non-Aeronautika). PT. (Persero) Angkasa Pura II berperan dalam
mengelola bandar udara di Indonesia . Perusahaan ini membawahi 10 bandar
udara di Indonesia, yaitu bandar udara Soearno Hatta, bandar udara Halim
Perdanakusuma, bandar udara Husein Sastranegara, bandar udara Polonia, bandar
udara Sultan Iskandarmuda, bandar udara Sultan Mahmud Badarrudin II, bandar
udara Supadio, bandar udara Sultan Syarif Kasim II, bandar udara Tabing, bandar
udara Kijang.
Sumber pendapatan utamanya dibagi ke dalam dua kategori, yaitu
pendapatan aeronautika (berhubungan dengan jasa penerbangan) dan pendapatan
non-aeronautika (di luar usaha jasa penerbangan). Pendapatan yang diperoleh
dalam bentuk tunai dan non-tunai. Untuk pendapatan non-tunai diterima dalam
bentuk piutang usaha yang nantinya ditagihkan ke setiap masing-masing airlines,
setelah itu baru diserahkan ke bagian komersil perusahaan.
PT. (Persero) Angkasa Pura II merupakan pembina dalam pengendalian
piutang usaha untuk cabang-cabang bandar udara yang dibawahinya. Perusahaan
melakukan pengendalian terhadap piutang usaha yang mencakup segala kebijakan
dan prosedur yang memadai, seperti menerapkan skedul umur piutang (aging
schedule) dan menetapkan jangka waktu penagihan (Days sales outstanding).
Salah satu bandar udara yang dibawahi oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II
adalah bandara udara Soekarno Hatta. Bandar udara Soekarno Hatta merupakan
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 5
termasuk transaksi piutang usahanya. Pendapatan terbesar PT. (Persero) Angkasa
Pura II diperoleh dari bandar udara tersebut, yaitu sekitar 75 % nya. Berikut
adalah data piutang usaha dan piutang ragu-ragu yang diperoleh di bandar udara
Soekarno Hatta:
POSISI PER PIUTANG USAHA
PIUTANG
RAGU-RAGU
%
PIUTANG
RAGU-RAGU
TERHADAP
PIUTANG
USAHA
31 DES 2004 237.238.930.736.00 37.756.084.774.00 15.9 %
31 DES 2005 274.026.934.573.00 66.717.220.706.00 24.3 %
31 AGTS 2006 383.747.997.933.91 51.979.275.868.78 13.5 %
Sumber: PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta
Pengendalian internal terhadap piutang usaha memerlukan perhatian
khusus oleh manajemen. Transaksi piutang usaha berhubungan dengan
pendapatan yang diterima oleh perusahaan. Segala bentuk penyelewengan atau
piutang ragu-ragu yang meningkat harus dapat dianalisa penyebabnya. Di tempat
penulis melakukan penelitian sudah terdapat pengendalian internal piutang usaha
yang memadai. Namun apakah pengendalian yang diterapkan sudah benar-benar
berjalan efektif. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 6
DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL
PIUTANG USAHA (Studi kasus pada PT. (Persero) Angkasa Pura II
bandar udara Soekarno Hatta Jakarta.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengendalian internal atas piutang usaha yang dilaksanakan di
PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta.
2. Bagaimanakah pemeriksaan internal atas piutang usaha yang dilaksanakan di
PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta.
3. Seberapa besar peranan pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas
pengendalian internal piutang usaha di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar
Udara Soekarno Hatta.
1.3Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengendalian internal atas piutang usaha yang dilaksanakan
di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta.
2. Untuk mengetahui pemeriksaan internal atas piutang usaha yang dilaksanakan
di PT. (Persero) Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Soekarno Hatta.
3. Untuk menguji apakah pemeriksaan internal berperan dalam menunjang
efektivitas pengendalian intern piutang usaha di PT. (Persero) Angkasa Pura II
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 7
1.4Manfaat Penelitian
1. Memberikan pemahaman sampai sejauh mana pemeriksaan intern berperan
dalam menunjang efektivitas pengendalian intern piutang usaha yang
dilaksanakan oleh perusahaan.
