• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, laju pertumbuhan industri halal di dunia terus meningkat pada setiap tahunnya. Sementara itu, pasar industri halal di Indonesia sendiri mencapai 11% dari pasar industri halal global pada tahun 2016.

Potensi Indonesia dalam mengembangkan industri halal pun cukup besar.

Hal ini karena Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk muslim terbanyak di dunia. Selain itu, juga didukung oleh peningkatan kesadaran akan pentingnya konsumsi produk halal oleh masyarakatnya, baik karena kesadaraan karena perintah agama, kesadaran akan kebersihannya, maupun kesadaran tentang pentingnya bagi ekonomi nasional (Wartaeconomy.co.id, 2018).

Bagi masyarakat Indonesia, mengonsumsi produk halal paling identik dengan mengonsumsi makanan dan minuman halal. Dalam Indonesia Halal Lifestyle Center (2018), konsumsi sektor makanan dan minuman halal (halal food and beverage cluster) di Indonesia sebesar US$ 170 miliar, atau sebesar 77,7% dari total konsumsi barang dan jasa halal Indonesia pada 2017 yang sebesar US$ 218,8 miliar. Jumlah ini diperkirakan terus tumbuh dengan rata-rata di atas 5,3% setiap tahun dan mencapai US$ 330,5 miliar pada 2025 mendatang.

Data di atas menunjukkan besarnya potensi pasar halal, terutama makanan dan minuman halal di Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya bisa menjadi pasar sektor pangan halal, tapi juga dapat menjadi produsen. Namun, peluang sebagai produsen belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, dengan menjadi produsen bagi produk industri halal yang dikonsumsi di negeri sendiri merupakan bagian dari strategi untuk mencapai visi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah terkemuka dunia (Katadata.co.id, 2020).

(2)

Industri halal merupakan bagian dari komponen penyusun ekosistem ekonomi syariah di Indonesia, karena ekonomi syariah bukan hanya tentang industri keuangannya saja. Untuk meningkatkan peran dan kontribusi ekonomi dan keuangan syariah secara nasional, diperlukan peran aktif semua pihak, baik oleh para pembuat kebijakan, pelaku usaha, serta pihak-pihak dalam dunia pendidikan, baik dalam kegiatan akademiknya maupun kegiatan riset yang dimasukkan ke dalam rencana strategis.

Pelaku usaha yang dimaksud adalah pihak yang terlibat langsung dalam industri halal. Industri halal tidak dapat dilepaskan dari pelaku usaha makanan dan minuman halal. Pelaku usaha yang terlibat dalam industri makanan dan minuman halal bukan berasal dari perusahaan dan investor besar, justru para pelaku usaha industri kecil dan menengah (IKM) yang berperan langsung dalam industri ini.

Di Indonesia, IKM merupakan kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerak sektor IKM sangat vital untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Mereka juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih banyak dibandingkan sektor usaha lainnya dan mereka juga memberikan kontribusi penting dalam ekspor serta konsumsi produk dalam negeri. Karena itu, IKM merupakan aspek penting dalam pembangunan dan penggerak ekonomi yang kompetitif (Mairijani dkk, 2019: 174-183).

Dalam data yang dimuat dalam website resmi Kementerian Perindustrian, Kemenperin.go.id (2019), hingga saat ini jumlah IKM di dalam negeri melampaui 4,4 juta unit usaha atau mencapai 99% dari seluruh unit usaha industri di Indonesia. Selain itu, sektor industri ini sudah menyerap hingga 10,5 juta tenaga kerja atau 65% dari tenaga kerja sektor industri secara keseluruhan. Dari 4,4 juta unit IKM, 1,6 juta diantaranya adalah IKM pangan (makanan dan minuman). Oleh karena itu, IKM yang bergerak di bidang usaha makanan dan minuman sangat berpengaruh bagi pengembangan industri halal dan berpotensi mengangkat perekonomian nasional jika potensi itu dimanfaatkan dengan baik.

