DAFTAR INDEKS MEDIA GIZI MIKRO INDONESIA Vol. 9, No.1, Desember 2017-Vol. 9, No.2, Juni 2018
Indeks Pengarang:
Ashar H, 9(1):1
Aryati NB, 9(1):1, 9(2): 99 Asrifah I, 9(1): 27
Asturiningtyas IP, 9(1):37 Ayuni PD 9(2):123, 9(2):139
Briawan D, 9(2):110, 9(2):120, 9(2):121, 9(2):149 Fuada N, 9(1):37,9(1):48, 9(1):49
Hanim D, 9(2):99
Harfana C, 9(2):123, 9(2):139 Harjatmo TP, 9(1):51, 9(1):59 Hartono AS, 9(1):51, 9(1):59 Hidayat T, 9(1):1
Huriyati E, 9(2):83 Janah NA, 9(2):139 Juwantoro D, 9(2):123
Kumorowulan S, 9(1):23, 9(1):59, 9(2):139, 9(2):147 Kurniati Y, 9(1):61,9(1):62, 9(1):69
Kusrini I, 9(1), 9(1):59, 9(2):139
Kusumawardani HD, 9(1):11, 9(2):123, 9(2):136 Madanijah S, 9(2):113, 9(2):120
Martiyana C, 9(1):37, 9(1):48, 9(2):83, 9(2):97 Mulyantoro DK, 9(1):1, 9(1):48, 9(1):49, 9(1):57, 9(1): 59 Murbawani EA, 9(2):73
Nuraini N, 9(2):139 Padmawati RS, 9(2):83 Panunggal B, 9(2):73 Prihatmi EB, 9(2):139 Pritasari, 9(1):51
Puspitasari C, 9(1):11, 9(2):123 Putri SHS, 9(1):27
Rachmat M, 9(1):51 Rahmiati BF, 9(2):113
Riyanto S, 9(1):37, 9(1):48, 9(2):97, 9(2):123 Samsudin M, 9(1):1, 9(1):59, 9(1):60, 9(2):139 Setianingsih I, 9(1):11, 9(2):123, 9(2):139
Setyani A, 9(1):1, 9(1):8, 9(1):49, 9(1):58, 9(1):59, 9(2):93, 9(2):97
Sudarinah, 9(2):139 Sulaeman ES, 9(2):99 Sulistyaningsih DA , 9(2):73 Susbiantonny A , 9(1):11
Wahyuningrum SN, 9(1):11, 9(2):139 Wijayanti C, 9(1):11, 9(2):139 Wibowo RA , 9(2):139, 9(2):147
Indeks Subjek:1000 HPK , 9(2):99, 9(2):100, 9(2):101, 9(2):106, 9(2):108, 9(2):109
antibodi tiroglobulin, 9(2):143,9(2):144 antibodi TPO, 9(2):143, 9(2):144, 9(2):145 antibodi TSHR, 9(2):141, 9(2):143
Autoimmune Thyroid Disease, 9(2):144, 9(2):146, 9(2):147, 9(2):148
betakaroten, 9(1):27, 9(1):28, 9(1):29, 9(1):30, 9(1):32, 9(1):33, 9(1):34, 9(1):36
densitas massa tulang, 9(1):12, 9(1):14, 9(1):15, 9(1):17, 9(1):18, 9(1):19, 9(1):21, 9(1):22, 9(1):23 enzim RNA polimerase, 9(2):108
enzim thyroperoxidase, 9(1): 7
External Factor Analysis Summary, 9(1): 37
External Factor evaluation,9(1):113, 9(1):115, 9(1):117, 9(1):118
Graves, 9(2): 139, 9(2):140, 9(2):143, 9(2):145, 9(2):146, 9(2):147
growth hormone, 9(2): 73, 9(2):78,
hipertiroid, 9(2):139, 9(2):140, 9(2):141, 9(2):142, 9(2):143,9(2):144, 9(2):145, 9(2):146
hormon tiroid , 9(2):74, 9(2):139
Internal Factor Analysis Summary, 9(1):37
Internal Factor Evaluation, 9(2):113, 9(2):115, 9(2):116, 9(2):119, 9(2):120
kadar hemoglobin, 9(1):1, 9(1):2, 9(1):3, 9(1):4, 9(1):5, 9(1):6, 9(1):7, 9(1):8
kadar hormon tiroksin bebas, 9(1):1, 9(1):7, 9(1):8 kadar iodium urine, 9(1): 52, 9(1):55, 9(1):57, 9(1):58,
9(2):78
kretin, 9(2):84, 9(2):86, 9(2):91, 9(2):92, 9(2):94, 9(2):95,
kurva sorpsi isotermis, 9(2):129, 9(2):130, 9(2):132, 9(2):133
organoleptik, 9(2):123, 9(2):124, 9(2):126, 9(2):128, 9(2):131, 9(2):134
PET, 9(2):123, 9(2):124, 9(2):132, 9(2):133, 9(2):135 sitokin, 9(2):108, 9(2):145
stunting, 9(1):2, 9(2):73, 9(2):74, 9(2):75, 9(2):79, 9(2):80, 9(2):100
SWOT, 9(2):113, 9(2):115, 9(2):120
tepung komposit 9(1):2, 9(2):123, 9(2):124, 9(2):125, 9(2):126, 9(2):130, 9(2):131, 9(2):132, 9(2):133, 9(2):134, 9(2):135
Thyroid Peroxidase Antibodies, 9(2):140 Thyroid Stimulating Hormones, 9(2):140 Thyroid Stimulating Immunoglobulin, 9(2):140 total plate count, 9(2):128
VMPET, 9(2):123, 9(2):124, 9(2):132, 9(2):133,
9(2):135
DDC: 616.15
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KADAR HORMON TIROKSIN BEBAS (FT4) PADA ANAK SEKOLAH DASAR
Donny K. Mulyantoro, Hadi Ashar, Asih Setyani, Taufik Hidayat, M. Samsudin
MGMI Vol. 9, No. 1, Desember 2017: 1-10 ABSTRAK
Latar Belakang. Anemia karena kekurangan zat besi masih menjadi masalah gizi utama di Indonesia. Kondisi ini dapat menurunkan produktifitas dan gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Zat besi merupakan bagian penting dari thyroperoxidase (TPO) yang berperan dalam sintesis hormon tiroid. Tujuan. Mengukur hubungan antara kadar hemoglobin dengan kadar hormon tiroid bebas (free Thyroxine / fT4) pada anak sekolah dasar. Metode.
Penelitian cross-sectional dilakukan di daerah perdesaan pegunungan Kabupaten Wonosobo yang mempunyai riwayat daerah endemis Gangguan Akibat Kekurangan Iodium. Sebanyak 141 anak usia sekolah dasar diukur status gizi, kadar hemoglobin dan free Thyroxine (fT4). Besar sampel dihitung berdasarkan Pearson product-moment correlation coefficient. Data dianalisis menggunakan uji statistik korelasi Pearson. Hasil. Sebanyak 47,5% partisipan tergolong pendek, 24,1% menderita anemia, rata- rata kadar hemoglobin dan hormon tiroid bebas berada pada kisaran normal 12,6 g/dL dan 1,5 ng/dL secara berturutan.
Terdapat hubungan positif antara kadar hemoglobin dengan kadar hormon tiroid bebas dengan rho sebesar 0,24 (p
< 0,05). Kesimpulan. Kadar hemoglobin berhubungan dengan kadar hormon tiroksin bebas (fT4).
