• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara garis besar proses produksi pesawat mencakup beberapa tahapan, di antaranya:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Secara garis besar proses produksi pesawat mencakup beberapa tahapan, di antaranya:"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor industri di Indonesia sedang mengalami perkembangan seiring dengan persiapan bangsa menghadapi era persaingan bebas. Selain dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang membawa dunia menuju masa globalisasi, hal ini juga dipengaruhi oleh hubungan antar negara. Dengan menjaga hubungan yang baik dengan negara lain maka kepercayaan untuk menanamkan modal atau berinvestasi akan tumbuh sehingga membuka kesempatan pada industri dalam negeri untuk masuk dalam pasar dunia. Dalam persaingan di pasar dunia, perusahaan harus meningkatkan daya saing agar dapat bertahan.

Industri manufaktur pesawat terbang Indonesia merupakan salah satu industri yang sedang mengalami kemajuan. Hal ini terlihat dari maraknya pemesanan komponen yang dilakukan produsen pesawat terbang internasional dan pesanan pesawat baik dari luar maupun dalam negeri. Perkembangan ini semakin didukung dengan diserahkannya sertifkat EN/AS 9110 (Fikri, 2008), yaitu sertifikat khusus untuk maintenance pesawat yang dikeluarkan oleh DQS GmbH Germany kepada PT. Dirgantara Indonesia/

Indonesian Aerospace (IAe) pada tanggal 23 Oktober 2008. Terdapat enam bengkel perawatan pesawat lain di Asia Pasifik yang juga mempunyai sertifikat tersebut, yaitu Boeing Australia Limited, Ltd. (Australia), Goodrich Aerostructures Service Centre (Singapura), Thales Aerospace Asia, Pts., Lt. (Singapura), Sabena Technics FNI (Tahiti), serta Samsung Techwin, Co., Ltd. (Korea Selatan). Peristiwa tersebut dapat menarik perhatian dunia internasional pada industri manufaktur pesawat terbang Indonesia.

Dalam industri dirgantara sangatlah penting bagi perusahaan untuk memperhatikan proses manufaktur karena mempunyai tingkat kerumitan yang tinggi. Selain terdiri dari banyak operasi, proses tersebut juga melibatkan sumber daya termasuk manusia, fasilitas, material, dan biaya dalam jumlah besar. Kebutuhan pelanggan juga dapat mempengaruhi kompleksitas operasi dalam proses manufaktur.

Secara garis besar proses produksi pesawat mencakup beberapa tahapan, di antaranya:

1. Pengujian bahan

Sebelum bahan baku diproses menjadi komponen terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pengujian Quality Assurance melalui destruction inspection maupun non- destruction inspection. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kualitas

▸ Baca selengkapnya: beberapa tahapan dalam proses kerja komputer adalah

(2)

dan adanya korosi. Selanjutnya bahan baku tersebut ditempatkan di gudang penyimpanan sesuai dengan spesifikasinya.

2. Pre-cutting

Bahan baku yang sudah diperiksa dikirim ke bagian pre-cutting sesuai dengan permintaan bagian produksi disertai job card yang tersedia. Proses ini dilaksanakan antara lain untuk menghemat bahan yang diproses, memudahkan pelaksanaan dan pengontrolan bahan. Bahan yang telah dipotong diperiksa kembali oleh Quality Assurance dan dikirim ke bagian fabrikasi untuk proses selanjutnya.

3. Fabrikasi

Bagian ini bertugas membuat komponen pesawat terbang dan helikopter serta menyediakan tool dan jig sebagai alat bantu pembuatan dan perakitan komponen.

Dalam fabrikasi terdapat dua proses pembuatan komponen yaitu machining untuk bahan baku komponen yang berbentuk balok metal, dan forming untuk bahan baku komponen yang berbentuk sheet metal. Perlakuan lain yang diterapkan untuk komponen-komponen tersebut antara lain:

a. Heat treatment

Suatu perlakuan yang diterapkan terhadap bahan baku sehingga memudahkan proses pembuatan komponen. Proses yang dilakukan antara lain pengerasan, pelunakan dan penormalan kembali. Ketiga hal tersebut dilakukan dengan cara pemanasan, pendinginan dan kombinasi keduanya. Umumnya komponen yang memerlukan perlakuan ini adalah komponen yang dibuat melalui proses forming.

b. Surface treatment

Suatu perlakuan pelapisan komponen secara kimiawi sehingga komponen tahan terhadap korosi. Selain itu terdapat perlakuan lain yaitu dengan cara chemical milling. Komponen yang mendapat perlakuan chemical milling biasanya dibuat dengan proses forming.

c. Pengecatan dasar

Suatu perlakuan lanjut agar komponen-komponen lebih tahan korosi. Sebelum komponen tersebut dirakit, diadakan pengujian final oleh bagian Quality Assurance sesuai prosedur inspeksi.

4. Perakitan

Komponen-komponen yang telah diproses akan dirakit menjadi armada terbang dari struktur awal hingga akhir, termasuk mesin, sistem elektrik, sistem avionik, interior, dan sebagainya. Proses perakitan disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan termasuk

(3)

misi dan fungsi operasional armada terbang. Bagian perakitan dibagi menjadi dua unit yaitu rotary wing (perakitan helikopter) dan fixed wing (perakitan pesawat terbang bersayap tetap).

Dalam surface treatment terdapat proses chemical milling. Tingkat kerumitan pelaksanaan proses tersebut disebabkan oleh banyak hal. Untuk melakukan aktivitas chemical milling dibutuhkan beberapa bahan material dalam jumlah yang sangat banyak, misalnya larutan maskant, etchant, air dengan pH netral, bahan bakar solar, dan lain-lain.