(3)

Untuk dapat memacu perkembangan IKM, khususnya IKM di bidang pangan (makanan dan minuman) agar terus meningkat penjualannya adalah dengan memperhatikan perilaku konsumen, khususnya minat beli. Ada banyak faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen, salah satunya adalah jaminan produk halal yang dibuktikan dengan label sertifikasi halal.

Produk makanan dan minuman dengan jaminan halal juga merupakan bentuk kepedulian terhadap konsumen. Jaminan halal diperlukan bukan hanya karena sifatnya yang ramah dengan konsumen muslim saja, tapi karena pengakuannya sebagai jaminan keamanan, kebersihan dan jaminan kualitas dari apa yang dikonsumsi oleh seluruh konsumen dari berbagai agama.

Bagi konsumen muslim, makanan dan minuman halal menunjukkan bahwa produk tersebut telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan syariat Islam. Sedangkan untuk konsumen non-muslim, kehalalan mewakili kebersihan, kualitas dan keamanan produk saat diproduksi ketat dibawah sistem manajemen jaminan halal (Rizqia, 2018: 3).

Dalam Budiman, Mairijani & Nurhidayati (2019: 192), diketahui bahwa perilaku konsumsi terhadap produk halal tidak ikut dipengaruhi oleh religiusitas, tapi dipengaruhi oleh pengetahuan konsumen atas produk halal dan pendapat konsumen atas kesehetan produk halal.

Sedangkan bagi produsen, sertifikasi halal dapat meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen terhadap produknya, dapat meningkatkan citra dan daya saing produk. Sertifikasi halal juga bermanfaat sebagai alat pemasaran serta untuk memperluas area pemasaran (Zaskum, 2017: 3). Oleh karena itu, penting bagi produsen untuk membuat produknya tersertifikasi dan berlabel halal agar memberikan jaminan kepada para konsumen. Selain itu, perhatian dan dukungan pemerintah serta lembaga yang terkait dengan jaminan halal sangat penting dalam mendukung sertifikasi halal ini.

Faktor yang juga mempengaruhi minat beli konsumen selanjutnya yaitu harga. Harga merupakan salah satu faktor utama yang paling sering dilihat oleh konsumen sebelum melakukan pembelian. Pada dasarnya, secara umum

(4)

konsumen akan melakukan pembelian terhadap produk dengan harga yang rasional dan membandingkan harga produk tersebut dengan harga yang ditawarkan oleh produk lain yang sejenis.

Dalam Sudaryono (2016: 216), pada dasarnya ada tiga elemen pertimbangan dalam penetapan harga, yaitu biaya, margin dan kompetisi produk. Meskipun demikian, perilaku konsumen terhadap harga juga merupakan hal yang harus diperhatikan oleh produsen. Karena pada dasarnya bagi konsumen harga mempunyai dua peran, yaitu peran alokasi dan informasi. Peran alokasi memberi tahu konsumen tentang apa atau berapa yang harus dialokasikan untuk memperoleh produk. Sedangkan peran informasi adalah peran harga dalam memberi tahu konsumen tentang faktor produk, misalnya kualitas dan manfaat.

Penetapan harga juga menjadi perhatian apabila produsen telah mengembangkan suatu produk baru dan harus menetapkan harga untuk pertama kali. Inilah yang sering dihadapi IKM, penetapan harga sering menjadi persoalan yang rumit bagi IKM karena berada dalam lingkup masyarakat yang luas, dengan tingkat pendapatan dan daya beli yang beragam. Setiap produsen harus menetapkan harga yang dapat bersaing dengan produsen produk sejenis serta harga yang rasional (dinilai pantas) atau worth-it bagi konsumen. Penetapan harga yang sesuai dengan keadaan konsumen membuktikan pegetahuan dan kepedulian produsen terhadap kondisi dan kemauan konsumen.

Dalam buku yang diterbitkan KNEKS (2019: 58) latar belakang kesuksesan suatu usaha adalah prinsip kepedulian terhadap konsumen.

Prinsip ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an (An-Nisa: 29), di mana jika dihubungkan dengan ilmu bisnis modern, ayat ini berbicara tentang customer satisfaction (kepuasan konsumen) dan service excellence (layanan prima).