Kata kunci: anemia, hormon tiroid bebas, zat besi, anak sekolah dasar
DDC: 611.4
PENGARUH PEMBERIAN KEDELAI DAN SUSU TINGGI KALSIUM TERHADAP FUNGSI TIROID DAN MASSA TULANG PADA TIKUS HIPERTIROID
Sri Nuryani Wahyuningrum, Hastin Dyah Kusumawardani, Ismi Setianingsih, Alfien Susbiantonny, Candra Puspitasari, Catur Wijayanti
MGMI Vol. 9, No. 1, Desember 2017: 11-26 ABSTRAK
Latar belakang. Hipertiroid merupakan masalah gangguan hormonal yang cukup banyak terjadi, disamping diabetes melitus dan osteoporosis. Hipertiroid memiliki risiko kejadian 2-5%. Kasus hipertiroid di Klinik Litbang GAKI semakin bertambah tiap tahun, terdapat 141 kasus (29,9%) di tahun 2014 dan 181 kasus (39,5%) di tahun 2015. Kondisi hipertiroid menyebabkan hipermetabolisme pada tulang, antara lain meningkatkan proses penggantian tulang hingga dua kali lipat dan meningkatkan risiko hilangnya mineral tulang. Tujuan. Membuat formula pangan dari bahan dasar kedelai dan susu, kemudian menilai pengaruh formula tersebut terhadap fungsi tiroid dan massa tulang pada tikus hipertiroid. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian pre- klinis eksperimental menggunakan hewan coba tikus putih
Galur Wistar betina, usia tiga bulan, berat badan 200±50 gram. Tikus diadaptasikan selama satu minggu, kemudian dibuat hipertiroid menggunakan euthyrax secara oral dengan dosis 50 µg/hari, selama enam minggu. Kondisi hipertiroid pada tikus diketahui dengan analisis kadar TSH dan fT4.
Tikus dibagi empat kelompok secara random, yaitu: (1) kelompok kontrol positif, (2) kelompok Propiltiourasil (PTU), (3) kelompok formula pangan (FP), (4) kelompok PTU+FP.
Tiap kelompok diberi perlakuan selama enam minggu.
Formula dibuat dengan perbandingan kedelai : susu yaitu 2,7 : 3. Kadar TSH, fT4, PTH dan kalsitonin dianalisis dengan metode ELISA, sedangkan densitas massa tulang dianalisis menggunakan metode digital microradiography. Hasil.
Penelitian ini mendapatkan formula dengan kandungan kalsium 0,92%, protein 28%, fosfor 0,53%, iodium 24,2 ppm, genistein 94,4 mg/g dan daidzein 36,1 mg/g. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar TSH, FT4, kalsitonin dan densitas massa tulang antar kelompok pada saat sebelum dan sesudah intervensi, namun densitas massa tulang pada kelompok yang diberikan formula menunjukkan tren peningkatan paling tinggi. Terdapat perbedaan bermakna kadar hormon paratiroid, dimana tren peningkatan paling tinggi terdapat pada kelompok yang diberikan formula. Kesimpulan.
Formula yang diberikan selama enam minggu belum dapat memperbaiki fungsi tiroid dan densitas massa tulang pada tikus hipertiroid.
Kata Kunci: densitas massa tulang, hipertiroid, susu, kedelai, hormon tiroid
DDC: 613.2
PERBANDINGAN KADAR SERAT DAN BETAKAROTEN PADA MIE YANG DISUBSTITUSI KELOR (MORINGA OLEIFERA L.) DAN BUAH BIT (BETA VULGARIS L.) Sri Hapsari S.P.,Indah Asrifah
MGMI Vol. 9, No. 1, Desember 2017: 27-36 ABSTRAK
Latar Belakang. Pola hidup masa kini yang menuntut kecepatan dalam segala bidang berdampak pada pola makan masyarakat yang cenderung menjadi tidak sehat.
Masyarakat lebih memilih makanan cepat saji, salah satunya berupa mie instan yang kebanyakan mengandung karbohidrat tinggi serta kurang mengandung serat dan zat gizi mikro. Memahami masalah tersebut di atas, produk mie telah menggunakan variasi campuran bahan baku. Salah satu bahan pangan yang dapat divariasikan adalah daun kelor (Moringa oleifera L.) dan buah bit (Beta vulgaris L.).
Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan kadar serat dan betakaroten pada mie yang disubstitusi daun kelor (Moringa oleifera L.) dan buah bit (Beta vulgaris L.). Metode. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor: faktor I (A) yaitu jenis tepung, meliputi tepung daun kelor (A1) dan tepung buah bit (A2). Faktor II (B) yaitu rasio tepung: tepung terigu, terdiri dari 5 level (0:350, 15:335, 30:320, 60:290, 105:245). Hasil. Hasil analisis statistik dengan ANOVA
MEDIA GIZI MIKRO INDONESIA
INDONESIAN JOURNAL OF MICRONUTRIENT
Vol. 9, No. 1, Desember 2017 ISSN. 2086-5198
ABSTRAK
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (Fhit>
Ftab) jenis tepung, rasio tepung: tepung terigu, dan interaksi kedua faktor perlakuan tersebut terhadap kadar serat dan betakaroten mie. Kesimpulan. Kesimpulan penelitian bahwa substitusi tepung buah bit pada rasio tepung buah bit : tepung terigu 105 : 245 (g/g) memiliki rata-rata kadar serat dan betakaroten tertinggi.
Kata Kunci : betakaroten, Beta vulgaris L., serat, Moringa oleifera L.,mie
DDC: 610.759826
EVALUASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN GAKI DENGAN METODE SWOT DI KABUPATEN WONOSOBO
Noviati Fuada , Cati Martiyana, Ika Puspita Asturiningtyas, Slamet Riyanto
MGMI Vol. 9, No. 1, Desember 2017: 37-50 ABSTRAK
Latar Belakang. Iodium merupakan komponen kunci pembentukan hormon tiroid. Akibat kekurangan iodium menimbulkan beban penyakit global, oleh karena itu Indonesia sepakat berperan dalam upaya global melawan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Perubahan persepsi masyarakat atau intervensi pengetahuan tentang iodium dapat dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat.
Upaya intervensi tersebut juga perlu dilakukan evaluasi.
Tujuan. Analisis ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menentukan strategi terhadap pelaksanaan penerapan model pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan GAKI. Metode. Jenis penelitian dengan mixed method, yakni menggabungkan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, Focus Group Discussion dan pengamatan langsung di lapangan. Analisis menggunakan SWOT. Hasil. Hasil IFAS 0,40 dan EFAS 0,27 menempatkan posisi pemberdayaan penanggulangan GAKI berada pada titik (x,y)=(0,40;0,27) kuadran I (Strategi Mendukung Agresif). Kesimpulan. Model pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan GAKI di desa Pulosaren dapat diterapkan. Penerapan model pemberdayaan masyarakat sangat prima dan mantap, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Strategi utama adalah mempertahankan dan mengoptimalkan kekuatan sosial dari kearifan lokal ‘guyub rukun’ yang dimiliki masyarakat;
memastikan posyandu tetap aktif ataupun melakukan inovasi program posyandu; serta terus melakukan penyegaran pelatihan penyuluhan dengan menyederhanakan materi pelatihan ataupun model penyampaian pengetahuan yang lebih efektif.
Kata kunci: perubahan, pemberdayaan, GAKI, SWOT DDC: 664.459824
GAMBARAN KADAR IODIUM DALAM GARAM RUMAH TANGGA BERDASARKAN KADAR IODIUM DALAM GARAM YANG DIBELI RESPONDEN DI KECAMATAN WARUNGGUNUNG KABUPATEN LEBAK BANTEN Titus Priyo Harjatmo, Moch. Rachmat, Pritasari, Antonius Sri Hartono
MGMI Vol. 9, No. 1, Desember 2017: 51-60 ABSTRAK
Latar Belakang. Garam dapur yang terfortifikasi umumnya merupakan sumber iodium yang baik. Survei yang telah dilakukan oleh Program Studi Diploma IV Gizi Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Jakarta pada 2015 di Kecamatan Warunggunung menunjukkan bahwa kadar iodium dalam
garam rumah tangga yang positif mengandung iodium hanya sebesar 33,3%. Hal ini sangat jauh dari target yang telah ditetapkan pada Universal Salt Iodization (USI). Tujuan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar iodium dalam garam rumah tangga berdasarkan kadar iodium dalam garam yang dibeli responden. Metode.
