• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTITAS PEREMPUAN DALAM FILM SANG PENARI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi ILMU KOMUNIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTITAS PEREMPUAN DALAM FILM SANG PENARI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi ILMU KOMUNIKASI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTITAS PEREMPUAN DALAM FILM SANG PENARI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

ILMU KOMUNIKASI

Oleh:

IGGA ARISKA 2013230024

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2021

(2)

RINGKASAN

IGGA ARISKA. 2013230024. Identitas Perempuan Dalam Film Sang Penari.

(Analisis Semiotika Roland Barthes)

Pembimbing Utama: Fathul Qorib, S.I.Kom., M.I.Kom

Pembimbing Pendamping: M. Abdul Ghofur, S.I.Kom., M.I.Kom

Berdasarkan hasil Analisa Semiotik Identitas Perempuan Dalam Film Sang penari, maka dari analisis ini di temukan Identitas perempuan yang terungkap dari beberapa adegan dalam scene.Film Sang Penari cendrung mengambarkan perempuan menjadi tujuan, dan yang sangat lemah, identitas perempuan dalam film sang penari iyalah wanita jadi objek dari semua pekerjaan, salah satu nya iyalah saat menari tarian ronggeng .dan wanita di jadikan menjadi pelepas nafsu pria yang mempunyai harta lebih dalam kegiatan ritual buka kelambu.Menganalisa masing – masing scene yang terdapat identitas perempuan menunjukan semua data kemudian makna yang nampak dan tak nampak pada adegan – adegan yang menilai identitas perempuan . adapun hasil analisis identitas perempuan dalam film sang penari sebagai berikut :

1) Penari ronggeng selalu identik dengan senyum menggoda, sensual, pakaian seksi dan kemewahan . selain itu penari ronggeng harus bersedia kehormatan nya dan tubuh nya di jual saat ritual Buka klambu.

2) pekerjaan pelacur adalah tindakan hina. Tapi di dalam film penari ini wanita yang menjadi pekerja sek bukan kehendaknya dari nya sendiri melainkan dari budaya atau adat istiadat nya.

3) Menjadi ibu rumah tangga bukan lah hal yang mudah tetapi itu pilihan dalam hidup nya. Dalam film sang penari ini penari tidak dapat mewujudkan itu semua karna ada nya peraturan dari adat atau istiadat yang mengharuskan penari tidak bisa menjadi seorang ibu rumah tangga.

Kata Kunci : Analisis Semiotika, Identitas perempuan, Film Sang Penari

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

wanita memang tak bisa dilepaskan dari bentuk dan penampilannya secara fisik. Berdasarkan penampilan fisik tersebut perempuan diinterpretasikan hingga nyaris tiada ujung. Interpretasi dan pemaknaan terhadap keberadaan perempuan itu sendiri berkembang berdasarkan tatanan nilai dan kondisi sosial budaya yang berkembang di sekitarnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pandangan mengenai perempuan telah menjadi perempuan terkotak atau hanya bisa menempati lokus-lokus tertentu saja dan kemudian direkatkan dengan predikat dan peran yang terbatas. Sebagai misal, perempuan hanya dipandang sebagai objek yang ditempatkan sebagai pihak yang menempati ruang dapur untuk memasak, sumur untuk mencuci, dan kasur untuk memenuhi kewajibannya sebagai istri kepada suami. Peran dan tugas perempuan menjadi sangat terbatas yang hanya hidup di lingkungan rumah tangga, dan interpretasi yang demikian kepada perempuan memang berkembang dari keberadaan nilai-nilai yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya masyarakat yang berkembang di sekitar.

Inilah yang oleh Ortner, diilhami oleh pendekatan feminis-strukturalis Simone de Beauvoir, dinilai bawah subordinasi wanita secara global iyalah dampak dan fungsi khas mereka dalam tradisi dan budaya yang dikenal di masyarakat, ini diakibatkan posisi perempuan selalu menjadikan no 2 yaitu memotong dan menindas perempuan (Naqiyah, 2005:56).

(4)

Kebanyakan masyarakat memandang bahwa perempuan berada di kelas nomor dua setelah kaum lelaki memang bukan sesuatu yang keliru. Perempuan hanya dijadikan objek untuk melayani suami dan mengerjakan pekerjaan- pekerjaan rumah tangga, sehingga pada akhirnya berkembang pandangan bahwa wanita tak wajib memiliki level sekolah yang tinggi karena pada akhirnya mereka akan kembali bekerja di balik layar, yaitu dapur, sumur dan kasur. Pandangan ini telah mengakibatkan lahirnya ketidakadilan gender, yaitu semacam ada ketimpangan tugas dan peran terhadap perempuan.

Keberadaan perempuan di tengah kaum lelaki menjadi sangat diskriminatif. Hal-hal semacam ini tentu berangkat atau lahir dari budaya patriarki yang masih melekat dalam kondisi sosial-budaya masyarakat. Sehingga dalam perkembangannya banyak konten-konten berita yang mengabarkan bagaimana perempuan seringkali menjadi korban pemerkosaan, pelecehan seksual, pencurian dan tindakan-tindakan lainnya yang secara terang-terangan merusak mental perempuan dan merendahkan martabatnya. Seperti dalam berita yang dimuat Detik News tanggal 29 bulan 07 tahun 2013, satu anak sekolah SMK diperkosa 13 laki laki di Jakarta Timur dan satu manusia pemerkosaan dikenalnya melalui sosmed Facebook.

