• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN BAHASAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

HASIL DAN BAHASAN

Bab hasil dan bahasan ini menggunakan metode observasi terhadap penumpang KRL dan kereta api ekonomi yang menggunakan Stasiun Palmerah dan keadaan kawasan sekitarnya. Potensi dan hambatan yang terdapat pada kawasan sekitar Stasiun Palmerah dianalisa berdasarkan komponen/prinsipTransit Oriented Development (TOD)oleh Peter Calthrope dalam bentuk tabulasi.Analisa lebih lanjut dilakukan dengan didukung oleh standar pemerintah menghasilkan langkah desain.

4.1 Data Tapak

Tapak yang dibahas adalah kawasan Stasiun Palmerah sebagai pusat transit dan sekitarnya.Seperti yang disebutkan di landasan teori, kawasan TOD adalah kawasan mixed-use dengan rata-rata jarak 400 meter dari titik pusat transit atau 5 menit berjalan kaki. Dalam radius 400 m dilihat dari udara, terdapat berbagaifungsi lahan berdasarkan lembar rencana kota (LRK)pada kawasan objek penelitian ini yangdapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.1 Peruntukan lahan pada kawasan berdasarkan LRK Keterangan :

Kawasan rel, stasiun dan hijau

Kawasan pemerintahan nasional dan taman Kawasan wisma kantor atau wiswa dagang Kawasan perkantoran/jasa atau perdagangan Kawasan fasilitas umum

45

(2)

Dalam kawasan dengan jarak 400 meter dari pusat transitterdapatbangunan dengan berbagai fungsi, yaitu perkantoran, pasar, pertokoan, sekolah dan permukiman.

Gambar 4.2Bangunan Sekitar Kawasan dalam Radius 400 Meter

Keterangan :

Titik transit

Radius 400m atau 5 menit

Titik akhir jarak 400m atau 5 menit dari pusat transit Perkantoran

Hunian

Pertokoan& Pasar Sekolah

Stasiun

(3)

47

Tapak yang akan diolah secara khusus terletak di kelurahan Gelora, kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Tapak terdiri dari 2 bagian, yaitu RT 03/01(warna merah) dan RT 04/01(warna kuning).Tapak ini dipilih karena berhubungan langsung dengan stasiun dan kegiatan transportasi pendukungnya.

Selain itu peruntukan lahan berdasarkan LRK yang merupakan wisma dagang atau wisma kantor juga mendukung pendekatan prinsip TOD pada kawasan ini.

Gambar 4.3 Peta Lahan yang Akan diolah

Batas-batas wilayah tapak :

Tabel 4.1 Batas-batas Tapak

Sisi Jalan & Bangunan Foto

Utara Jalan Gelora 5 dan RT 02/01

Pada RT02/01 terdapat beberapa bangunan rumah dan tanah kosong Timur Jalan Gelora 7,

Departemen kehutanan dan MPR/DPR

(4)

Sisi Jalan & Bangunan Foto Selatan SMAN 24 Jakarta

Barat Jalan Palmerah Utara, Jalan Palmerah Selatan dan Pasar Palmerah

Sumber : Olahan data penulis

4.2 Analisa Potensi dan Hambatan Berdasarkan Komponen TOD

Berdasarkan komponen-komponen dari perencanaan Transit Oriented Development yang disimpulkan oleh Peter Calthrope, terlihat potensi kawasan Stasiun Palmerah dikembangkan menjadi kawasan TOD.Namun terdapat juga hambatan dalam mencapai konsep TOD tersebut.Potensi dan hambatan pada kawasan sekitar Stasiun Palmerah dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel4.2Potensi, Hambatan dan Langkah Desain Berdasarkan Komponen TOD

No. Komponen TOD

Kondisi tapak

Kesimpulan Langkah desain Potensi Hambatan

1. Pedestrian ways Perencanaa n kawasan yang mempriorit askan pejalan kaki

80%

penumpang kereta api Stasiun Palmerah umumnya berjalan kaki melewati Jl.

Gelora 6 menuju Jl.

Palmerah Barat

Keadaan jalan yang digunakan belum memadai untuk berjalan kaki dari segi ukuran,

keamanan, kenyamanan dan fasilitas pejalan kaki.

Sudah ada kemauan penumpang untuk berjalan kaki dalam menuju stasiun dan tujuan lainnya di sekitar stasiun, namun keadaan pedestrian belum memadai.

Dibuat pedestrian yang memadai sesuai dengan standar pemerintah dan kebutuhan

(5)

49

No. Komponen TOD

Kondisi tapak

Kesimpulan Langkah desain Potensi Hambatan

2. Transit Center Pusat transit menjadi fitur penting dari pusat kota

Stasiun Palmerah digunakan oleh lebih dari 5000

penumpang setiap harinya

Kapasitas Stasiun Palmerah saat ini belum mewadahi pertumbuhan penumpang yang meningkat, selain itu fasilitas seperti ruang tunggu dan penerangan pada malam hari masih kurang

Stasiun Palmerah termasuk stasiun urban core walaupun kawasan sekitarnya dikategorikan menjadi neighbourhood

Peremajaa n Stasiun sesuai dengan kebutuhan dan rencana masa depan

3. Mixed-use Sebuah node regional yang terdiri atas campuran kegunaan dari hunian, kantor, pertokoan, dan area publik

Stasiun dikelilingi oleh bangunan perkantoran pemerintah, swasta, komersil menengah kebawah (pasar &

pertokoan 1-2 lantai) serta hunian (rumah 1-2 lantai &

apartemen)

Kondisi area komersil dan permukiman saat ini tidak tertata rapi dan belum memaksimalkan fungsi lahan.

Selain itu tidak ada ruang terbuka hijau yang dapat dinikmati seluruh masyarakat yang tinggal maupun melewati kawasan ini

Fungsi lahan kawasan dengan radius 400 m dari pusat transit yaitu Stasiun Palmerah sudah tergolong mixed-use, namun belum tertata rapi dan maksimal.

Area komersial dan permukima n ditata rapi dan dibangun dengan fungsi sesuai lembar kerja kota, serta dibuat ruang terbuka hijau

(6)

No. Komponen TOD

Kondisi tapak

Kesimpulan Langkah desain Potensi Hambatan

4. Connectivi ty

Pengemba ngan berkualitas tinggi dimana dapat mengitari kawasan sekitar halte transit dengan waktu 10 menit

Kawasan ini memiliki jalan-jalan sebagai jalan pintas

kendaraan (Jl.