Penelitian dilakukan di Desa Sukarendah Kecamatan Warunggunung mengingat cakupan kadar iodium yang digunakan rumah tangga masih rendah sehingga perlu diteliti kadar iodium dalam garam yang dibeli rumah tangga. Sampel penelitian adalah rumah tangga yang mempunyai anak sekolah dasar di desa tersebut yang dipilih secara cluster random sampling sebanyak 60 rumah tangga dengan titik pusat klaster rumah Ketua RT. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2016. Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap variabel penelitian.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (75,0%) garam yang digunakan di rumah tangga dalam kategori negatif dan hanya 25,0% yang positif mengandung iodium sesuai dengan kadar yang ditentukan. Dari hasil pemeriksaan kadar iodium urine pada sampel anak sekolah dasar menunjukkan bahwa kadar iodium urine dalam kategori memadai namun dijumpai pada anak sekolah dasar yang kekurangan iodium dalam kategori sedang.
Kesimpulan. Kadar Iodium dalam garam yang digunakan rumah tangga sebesar 75,0% dalam kategori kurang dari standar (30 ppm). Kecukupan iodium responden dalam kategori memadai berdasarkan nilai median Urine Iodine Excretion.
Kata kunci: kadar iodium urine, iodium, garam beriodium DDC: 669.5
KAJIAN PUSTAKA: PERAN ZINK PADA DEPRESI POSTPARTUM
Yessy Kurniati
MGMI Vol. 9, No. 1, Desember 2017: 61-72 ABSTRAK
Latar Belakang. Kejadian depresi postpartum cukup tinggi di Indonesia. Berbagai faktor risiko diduga menjadi penyebab masalah tersebut, seperti misalnya faktor sosial dan faktor biologis. Salah satu faktor biologis yang penting adalah defisiensi berbagai mikronutrien. Zink merupakan salah satu mikronutrien yang diduga berperan pada terjadinya depresi postpartum. Tujuan. Melakukan tinjauan literatur artikel terkait depresi postpartum untuk memperjelas peran zink pada depresi postpartum. Metode.
Penelusuran literatur dilakukan melalui mesin pencari Google Scholar dan database elektronik PubMed dan Clinical Key. Kata kunci zinc, seng, depresi, postpartum dan postpartum depression digunakan untuk melacak artikel penelitian asli maupun kajian pustaka pada jurnal nasional maupun internasional berbahasa Inggris, dan dapat diakses secara terbuka (open access). Kajian pustaka secara naratif (unsystematic narrative review) dilakukan untuk mensintesis informasi dari 69 artikel terpilih yang terdiri dari 7 artikel tentang depresi secara umum, 12 artikel tentang depresi postpartum, 35 artikel tentang fungsi, metabolisme dan defisiensi zink, serta 15 artikel tentang hubungan zink dan depresi postpartum. Hasil. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa zink terbukti berhubungan dengan terjadinya depresi secara umum, baik pada hewan coba maupun manusia. Kesimpulan. Secara khusus zink juga berhubungan dengan terjadinya depresi postpartum melalui mekanisme keseimbangan glutamatergik (glutamatergic theory).
Kata Kunci : mikronutrien, depresi postpartum, zink
DDC: 616.15
THE RELATIONSHIP BETWEEN HAEMOGLOBIN LEVELS WITH FREE-THYROXINE (FT4) IN PRIMARY SCHOOL CHILDREN
Donny K. Mulyantoro, Hadi Ashar, Asih Setyani, Taufik Hidayat, M. Samsudin
MGMI Vol. 9, No. 1, December 2017: 1-10 ABSTRACT
Background. Anemia due to iron deficiency is still a major nutritional problem in Indonesia that can reduce productivity and growth disorders in school-aged children. Iron is also an important part of thyroperoxidase (TPO) that plays a role in thyroid hormone synthesis. Objective. The study was to measure the association between haemoglobin levels and free thyroxine (fT4) levels in primary school children.
Method. A cross-sectional study was conducted in rural mountainous areas of Wonosobo District with a history of endemic areas of Iodine Deficiency Disorders. A total of 141 primary school-age children measured nutritional status, hemoglobin levels and Free-Thyroxine (fT4). The sample size was calculated based on Pearson product- moment correlation coefficient. Data were analyzed using Pearson correlation statistic test. Results. As many as 47.5% of participants were stunting, 24.1% had anemia, average hemoglobin and free thyroid hormones (fT4)levels were within the normal range of 12.6 g/dL dan 1.5 ng/dL, respectively. There was a positive relationship between hemoglobin and free thyroid hormone levels with r of 0.24 (p
<0.05). Conclusion. Levels of haemoglobin are associated with free thyroxine hormone (fT4).
Keywords: anemia, free thyroid hormone, iron, primary school children
DDC: 611.4
THE EFFECT OF SOYBEAN AND HIGH CALCIUM MILK TO THYROID FUNCTION AND BONE MASS AT HYPERTHYROID RAT
Sri Nuryani Wahyuningrum, Hastin Dyah Kusumawardani, Ismi Setianingsih, Alfien Susbiantonny, Candra Puspitasari, Catur Wijayanti
MGMI Vol. 9, No. 1, December 2017: 11-26 ABSTRACT
Background. Hyperthyroidism is one of common hormonal disorders, beside of diabetes mellitus and osteoporosis.
Hyperthyroidism has incidence risk 2 - 5%. Hyperthyroid case in Klinik Litbang GAKI have increased every year, there are 141 cases (29,9%) in 2014 and 181 cases (39,5%) in 2015. Hyperthyroid cause hypermetabolism in bone, improve bone replacement and increase risk of bone mineral loss. Objective. The purpose of this study was to made a food formula from soy and high calcium milk, then analyze the effect of formula on thyroid function and
bone mass in hyperthyroid rats. Method. This study was experimental study using female WistarRat, 3 months old, had weight 200 ± 50 grams. The rat was adapted for 1 week, then treated using oral euthyrax at 50 μg/day, for 6 weeks, to get hyperthyroid condition. After that, rats were divided into 4 groups randomly: (1) positive control group, (2) Propyltiouracil group (PTU), (3) food formula group (FP), (4) group PTU + FP, each group were treated for 6 weeks. Formula was made with the ratio of soybean:
milk, 2,7: 3. Levels of TSH, fT4, PTH and calcitonin were analyzed using ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) method, whereas bone mass density was analyzed using digital microradiography. Result. The result was obtained formula with content of calcium 0,92%, protein 28%, phosphorus 0,53%, iodine 24,2 ppm, genistein 94,4 mg/g and daidzein 36,1 mg/g. The results showed there were no significant difference between TSH, FT4, calcitoin and bone mass density between the groups before and after the intervention, however, the bone mass density in the formula group showed the highest increase trend. There was a significant difference in parathyroid hormone levels, which the highest increase trend was in the formula group.
Conclusion. It was concluded that formula intervention for 6 weeks has not be able yet to improve thyroid function and bone mass density in hyperthyroid rats.
Keywords: bone density mass, hyperthyroid, milk, soy, thyroid hormone
DDC: 613.2
THE COMPARISON OF FIBER AND BETA-CAROTENE CONTENT ON NOODLES SUBSTITUTE WITH KELOR (MORINGA OLEIFERA L.) AND BEETROOT (BETA VULGARIS L.)