2 Untuk mengetahui penerapan teori yang diperoleh dalam perkuliahan dengan
praktek di lapangan.
3 Sebagai bahan referensi atau perbandingan bagi pihak-pihak yang
memerlukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
1.5Kerangka Pemikiran
Perkembangan dunia usaha, menjadikan setiap perusahaan bersaing
untuk menjadi yang terbaik. Transaksi menjadi semakin meningkat, khususnya
untuk tingkat penjualan. Meningkatnya penjualan produk, meluasnya daerah
pemasaran dan bertambahnya sumber daya yang digunakan, semakin memperluas
tanggung jawab manajemen dalam mengendalikan segala aktivitas perusaha
Struktur organisasi yang mencerminkan pemisahan atas fungsi-fungsi
antar departemen operasional, penyimpanan dan akuntansi menyebabkan
tanggung jawab manajemen semakin luas. Agar manajer tingkat pusat tidak
kehilangan kendali, maka dalam aktivitasnya manajer tingkat pusat harus
memonitor segala aktivitas bawahannya. Melihat hal tersebut setiap perusahaan
harus memiliki suatu pengendalian internal yang memadai, dimana pengendalian
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 8
setiap departemen adalah benar. Pelaporan tersebut akan berpengaruh terhadap
peran manajer tingkat pusat dalam mengambil keputusan.
Untuk lebih memperjelas tentang pengendalian internal, berikut
pengertian pengendalian internal menurut beberapa sumber:
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (2000,319.2):
“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
•Keandalan laporan keuangan .
•Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. •Efektivitas dan efisiensi operasi “
Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization) yang dikutip
oleh Arens Loebeccke (2000,287) pengendalian internal adalah:
”Internal control includes five categories of control that management design and implementationto provide reasonable assurance that managements control objectives will be met. These are called the components of nternal control and are: (1) the control environment, (2) risk assessment, (3) control activities, (4) information and communication, (5) and monitoring.”
Pengendalian internal akan berjalan dengan efektif apabila ditunjang
dengan pemeriksaan internal yang baik dan memadai. Pemeriksaan internal
merupakan bidang yang lebih kompleks dan menantang daripada profesi lain pada
umumnya. Pemeriksaan internal berkewajiban untuk memberikan informasi
tentang kelengkapan dan keefektifan pengendalian internal suatu perusahaan dan
kualitas tanggung jawab yang ditugaskan. Orang-orang yang menjalankan
pemeriksaan ini tergabung dalam suatu badan independensi dalam perusahaan
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 9
harus memiliki kegiatan yang terpisah dengan kegiatan yang diperiksanya.
Berikut adalah pengertian pemeriksaan internal Menurut Boyton, Jhonson, Kell
dalam bukunya Modern Auditing, yang dikutip oleh Ichsan Setyo Budi dan
Herman Wibowo (2003: 491) menjelaskan bahwa:
“Pemeriksaan internal adalah aktivitas pemberian keyakinan sistem konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Pemeriksaan internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas proses manajemen resiko, pengendalian dan pengelolaan”.
Adapun tujuan dari pemeriksaan internal menurut Hiro Tugiman (2006:
11), yaitu:
“Membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal tersebut pemeriksaan internal akan melakukan analisa-analisa dan penilaian-penilaian serta memberikan rekomendasi dan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan dan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.”
Berdasarkan uraian di atas pemeriksaan internal yang dilaksanakan secara
tepat terangkum dalam tiga kata kunci, yaitu:
• Memastikan (menentukan, memverifikasi)
• Menilai (mengevaluasi, menaksir)
• Merekomendasi (memberi saran)
Ketiga hal diatas dilakukan dalam keadaan independen dalam organisasi.