Gelora 5,6 &

7) pada bagian barat Stasiun Palmerah

Akses dari bagian barat menuju bagian timur stasiun sangat jauh apabila pejalan kaki menggunakan angkutan umum (M09, M11, Kopaja)

Untuk mengitari kawasan sekitar stasiun dengan waktu 10 menit tidak tercapai dikarenakan aksesibilitas jalan belum memenuhi

Dibuat akses yang lebih mudah dan cepat di seluruh kawasan

5. Transport ation Support Terdapat angkutan pendukung seperti bus, kereta,dan lain-lain

Stasiun Palmerah sebagai pusat transit dengan angkutan pendukung mikrolet dan kopaja. Selain itu adanya rencana pembangunan halte

transjakarta dan monorail pada kawasan ini

Penyediaan sarana dan prasarana seperti halte tersedia di beberapa tempat namun tidak dimanfaatkan dan kendaraan umum berhenti di sembarang tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Hal ini menyebabkan kemacetan sementara pada jalan-jalan di sekitar kawasan.

Kawasan Palmerah akan mudah dicapai dari berbagai area lainnya sehingga akan meningkatkan penggunaan transportasi publik dan meningkatkan nilai kawasan.

Namun apabila moda-moda tersebut belum terfasilitasi, hal tersebut akan sulit tercapai

Disediakan pemberhen tian dan tempat menunggu tiap moda transpor- tasi pendukung yang sesuai dengan standar di titik-titik yang dibutuhkan

(7)

51

No. Komponen TOD

Kondisi tapak

Kesimpulan

Langkah desain Potensi Hambatan

6. Bike Ways Didesain untuk penggunaa n sepeda dalam kawasan

Sudah ada beberapa commuter yang

menggunakan sepeda untuk mencapai tujuan dari Stasiun Palmerah

Belum ada jalur khusus sepeda yang nyaman sehingga pengguna sepeda masih sedikit

Sepeda akan diminati apabila tersedia jalur yang memadai

Dibuat jalur khusus sepeda yang nyaman dan sesuai standar.

7. Parking Menguran gi dan mengelola parkir di dalam kawasan

Sudah ada tempat parkir khusus di Stasiun dan Pasar

Palmerah

Pada area komersil (tidak termasuk pasar) tempat parkir tidak tersedia sehingga kendaraan diparkir di tepi jalan

Terdapat toko- toko onderdil di pasar palmerah dan kawasan.

Toko onderdil termasuk salah satu daya tarik dari Pasar Palmerah sehingga akan sulit untuk dihilangkan

Parkir dibutuhkan pada Stasiun untuk commuter mencapai tujuan setelah

menggunakan kereta dari tempat asal karena belum ada. Pada area komersil dan pasar dibutuhkan parkir untuk mengangkut barang-barang yang dibeli.

Apabila terdapat integrasi

transportasi

umum yang

memadai penggunaan kendaraan

bermotor dan parkir dapat berkurang

Meningkatka n fasilitas pejalan kaki dan

transportasi publik sehingga masyarakat terdorong untuk tidak menggunaka n kendaraan pribadi.

Parkir disediakan seminimal mungkin dan diusahakan tidak terlihat

Sumber : Olahan data penulis

(8)

4.3 Analisa Tapak dan Bangunan

Analisa lebih lanjut dilakukan dari Tabel 4.1 Potensi, Hambatan dan Langkah Desain Berdasarkan Komponen TODmengenai hambatan dan langkah desain berdasarkan komponen TOD dan utilitas.

4.3.1 Pedestrian ways

Keadaan jalan yang digunakan belum memadai untuk berjalan kaki dari segi ukuran, keamanan, kenyamanan dan fasilitas pejalan kaki.

Gambar 4.4 Jalan di Sekitar Kawasan Stasiun Palmerah Sumber : Dokumentasi penulis

(9)

53

Langkah desain :Dibuat pedestrian yang memadai sesuai dengan standar pemerintah dan kebutuhan. Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, Pengembangan zona pejalan kaki di pusat kota terbagi atas 3 zona, yaitu zona bagian depan gedung, zona bagi pejalan kaki dan zona bagi tanaman/perabot jalan.

a. Zona bagian depan gedung

Zona ini merupakan area antara dinding gedung dan pejalan kaki. Pejalan kaki biasanya akan tidak merasa nyaman bila berjalan kaki secara langsung berdekatan dengan dinding gedung atau pagar. Untuk itu jarak minimum setidaknya berjarak 0.6 meter dari sisi gedung.Bagian depan harus bebas dari halangan atau berbagai objek yang menonjol. Bagi orang yang memiliki keterbatasan indera penglihatan dan sering berjalan di zona ini, dapat menggunakan suara dari gedung yang berdekatan sebagai orientasi atau bagi tuna netra pengguna tongkat dapat berjalan dengan jarak antara 0.3 meter hingga 1,2 meter dari bangunan. Pada Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum No. 032/T/BM/1999 juga terdapat penambahan lebar jalur pejalan kaki untuk kursi roda selebar 100-120 cm. Oleh karena itu pada zona ini akan berukuran 100-120 cm.

b. Zona bagi Pejalan Kaki

Zona ini adalah area khusus pejalan kaki yang harus dibebaskan dari seluruh rintangan, berbagai objek yang menonjol dan penghalang vertikal yang berbahaya bagi pejalan kaki dan bagi yang memiliki keterbatasan indera penglihatan.Zona ini setidaknya berukuran 180 - 300 cm atau lebih luas untuk memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan. Pada jalan local dan jalan kolektor lebar jalan minimal 120 cm dan jalan arteri atau jalan utama 180 cm.Berdasarkan Petunjuk Perencanaan Trotoar No.

007/T/BNKT/1990, lebar minimum trotoar pada kawasan pertokoan adalah 200 cm. maka disimpulkan bahwa zona ini akan berukuran 200 cm.

c. Zona Tanaman/Perabot Jalan

Zona ini berfungsi sebagai pemisah antara zona lalu-lintas (kendaraan cepat) dengan zona pejalan kaki.Area ini menjadi tempat untuk meletakkan berbagai elemen perabot jalan (hidran air, bangku-bangku,

(10)

tiang lampu lalu lintas, rambu lalu lintas, dan tanaman peneduh, lampu penerangan dan lain-lain).