Sri Hapsari S.P.,Indah Asrifah
MGMI Vol. 9, No. 1, December 2017: 27-36 ABSTRACT
Background. Present lifestyle which required speed in all areas, also have impact on the eating patterns that tend to be unhealthy. People prefer to eat fast food like noodles which have high carbohydrate contents, less fiber and other nutrients that’s the body needs. To solve the above problem, noodle products have been using variation of raw material mixture to increase the fiber content. Some material used for noodle are Moringa leaves (Moringa oleifera L.) and beetroot (Beta vulgaris L.). Objective. This study aims to determine the difference between Moringa leaves and beetroots substitutes on the fiber and beta-carotene content of noodles. Method. This study uses a randomized complete block design, with two factors: the first factor (A) is a type of flour, include moringa leaf powder (A1) and beetroot powder (A2). Factor II (B), the ratio of flour: wheat flour, consists of 5 levels (0: 350, 15: 335, 30: 320, 60: 290,
MEDIA GIZI MIKRO INDONESIA
INDONESIAN JOURNAL OF MICRONUTRIENT
Vol. 9, No. 1, December 2017 ISSN. 2086-5198
ABSTRACT
105: 245). Result. Based on statistical analysis with ANOVA there was a significant diferrence (Ftest> Ftable) types of flour, the ratio of flour: wheat flour, and the interaction of both factors treatment on levels of fiber and beta-carotene.
Conclusion. It is concluded that noodles substituted with beetroot in a ratio of beetroot flour: wheat flour 105: 245 (g/g) have the highest of average fiber and beta-carotene.
Keywords: betacaroten, Beta vulgaris L., fiber, Moringa oleifera L., noodles
DDC: 610.759826
COMMUNITY EMPOWERMENT EVALUATION IN IDD ELIMINATION WITH SWOT METHOD IN WONOSOBO REGENCY
Noviati Fuada , Cati Martiyana, Ika Puspita Asturiningtyas, Slamet Riyanto
MGMI Vol. 9, No. 1, December 2017: 37-50 ABSTRACT
Background. Iodine is a key component of thyroid hormone formation. Lack of iodine created a global burden disease that makes Indonesia agreed to participate in global efforts against iodine deficiency disorders (idd). The change of public perception or the intervention on knowledge about iodine can be with community empowerment. The intervention efforts also need to be evaluated. Objective.
This study was aimed to evaluate the strategy towards the implementation of the application of the community empowerment for idd prevention model in Wonosobo regency. The literature study used in this research to find out the internal factors and external factors of the community empowerment program. Method. It was a mixed method, a combination of qualitative and quantitative approaches.
Informant chosen using purposive sampling method. Data collection using in-depth interview techniques, focus group discussion, and directed observation. Data analyzed by using Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) analysis. Results. The assessment gives a value of Internal Factor Analysis Summary (IFAS) 0.40 and external factor analysis summary (efas) 0.27. Community empowerment in idd elimination position at (x,y)=(0.40;0.27) or quadrant i (comparative advantage). Conclusion.
Community empowerment is stable and excellent. Model is very conducive to be expanded, enlarging to ensure growth and progress maximally. Grand strategy is to maintain and optimize local wisdom ‘guyub rukun’; ascertaining the posyandu to remain active and always develop innovative programs. Refreshing of counseling training by simplified training method and better deliverance of the model to be more effective.
Keywords: change, empowerment, IDD, SWOT DDC: 664.459824
DESCRIPTION OF IODINE CONTENT IN SALT PURCHASED BY RESPONDENTS IN WARUNGGUNUNG SUB DISTRICT, LEBAK, BANTEN PROVINCE
Titus Priyo Harjatmo, Moch. Rachmat, Pritasari, Antonius Sri Hartono
MGMI Vol. 9, No. 1, December 2017: 51-60 ABSTRACT
Background. The salt iodization is generally a good source of iodine. The survey which has been conducted by Diploma
IV Gizi Politeknik Kesehatan Jakarta II on 4-9 May 2015 in Warunggunung Sub District shows that iodine salt content of household that fulfills enough iodine is only 33.3%. This is very far from the target of Universal Salt Iodization (USI) by the WHO. Objective. The purpose of this study was to know the description of iodine content in household salt based on iodine content in salt purchased by respondents.
Method. The study was conducted in Sukarendah Village, Warunggunung Sub District, because the coverage of iodine content used by household is still low so it is necessary to study iodine level in salt purchased by household. The sample of this research is household which have elementary school children in that village which is cluster random sampling as many as 60 households with center point of household cluster. Data analysis was done descriptively to research variable. Result. The analysis it was found that most (75.0%) of the salts used in households were in the negative category and only 25.0% were positive containing iodine according to the prescribed levels. The results of urine iodine level examination in primary school sample showed that urinary iodine content in optimum category was found in elementary school children with moderate deficiency.
Conclusion. The iodine content in salt used by households is 75.0% in the category of less than standard (30 ppm). The adequacy of iodine respondents in the appropriate category is based on the median value of Urine Iodine Excretion.
Keywords: urine iodine excretion, iodine, iodized salt DDC: 669.5
LITERATURE REVIEW: THE ROLE OF ZINK ON POSTPARTUM DEPRESSION
Yessy Kurniati
MGMI Vol. 9, No. 1, December 2017: 61-72 ABSTRACT
Background. The incidence of postpartum depression is quite high in Indonesia. Various risk factors are suspected to be the cause of the problem such as social factors and biological factors. One crucial biological element is the various micronutrient deficiencies. Zinc is one of the micronutrients that is thought to play a role in the onset of postpartum depression. Objective. This literature review conducted on articles related to clarifying the position of zinc in postpartum depression. Method. Literature searches are conducted through the Google Scholar search engine and the PubMed and Clinical Key electronic databases. Keywords zinc, seng, depression, postpartum, and postpartum depression are used to track original research articles as well as literature review in national and international journals in English and open access. A narrative literature review was conducted to synthesize information from 69 selected articles, 7 on depression in general, 12 about postpartum depression, 35 about function, metabolism and zinc deficiency, and 15 about the relationship of zinc and postpartum depression. Results.
The results show that zinc associated with generalized depression, both in experimental and human animals.
Conclusion. Specifically, zinc related to the occurrence of postpartum depression through the mechanism of glutamatergic balance (glutamatergic theory).
Keywords: micronutrient, postpartum depression, zinc
DDC: 618.924
STATUS IODIUM URINE DAN ASUPAN IODIUM PADA ANAK STUNTING USIA 12-24 BULAN
Dwi Arum S, Binar Panunggal, Etisa Adi Murbawani MGMI Vol. 9, No. 2, Juni 2018: 73-82
ABSTRAK
Latar belakang. Panjang badan dipengaruhi oleh like growth factor-1 (IGF-1). Hormon tersebut merupakan hasil sintesis hormon pertumbuhan yang didukung oleh hormon tiroid dari iodium. Asupan iodium yang rendah dapat mempengaruhi hormon pertumbuhan seperti IGF-1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status iodium dengan panjang badan pada anak stunting usia 12-24 bulan. Metode.
Penelitian menggunakan rancangan cross sectional, serta dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu Kecamatan Genuk Kota Semarang. Sebanyak 69 anak direkrut menggunakan metode simple random sampling.
Data asupan diperoleh melalui Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire. Pengukuran status iodium dalam urine dilakukan di laboratorium GAKI Fakultas Kedokteran UNDIP. Data dianalisis menggunakan uji korelasi rank Spearman. Hasil. Rerata panjang badan subjek yaitu 75,3±4,4 cm. Sebanyak 94,2 persen subjek memiliki status iodium dengan kategori tinggi. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status iodium dan panjang badan pada anak stunting usia 12-24 bulan (p=0,95) baik asupan iodium dan panjang badan (p=0,68). Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein (p=0,00), zink (p=0,01), vitamin A (p=0,00) dengan panjang badan. Kesimpulan.
Tidak terdapat hubungan antara status iodium dan panjang badan pada anak stunting usia 12-24 bulan.