Selain dilihat dari sertifikasi halal dan harga produk, citra merek juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Citra merek dapat menciptakan persepsi konsumen terhadap merek tertentu, baik terhadap nama, kemasan, rasa, kualitas, inovasi maupun hal lainnya dari

(5)

informasi yang didapat calon konsumen yang belum pernah membeli maupun berdasarkan pengalaman bersifat masa lalu pada merek tersebut bagi konsumen yang pernah membelinya.

IKM dengan citra merek yang baik, kuat dan persuasif dapat menarik minat beli konsumen yang belum pernah membeli sebelumnya dan dapat membuat konsumen yang telah membelinya berminat melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut. Sebaliknya, jika citra merek dinilai negatif oleh konsumen, konsumen cenderung mempertimbangkan lebih jauh lagi ketika akan membeli produk tersebut. Oleh karena itu, citra merek dapat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada produk IKM (Sangadji & Sopiah, 2013: 338).

Di Kalimantan Selatan, tingkat konsumsi penduduknya lumayan tinggi.

Melihat hal ini, banyak yang memanfaatkannya sebagai peluang bisnis dengan mememproduksi serta menjual makanan dan atau minuman yang diharapkan dapat menarik minat konsumen agar memperoleh keuntungan dari peluang tersebut. Oleh karena itu, saat ini banyak bermunculan industri kecil dan menengah (IKM) makanan dan minuman di daerah ini. Produsen- produsen IKM di Kalimantan Selatan tidak hanya menjual produknya di lingkungan usahanya saja, tapi juga mempromosikannya melalui media sosial dan menitipkan produknya untuk dijual di mini market serta toko oleh-oleh.

Dengan tingkat konsumsi yang tinggi di daerah ini, bukan berarti masyarakatnya tidak mempunyai pertimbangan dalam melakukan pembelian.

Dari sekian banyak konsumen, pasti memiliki faktor yang beragam dalam mempengaruhi minat belinya, terutama ketiga faktor yang telah dibahas sebelumnya, yaitu sertifikasi halal, harga dan citra merek.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Kalimantan Selatan merupakan provinsi yang dikenal dengan masyarakatnya yang religius. Selain potensi wisata halal (halal tourism), potensi industri makanan dan minuman halal (halal food and beverages)

(6)

seharusnyajugadapatdimanfaatkanuntukmeningkatkanpendapatan asli daerah (PAD). Industri yang dapat berperan langsung guna memanfaatkan potensi ini adalah IKM makanan dan minuman.

Sebenarnya, saat ini IKM memang merupakan sektor yang mendapat perhatian khusus oleh Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan.

Oleh karena itu, demi meningkatkan potensi dan daya saing IKM lokal, Dinas Perindustrian Provinsi Kalimantan Selatan melakukan berbagai program dan kegiatan. Di antara kegiatan tersebut adalah kegiatan pembinaan dan pelatihan, salah satunya adalah pelatihan fasilitator sertifikasi halal.

Dari sekian banyak IKM yang ada, Pemerintah Daerah bersama Dinas Perindustrian Kalimantan Selatan masih lebih memfokuskan perhatian, pembinaan dan pelatihan terhadap IKM di bidang kerajinan.

Hal tersebut dapat dilihat dari semua jenis pelatihan yang dilaksanakan, yaitu pelatihan wirausaha baru berbasis kerajinan, pelatihan pencelupan dan pewarnaan alam kain sasirangan, pelatihan pembuatan aneka produk kerajinan berbasis kayu hingga pelatihan teknis pengembangan diversifikasi model dan desain anyaman bambu dan tirik. Hanya satu kegiatan yang berhubungan terhadap IKM makanan dan minuman, yaitu pelatihan fasilitator jaminan halal (Riliskalimantan.com, 2020).