Berdasarkan Petunjuk Perencanaan Trotoar No. 007/T/BNKT/1990, untuk zona ini adalah sebesar 60-120 cm. Penggabungan setiap zona tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.5 Ilustrasi Ruang Pejalan Kaki

Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan

Contoh desain 1

Gambar 4.6 Contoh desain 1

Sumber : Marta Transit Oriented Development Guidelines 100-120cm 200 cm

60- 200 cm

(11)

55

Gambar 4.7 Penerapan Contoh Desain Pada Jalan Gelora 6

Contoh desain 2

Gambar 4.8Contoh Desain 2

Sumber :Planning Alliance: Transit and Transit Oriented Development, 2013

Gambar 4.9 Penerapan Contoh Desain Pada Area Komersial

(12)

Sarana dan Prasana

Sarana dan prasarana/fasilitas diletakan pada jalur amenitas yang berukuran 60-200 cm.

Tabel 4.3 Fasilitas Ruang Pejalan Kaki Dan Ilustrasi Desain

No. Jenis Fasilitas

Keterangan Ilustrasi desain

1. Lampu penerangan

Diletakan setiap 10 meter dengan tinggi maksimal 4 m. Bahan yang digunakan adalah

bahan dengan

durabilitas tinggi seperti metal & beton cetak

2. Tempat duduk

Diletakan setiap 10 meter dengan lebar 40- 50 cm, panajng 150 cm dan bahan durabilitas tinggi.

3. Pagar pengaman

Diletakan pada titik tertentu yang berbahaya dan memerlukan

perlindungan dengan tinggi 90 cm dan menggunakan bahan yang tahan terhadap cuaca, kerusakan, dan murah

pemeliharaannya.

(13)

57

No. Jenis Fasilitas

Keterangan Ilustrasi desain

4. Tempat sampah

Terletak setiap 20 meter dengan besaran sesuai kebutuhan dan

bahan dengan

durabilitas tinggi 5. Signage Marka dan perambuan,

papan informasi diletakan pada titik interaksi sosial, halte, pada jalur dengan arus pedestrian padat, dengan besaran dan bahan yang

berdurabilitas tinggi dan tidak menimbulkan efek silau.

6. Fasilitas difable

Terdiri dari jalur petunjuk jalan khusus tuna netra sepanjang jalur pejalan kaki, ramp pada setiap

persimpangan, entrance bangunan dan titik-titik penyeberangan

(14)

No. Jenis Fasilitas

Keterangan dan ilustrasi desain

Detail ramp

7. Zebra cross

Terletak di setiap adanya crossing antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor

Sumber : Olahan data penulis

(15)

59

4.3.2 Transit Center

Pusat transit di sini adalah Stasiun Palmerah. Kapasitas Stasiun saat ini belum mewadahi pertumbuhan penumpang yang meningkat, Selain itu fasilitas seperti ruang tunggu dan penerangan pada malam hari masih kurang.

Gambar 4.10Keramaian Penumpang Pada Hari Minggu (Hari Paling Sepi Pengguna Kereta Pada Stasiun Palmerah)

Sumber :Dokumentasi Penulis

Saat ini sudah mulai dilakukan pembangunan Stasiun Palmerah baru yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perekeretaapian Kementrian Perhubungan, untuk mengatasi permasalahan tersebut. Stasiun ini terdiri dari 2 lantai dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan seperti ruang duduk, loket, toilet, kantor, ruang staff dan sebagainya. Selain itu terdapat jembatan yang menghubungkan antara jalan yang dipisahkan oleh rel kereta.Nantinya penumpang akan menggunakan jembatan ini sebagai penghubung dan juga sebagai akses untuk memasuki stasiun, karena letak loket tiket stasiun akan diletakan di lantai 2.

Gambar 4.11 Desain Stasiun Palmerah Baru

Sumber : http://poskotanews.com , diakses pada 31 Maret 2014

59

(16)

Dengan adanya rencana pembangunan halte transjakarta dan monorelnantinya desain Stasiun Palmerah yang baru tersebutakandiintegrasikan dengan rencana perancangan halte Transjakarta dan monorel yang akan dibuat.Jembatan penghubung yang sudah ada pada rancangan stasiun yang baru juga akan dimanfaatkan sebagai akses menuju halte transjakarta.

Gambar 4.12Rencana Peletakan Halte Transjakarta

4.3.3 Mixed-use

Kawasan di sekitar Stasiun Palmerah yang saat ini sudah memiliki berbagai pemanfaatan lahan, yaitu terdapat gedung-gedung perkantoran swasta dan pemerintah, pasar, sarana pendidikan serta semakin berkembang dengan adanya rencana pembangunan apartemen dan hotel oleh swasta dan rencana pemerintah untuk membangun monorel dan halte busway di kawasan ini akan meningkatkan jumlah pengguna transportasi publik. Kawasan harus siap untuk mewadahi pertumbuhan dan memenuhi kebutuhan pengguna transportasi publik, di sisi lain kawasan sekitar stasiun diharapkan menjadi tempat bermukim yang baik agar dapat menyediakan pelanggan bagi moda transportasi yang ada. Meningkatnya area komersial tentunya juga akan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pemukiman dan pengguna transportasi.

Keterangan:

Stasiun Palmerah Halte Transjakarta

(17)

61

Dalam kawasan dengan radius 400 meter ini terdapat bangunan dengan berbagai fungsi, yaitu perkantoran, pasar, pertokoan, sekolah dan permukiman.

Gambar 4.13Bangunan Sekitar Kawasan Dalam Radius 400 Meter Keterangan :

Titik transit

Radius 400m atau 5 menit

Titik akhir jarak 400m atau 5 menit dari pusat transit Perkantoran

Hunian

Pertokoan& Pasar

Stasiun Palmerah Pertokoan 1 lantai

Kompas Gramedia

Pasar Palmerah

Karindra Building

Permata

Senaya Pertokoan 2 lantai SMAN 24 Dept. Kehutanan

MPR & DPR

(18)

Sekolah

Letak RT 03/01 dan RT 04/01 strategis karena berada di tengah-tengah antara Stasiun Palmerah, Pasar Palmerah, titik menaikan dan menurunkan penumpang mikrolet dan kopaja, serta perkantoran, sering dilewati oleh penumpang transportasi publik dan masyarakat sekitar.Hal tersebut menjadikan area ini tepat untuk dijadikan area komersial yang memang sudah direncanakan oleh pemerintah dalam Lembar Kerja Kota.Saat ini fungsi lahan sudah merupakan campuran antara pertokoan, rumah-rumah, dan tempat ibadah.Namun keadaannya tidak tertata rapi dan fungsi lahanbelum maksimal.