Kata kunci: asupan iodium, stunting, balita, iodium urine DDC: 613.044
DISKUSI DENGAN LEAFLET VERSUS CERAMAH DENGAN LEMBAR BALIK DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEYAKINAN WUS MENGENAI GAKI DI PERDESAAN ENDEMIK GAKI Cati Martiyana, Emy Huriyati, Retna Siwi Padmawati MGMI Vol. 9, No. 2, Juni 2018: 83-98
ABSTRAK
Latar Belakang. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) masih terjadi di berbagai negara. Ibu hamil, bayi, dan balita adalah kelompok rentan GAKI. Kebutuhan iodium pada ibu hamil meningkat menjadi 250 µg/hari dari 150 µg/hari untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Asupan iodium harian tersebut harus terpenuhi agar tidak menimbulkan dampak buruk terhadap ibu atau janin diantaranya abortus, lahir mati, gangguan tumbuh kembang anak, dan dampak terburuk adalah lahir kretin. Wanita Usia Subur (WUS) merupakan sasaran potensial pendidikan kesehatan mengenai GAKI karena akan melahirkan generasi baru.
Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan metode pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan keyakinan WUS mengenai GAKI, efektivitas media intervensi yang digunakan, faktor pendukung, dan penghambat pelaksanaan pendidikan kesehatan. Metode. Jenis penelitian kuantitatif quasi experimental pretest and post test control group design dengan dukungan data kualitatif. Penelitian
dilakukan di Desa Wulung Gunung dan Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang pada bulan Maret sampai dengan Juni 2018. Kelompok eksperimen diintervensi dengan diskusi menggunakan leaflet sementara kelompok kontrol dengan ceramah menggunakan lembar balik. Sampel dipilih secara simple random sampling.
Sebanyak 101 WUS yang sesuai dengan kriteria inklusi terbagi menjadi dua kelompok, kelompok eskperimen (n=54 orang) dan kelompok kontrol (n=47 orang). Data kuantitatif dianalisis dengan t test berpasangan, uji Wilcoxon, t test tidak berpasangan dan Mann Whitney, sementara data kualitatif dianalisis secara tematik. Hasil. Terdapat perbedaan rerata skor pengetahuan, sikap dan keyakinan yang tidak bermakna setelah intervensi antara kelompok diskusi dengan leaflet dan ceramah dengan lembar balik. Faktor pendukung adalah metode dan media intervensi yang dianggap menarik oleh peserta, sementara faktor penghambat adalah tidak semua peserta aktif dalam proses intervensi dan kondisi lingkungan sekitar yang dapat mengganggu konsentrasi peserta. Kesimpulan. Metode diskusi dengan leaflet dan ceramah dengan lembar balik setara dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keyakinan individu, dan keduanya dapat menjadi alternatif pendidikan kesehatan mengenai GAKI di wilayah perdesaan endemik GAKI.
Kata kunci: WUS, diskusi, pendidikan kesehatan, GAKI, iodium, ceramah
DDC: 613.048
HUBUNGAN KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA MISKIN, ASUPAN PROTEIN, DAN ZINK DENGAN PERTUMBUHAN ANAK UMUR 12-24 BULAN PADA SIKLUS 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
Norma Budi Aryati, Diffah Hanim, Endang Sutisna Sulaeman MGMI Vol. 9, No. 2, Juni 2018: 99-112
ABSTRAK
Latar Belakang. Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah periode emas pertumbuhan seorang anak. Pada periode ini dibutuhkan gizi yang seimbang dan tepat. Gizi seimbang pada 1000 HPK terkait dengan ketersediaan pangan rumah tangga. Keadaan sosial ekonomi keluarga akan berpengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi keluarga. Kurangnya variasi dan jumlah makanan yang dikonsumsi terutama bahan pangan yang berfungsi untuk menunjang pertumbuhan seperti sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral akan meningkatkan risiko kekurangan gizi yang berdampak pada pertumbuhan anak. Tujuan. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan ketersediaan pangan keluarga miskin, asupan protein, dan zink dengan pertumbuhan anak bawah dua tahun pada siklus 1000 HPK. Metode.
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yang dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo yang meliputi tiga wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sukoharjo, Mojolaban, dan Baki dengan desain potong lintang. Subjek penelitian adalah anak bawah dua tahun (baduta) umur 12-24 bulan dari keluarga miskin menurut data kecamatan atau desa sebanyak 130 anak. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara ketersediaan pangan keluarga miskin dengan pertumbuhan pada anak
MEDIA GIZI MIKRO INDONESIA
INDONESIAN JOURNAL OF MICRONUTRIENT
Vol. 9, No. 2, Juni 2018 ISSN. 2086-5198
ABSTRAK
bawah dua tahun (baduta) (p=0,923). Ada hubungan bermakna antara asupan protein dan zink dengan pertumbuhan pada anak baduta (p=0,000). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan zink yang cukup secara signifikan mampu meningkatkan peluang 1,521 kali seorang anak tumbuh baik sesuai grafik pertumbuhan WHO. Kesimpulan. Ketersediaan pangan keluarga miskin yang memiliki anak umur 12-24 bulan di Kabupaten Sukoharjo sebagian besar dalam keadaan terjamin, namun asupan protein dan zink pada anak baduta masih kurang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian anak umur 12-24 bulan. Anak baduta yang mendapatkan cukup asupan zink memiliki peluang 1,521 kali mengalami pertumbuhan baik sesuai dengan grafik standar WHO di KMS.
Kata kunci: Ketersediaan pangan, pertumbuhan, protein, zink DDC: 612.659824
STUDI KUALITATIF TENTANG FAKTOR DAN STRATEGI PERBAIKAN PROGRAM SUPLEMENTASI BESI IBU HAMIL DENGAN KASUS DI KABUPATEN TASIKMALAYA
Baiq Fitria Rahmiati, Dodik Briawan, Siti Madanijah MGMI Vol. 9, No. 2, Juni 2018: 113-122
ABSTRAK
Latar belakang. Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi, diantaranya dipengaruhi oleh pelaksanaan program Tablet Tambah Darah (TTD) yang kurang optimal. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal serta merumuskan strategi guna mengoptimalkan program TTD di Kabupaten Tasikmalaya.
Metode. Metode penelitian menggunakan cross sectional study dengan wawancara mendalam kepada pemangku kepentingan program TTD di Kabupaten Tasikmalaya. Analisis Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui keadaan program TTD. Analisis Strength, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT) digunakan untuk menyusun alternatif strategi dan Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan prioritas strategi. Hasil. Hasil penelitian diperoleh skor IFE 2,14 menunjukkan secara internal, program tidak mengoptimalkan kekuatan dan tidak menghindari kelemahan. Skor EFE 2,10 menunjukkan program tidak mengoptimalkan peluang dan tidak menghindari ancaman. Kesimpulan. Alternatif strategi yang dihasilkan meliputi; peningkatan komitmen, peran dan kemitraan antar stakeholder; peningkatan program aksi;
peningkatan sarana prasarana; dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan.
Kata kunci: anemia, tablet tambah darah, SWOT DDC: 620.118
KANDUNGAN GIZI, ORGANOLEPTIK, DAN UMUR SIMPAN BISKUIT DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KOMPOSIT (DAUN KELOR, RUMPUT LAUT, DAN PISANG) Hastin Dyah Kusumawardani, Slamet Riyanto, Ismi Setianingsih, Candra Puspitasari,Deni Juwantoro, Cicik Harfana, Palupi Dyah Ayuni
MGMI Vol. 9, No. 2, Juni 2018: 123-138 ABSTRAK
Latar belakang. Kebutuhan iodium harian dapat dipenuhi dengan beberapa alternatif diantaranya dengan pembuatan produk pangan dari beberapa macam tepung yang mengandung iodium tinggi. Biskuit merupakan salah satu produk pangan yang sering dikonsumsi masyarakat yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan iodium masyarakat. Agar tujuan pengembangan biskuit untuk mendukung perbaikan asupan iodium tercapai, diperlukan pengembangan terkait iodium. Penggunaan tepung komposit dalam pembuatan biskuit terbukti dapat memperbaiki nilai gizi produk. Uji organoleptik dan umur simpan produk diperlukan untuk menentukan keberhasilan pembuatan biskuit dengan
kandungan iodium yang diharapkan. Tujuan. Penelitian bertujuan untuk membuat produk biskuit dengan substitusi tepung komposit dan mengetahui organoleptik, kandungan gizi, serta umur simpannya. Metode. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Balitbangkes Magelang dalam dua tahap sebagai berikut: tahap pertama adalah pembuatan tepung dan analisis zat gizi. Tahap kedua penyusunan formulasi biskuit, pembuatan biskuit dan analisis zat gizi. Uji organoleptik dilakukan untuk memilih komposisi terbaik dan dilanjutkan dengan analisis umur simpan dengan metode pendekatan kadar air kritis. Hasil. Tepung komposit yang digunakan adalah tepung kelor sebagai sumber vitamin C, tepung rumput laut sebagai sumber iodium, dan tepung pisang sebagai sumber vitamin A. Formula biskuit yang terpilih adalah biskuit dengan substitusi tepung komposit 25 persen.