Di kota Banjarmasin sendiri, yang merupakan Ibu kota provinsi Kalimantan Selatan masih banyak IKM makanan dan minuman yang belum mendapat bantuan dan bimbingan sertifikasi halal. Informasi ini penulis dapatkan melalui wawancara langsung dengan pihak Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Banjarmasin bahwa hanya ada masing-masing 15 IKM makanan dan minuman yang mendapat bantuan dan bimbingan sertifikasi halal pada setiap tahunnya pada tahun 2018 dan 2019. Selain itu, target Dinas Perdagangan dan Perindustrian dari kabupaten atau kota lain di Kalimantan Selatan juga memiliki target yang tidak jauh berbeda dengan di Kota Banjarmasin. Kebanyakan target peningkatan daya saing dan pengembangan IKM di Kota Banjarmasin

(7)

dan Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi ini masih difokuskan terhadap IKM kerajinan.

Produsen IKM sektor pangan (makanan dan minuman) akan merasa sangat terbantu jika mendapat bantuan berupa bimbingan sertifikasi halal. Produsen IKM berpendapat bahwa dengan tersertifikasi halalnya produk dapat menarik minat beli konsumen dan meningkatkan volume penjualan karena jaminan kehalalan produk. Persepsi tersebut peneliti dapatkan dalam setiap kesempatan untuk bertanya kepada beberapa pelaku IKM pada saat kegiatan pengabdian masyarakat pendampingan pengurusan sertifikasi halal bersama Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Banjarmasin yang bekerjasama dengan Program Studi D4 Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah Politeknik Negeri Banjarmasin pada tahun 2019.

Persepsi pelaku IKM tentang pengaruh sertifikasi halal produknya terhadap minat beli konsumen tersebut masih belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Oleh karena itu, diperlukannya penelitian yang dapat menyimpulkan secara ilmiah megenai pengaruh sertifikasi halal produk terhadap minat beli konsumen.

Selain sertifikasi halal, harga produk merupakan hal yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Pelaku IKM baru yang terjun terjun ke dunia usaha memerlukan ilmu dalam hal penetapan harga.

Banyak pelaku IKM yang menetapkan harga untuk produk baru dengan penetrasi harga yang tinggi untuk menutupi modal dan pengadaan mesin serta peralatan. Namun, mereka kurang memperhatikan perilaku konsumen terutama minat belinya terhadap harga tersebut.

Selain sertifikasi halal dan harga produk, Citra merek juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen. Citra merek yang baik dapat bersifat persuasif terhadap konsumen. Di Kalimantan Selatan sendiri, Pengaruh ketiga faktor ini masih belum dapat dibuktikan secara ilmiah karena belum pernah diangkat menjadi sebuah penelitian.

(8)

Penulis melihat ada permasalahan yang dapat diteliti, berupa adanya persepsi di kalangan produsen IKM yang belum dapat dibuktikan secara valid dan ilmiah karena belum adanya penelitian serupa yang dlakukan di Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kesimpulan

yang valid atas latar belakang sebelumnya dan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian berjudul “Pengaruh

Sertifikasi Halal, Harga dan Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen pada Produk Makanan dan Minuman IKM di Kalimantan Selatan”.

2. Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan untuk membatasi ruang lingkup dan variabel yang akan diteliti agar penelitian lebih terfokuskan dan efisien untuk dilaksanakan. Banyak variabel yang dapat diteliti pada penelitian yang berhubungan dengan topik ini. Oleh karena itu Penulis memfokuskan penelitian terhadap variabel sertifikasi halal, harga dan citra merek untuk mendapatkan kesimpulan terkait pengaruhnya terhadap minat beli konsumen pada produk makanan dan minuman IKM di Kalimantan Selatan. Penulis juga membatasi produk IKM yang diteliti hanya terhadap produk makanan dan minuman produksi IKM lokal di Kalimantan Selatan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, rumusan masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh sertifikasi halal secara parsial terhadap minat beli konsumen pada produk makanan dan minuman IKM di Kalimantan Selatan?

2. Bagaimana pengaruh harga secara parsial terhadap minat beli konsumen pada produk makanan dan minuman IKM di Kalimantan Selatan?

(9)

3. Bagaimana pengaruh citra merek secara parsial terhadap minat beli konsumen pada produk makanan dan minuman IKM di Kalimantan Selatan?