Larutan kimia yang dimanfaatkan mempunyai parameter dan karakteristik tertentu sehingga dapat mempengaruhi kualitas produk. Operator yang terlibat dalam pengerjaan ini harus mempunyai kompetensi tertentu dan keterampilan khusus. Fasilitas, peralatan, dan perlengkapan yang dibutuhkan memakan biaya yang sangat besar, selain itu permintaan pelanggan juga dapat mempengaruhi waktu pengerjaan. Jika suatu komponen yang dipesan mempunyai ketebalan yang beragam, maka proses etching harus dilakukan berulang-ulang.

Terdapat beberapa program manufaktur pesawat yang melibatkan proses chemical milling, yaitu A380, A320, A321, A340, Bombardier, EADS, CN235, dan C212. Adapun permasalahan yang terjadi pada unit proses chemical milling adalah tidak tercapainya target waktu penyelesaian pekerjaan karena waktu siklus proses yang lama, sehingga menyebabkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan secara beruntun pada unit proses berikutnya. Berikut ini adalah waktu pengerjaan chemical milling eksisting dari tanggal 5 Mei sampai dengan 12 Juni 2009.

Tabel 1.1. Waktu Penyelesaian Proses Chemical Milling

No. Part Number JID Number

Quantity (Pcs)

Target Pengerjaan

(Menit)

Waktu Pengerjaan

(Menit)

Keterlambatan (Menit)

1 D574.55158.201 1672903 8 1920 1986.7833 66.783333 2 D574.55158.200 1672904 8 1920 1986.1833 66.183333

3 D574.55159.201 1672905 8 1920 1990.15 70.15

4 D574.55159.200 1672906 8 1920 1988.5 68.5

5 D574.55158.200 1672907 8 1920 1989.7833 69.783333 6 D574.55158.201 1672908 8 1920 1993.5333 73.533333

7 D574.55158.201 1672909 8 1920 1990.25 70.25

8 D574.55158.201 1672910 8 1920 1983.6667 63.666667 9 D574.55158.200 1672911 8 1920 1989.0167 69.016667 10 D574.55158.200 1672912 8 1920 1986.8333 66.833333

11 D574.55159.201 1672913 8 1920 1994.8 74.8

12 D574.55159.201 1672914 8 1920 1993.2 73.2

13 D574.55159.201 1672915 8 1920 1988.4167 68.416667 14 D574.55159.200 1672916 8 1920 1993.6667 73.666667

(4)

15 D574.55159.200 1672917 8 1920 1989.6167 69.616667 16 D574.55159.200 1672918 8 1920 1984.3667 64.366667

17 D574.55159.201 1672919 8 1920 1982.15 62.15

18 D574.55159.201 1672920 8 1920 1992.5833 72.583333 19 D574.55159.200 1672921 8 1920 1990.3333 70.333333 20 D574.55159.200 1672922 8 1920 1982.8333 62.833333

(Sumber: Perusahaan, 2009)

Hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang lebih lanjut yaitu tertundanya pengiriman produk. Dengan latar belakang tersebut penelitian ini akan lebih fokus membantu perusahaan untuk memperbaiki proses chemical milling terutama dalam segi waktu pengerjaan.

Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Business Process Improvement. Metode Business Process Improvement (BPI) adalah kerangka sistematis yang dibangun untuk membantu perusahaan dalam membuat kemajuan yang signifikan dalam pelaksanaan proses bisnisnya. BPI memberikan suatu sistem yang akan membantu dalam penyederhanaan (streamlining) proses-proses, dengan memberi jaminan bahwa pelanggan internal dan eksternal dari perusahaan akan mendapatkan hasil keluaran yang jauh lebih baik. Dengan menerapkan metode ini, perusahaan dapat memperbaiki efisiensi, efektivitas, dan adaptabilitas dari suatu proses. Selain itu juga diperlukan pemodelan sistem dalam bentuk simulasi untuk mendukung verifikasi proses perbaikan yang akan diusulkan.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana rancangan perbaikan pada proses chemical milling di PT. Dirgantara Indonesia yang akan meminimasi waktu proses?

2. Bagaimana membuat model simulasi proses chemical milling eksisting dan usulan untuk merepresentasikan proses tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang perbaikan pada proses chemical milling di PT. Dirgantara Indonesia sehingga meminimasi waktu proses.

2. Membuat model simulasi proses chemical milling eksisting dan usulan untuk merepresentasikan proses tersebut.

(5)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Membantu memperbaiki dan mengembangkan proses chemical milling.

2. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi sehingga meningkatkan produktivitas dari proses chemical milling.

3. Memberikan nilai tambah bagi pelanggan, karena pesanan bagian pesawat yang dikenakan proses tersebut sesuai dengan yang diharapkan.

1.5. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah penelitian yang ditetapkan sebagai berikut:

1. Proses perbaikan yang diusulkan tidak bertujuan untuk menekan jumlah produk gagal, tetapi memperbaiki proses pengerjaan baik dalam segi waktu maupun teknik yang digunakan.

2. Dalam penelitian ini, permasalahan teknis mengenai proses kimiawi tidak dibahas secara rinci.

3. Dalam penelitian ini perbaikan proses dilakukan dengan memperhatikan aspek waktu dan aktivitas yang dilakukan dalam proses chemical milling.

Gambar

Tabel 1.1. Waktu Penyelesaian Proses Chemical Milling

Referensi

Dokumen terkait