Gambar 4.14Kondisi area komersil pada RT 03/01 dan RT 04/01 Sumber :Dokumentasi Penulis

Bangunan pada area komersil tersebut rata-rata setinggi 1-2 lantai, sedangkan pada lembar kerja kota diperbolehkan hingga 4 lantai dengan fungsi wisma dagang atau wisma kantor. Selain itu tidak ada ruang terbuka hijau yang dapat dinikmati seluruh masyarakat yang tinggal maupun melewati kawasan ini.

Langkah desain :Area komersial dan permukiman ditata rapi dan dibangun dengan fungsi sesuai lembar kerja kota, serta dibuat ruang terbuka hijau. Area yang dimaksud adalah RT 03/01(merah) dan RT 04/01(kuning).

Pada area ini nantinya akan dibangun campuran antara komersil dan hunian berupa soho atau ruko dengan area publik.

(19)

63

Gambar 4.15 Peta Area Komersil Yang Akan Diolah

Luas dan peraturan pada tapak :

RT 03/01

• Luas Lahan : 14500 m2

• GSB : Utara 5 m, Timur 8 m, Selatan 8 m, Barat 8 m

• KDB : 60%

Luas lantai dasar yang boleh dibangun : 60% x 14500 =8700 m2

• KLB : 2.4

Luas total bangunan yang boleh dibangun : 2.4 x 14500 = 34800 m2

• Jumlah lantai maksimum : 4 lantai

RT 04/01

• Luas Lahan : 5500 m2

• GSB : 8 m

• KDB : 60%

Luas lantai dasar yang boleh dibangun :60% x 5500 = 3300 m2

• KLB : 2.4

Luas total bangunan yang boleh dibangun :2.4 x 5500 = 13200 m2

• Jumlah lantai maksimum : 4 lantai

Total luas lahan adalah ± 2 Ha, sedangkan yang akan diolah ±1.2 Ha. Lahan yang tidak dapat dibangun digunakan sebagai pedestrian, jalur sepeda, area publik dan ruang terbuka hijau.

(20)

Tabel 4.4 Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga

Jumlah Persentase (%)

Keterangan

1 Wiraswasta 32 25

2 Pedagang 11 8

3 Pegawai Negeri 5 4

4 Karyawan Swasta 53 41

5 Ibu Rumah Tangga 15 11

Lain-lain 14 11 Pendeta,

dokter,sopir,bur uh, dan lain-lain

Jumlah 130 100

Sumber :Laporan Biodata Keluarga Kelurahan Gelora

Sesuai dengan konsep mixed-use, peruntukan lahan serta jenis bangunan pada umumnya saat ini, terdapat fungsi bangunan hunian, ruko serta toko.Apabila diasumsikan kepala keluarga dengan pekerjaan wiraswasta dan pedagang membutuhkan ruko dan pekerjaan lainnya membutuhkan hunian, maka perbandingan kebutuhan ruko dan hunian adalah sebagai berikut.

Tabel 4.5 Perbandingan Kebutuhan Jenis Bangunan Jenis

Bangunan

Jenis Pekerjaan Persentase (%)

Ruko Wiraswasta & pedagang 25 + 8 = 33 Hunian Pegawai Negeri, karyawan

swasta, IRT dan lain-lain

4 + 41 + 11 + 11 = 67

Perbandingan 33 : 67 = 1 : 2 Sumber : Olahan data penulis

Berdasarkan tabel di atas maka perbandingan jumlah ruko dan hunian adalah 1 : 2.Nantinya perbandingan jumlah hunian dan ruko yang direncanakan kurang lebih sesuai dengan hasil tersebut.

(21)

65

Figure Ground

Analisis figure ground digunakan untuk mengidentifikasi tekstur, pola dan keteraturan tata ruang pada RT 03/01 dan 04/01. Analisis dilakukan dengan menandai massa bangunan (warna hitam) dan ruang terbuka (warna putih).

Gambar 4.17Figure Ground

Dari hasil pemetaan solid dan void dapat diidentifikasibahwa :

- Pola figure groundhomogenkarenamassa bangunan yang cenderung berbentuk persegi panjang dan jarak yang saling menempel.

- Sudut pandang konfigurasi, kawasan ini lebih memperhatikan figure.Groundterbentuk karena kebutuhan akses dan sedikit ruang terbuka dari lahan masing-masing pemilik tanah.

- Elemen solid bersifat blok yang mendefinisi sisi karena bangunan cenderung memenuhi tepi lahan dan menghadap ke jalan.

- Elemen void bersifat sistem tertutup yang memusat karena ruang terbuka cenderung di tengah namun tertutup oleh bangunan-bangunan di sekitarnya.

- Tekstur kawasan ini termasuk angular dimana void di dalam kawasan terbentuk karena sisa dari massa bangunan.

(22)

Sumber : Strategi Arsitektur 2, Perancangan Kota Secara Terpadu Markus

Dari hasil identifikasi

perubahan yang perlu dilakukan agar sesuai dengan lembar rancangan kota dan lebih seimbang

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6Perubahan dari No. Analisis

1. Apabila figure ground

dibandingkan dengan rencana tata kota kedepannya, terlihat massa bangunan melebihi garis sempadan bangunan (GSB). Massa bangunan akan dimundurkan sesuai ketentuan GSB.

2. Void berupa jalan dipertahankan dan diteruskan.

Gambar 4.18 Tesktur Angular

Sumber : Strategi Arsitektur 2, Perancangan Kota Secara Terpadu Markus Zahnd (2006)

hasil identifikasi figure groundtersebut terdapat beberapa yang perlu dilakukan agar sesuai dengan lembar rancangan kota dan lebih seimbang antara void dan solid. Perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Perubahan dari Hasil Identifikasi Figure Ground Ilustrasi

figure ground saat ini dibandingkan dengan rencana tata kota kedepannya, terlihat massa bangunan melebihi garis sempadan bangunan (GSB). Massa bangunan akan dimundurkan sesuai ketentuan

berupa jalan dipertahankan dan diteruskan.