Menurut Hiro Tugiman (2006:53), mengemukakan bahwa proses
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 10
1. Perencanaan Pemeriksaan
Perencanaan pemerksaan internal harus didokumentasikan dan meliputi
hal-hal berikut ini.
a. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan.
b. Memperoleh informasi dasar ( background information ) tentang kegiatan
yang diperiksa.
c. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan.
d. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.
e. Melaksanakan survai suntuk lebih mengenali kegiatan yang diperlukan,
risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan.
f. Penulisan program pemeriksaan.
g. Menetukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil-hasil pemeriksaan akan
disampaikan.
h. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja pemeriksaan.
2. Pengujian dan pengevaluasian informasi
Pemeriksaan internal haruslah mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasi,
dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemriksaan.
3. Penyampaian hasil pemeriksaan
Pemeriksa internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya.
4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan.
Pemeriksa internal harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak lanjut
(Follow up ) untuk memastikan bahwa terhadap temuan pemeriksaan yang
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 11
Diantara sekian banyak pengendalian internal yang membutuhkan
pemeriksaan dalam perusahaan, terdapat pengendalian internal piutang usaha.
Berikut ini menurut munawir (2005:39) mengenai pengetian piutang usaha
Pengertian piutang usaha dalam arti luas tidak hanya tagihan perusahaan kepada
pihak lain ( langganan) yang timbul karena adanya penyerahan barang dan jasa,
melainkan termasuk berbagai macam piutang, misalnya pembayaran dimuka
kepada pegawai, peminjaman, kepada direksi, piutang pemesanan modal saham,
dan lain-lain. Sedangkan pengertian piutang usaha dalam arti sempit adalah
tagihan kepada langganan yang timbul sebagai akibat adanya penjualan barang
dagangan atau jasa yang tidak disertai janji tertulis yang diatur undang-undang
untuk pembayrannya. yang dikemukakan oleh Mulyadi, adalah sebagai berikut:
“Piutang usaha merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Pada umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok yaitu piutang usaha dan piutang non usaha. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang non usaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar misalnya: piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang deviden dan bunga”( 2:1998:85).
Piutang usaha timbul dari transaksi penjualan barang dagangan atau jasa
secara kredit. Piutang usaha semacam ini normalnya akan tertagih pada periode
waktu 30 atau 60 hari. Walaupun perusahaan sudah menetapkan periode
penagihan piutang, sebagai salah satu alat pengendalian piutang usaha, namun
pada kenyataannya masih banyak piutang yang tidak dapat tertagih. Tidak ada
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 12
tidak tertagih. Makin lama peredaran piutang semakin kecil kemungkinan piutang
tersebut dapat tertagih. Karena itulah perusahaan-perusahaan mengestimasi berapa
besar piutang ragu-ragu yang harus ditetapkan setiap tahunnya.
Salah satu alat pengendalian lain yang berfungsi memudahkan dalam
memilah-milah piutang sesuai umurnya, adalah penggunaan skedul umur piutang
(aging schedule), yaitu suatu laporan yang menunjukan berapa lama piutang
usaha telah beredar. Skedul tersebut harus dikembangkan dari buku tambahan
piutang usaha. Akan tetapi, bagi perusahaan yang telah maju umumnya
mengkomputerisasi catatan piutang mereka, sehingga mudah untuk menentukan
umur dari setiap faktur. Skedul umur piutang harus terus dipantau oleh
manajemen, untuk mengetahui sejauh mana departemen kredit dapat berjalan
dengan efektif . Bila skedul umur piutang memperlihatkan pertambahan
persentase piutang yang telah lewat jatuh tempo, kebijakan penjualan kredit
mungkin perlu diperketat.