Kandungan vitamin A, vitamin C, iodium biskuit terpilih berturut- turut adalah 1388,821 µg/100 g, 77,0761 mg/100 g, 22,3353 µg/g. Umur simpan biskuit dengan kemasan PET adalah 2,14 bulan sedangkan biskuit dengan kemasan VMPET mempunyai umur simpan 4,73 bulan. Kesimpulan. Substitusi tepung komposit yang dapat diterima adalah 25 persen. Substitusi tepung komposit yang memiliki daya terima terbaik adalah biskuit dengan substitusi tepung komposit 25 persen dengan kandungan iodium sebanyak 2233,53 µg/100g, vitamin A 1388,82 µg/100g, vitamin C 77,076 mg/100g, dan zink 0,1106 g/100g, umur simpan biskuit dalam kemasan PET 2,14 bulan, dalam kemasan VMPET 4,73 bulan.
Kata kunci: tepung komposit, organoleptik, umur simpan DDC: 611.4
AUTOIMUNITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO HIPERTIROIDISME PADA WANITA USIA SUBUR DI DAERAH REPLETE GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM (GAKI)
R. Agus Wibowo, Sri Nuryani Wahyuningrum, Ina Kusrini, Suryati Kumorowulan,Ernani Budi Prihatmi, Sudarinah, Catur Wijayanti, Nafisah Nuraini, Nur Asiyatul Janah, Ismi Setianingsih, Palupi Dyah Ayuni, Cicik Harfana, Mohamad Samsudin
MGMI Vol. 9, No. 2, Juni 2018: 139-148 ABSTRAK
Latar belakang. Hormon tiroid memiliki peran penting dalam tubuh manusia selama hidup. Hormon tiroid berperan dalam perkembangan otak dan pematangan sel dan jaringan, peningkatan konsumsi oksigen oleh sel serta berperan dalam sekresi dan pengendalian produksi hormon lainnya. Sekresi hormon tiroid yang berlebihan akan menimbulkan hipertiroid.
Hipertiroid banyak terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan risikonya 5-10 kali dibandingkan pria. Hipertiroid dapat terjadi karena asupan iodium yang berlebih dalam jangka panjang atau kejadian autoimun seperti pada penyakit Graves.
Hipertiroid banyak terjadi pada daerah replete Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) seperti wilayah Magelang.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kejadian autoimun sebagai penyebab hipertiroid di daerah replete GAKI. Metode. Penelitian ini menggunakan metode kasus kontrol dengan jumlah responden kelompok kasus hipertiroid sebanyak 24 orang dan kelompok kontrol sebanyak 41 orang.
Penentuan responden antar kelompok dengan tapisan hormon TSH dan fT4. Hasil. Nilai rata-rata hormon tiroid yaitu fT4 dan fT3 serta TSH pada kelompok kasus adalah fT4= 2,52 pg/ml;
fT3 =2,96 pg/ml; TSH=0,08 µIU/l. Sedangkan pada kelompok kontrol adalah fT4= 1,6 pg/ml fT3= 2,36 pg/ml; TSH=1,65 µIU/l Autoimun berhubungan dengan kejadian hipertiroid (OR:
18,86; 95%CI). Kesimpulan. Titer TR ab (Tyroid Hormone Reseptor antibody) plasma merupakan faktor risiko tertinggi kejadian hipertiroid pada WUS di daerah replete GAKI.
Kata kunci: autoimun, hipertiroid, iodium, hormon tiroid
DDC: 618.924
IODINE URINARY STATUS AND IODINE INTAKE IN 12-24 MONTHS STUNTING CHILDREN
Dwi Arum Sulistyaningsih, Binar Panunggal, Etisa Adi Murbawani
MGMI Vol. 9, No. 2, June 2018: 73-82 ABSTRACT
Background. Body length is affected by insulin-like growth factor-1 (IGF-1). The hormone is the result of growth hormone synthesis supported by thyroid hormone from iodine. Thus, low intake of iodine can affect IGF-1. This study aimed to analyze the association between iodine status and body length in stunted children aged 12 - 24 months stunting.
Methods. Using cross-sectional design, this research was conducted in the working area of Bangetayu Health Center, Genuk Sub-district, Semarang City. A total of 69 children was recruited using simple random sampling methode. Data intake was obtained through Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire. Measurement of urinary iodine status was done at GAKI Laboratory of Faculty of Medicine UNDIP. Data was analyzed using Spearman rank test. Results. The mean body length of the subject is 75.3 ± 4.4 cm. A total of 94.2 percent of subjects had high status iodine. There was no association between iodine status and body length in stunting aged 12-24 months (p= 0.95) as well as iodine intake and body length (p= 0.68). However, there was an association between protein intake (p = 0.00), zinc (p= 0.01), vitamin A (p= 0.00) and body length. Conclusion. There was no association between iodine status and body length in stunted children aged 12 to 24 months.
Keywords: iodine intake, stunting, toddler, urinary iodine DDC: 613.044
DISCUSSION WITH LEAFLET VERSUS LECTURE WITH FLIP CHART IN IMPROVING KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BELIEF OF CHILDBEARING AGE ABOUT IDD IN RURAL ENDEMIC TO IDD
Cati Martiyana, Emy Huriyati, Retna Siwi Padmawati MGMI Vol. 9, No. 2, June 2018: 83-98
ABSTRACT
Background. Iodine deficiency disorders (IDD) still occur in many countries. Pregnant women, infants, and toddlers are vulnerable groups of IDD. The need for iodine in pregnant women increases to 250 μg/day from 150 μg/day for fetal growth and development. Daily intake of iodine must be met in order not to cause adverse effects to mother or fetus such as abortion, stillbirth, developmental disorders of children and the worst impact is the birth of cretin. Women of childbearing age are potential targets of health education about IDD because it will give birth to a new generation.
Objective. To find out the effect of the different method of health education on knowledge, attitudes and beliefs about IDD, the effectiveness of intervention media used, supporting and inhibiting factors of health education. Method.
Quantitative quasi-experimental pre-test and post-test
control group design supported qualitative data. Research in Wulung Gunung and Wonolelo Village, Sawangan District, Magelang District from March to June 2018. The experimental group was intervened by a discussion using leaflets while control group by lecture using flip chart. Total of 101 respondents chosed randomly corresponding to inclusion criteria was divided into two groups, experimental group (n
= 54) and control group (n = 47). Quantitative data were analyzed by paired t-test, Wilcoxon test, unpaired t-test, and Mann Whitney, while the qualitative data were analyzed thematically. Result. There was an insignificant difference in the mean score of knowledge, attitudes, and beliefs after intervention on both discussions with leaflets and lectures with a flip chart. Supporting factors are methods, and media interventions that are considered attractive by participants, while inhibiting factor were not all participants active in the intervention process, and the surrounding environment may disrupt participants concentration. Conclusion. Method of discussions with leaflets and lectures with flip chart are equivalent in enhancing individual knowledge, attitudes, and beliefs, and both can be alternative health education regarding IDD in rural areas endemic to IDD.