Berita di atas menunjukkan salah satu penyebab terjadinya hal negatif tersebut yaitu diakibatkan perkembangan media massa . Media massa menjadikan perempuan sebagai sebagai objek dalam media, baik iklan, sinetron, berita, dan film sebagai pribadi atau pihak yang lemah, tidak berdaya dan tidak memiliki kekuasaan apa pun untuk menolak dan melawan dominasi kaum laki-laki. Dengan

(5)

istilah lain, perempuan telah dijadikan sebagai mesin operasional media massa.

sebagai contoh, perempuan telah menjadi objek pemberitaan, objek fatish, objek peneguhan pola kerja patriarki, objek seksis, bahkan bisa menjadi sebagai objek kekerasan dan pelecehan.

Dapat dikatakan bahwa wanita iyalah pesan yang disampaikan dalam budaya patriarki. wanita dituliskan dalam pembentukan stereotip dan mitos bahwa perempuan adalah sebuah tanda yang dipertukarkan, begitulah akhirnya perempuan berfungsi dalam bentuk-bentuk budaya dominan. Hal ini bisa dilihat di bidang seni dan teks film, yang menurut Johnston, representasi wanita terutama tidaklah hanya tema atau persoalan sosiologis, melainkan suatu tanda yang sedang dikomunikasikan (Christandi, 2013).

Perempuan dan media massa merupakan dua aspek yang saling melengkapi atau bisa disebut juga sebagai upaya menjadikan dua duanya sebagai aspek komoditi industri. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana perkembangan eksistensi perempuan yang mulai menjadi bagian dari industri media massa, baik sinetron, iklan, film dan sebagainya.

Film mampu merefleksikan realita dan bahkan mampu membentuk realita.

Cerita yang ditayangkan dalam film ada yang berupa kisah nyata dan kisah fiktif.

Melalui film, informasi yang diterima akan lebih mendalam karena film berbentuk audio visual atau gambar yang bergerak dan bersuara. tujuan dibuatnya Film yaitu

memperlihatkan suatu pesan yang terdapatkan pada film tersebut. Kandungan pesan terdapat film antara lain nilai agama, pendidikan baik moral maupun sosial, hingga nilai budaya.

(6)

Film terdapat pesan yang disampaikan kepada pendengar. Pesan yang disampaikan dalam film tehnik lambang yang ada dalam pikiran manusia seperti pesan, pemikiran, perkataan, suara dan sebagainya. Berhubung sama film yang banyak mendapat suatu simbol dan tanda, kemudian yang menjadikan perhatian peneliti iyalah dari suatu kajian semiotiknya. melalui semiotik akan membantu sangat dalam mengartikan arti kemudian menemukan makna yang terdapat dalam satu film. Semiotika secara sederhana adalah ilmu yang belajar tentang tanda.

Pada sebuah film akan sangat memungkinkan muncul tanda-tanda pada saat bersamaan, bisa terdapat dalam text, visual, atau audio.

Film Sang Penari bercerita tentang wanita berasal dari keluarga miskin bernama Sriti yang hidup hanya sendiri karena ditinggal meninggal oleh ibu bapak nya yang mati bunuh diri akibat memakan tempe bongkrek, penyebab kedua orang tuanya bunuh diri akibat dituduh menjual tempe bongkrek beracun..

Kemudian Srintil rekrut olehnya satu orang dukun tari yang bernama Sarkum.

Srintil menjadi semangkin besar dan kemudian bertemu sama Rasus keduanya saling mencintai.

Pada dahulunya, Rasus mendapatkan sebuah keris pemiliknya seorang ronggeng terkenal di desanya tersebut dan meninggal karena tempe Bongkrek punya mama nya srintill, Rasus kemudian memberikan keris kecil kepada sentul kemudian menjadikan itu sebagai alat jimat dari ronggeng yang ditemukan Rasus.

Kemudian sangat merasa ingin tanggung jawab karena kematian ronggeng akibat makanan yang dibuat mama nya serintill, kemudian serintill diharuskan untuk menjadikan ronggeng. kemudian saat Srintil memastikan diri untuk menjadikan

(7)

sebagai ronggeng, menyadari bahwa dia menjadi seorang penari bukan hanya seolah menjadikan pilihan dukuh di pentas-pentas tari. Srintill pasti nya menjadi milik hak banyak warga dan masyarakat dukuh nya. Kemudian di raus menjadi kecewa dilema . rasa nya cinta dia diambil. Rasu pergi jauh untuk menjadi seorang tentara itu semua dilakukan lantaran sudah putus asa. Waktu terus berlalu, dengan cara itu raus harus sangat memilih : cintanya untuk Srintil atau loyalitas kepada negara. ketika Rasus kembali ia tetap harus meninggal kan cinta satu satu nya.