Sumber : Strategi Arsitektur 2, Perancangan Kota Secara Terpadu Markus

tersebut terdapat beberapa yang perlu dilakukan agar sesuai dengan lembar rancangan . Perubahan tersebut dapat

Figure Ground

(23)

No. Analisis 3. Konfigurasi

figure massa

tempat tinggal dan komersial penduduk namun dengan memperhatikan rancangan

4. Elemen

yang mendefinisi sisi karena fungsi bangunan komersial yang lebih baik jika berhubungan langsung dengan jalan dan pejalan kaki.

5. Letak yang

sebagai akses dari berbagai sisi, sehingga

masyarakat sekitar luasannya

6. Tekstur tetap angular namun dilebarkan dan konektivitasnya diperbaiki. Bentuk angular akan menghasilkan sirkulasi pejalan kaki yang tidak monoton yang cenderung membosankan.

Analisis Ilustrasi

Konfigurasi tetap menggunakan figure dengan memaksimalkan massa untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal dan komersial penduduk namun dengan memperhatikan rancangan void.

Elemen solid tetap bersifat blok yang mendefinisi sisi karena fungsi bangunan komersial yang lebih baik jika berhubungan langsung dengan jalan dan pejalan kaki.

Letak voidmenjadi sistem terbuka yang linear karena dibuatnya jalan sebagai akses dari berbagai sisi, sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar serta diperbesar luasannya.

Tekstur tetap angular namun void dilebarkan dan konektivitasnya diperbaiki. Bentuk angular akan menghasilkan sirkulasi pejalan kaki yang tidak monoton yang cenderung membosankan.

Sumber : Olahan Data Penulis

67

(24)

4.3.4 Connectivity

Akses dari bagian barat menuju bagian timur stasiun dan sebaliknya sangat sulit apabila pejalan kaki menggunakan angkutan umum (M09, M11, Kopaja), oleh karena itu perlu dibuat akses yang lebih mudah dan cepat, juga di seluruh kawasan. Pada rencana pembangunan stasiun baru terdapat jembatan sebagai akses masuk ke dalam stasiun agar mengurangi crossing antara penyeberangan penumpang dengan kendaraan bermotor di Jalan Gelora 7 yang menyebabkan penumpukan kendaraan di lampu lalu lintas.Jembatan ini juga dapat digunakan untuk akses antarajalan di bagian timur dengan bagian barat stasiun.Ini merupakan solusi tepat untuk mengatasi kesulitan akses yang terjadi.

Gambar 4.19Jembatan pada Stasiun Palmerah Baru Sumber : http://poskotanews.com , diakses pada 31 Maret 2014

Gambar 4.20 Sirkulasi Pejalan Kaki Dan Kendaraan Bermotor Saat Ini dan Crossing Pada Titik Kuning

(2) Gelora 6

(3) Palmerah Selatan 1

Gelora 7

(25)

69

Jalan 1 merupakan jalan memotong menuju beberapa bangunan di dalam RT 03/01. Jalan ini akan lebih bermanfaat sebagai akses yang lebih mudah dan cepat apabila diteruskan hingga ke Jalan Gelora 7.

Jalan 2 digunakan oleh 80% pengguna Stasiun Palmerah dengan berjalan kaki, namun tidak ada jalur khusus untuk pejalan kaki sehingga harus berdampingan dengan kendaraan bermotor. Hal ini tidak aman dan kurang nyaman bagi pejalan kaki dan kendaraan bermotor.Olehkarena itu sirkulasi kendaraan pada jalan 2sebaiknya dihilangkan sehingga pejalan kaki dapat berjalan dengan leluasa. Selain itu pada titik kuning di atas sering terjadi crossing antara kendaraan yang datang dari 3 jalan dan pejalan kaki,karena itu dengan dihilangkannya sirkulasi kendaraan bermotor tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah kendaraan yang crossing.

Gambar 4.21 Perubahan Sirkulasi Pejalan Kaki, Sepeda dan Kendaraan Bermotor Keterangan :

Sirkulasi kendaraan Sirkulasi pejalan kaki dan sepeda

Jembatan penyeberangan Stasiun Palmerah Pasar Palmerah Akses yang diubah

(26)

Pencapaian Site

Gambar 4.22 Jalan di Sekitar Tapak

Pencapaian kota menuju kawasan stasiun Palmerah saat ini dapat ditempuh dengan menggunakan :

 Kendaraan pribadi (mobil dan motor) dari arah Tanah Abang melalui Jalan Palmerah Utara, Kemanggisan melalui Jalan Palmerah Barat dan Senayan melalui Jalan Gelora 7.

 Kendaraan umum:

- Mikrolet 09 jurusan Tanah Abang – Kebayoran Lama melalui jalan Palmerah Utara dan Palmerah Barat.

- Mikrolet 11 jurusan Tanah Abang – Meruya Ilir melalui jalan Palmerah Utara dan Palmerah Barat.

- Kopaja B 86 jurusan Lebak Bulus – Kota melalui Jalan Gelora 7 - Kopaja 608 jurusan Tanah Abang –Blok M melalui Jalan Gelora 7 - Bajaj, Taksi, Ojek dari arah Tanah Abang melalui Jalan Palmerah

Utara, Kemanggisan melalui Jalan Palmerah Barat dan Senayan melalui Jalan Gelora 7.

(27)

71

Gambar 4.23 TitikNaik Turun Pejalan Kaki dari Kendaraan Umum

Pejalan kaki saat ini turun dari kendaraan umum di lingkaran merah namun titik naik turun penumpang nantinya akan dipindahkan agar tidak terjadi penumpukan pada lingkaran merah tersebut. Akses masuk pejalan kaki ke dalam kawasan dibuat tidak lebih dari 10 meter dari titik naik turun penumpang. Selain itu dibuat beberapa akses lain yang membolehkan pejalan kaki untuk berjalan memotong kawasan sehingga memudahkan dan mempercepat sirkulasi pejalan kaki di dalam kawasan dan menuju stasiun. Akses masuk diambil dari ujung-ujung tapak karena merupakan titik terdekat dengan jalur pedestrian di lahan sekitarnya.Dari hasil identifikasi figure ground, terlihat void di dalam lahan yang hampir memotong lahan dan dapat dijadikan akses. Oleh karena itu titik pencapaian ke dalam site disesuaikan antara kebutuhan dengan hasil identifikasi figure ground.Dari faktor-faktor tersebut maka titik akses pejalan kaki menjadi sebagai berikut.