Pengendalian internal atas piutang usaha berhubungan dengan fungsi
pengesahan kredit dan melibatkan penyelidikan kredibilitas pelanggan dengan
menggunakan referensi dan pemeriksaan atas latar belakang pelanggan. Berikut
langkah-langkah pengendalian internal atas piutang usaha yang memadai yang
harus diterapkan dalam suatu perusahaan menurut Amin Widjaja Tunggal, adalah
sebagai berikut :
a. Semua penjualan kredit harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 13
c. Pemisahan fungsi pegawai yang menangani bagian piutang harus dipisahkan
dari bagian penagihan dan penerimaan kas. Pejabat yang berwenang untuk
mengahapus piutang tidak diperkenankan untuk menangani bagian piutang
ataupun bagian penerimaan kas.
d. Pencatatan atas data harus dilaksanakan oleh petugas pencatatan piutang dan
data tersebut diperoleh dari sumber yang independen. Jumlah pencatatan ke
perkiraan pelanggan secara berkala harus dicocokan dengan jumlah yang
dinyatakan dalam buku besar.
e. Petugas pencatatan piutang tidak boleh turut serta dalam kegiatan yang ada
hubungannya dengan piutang tersebut.
f. Seluruh kegiatan harus dicatat secepat mungkin sehingga dengan demikian
saldo perkiraan piutang dapat tersedia secepat mungkin.
g. Kesalahan yang dilaporkan atau ditemukan harus diselidiki dengan segera.
h. Promes harus disimpan di tempat yang aman di bawah pengawasan pejabat
yang berwenang dan harus diperiksa secara berkala.
Pengendalian internal atas piutang usaha harus diperiksa kefektifannya.
Mengingat bahwa pada kenyataannya suatu pengendalian memiliki keterbatasan.
Pengendalian internal atas piutang usaha yang efektif akan tercapai apabila tujuan
pemeriksaan internal atas piutang usaha dapat tercapai. Menurut Arens, Elder,
dan Beasley (2003: 221) tujuan pemeriksaan terkait dengan saldo piutang usaha,
adalah sebagai berikut :
a. Keberadaan- Nilai yang tercantum memang benar-benar terjadi.
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 14
c. Akurasi- Nilai-nilai yang tercantum adalah benar.
d. Klasifikasi- Nilai-nilai yang tercantum dalam daftar klien telah
diklasifikasikan dengan tepat.
e. Cutoff- Berbagai transaksi yang terjadi di sekitar tanggal neraca telah dicatat
pada periode yang tepat.
f. Kaitan Rinci- Berbagai rincian dalam saldo akun sesuai dengan nilai-nilai
dalam master file yang terkait, tercakup dalam nilai total saldo akun, dan
sesuai dengan nilai total dalam buku besar.
g. Nilai yang terealisasi- Berbagai aktiva dicantumkan dalam sejumlah nilai
yang diperkirakan akan terealisasi.
h. Hak dan Kewajiban.
i. Penyajian dan Pengungkapan- Saldo-saldo akun dan berbagai ketentuan
pengungkapan yang terkait dengan saldo akun tersebut telah disajikan dengan
tepat dalam laporan keuangan.
Selain tujuan pemeriksaan internal atas piutang usaha, dibawah ini
terdapat unsur-unsur pengendalian internal menurut COSO (Committee of
Sponsoring Organization) yang dikutip oleh Arens Loebeccke (2000,287), dimana
unsur-unsur tersebut juga mendukung tercapainya pengendalian internal yang
efektif, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. the control environment.
2. risk assessment.
3. control activities.
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 15
5. and monitoring.”
Berdasarkan uraian diatas dan penelaahan terhadap penelitian-penelitian
terdahulu yang mempunyai topik penelitian serupa, yaitu Persepsi Staf Internal
Audit dan Staf Bagian Akuntansi mengenai Peranan Pemeriksaan Internal dalam
Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Piutang Usaha oleh Andri Maulana.
Dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut : “ Pemeriksaan internal yang
dilaksanakan dengan memadai, akan berperan dalam menunjang efektivitas
pengendalian internal piutang usaha “.
1.6Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis
dengan pendekatan studi kasus, dimana data-data yang diperoleh selama
penelitian akan diolah dan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan
dasar-dasar teori yang ada guna memenuhi tujuan penelitian untuk keperluan pengujian
diperlukan serangkaian langkah-langkah, dimulai dari penentuan populasi dan
sample, operasionalisasi variabel, rancangan pengujian hipotesis dan teknik
pengumpulan data.
