PENGARUH MORALITAS, INTEGRITAS, KOMITMEN ORGANISASI, DAN PENGENDALIAN INTERNAL KAS TERHADAP PENCEGAHAN
KECURANGAN (FRAUD) DALAM PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH
(STUDI PADA DESA DI KABUPATEN BULELENG)
Putu Feny Kharisma Dewi
1, Gede Adi Yuniarta
1, Made Arie Wahyuni
2Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected], [email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas terhadap pencegahan kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan Program Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah pada desa di Kabupaten Buleleng. Populasi penelitian ini adalah seluruh desa di Kabupaten Buleleng yaitu sebanyak 129 desa dan sampel penelitian sebanyak 56 desa. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan data primer yang diperoleh dari data kuesioner yang diukur menggunakan skala likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini mengunakan analisis deskriptif, uji instrumen, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, dan uji hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Moralitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud); (2) Integritas berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud); (3) Komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud); (4) Pengendalian internal kas berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud); (5) Moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
Kata Kunci: moralitas, integritas, komitmen organisasi, pengendalian internal kas, pencegahan kecurangan (fraud)
Abstract
This study aimed at determining the effect of morality, integrity, organizational commitment, and internal control of cash on fraud prevention in the implementation of rice subsidy program for low-income community on the villages in Buleleng Regency. The population of this research were all the villages in Buleleng Regency as many as 129 villages and 56 research samples. This research method was quantitative method with primary data obtained from questionnaire and measured by using likert scale. Data analysis technique in this research used descriptive analysis, instrument test, classical assumption test, multiple linear regression analysis, and hypothesis test.
The results of this study indicated that: (1) morality did not have any significant effect on fraud prevention; (2) integrity had a positive and significant effect on fraud prevention; (3) organizational commitment had a positive and significant effect on fraud prevention; (4) the internal control of cash had positive and significant effect on
fraud prevention; (5) morality, integrity, organizational commitment, and internal control of cash had significant effect on fraud prevention.
Keywords: morality, integrity, organizational commitment, internal control of cash, fraud prevention
PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan di Indonesia. Kemiskinan dikatakan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial lain. Di Provinsi Bali, Kabupaten Buleleng memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak. Pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Buleleng sebanyak 37,55 ribu jiwa dari 178,18 ribu jiwa penduduk miskin di Bali (BPS, 2017). Melihat tingginya angka penduduk miskin dan untuk mempermudah akses pangan oleh penduduk miskin maka pemerintah meluncurkan Program Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah. Penyaluran beras bersubsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah telah dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1998 dengan nama Operasi Pasar Khusus (OPK). Kemudian pada tahun 2002, nama OPK diubah menjadi raskin (beras untuk keluarga miskin) dengan tujuan agar lebih tepat sasaran.
Dan sejak tahun 2016, beras bersubsidi berganti nama dari raskin menjadi rastra (beras sejahtera) dengan harapan agar beras yang disubsidi pemerintah dapat mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih sejahtera.
Sampai saat ini Program Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (selanjutnya dalam penelitian ini disebut program rastra) sudah terlaksana selama 19 tahun. Namun tidak dapat dipungkiri dalam praktiknya masih terdapat banyak masalah yang menghadang. Salah satu permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program ini adalah adanya tindakan kecurangan (fraud) yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggungjawab di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Kasus ini dilakukan oleh mantan Kaur Keuangan Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Sebagai pelaksana
distribusi program rastra, terdakwa tidak menyetorkan uang Harga Tebus Rastra (HTR) dari Rumah Tangga Sasaran (RTS) ke Perum Bulog ataupun ke pelaksana program rastra di kabupaten. Terdakwa menggunakan uang tersebut untuk keperluan pribadinya, diantaranya membayar hutang dan sewa kontrakan warung serta untuk berjudi (Tagar.News, 2017).
Kecurangan (fraud) merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain (Wikipedia, 2016). Semua jenis kecurangan (fraud) dapat terjadi pada sektor pemerintahan, namun yang paling sering terjadi adalah korupsi. Pada dasarnya setiap entitas termasuk pemerintahan menginginkan seluruh anggota ataupun perwakilan rakyatnya berperilaku jujur. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya kecurangan (fraud) pada sektor publik ataupun sektor lainnya.
Kecurangan (fraud) dapat dicegah dengan menanamkan moralitas kepada setiap individu. Moral manusia dapat dilihat dari kepribadian dan pola pikir mereka yang menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan.
Pola pikir ini akan mengurangi rasa ingin melakukan kecurangan dari dalam diri seseorang. Liyanarachchi (2009) dalam Wijaya (2017) menyebutkan bahwa level penalaran moral individu mereka akan mempengaruhi perilaku etis mereka.
Semakin tinggi level penalaran moral seseorang, akan semakin mungkin untuk melakukan hal yang benar. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2016) yang menunjukkan bahwa individu dengan level moral yang rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Namun penelitian yang dilakukan oleh Fadhli (2014) dan Ade (2017) menunjukkan hasil bahwa moralitas individu tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka hipotesis yang dikembangkan adalah:
H1: Moralitas berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan (fraud)
Tingginya integritas yang dimiliki individu juga dapat mencegah terjadinya kecurangan (fraud) di setiap instansi atau organisasi. Integritas mengharuskan seseorang untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab. Lestari (2017) menyatakan bahwa integritas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akuntansi di SKPD Kabupaten Klungkung. Namun Irianto (2009) menyatakan bahwa integritas tidak berpengaruh terhadap perilaku tidak etis. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:
H2: Integritas berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan (fraud)
Kecurangan (fraud) juga dapat dihindari dengan adanya komitmen organisasi. Secara umum komitmen organisasi merupakan suatu kesetiaan atau loyalitas pegawai terhadap organisasi tempatnya bekerja. Semakin tinggi komitmen pegawai terhadap organisasi, pegawai tersebut cenderung tidak akan melakukan hal-hal yang bisa saja menghambat tercapainya tujuan organisasi.