.

Gambar 4.24 Akses Pejalan Kaki ke Dalam Tapak

(28)

4.3.5 Transportation Support

Penyediaan sarana dan prasarana seperti halte belum tersedia sehingga kendaraan umum berhenti di sembarang tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang.Hal ini menyebabkan penumpukan kendaraan di beberapa titik pada jalan-jalan di sekitar kawasan.Titik-titik penyebab penumpukan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.25 Titik Naik & Turun Penumpang Kendaraan

Agar penumpukan berkurang maka perlu disediakan halte untuk tempat pemberhentian dan tempat menunggu setiap moda transportasi pendukung yang sesuai standar.Titik-titik rencana halte kendaraan umum diletakan dengan jarak kurang dari 100-200 m dari titik penumpukan agar tidak terlalu jauh dan bukan dititik yang padat kendaraan.Halte diletakan di sisi Timur dan Barat tapak menyesuaikan jalur kendaraan umum saat ini.Tempat menunggu ojek dipindah agar tidak mengganggu pejalan kaki yang akan menggunakan zebra cross dan diletakan dekat dengan halte. Rencana titik halte tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Keterangan:

Titik naik & turun penumpang serta tempat menunggu mikrolet, drop off kendaraan pribadi di depan Pasar Palmerah

Titik naik & turun penumpang serta tempat menunggu mikrolet di depan Kompas Gramedia

Titik naik & turun penumpang serta tempat menunggu kopaja, bajaj &

taksi

Tempat tunggu ojek

(29)

73

Gambar 4.26Rencana Titik Halte dan Pusat Ojek

Ruang untuk pemberhentian dan halte bus, kopaja, taksi, angkutan umum dan sebagainya dibuat di lahan GSB dengan minimal luas 150 cm x 240 cm, setiap 300 meter. Letak trotoar akan berada dibelakang halte agar tidak terjadi crossing antara yang sedang berjalan dan akan menaiki kendaraan umum.Halte ini dilengkapi dengan informasi rute dan kendaraan umum yang lewat serta fasilitas lainnya seperti tempat duduk, kanopi dan akses penyandang cacat.

Gambar 4.27 Ilustrasi Ruang Pemberhentian

Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan

Gambar 4.28Ilustrasi Halte

Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan

(30)

Dengan tersedianya sarana dan prasarana tersebut kawasan sekitar Stasiun Palmerah akan mudah dicapai dari berbagai area lainnya sehingga akan meningkatkan penggunaan transportasi publik dan meningkatkan nilai kawasan.

4.3.6 Bike Ways

Pada jalan di kawasan sekitar Stasiun Palmerah belum ada jalur khusus sepeda yang nyaman sehingga pengguna sepeda masih sedikit, karena itu perlu dibuat jalur khusus sepeda yang nyaman dan sesuai standar agar pengguna sepeda meningkat dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.Sirkulasi jalur sepeda dibuat seperti sirkulasi kendaraan bermotor namun dapat melewati Jalan Gelora 6 yang pada pembahasan sebelumnya direncanakan hanya untuk pejalan kaki. Tempat parkir sepeda sebagai sarana juga akan disediakan pada parkir Stasiun Palmerah dan tempat strategis.

Gambar 4.29Sirkulasi Jalur Sepeda

Keterangan : Jalur sepeda Titik parkir sepeda

(31)

75

Gambar 4.30 Contoh Bike Shelter

Sumber : www.cbdbug.org.au , diakses pada 15 April 2014

Lebar Jalur Sepeda

Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, lebar minimum jalur sepeda berdasarkan hubungan dengan jalur pejalan kaki dan bagunan adalah sebagai berikut.

1. Minimum lebar 150 cm

Jalur sepeda berbagi dengan pejalan kaki dengan bangunan pada sisi pejalan kaki dan pemisah antara jalur sepeda dengan jalan raya.

Gambar 4.31 Letak Jalur Sepeda Lebar Minimum 150 cm

(32)

Gambar 4.32Ilustrasi Jalur Sepeda Dan Pejalan Kaki

Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan

2. Minimum lebar 175 cm

Jalur sepeda berbagi dengan pejalan kaki dengan bangunan pada kedua sisinya.

Gambar 4.33 Letak Jalur Sepeda Lebar Minimum 175 cm

Gambar 4.34 Ilustrasi Jalur Sepeda dan Pejalan Kaki

Sumber : Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan

(33)

77

4.3.7 Parking

Pada area komersial dan tempat ibadah di RT 03/01 dan RT 04/01 tempat parkir tidak tersedia sehingga kendaraan diparkir di tepi jalan.Hal ini mengganggu pejalan kaki dan mempersempit jalan raya.

Gambar 4.35Trotoar digunakan untuk Parkir Kendaraan Sumber :Dokumentasi Penulis

Berdasarkan tujuan Transit Oriented Development, parkirdisediakan seminimal mungkin dancara untuk mengatasi kekurangan parkir adalah dengan meningkatkan fasilitas pejalan kaki dan transportasi publik sehingga masyarakat terdorong untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi.Parkir yang paling dibutuhkan adalah pada area stasiun untuk penumpang yang tidak dapat menggunakan kendaraan umum dalam menuju tujuan setelah atau sebelum menggunakan kereta. Parkir ini sudah disediakan dalam desainstasiun Palmerah yang baru sehingga tidak akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini.

Gambar 4.36 Parkir di Stasiun Baru

(34)

Parkir pada kawasan disediakan untuk pemilik ruko karena melihat masyarakat saat ini pada umumnya memiliki kendaraan pribadi untuk mencapai tempat-tempat yang tidak dapat dicapai dengan kendaraan umum.Parkirdibuat tersembunyi agar akses ke bangunan tetapberorientasi ke pedestrian.Tempat parkir dibuat berbentuk basement sehingga dapat memanfaatkan ruang bawah tanah dan meminimalkan kontak langsung dengan pejalan kaki.