Keywords: childbearing age, discussion, health education, IDD, iodine, lecture
DDC: 613.048
THE RELATIONSHIP BETWEEN FOOD AVAILABILITY OF LOW-INCOME FAMILY, PROTEIN AND ZINC INTAKE WITH GROWTH IN CHILDREN 12-24 MONTHS OLD ON THEIR FIRST 1000 DAYS
Norma Budi Aryati, Diffah Hanim, Endang Sutisna Sulaeman MGMI Vol. 9, No. 2, June 2018: 99-112
ABSTRACT
Background. The first 1000 days of life was the golden period of a child’s growth. In this period balanced and appropriate nutrition required. Balanced nutrition in the first 1000 days of life was related to household food availability where the family’s socio-economic condition will affect the quality and quantity of food consumed. The lack of variety and the amount of food consumed, especially food that supports growth such as protein, fat, vitamin, and mineral will increase the risk of malnutrition that affects the growth of children.
Objective. The objective of the study was to analyze the relationship between low-income family food availability, protein and zinc intake with the growth of children under two years on the first 1000 days of the life cycle. Methods.
This research was analytic observational research conducted in Sukoharjo covering three districts, Sukoharjo, Mojolaban and Baki with a cross sectional design. The subjects were 130 children under two years old (12-24 months) and came from low-income families based on village data. Results.
The results showed that there was no significant relationship between low-income family food availability and growth in children under two years (p = 0.923). There was a significant
MEDIA GIZI MIKRO INDONESIA
INDONESIAN JOURNAL OF MICRONUTRIENT
Vol. 9, No. 2, June 2018 ISSN. 2086-5198
ABSTRACT
association between protein and zinc intake with growth in children under two years (p = 0.000). Multivariate analysis showed that enough zinc intake significantly increased a chance of children 1.521 times to grow normal following WHO growth chart. Conclusion. Food availability of low- income families who have children 12-24 months old in Sukoharjo District was mostly in enough. However, protein and zinc intake in children is still less than the daily nutritional adequacy for children 12-24 months old. Children under two years who got enough zinc intake had a chance of 1.521 times to grow normal following WHO standard or growth chart (KMS).
Keywords: Food availability, growth, protein, zinc DDC: 612.659824
QUALITATIVE STUDY ABOUT FACTORS AND STRATEGY IMPROVEMENT OF IRON SUPLEMENTATION ON PREGNANT WOMAN IN TASIKMALAYA DISTRICT Baiq Fitria Rahmiati, Dodik Briawan, Siti Madanijah MGMI Vol. 9, No. 2, June 2018: 113-122
ABSTRACT
Background. Prevalence of anemia among pregnant women in Indonesia is still high due to implementation of iron supplementation program in pregnant women that not optimal. Objective. This study aims to analyzed the internal and external factors, to found alternatives strategy and priorities strategy for optimizing Iron Folate suplementation (IFA) program in Tasikmalaya district. Method. The method used cross sectional study, with indepth interviews to IFA’s stakeholders in Tasikmalaya district. Analysis of Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE) used to formulate strategies. Selection of alternative strategy used Strength, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT) methods, while the strategic priorities used Analytical Hierarchy Process (AHP). Result. The results showed that total score of IFE is 2.14, indicated that internally, the program doesn’t optimize strengths and doesn’t avoid weaknesses.
EFE scores is 2.10 showed that program doesn’t optimize the opportunities and doesn’t avoid threats. Conclusion.
The alternative strategies are; increased commitments, roles and partnership between stakeholders; increase in action program; improvement of infrastructure; and capacity building of health personnel.
Keywords: anemia, iron supplementation, SWOT DDC: 620.118
NUTRIENT CONTENT, ORGANOLEPTIC, AND SHELF LIFE OF BISCUIT WITH COMPOSIT FLOUR SUBSTITUTION (MORINGA LEAF, SEAWEED, AND BANANA)
Hastin Dyah Kusumawardani, Slamet Riyanto, Ismi Setianingsih, Candra Puspitasari, Deni Juwantoro, Cicik Harfana, Palupi Dyah Ayuni
MGMI Vol. 9, No. 2, June 2018: 123-138 ABSTRACT
Background. Daily iodine needs can be met with several alternatives including consumption of food products from several types of high iodine-containing flour. Biscuits are popular product that can be used to meet the needs of iodine. To developing biscuits to support the improvement of iodine intake, it is necessary to have the formulations in the nutrients contained related to iodine. The use of composite flour in biscuits has been proven to improve the nutritional value of the product. Organoleptic tests and product shelf
life are needed to determine the expected iodine content in biscuits. Objective. Produce biscuit using composite flour substitution and determine its acceptability, nutrient content, and shelf life. Method. This research was conducted at the Balitbangkes Food Technology Laboratory in Magelang in two stages as follows: the first stage is flour mixing determination and nutrient analysis. The second stage is preparing biscuit formulations, making biscuits, and analyzing nutrients.
The receiving power test has carried out to select the best composition and continued with a shelf life analysis with the critical moisture content approach method. Results. The composite flour used was Moringa flour as a source of vitamin C, seaweed flour as a source of iodine, and banana flour as a source of vitamin A. The selected biscuit formula was biscuits with 25 percent composite flour substitution. The content of vitamin A, vitamin C, iodine in selected biscuits are 1388.821 µg/100 g, 77.0761 mg/100 g, 22.3353 µg/g, respectively. The shelf life of biscuits with PET packaging is 2.14 months while biscuits with VMPET packaging have a shelf life of 4.73 months. Conclusion. Composite flour using Moringa, seaweed, and banana can be used to make high iodine-containing biscuits which can be used to meet iodine needs.
Keywords: composite flour, organoleptic, shelf life DDC: 611.4
AUTOIMMUNE AS RISK FACTOR OF HYPERTHYROIDISM AT CHILDBEARING AGE WOMEN IN REPLETE IODINE DEFICIENCY DISORDER (IDD) AREA
R. Agus Wibowo, Sri Nuryani Wahyuningrum, Ina Kusrini, Suryati Kumorowulan,Ernani Budi Prihatmi, Sudarinah, Catur Wijayanti, Nafisah Nuraini, Nur Asiyatul Janah, Ismi Setianingsih, Palupi Dyah Ayuni, Cicik Harfana, Mohamad Samsudin
MGMI Vol. 9, No. 2, June 2018: 139-148 ABSTRACT
Background. Thyroid hormones play an essential role in a variety of metabolic and developmental processes in the human body. Thyroid hormones are important for brain development, cell maturation, increased O2 consumption, and controlling the others hormones. Hyperthyroidism develops when the body exposed to excessive amount of thyroid hormone. This disorder affects in women 5 to 10 times more often than men. Hyperthyroidism occurs due to excessive long term iodine intake or autoimmune events such as Graves’
disease. Hyperthyroidism is more common in the replete Iodine Deficiency Disorder (IDD) area such as Magelang.
Objective. This research aimed to identify autoimmune as a risk factor of hyperthyroidism at replete IDD area. Method.
This is a case control study with 24 subjects in the case group and 41 subjects in the control group. Screening for each group through TSH and fT4. Result. On control group thyroid hormone level which is fT4 and fT3 and also TSH at group control group in normal status fT4= 1,6 pg/mL (normal 0,8-2) ; fT3 = 2,36 ( 1,2-4,2) pg / mL; TSH=1,65µIU / l ( 0,3- 4)) compared to case group ( fT4= 2,52 pg / ml ; fT3 = 2,96 pg / ml; TSH=0,08µIU / l respectivelly. Autoimmune Graves’
have the robust relation to the hyperthyroid occurence ( OR:
18,86; 95%CI) Conclusion. Titer TR ab (Tyroid Hormone Reseptor antibody) represent the strong factor in supporting hyperthyroid cases in women childbearing age in IDD replete area likely Magelang.