Dari sedikit sinopsis diatas, jadi tertarik buat meneliti identitas perempuan yang terdapat pada film Sang Penari Karya Ifa Isfansyah dan menggunakan analisis semitotika Roland Barthes untuk mengkaji tiga poin pesan dan scene dan yaitu denotasi, konotasi, dan mitos. Mengkaji dari tiga poin tersebut adalah dalam makna dan pesan dalam nya pada film Sang Penari. Hal ini penting untuk dikemukakan agar peneliti memiliki batasan dan tidak melenceng dari fokus yang akan diteliti. Maka peneliti memilih judul penelitian “Identitas Perempuan Dalam Film Sang Penari

(

Analisis Semiotika Roland Barthes

)

1.2. Rumusan Masalah

meninjau latar belakang yang dijelaskan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana identitas perempuan dalam film Sang Penari?

(8)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Buat tahu dan mendeskripsikan film Sang Penari yang lebih merujuk kepada identitas perempuan.

2. Untuk mengetahui bagaimana analisa semiotika identitas perempuan dalam film Sang Penari.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis

Jadi Penelitian ini buat akademis dapat di jadikanlah sumbangsih untuk ilmu komunikasi dalam bidang pengetahuan tentang semiotika dalam kajian teori komunikasi, sekaligus menjadi tambahan referensi bagi penelitian berikutnya yang sejenis mengenai pemahaman tentang identitas perempuan dalam film.

1.4.2. Manfaat Praktis

Jadi secara praktis kemungkinan dengan dipergunakan sebagai bahan pengembangan ilmu komunikasi terutama dalam seni dan film serta juga menjadi pemahaman dan renungan bagi para penggiat film dam membentuk pesan dalam film.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Baksin, Askurifai, 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Katarsis.

Baran, Stanley J. 2012. Pengantar Komunikasi Massa; Melek Media dan Budaya.

Jakarta: Erlangga.

Christandi, Denny Briellian A. 2013. Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roalnd Bhartes). Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:

Lkis.

Juwita, R. 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Khazanah Intelektual.

Hikmat, Mahi M. 2011. Metodologi Penelitian: Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moleong, L. J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mudjiono, Yoyon. 2011. Kajian Semiotika Dalam Film. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.1, April 2011 ISSN: 2088-981X. Diakses dari jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/10/6 pada 28 Juni 2017.

Mukhasanah, Imti. 2015. Representasi Simbol Feminisme dalam Iklan Televisi:

Analisis Semiotika Iklan Top White Coffee Versi Raline Shah. Program Studi Televisi dan Film Fakultas Sastra Universitas Jember.

Nadhifah, Nurul Laili. 2011. Representasi Perempuan dalam Film Ringu dan Remake, The Ring, Tinjauan pada Male-Gaze dan Teknik Mise-en Scene. Program Ilmu Susastra Universitas Indonesia.

Nugroho, Dwi Wahyu. 2012. Representasi Perempuan dalam Film (Analisis Semiotika pada Film Sang Penari Karya Ifa Isfansyah). Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Puspitawati, H. 2013. Konsep, Teori dan Analisis Gender. Jurnal Gender dan Keluarga. Vol 13: 1-13 diakses dari

(10)

http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gender.pdf. pada 07 februari 2017.

Ratri, Lintang. 2011. Cadar, Media dan Identitas Perempuan Muslim. Diakses dari,http://ejournal.undip.ac.id/index.php/forum/article/viewFile/3155/28 32 pada 28 Juni 2017.

Remotivi.or.id. 2015. Stereotip Perempuan dalam Media. Diakses dari http://www.remotivi.or.id/amatan/28/Stereotipe-Perempuan-dalam- Media pada 5 Juli 2017.

Santana K, S. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media sapih hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, sedangkan parameter lain seperti persentase hidup,

Penangkapan ikan dengan gill net, dilakukan oleh hampir sebagian besar nelayan yang berada di pesisir barat selatan Pulau Kei Kecil.. Gill net

Ringkasan Ikan Tongkol adalah salah sa- tu ikan ekonomis penting yang tidak ha- nya disukai oleh masyarakat Indonesia, te- tapi juga beberapa negara di Asia. Diper- lukan

Penulis kurang sependapat dengan hasil putusan ini karena di dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 176 dan Alquran yang menyatakan bahwa pembagian warisan anak laki-laki

Pada tahap ini, siswa melakukan percobaan secara mandiri tentang pengaruh jenis dan banyaknya polutan terhadap kehidupan makhluk hidup dan mencatat data hasilnya.

Peneliti berasumsi Kompas adalah media yang cocok dengan teori analisis wacana fairclough, karena dalam pengambilan judul ia tidak secara langsung menuding Raffi

1) Terima Kasih kepada Allah SWT yang telah mempermudah segala urusan saya dalam menyusun skripsi ini. Antar Venus, M.Comm, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

126 Artinya: Sesungguhnya yang mengadakan kebohongan ialah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka adalah orang yang pendusta.” (Q. Ayat ini