4. Bagaimana pengaruh sertifikasi halal, harga dan citra merek secara Simultan terhadap minat beli konsumen pada produk makanan dan minuman IKM di Kalimantan Selatan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh sertifikasi halal secara parsial terhadap minat beli konsumen pada produk makanan dan minuman IKM di Kalimantan Selatan.

2. Mengetahui pengaruh harga secara parsial terhadap minat beli konsumen pada produk makanan dan minuman IKM di Kalimantan Selatan.

3. Mengetahui pengaruh citra merek secara parsial terhadap minat beli konsumen pada produk makanan dan minuman IKM di Kalimantan Selatan.

4. Mengetahui pengaruh sertifikasi halal, harga dan citra merek secara simultan terhadap minat beli konsumen pada produk makanan dan minuman IKM di Kalimantan Selatan.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Terhadap ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan topik penelitian yang diangkat, khususnya mengenaui bagaimana pengaruh sertifikasi halal, harga dan citra merek terhadap minat beli konsumen pada produk IKM lokal Kalimantan Selatan.

b. Terhadap peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi

(10)

atau masukan bagi peneliti selanjutnya yang penelitiannya berhubungan dengan topik penelitian ini, khususnya bagi peneliti yang mengkaji, mereflikasi dan mengembangkan penelitian ini.

c. Terhadap perguruan tinggi

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah bahan pustaka pada perguruan tinggi Politeknik Negeri Banjarmasin secara umumnya. Secara khusus, penulis melalui penelitian ini dapat berkontribusi dalam realisasi rencana strategis penelitian perguruan tinggi pada sektor industri halal.

2. Manfaat Praktis

a. Terhadap pelaku IKM

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pelaku IKM, khususnya IKM lokal di Kalimantan Selatan untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh sertifikasi halal, harga dan citra merek terhadap minat beli konsumen melalui hasil penelitian yang ilmiah. Selain itu, penulis berharap bahwa secara tidak langsung penelitian ini membuktikan bahwa industri halal, khususnya halal food di Kalimantan Selatan adalah sektor industri yang perlu diperhatikan dan diangkat permasalahannya. Dengan begitu, IKM lokal diharapkan mendapatkan perhatian, bantuan dan pembinaan yang lebih massif dari Pemerintah Daerah dan Pihak- pihak terkait lainnya.

b. Terhadap Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait

Hasil penelitian diharapkan dapat sampai kepada pihak-pihak yang terkait, seperti dinas yang terkait dengan IKM, instansi yang terkait dengan sertifikasi halal dan pihak-pihak pembuat kebijakan.

Selanjutnya, hasil penelitian dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan pihak-pihak terkait tersebut dalam memutuskan kebijakan dan mengadakan program yang dapat mengembangkan industri halal melalui IKM lokal Kalimantan Selatan.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada ujicoba kelas terbatas dan ujicoba kelas klasikal, dengan menggunakan Model of the Instructional Development Cycle,

Apa yang mas rasakan dan pikirkan saat menganggap bahwa obat yang mas minum adalah vitamin. lebih bersemangat dalam menjalani rutinitas sehari-hari dan hal ini membuat

1 M.. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pertukaran keanggotaan kelompok belajar

Namun jika dibandingkan antar 2 perlakuan tersebut, perlakuan kepadatan dan waktu yang lebih efektif dalam memperbaiki kualitas limbah laundry adalah perlakuan 150 gram dengan

Secara keseluruhan dari hasil penelitian, diketahui bahwa tanaman yang mendapat perlakuan pupuk hayati dikombinasikan dengan 0.5 sampai 1 dosis NPK dan perlakuan 1 dosis NPK

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Meskipun gula dan vitamin C tersusun dari jenis unsur yang sama tetapi mempunyai sifat yang berbeda, hal ini disebabkan karena jumlah masing-masing unsur dalam senyawa

Sebaliknya apabila dalam konsumsi tidak sesuai kebutuhan tubuh akan memberikan gizi buruk yang juga menggambarkan status gizi yang buruk bahkan mengarah pada stunting