Keywords: autoimmune, hyperthyroid, iodine, thyroid hormones
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Mitra Bestari (Reviewers) yang telah berpartisipasi dalam penerbitan Jurnal MGMI Volume 9 Nomor 1, Desember 2017 dan Volume 9 Nomor 2, Juni 2018 ini. Mereka yang telah berpartisipasi dalam penerbitan volume ini dengan melakukan koreksi terhadap artikel yang masuk ke redaksi antara lain adalah:
1. Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN (Gizi Masyarakat – FEMA IPB)
2. Dr. Nelis Imanningsih, STP, M.Sc (Teknologi Pangan - Puslitbang SDPK) 3. Dr. Siti Helmyati, DCN, M.Kes (Gizi Kesehatan – FKKMK UGM)
4. Dr. Toto Sudargo, SKM, M.Kes (Gizi Masyarakat - FKKMK UGM)
5. Dr. Ir. Anies Irawati, M.Kes (Gizi Tumbuh Kembang Anak – Puslitbang UKM) 6. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS (Gizi Masyarakat – FEMA IPB)
7. Dr. Astuti Lamid, MCN (Gizi Mikro - Puslitbang UKM)
8. Dr. Ir. Basuki Budiman, M.Sc.PH (Gizi Mikro - Puslitbang UKM) 9. Prof. Dr. Ir. Y. Marsono, MS (Teknologi Pangan - FTP UGM)
10. Dr. dr. Tjokorda Gde Dalem Pemayun, Sp.PD, KEMD (Endokrinologi - FK UNDIP)
11. dr. Harli Amir Mahmudji, Sp.PD, KEMD (Endokrinologi – RS Prof. Dr. Soerojo Magelang)
Naskah yang dimuat dalam jurnal Media Gizi Mikro Indonesia (MGMI) adalah naskah/artikel hasil penelitian, hasil analisis ilmiah data sekunder, analisis kebijakan, rangkuman tentang topik terkini di bidang Gizi Mikro mencakup vitamin dan mineral.
Naskah yang dikirim ke redaksi belum pernah dimuat atau tidak sedang diajukan untuk dimuat di media lain.
Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis. Dewan Redaksi berhak mengubah isi dari naskah yang dimuat tanpa seizin penulis, sepanjang tidak bertentangan dengan pokok tulisan. Naskah yang tidak dimuat akan dikembalikan kepada penulis.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dengan abstrak bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Demikian pula jika naskah ditulis dalam bahasa Inggris abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Abstrak harus singkat dan jelas (250-300 kata), diketik dengan huruf miring (italic), jarak 1 spasi, disertai 3-5 kata kunci (keywords). Komponen abstrak terdiri dari latar belakang (background), tujuan (objective), metode (method), hasil (results) dan kesimpulan (conclusion).
Sistematika penulisan naskah untuk hasil penelitian mengikuti kaidah sebagai berikut:
Judul: diketik dengan huruf kapital tebal (bold), tidak lebih dari 14 kata tanpa menghitung kata depan dan kata penghubung, singkat dan jelas mencerminkan isi tulisan;
Identitas: nama lengkap para penulis dan instansi tempat bekerja diketik di bawah judul; dianjurkan mencantumkan alamat lengkap dan email untuk memudahkan komunikasi;
Abstrak: ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris disertai kata kunci 3-5 kata;
Pendahuluan: meliputi latar belakang, rumusan masalah, hipotesis (optional) dan tujuan;
Metode: meliputi disain studi, waktu dan tempat, sampel/informan, variabel, cara pengumpulan data dan analisis;
Hasil: meliputi karakteristik sampel, data deskriptif, hasil-hasil penting;
Pembahasan: meliputi hasil secara ilmiah, ringkas, fokus terhadap interpretasi hasil yang diperoleh, keterbatasan penelitian (jika ada);
Kesimpulan: kesimpulan dalam bentuk narasi, bukan pointers;
Saran (opsional);
Ucapan terima kasih;
Daftar Pustaka: artikel berupa hasil penelitian paling sedikit memiliki 10 acuan primer, sedangkan artikel kajian/tinjauan (reviu) paling sedikit memiliki 25 pustaka acuan.
Jika naskah bukan dari hasil penelitian, sistematika disesuaikan dengan alur yang runut.
Naskah/artikel dikirim dalam bentuk file elektronik melalui aplikasi OJS MGMI (http://ejournal.
litbang.depkes.go.id/index.php/mgmi/about/
submissions#onlineSubmissions) dan via e-mail ([email protected]).
Naskah ditulis dalam program microsoft word (ms word), batas tepi kiri 3.5 cm, batas tepi kanan, atas, dan bawah 3 cm, spasi 1.5 kecuali tabel, huruf arial font 11, tebal naskah 10-18 halaman kertas ukuran A4.
Setiap tabel, gambar, grafik dan bagan diberi nomor urut.
Judul tabel ditulis pada bagian atas, sedangkan judul gambar, grafik dan bagan ditulis pada bagian bawah.
Lambang, singkatan atau akronim dalam naskah boleh digunakan hanya sesudah ada penjelasan atau kepanjangannya.
Penulisan daftar pustaka/rujukan menganut sistem nomor (Vancouver). Rujukan disusun sesuai dengan nomor pemunculan dalam teks dan disarankan menggunakan program Mendeley. Berikut contoh penulisan rujukan:
1. Jurnal/terbitan berseri
Nama majalah dengan singkatan index medicus, bila penulis lebih dari 6 orang maka yang ketujuh ditulis et al.
Szabolcs I, Podoba J, Feldkamp J, Dohan O, Farkas I, Sajgo M, et al. Comparative Screening for Thyroid Disorders in Old Age in Areas of Iodine Deficiency, Long Termiodine Prophylaxis and Abundant Iodine Intake. Clin Endocrinol (Oxf). 1997;47:87-92.
2. Penulis buku
Murti B. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press; 2009.
3. Penulis bab dalam buku
Mosley WH, Chen LC. An Analytycal Framework for The Study of Child Survival in Developing Countries. In: Mosley WH, Chen LC, editors. Child Survival Strategies for Research.
Cambridge: Cambridge University Press; 1984. p. 25-45.
4. Prosiding pertemuan ilmiah
Atmarita, Tilden R. Masalah Gizi Perkotaan di Indonesia:
Sudah Perlu Mendapat Perhatian. Dalam: Sandjaja, Jahari AB, Sumarno I, Sofia G, Rochamah, Hartati B, Soekatri M, editors. Prosiding Kongres Nasional Persagi dan Temu Ilmiah XII; 8-10 Juli 2002; Jakarta; 2002. p. 556-66.
5. Laporan penelitian
Kumorowulan S. Pengaruh Pemberian Povidone Iodine dan Iodium Tincture Secara Topical terhadap Kelenjar Tiroid. Laporan Penelitian. Magelang: Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium; 2006.
6. Terbitan pemerintah
Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Usia Lanjut.
Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2007.
7. Lembaga
World Health Organization. The World Health Report, Shaping The Future. Geneva: World Health Organization;
2003.
8. Makalah dalam pertemuan ilmiah, kongres, simposium atau seminar yang belum diterbitkan
Adisumarmo S. Biosafety in Indonesia and Its Possible Development: An Extended Thought on Biosafety Measures.
ISAAA Asia Biosafety Workshop. Bogor: 22-24 April 1994.
9. Skripsi/tesis/disertasi
Samsudin M. Hubungan Kadar Plumbum (Pb) dalam Daerah dengan Fungsi Tiroid (TSH-FT4) di Daerah Perkotaan. Tesis.
Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Epidemiologi Klinik Universitas Gadjah Mada, 2007.
10. Website
Indra R, Patil S, Joshi R, Pai M, Kalantri PS. Acuracy of Physical Examination in The Diagnosis of Hypothyroidism:
A Cross Sectional Double Blind Study. J Postgrad Med.
2004; 50:7-11. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/15047991, tanggal 23 April 2009.