Berikut penjelasan singkat dari langkah-langkah tersebut di atas:
1.Penentuan Populasi Penelitian.
Populasi meliputi seluruh staf pemeriksaan internal yang ada di bagian internal
audit. Sedangkan penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana.
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 16
Operasional variabel sesuai dengan judul penelitian adalah sebagai berikut:
a.Peranan pemeriksaan internal sebagai Variabel Independen (X).
b.Efektivitas Pengendalian Internal piutang usaha sebagai variabel Dependen m
(Y).
3.Rancangan Pengujian Hipotesis
Rancangan hipotesis dimulai dengan ditetapkannya hipotesis sebagai berikut :
Ho = tidak terdapat peranan yang positif dari pemeriksaan internal dalam
menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha. H1 = terdapat
hubungan yang positif dari pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas
pengendalian internal piutang usaha Kemudian dilakukan pengujian statistik
dengan menggunakan analisa korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependennya. Disini penulis
menggunakan program SPSS dalam pengolahan data. Terakhir dilakukan
pengambilan kesimpulan untuk menentukan apakah hipotesis yang dibuat
diterima atau ditolak.
Rumus :
6 d i 2
1
_ i = 1n 3 _ n
n = Banyaknya sampel
d = Selisih range dari variabel X dan variabel Y yang ke- i
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 17
4. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan untuk memeperoleh data primer dan penelitian kepustakaan
untuk memperoleh data sekunder guna mendukung data-data primer yang
diperoleh selama penelitian.
1.7Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan penulis di PT. Angkasa Pura II (Persero) Kantor
Pusat-Jakarta. Bandara Soekarno-Hatta. Tlp. (021) 5505856. Waktu penelitian
dilakukan dari bulan September sampai dengan selesai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Kristen Maranatha
133 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pelaksanaan pemeriksaan internal yang diterapkan di PT. (Persero)
Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta sudah diterapkan secara memadai
dan cukup berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang
usaha. Diantaranya meliputi:
1. Standar Profesional, yang terdiri atas:
a. Independensi.
b. Status Organisasi.
c. Obyektivitas.
d. Kecakapan Profesional.
2. Standar Lingkup Kerja Pemeriksaan.
3. Program kerja pemeriksaan tahunan
4. Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Pemeriksaan, diantaranya meliputi
pemeriksaan terhadap : Keberadaan, kelengkapan, akurasi, pengklasifikasian,
cut-off , kaitan rinci, nilai yang terealisasi, dan penyajian dan pengungkapan.
5. Penindaklanjutan.
Pengendalian internal piutang usaha yang ditetapkan oleh PT. (Persero)
Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta sudah memadai. Perusahaan
menetapkan unsur-unsur pengendalian dalam menunjang efektivitas pengendalian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Kristen Maranatha
134 1. Lingkungan Pengendalian
2. Penetapan Risiko
3. Aktivitas Pengendalian, yang terdiri atas:
a. Pemisahan Tugas
b. Dokumen dan Catatan yang memadai
c. Pengamanan Fisik Catatan
d. Pengecekan Kinerja
4. Sistem Informasi dan Komunikasi.
5. Pemantauan.
Selain itu efektivitas pengendalian internal piutang usaha ditunjang dengan
tercapainya tujuan umum pengendalian internal, yang meliputi:
1. Keandalan Laporan Keuangan.
2. Efisiensi dan Efektivitas Operasional.
3. Pemenuhan Ketentuan Hukum dan Regulasi yang bisa Ditetapkan.
Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan pengujian Korelasi
Spearman, diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel, (3,179 > 2,074), yang artinya Ho
ditolak dan Ha diterima, maka hipotesis penulis dapat diterima, yaitu bahwa
“ Pemeriksaan internal yang dilaksanakan dengan memadai, akan berperan
dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha “ pada PT.