Gambar 4.37Ilustrasi Potongan Basement

Sumber : Referensi Laporan Tugas Akhir Sunjaya Askaria berjudul Peremajaan Kawasan Perdagangan Senen Dengan Memanfaatkan Sistem Transportasi Kota

4.3.8 Utility

a.Utilitas Kawasan :

Drainase

Drainase pada tapak umumnya sudah tertutup dan difungsikan menjadi trotoar.Aliran drainase mengarah ke utara tapak, sehingga nantinya pembuangan air kotor kawasan menyesuaikan aliran yang sudah ada.

Gambar 4.38Trotoar Yang Menutupi Drainase Sumber : Dokumentasi penulis

(35)

79

Gambar 4.39 Arah Drainase Utama

• Penerangan

Penerangan sudah cukup baik dengan adanya tiang-tiang lampu di jalan setiap 10 meter.Hanya saja keadaan kabel listrik yang berantakan dapat memungkinkan terjadinya konslet listrik dan mengakibatkan kebakaran, karena itu hal yang dapat dilakukan adalah perapihan kabel listrik.

Gambar 4.40 Lampu Penerangan Jalan Sumber : Dokumentasi penulis

Penerangan dalam kawasan berasal dari lampu bangunan dan penataan lampu pada ruang terbuka.

• Persampahan

Pada kawasan ini terdapat beberapa titiktumpukan sampah yang bukan merupakan penampungan sampah (warna oranye), oleh masyarakat.Padahal sudah ada tempat penampungan khusus (warna biru).Namun tempat penampungan khusus tersebut hanya dapat menampung sampah selama satu hari dan tidak tertutup. Sehingga

(36)

apabila pengangkutan terkendala, sampah akan memakan jalan. Keadaan penampungan yang tidak tertutup merusak citra dan udara lingkungan.

Gambar 4.41Penumpukan Sampah yang Berasal dari Masyarakat Sekitar, Bekas Dagangan PKL dan Pedagang Pasar Palmerah.

Sintesa dari hasil analisis di atas adalah tempat penampungan sampah yang sudah disediakan dibuat tertutup dengan kapasitas yang diperbesar agar mencukupi kebutuhan.Pada kawasan nantinya disediakan tempat-tempat sampah tertutup di titik-titik yang strategis dan memadai. Sampah-sampah ini nantinya akan dikumpulkan setiap hari dan dipindahkan ke tempat penampungan yang terletak di belakang Pasar Palmerah.

4.4 Perencanaan

Perencanaan bangunan ruko dan Soho pada tapak mengikuti standar yang berlaku.

4.4.1 Program Ruang Ruko dan SOHO

Tempat tinggal pemilik ruko dan soho direncanakan mengakomodasi keluarga dengan jumlah keluarga dasar yaitu bapak, ibu dan 2 orang anak.

(37)

81

Tabel 4.7Program Ruang

Waktu Suami Ruang Istri Ruang

5.00 – 6.00

Tidur Kamar

Tidur

Bangun untuk mempersiapkan sarapan bagi keluarga dan membersihkan atau beres-beres rumah.

Dapur

6.00 – 7.00

Bangun, mandi, sarapan. Sarapan keluarga

biasanya dilakasanakan didapur.

-Kamar mandi -Ruang makan

Membantu keluarga mempersiapkan diri untuk kegiatan harinya seperti berkerja ataupun sekolah.

-

7.30 – 8.30

Turun ke toko atau kantor

Toko/

kantor

Melakukan perkerjaan rumah tangga.

R. Cuci R. Setrika

8.30 – 10.00

Berbelanja ke PasarPalmerah atau pertokoan sekitar.

-Pertokoan -Pasar

10.00 – 11.30

Memasak dan mempersiapkan makan siang keluarga

Dapur

12.00 – 13.00

Makan siang, Pada umumnya dilakukan di luar rumah kecuali pada hari libur atau hari khusus.

R.

Makan

Makan siang dan beristirahat siang dilanjutkan dengan kegiatan optional seperti berolah raga bersama teman- teman, berbelanja, berkerja di toko/soho

-R. Makan -Ruang terbuka -Pertokoan -

Café/Resta urant -

Toko/soho

(38)

Waktu Suami Ruang Istri Ruang 17.00 –

18.00

Pulang kantor, istirahat di rumah sambil membaca atau menonton TV.

R.

Keluarg a

Masak dan mempersiapkan makan malam keluarga.

Dapur

18.00 – 19.00

Makan malam bersama keluarga, atau seminggu sekali makan makan diluar bersama keluarga, atau menjamu teman/relasi.

-R.

Makan - Restaur ant/Caf e

Makan malam bersama keluarga

-R. Makan

19.00 – 21.00

Istirahat dan persiapan hari esok dan di lanjutkan dengan tidur.

-R.

Keluarg a -K.

Tidur

Acara bersama keluarga, bersantai diruang keluarga dan dilanjutkan dengan tidur.

-R.

Keluarga -K. Tidur

Sumber : Olahan data penulis

(39)

83

4.4.2 Kebutuhan Ruang & Luasan

Kebutuhan ruang didapatkan berdasarkan aktifitas dan ruang gerak yang diperlukan.

Tabel 4.8 Standar Luasan Ruang Berdasarkan Kebutuhan Ruang Fungsi Jenis Ruang Lebar

bersih minimum (cm)

Tinggi bersih minimum (cm)

Luas minimum (m2)

Sifat Ruang

Ruko/

SOHO

Toko/Kantor 400 240 50 Publik

Kamar Mandi 75 190 2 Semi

Publik Rumah

Tinggal

R. Tidur Utama

240 240 9 Privat

R. Tidur Anak 190 240 6

R. Keluarga 240 240 9

R. Makan 140 240 6

Dapur 90 240 4

Kamar mandi + Kakus

75 190 2

R.cuci 100 190 1.5

R. Setrika 100 190

Gudang 75 190 2.5

Sumber : Olahan data penulis

(40)

4.4.3 Hubungan Antar Ruang

Hubungan antar ruang berkaitan dengan penempatan ruang-ruang pada denah berdasarkan keterkaitan fungsiruang-ruang tersebut.