(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta.
Kedua variabel di atas memiliki hubungan yang cukup kuat dan positif
yaitu sebesar 0,687, apabila pemeriksaan internal ditingkatkan maka efektivitas
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Kristen Maranatha
135
pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang
usaha adalah sebesar 47,2 % yang artinya cukup berperan sedangkan sisanya yaitu
sebesar 52,8 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti sistem akuntansi
piutang, kebijakan akuntansi untuk piutang, pelaksanaan tindak lanjut yang
dilaksanakan dengan konsisten, dan sanksi hukum yang ditegakan dalam
perusahaan.
5.2 Saran
Meskipun demikian, masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan
pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang
usaha pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta, antara
lain kebijakan dalam pencatatan akuntansi untuk piutang usaha masih kurang
tepat, dan masih menggunakan semi computerized system. Meningkatnya piutang
usaha tak tertagih dari tahun 2004 ke 2005. Hal tersebut disebabkan karena
penindaklanjutan terhadap sanksi perusahaan kurang tegas diterapkan kepada
debitur yang melanggar ketentuan perusahaan, perputaran transaksi yang begitu
padat setiap tahunnya tidak didukung dengan penambahan teknologi yang
memadai, dan adanya kenaikan nilai tukar kurs Amerika Dollar terhadap Rupiah.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, penulis menyatakan saran sebagai
berikut:
1. Sebaiknya perusahaan melakukan penyempurnaan sistem pencatatan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Kristen Maranatha
136
2. Sebaiknya perusahaan menetapkan sanksi yang tegas terhadap debitur, yang
melanggar ketentuan dan peraturan perusahaan, tanpa memandang bulu.
3. Sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan teknologi informasi (CBIS) untuk
mempercepat proses pengolahan data akurat dan tepat waktu.
4. Sebaiknya perusahaan memberikan pelatihan (Training) kepada para petugas
akuntansi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Elder, Beasley. 2006. Auditing and Assurance Service: Unintegrated
Approach. Elevent 11th. Prentice Hall Ing. New Jearsey.
Boyton, Jhonson, and Kell. 2003. Modern Auditing. Alih Bahasa Ichsan Setyo
Budi, dan Herman Wibowo.Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Brigham, Houston. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Erlangga. Jakarta. 2001.
Cooper, Donald R., William Emory, 1996, Metode Penelitian Bisnis. Jilid 1. edisi
5. Jakarta.Erlangga.
Dewan SPAP; Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesi Akuntan Publik.
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN. Yogyakarta.
Hartadi, Bambang. 2004. Auditing. BPFE. Yogyakarta.
Indriantoro, Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 1. BPFE.
Yogyakarta.
Joseph F. Hair Jr.,Ralph E. Andersen, Ronald L. Tatham, and William
L.Black.,1998. Multivariate Data Analysis. 5th edition. New Jersey.
Prentice Hall International.
Kuncoro, Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan. BPFE. Yogyakarta.
Kieso, Weygandt, Warfield. 2002. Intermediate Accounting. Edisi 10. Erlangga.
Jakarta.
Komarudin. 1994. Ensiklopedia manajemen. Edisi 2. Jakarta. Bumi Aksara.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta.
Mulyadi, Puradiredja. 2001. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.
Munawir. 2005. Auditing Modern. BPFE. Yogyakarta.
Ratliff, Wallace, Loebbecke, and Mcfarland. 1996. Internal Auditing Principles
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Kristen Maranatha
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-8. CV. Alfabeta. Bandung.
Tugiman ,Hiro. 2006.Pengenalan Manajemen Internal Audit dan Komite Audit.
YPIA. Bandung.
Tugiman, Hiro. 2006. Standar Profesional Audit Internal. Kanisius. Yogyakarta.
Widjaya, Amin. 2005. Internal Auditing. Harvarindo. Jakarta.
Warren, Reeve, Fess. 2005. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi 21th. Alih Bahasa