1. Kawasan

Gambar 4.42Hubungan Antar Ruang Kawasan Sumber : Olahan data penulis

2. Bangunan a. Ruko

Gambar 4.43 Hubungan Antar Ruang Ruko Sumber : Olahan data penulis

b. SOHO

Gambar 4.44Hubungan Antar Ruang SOHO Sumber : Olahan data penulis

(41)

85

4.4.4 Gubahan Massa

Tabel 4.9 Proses Gubahan Massa

No. Proses Gubahan Massa

1.

Gubahan massa dihasilkan berawal dari analisa figure ground.

2.

Massa diangkat setinggi 4 lantai sesuai dengan Lembar Rencana Kota.

3.

Massa cenderung memenuhi tepi tapak setelah Garis Sempadan Bangunan karena fungsi bangunan adalah komersial yang mana perlu diorientasikan pada jalan dan pedestrian.

(42)

4.

Namun di sisi timur massa bangunan tidak dapat dibuat memenuhi tepi GSB karena adanya 2 bangunan eksisting yang dipertahankan yaitu sebuah masjid dan sebuah gereja. Oleh karena itu massa dimundurkan.

5.

Massa dibentuk seakan-akan menonjolkan kedua bangunan ibadah tersebut yang dapat menjadi ciri khas kawasan.

6.

Massa bangunan dibuat 1 lapis untuk memaksimalkan pertukaran udara alami dengan cross ventilation, sehingga kelembapan dan panas dalam bangunan dapat berkurang.

Sumber : Olahan data penulis

(43)

87

Analisa Matahari

Gambar 4.45 Analisa Matahari

Bangunan sebaiknya lebih diarahkan ke Utara dan Selatan untuk menghindari bukaan ke arah Timur dan Barat, namun karena berfungsi komersial, dari segi ekonomi akan lebih baik jika bangunan mengarah ke jalan sehingga orientasi bangunan tetap ke 4 sisi.Panas dan terik matahari dikurangi dengan desain fasad berupa second skin, overstek, tanaman dan signage.

Zoning

Keterangan :

Gambar 4.46 Zoning Kawasan dan Massa Bangunan B T

Hunian Toko

Ruang Publik Ruang hijau privat Plaza Area servis

(44)

Zoning massa bangunan dan kawasandibagi berdasarkan fungsi privasi, publik dan servis. Pada bagian bawah tentunya akan lebih sering dilewati oleh pejalan kaki (orang umum) karena itu komersial yang bersifat publik diletakan di lantai 1 agar dapat berhubungan langsung dan mudah diakses oleh calon konsumen yang merupakan pejalan kaki. Lantai 2 dapat difungsikan sebagai komersial maupun tempat tinggal tergantung kebutuhan penghuni.Hunian yang membutuhkan privasi dan ketenangan diletakan di lantai 3 dan 4.

Berdasarkan hasil gubahan massa, terdapat dua jenis bentuk bangunan yaitu persegi panjang dan melengkung.Letak bangunan persegi yang berseberangan dengan pertokoan dan pasar difungsikan menjadi ruko yang sesuai dengan fungsi bangunan pada umumnya di tapak.Lantai 3 dan 4 pada bangunan melengkung diperuntukan bagi hunian warga dengan pekerjaan kepala keluarga selain pedagang dan wiraswasta.

Gambar 4.47 Letak Area Servis dan Plaza

Celah antar 2 massa bangunan memanjang difungsikan menjadi area servis dan jalur kendaraan loading dock.Letaknya yang di antara bangunan menjadikan area servis secara tidak langsung tersembunyi dari pandangan publik.Selain itu jalan untuk kendaraan di dalam kawasan lebih hemat karena hanya 1 jalur dan 1 pintu untuk masuk dan keluar.Agar lebih tersembunyi jalur ini diatapi dan dimanfaatkan menjadi ruang hijau privasi bagi penghuni.

Jalan Gelora 6 sebagai jalan khusus pejalan kaki dijadikan plaza yang sekaligus menampung pedagang kaki lima.

Keterangan : Area servis Plaza

(45)

89

4.4.5 Tahap Pembangunan

Tahap pembangunan Area Komersial Kawasan Palmerah akan terbagi menjadi 2 tahap. Relokasi dan pembangunan dilakukan bergantian, yaitu setelah relokasi sementara RT 03, dilakukan pembangunan RT 03 kemudian relokasi kembali ke tapakdan dilanjutkan relokasi dan pembangunan RT 04.

Tempat penampungan relokasi sementara adalah RT 02/01 yang saat ini merupakan tanah kosong.Tahap ini dilakukan agar kegiatan mata pencaharian penduduk dapat tetap berjalan. RT 03 direlokasi terlebih dahulu karena hunian dan kegiatan komersial yang ada saat ini lebih jarang dibandingkan RT 04 dan dibandingkan dengan daya tampung bangunan baru, sehingga ketika warga RT 04 direlokasi sebagian dapat ditampung di RT 03.

Gambar 4.48 Tahap Relokasi Sementara 2

1

RT 02/01

RT 03/01

RT 04/01

(46)

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan karyawan tersebut hanya dapat dilakukan oleh bantuan dukungan dari pemerintah untuk melakukan penyuluhan kepada setiap pengusaha IKM sosis bandeng untuk dapat

Metode kooperatif tipe Two Stay Two Stray. dapat diterapkan pada materi Sistem Ekskresi terhadap ketuntasan hasil belajar siswa SMA dan dapat menunjukkan peningkatan hasil belajar

Masalah yang sering muncul kepermukaan antara lain : meningkatnya lahan kritis akibat Penambangan Tanpa Izin, penyusutan/penurunan Sumber Daya Alam, pencemaran

Tidak hanya jalur khusus sepeda melainkan disediakannya juga jalur-jalur yang sesuai dengan peruntukkannya seperti jalur cepat dan lambat, jalur motor, dan jalur

Namun, penelitian yang telah dilakukan oleh Rio Wisnu Hartanto pada tahun 2012 di Institut Teknologi Bandung dengan judul Kajian Pengaruh Latar Belakang Pekerja

Damayanti dan Kawedar (2018) dan Sari (2017) yang menyatakan hubungan positif signifikan antara financial distress dan earnings management. Dalam penelitian ini, financial

1) Usia reproduksi. 2) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak.. 4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi. 5) Setelah melahirkan dan tidak

Karena status alat tranportasi tersbut belum jelas apakah termasuk dalam kategori sepeda atau sepeda motor maka masih belum jelas pula pengunaan jalur yang harus dilalui oleh