Virmayani (2017) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara komitmen organisasi dengan kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Namun penelitian Chandra (2015) menyebutkan tidak ada pengaruh negatif komitmen organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi di sektor pemerintahan. Sedangkan Purwanti (2016) menyatakan bahwa komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:
H3: Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan (fraud)
Keefektifan sistem pengendalian internal suatu instansi khususnya pengendalian internal kas dapat mencegah terjadinya kecurangan (fraud) pada kas.
Sifat kas yang mudah dipindahtangankan merupakan faktor pemicu mudahnya kas untuk diselewengkan. Maka dari itu sangat diperlukan adanya perencanaan dan pengendalian internal kas yang baik untuk mencegah penyelewengan atau terjadinya kecurangan (fraud) pada kas tersebut. Dewi (2017) menyatakan sistem pengendalian intern kas berpengaruh signifikan negatif terhadap fraud. Namun hasil penelitian Kusumastuti (2012) menujukkan bahwa faktor keefektifan pengendalian internal tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:
H4: Pengendalian internal kas berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan (fraud) Kecurangan (fraud) dapat dicegah dengan mengeliminasi faktor-faktor pendorong timbulnya kecurangan (fraud) itu sendiri. Dalam teori GONE, faktor pendorong timbulnya kecurangan adalah greed (keserakahan), opportunity (kesempatan), need (kebutuhan), dan exposure (pengungkapan) (Jack Balogna, 1995 dalam Karyono, 2013). Individu yang serakah memicu perbuatan yang tidak jujur dan mengabaikan tanggungjawabnya demi memenuhi kepentingan pribadinya dan mengenyampingkan kepentingan orang lain termasuk tujuan organisasinya. Sifat individu yang serakah mencerminkan kurangnya moralitas, integritas, dan komitmen organisasi yang dimiliki pegawai.
Kurangnya komitmen pegawai terhadap organisasinya juga dapat dipicu karena adanya kebutuhan pribadi yang mendesak sehingga pegawai lebih mementingkan memenuhi kebutuhan pribadinya yang dapat menghambat tujuan organisasinya.
Pengendalian internal kas termasuk dalam faktor pendorong kecurangan (fraud) yaitu kesempatan (opportunity). Pengendalian internal kas yang kurang memadai dapat memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan (fraud). Jadi dengan meningkatkan moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas maka kecurangan (fraud) dapat dicegah. Bedasarkan pemaparan tersebut, maka hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:
H5: Moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan sistem pengendalian internal kas berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud) Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pada pelaksanaan program rastra.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pencegahan kecurangan (fraud).
Populasi dalam penelitian ini adalah desa se-Kabupaten Buleleng yang berjumlah 129 desa. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Slovin sehingga menghasilkan jumlah sampel 56 desa yang ditentukan secara simple random sampling. Responden dalam penelitian ini adalah aparatur desa yang bertugas sebagai pelaksana distribusi program rastra pada desa di Kabupaten Buleleng.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner dengan skala likert. Setiap pernyataan disediakan empat alternatif jawaban yaitu STS (Sangat Setuju), TS (Tidak Setuju), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Data yang terkumpul diolah dengan bantuan SPSS versi 23.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik deskriptif penelitian, uji instrumen, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, dan uji hipotesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Responden dalam penelitian ini adalah aparatur desa di Kabupaten Buleleng, Bali yang bertugas sebagai pelaksana distribusi program rastra. Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 56 kuesioner dan dapat
diterima kembali sepenuhnya sehingga data dapat diolah 100%.
Berdasarkan hasil uji statistik deksriptif menunjukkan bahwa nilai minimum dan maksimum variabel moralitas berkisar antara 13 sampai 24 dengan 6 item pernyataan. Rata-rata nilai variabel moralitas sebesar 21,20 yang artinya responden dalam menjawab pernyataan berkisar pada pilihan mendekati nilai maksimum 24. Pada variabel integritas memiliki nilai minimum dan maksimum berkisar antara 24 sampai 32 dengan 8 item pernyataan. Rata-rata nilai variabel integritas sebesar 28,38 yang artinya responden dalam menjawab pernyataan berkisar pada pilihan mendekati nilai maksimum 32. Pada variabel komitmen organisasi nilai minimum dan maksimum berkisar antara 40 sampai 60 dengan 15 item pernyataan. Rata-rata nilai variabel komitmen organisasi sebesar 48,86 yang artinya responden dalam menjawab penyataan berkisar pada pilihan mendekati nilai minimum 40. Pada variabel pngendalian internal kas nilai minimum dan maksimum berkisar antara 36 sampai 56 dengan 14 item pernyataan. Rata-rata nilai variabel pengendalian internal kas sebesar 47,63 yang artinya responden dalam menjawab pernyataan berkisar pada pilihan mendekati nilai maksimum 56. Pada variabel pencegahan kecurangan (fraud) nilai minimum dan maksimum berkisar antara 47 sampai 72 dengan 18 item pernyataan. Rata-rata nilai variabel pencegahan kecurangan (fraud) sebesar 59,32 yang artinya responden dalam menjawab pernyataan berkisar pada pilihan mendekati nilai maksimum 72.
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa masing-masing item pernyataan memiliki nilai pearson correlation > nilai rtabel (0,266) dan nilai Sig <
0,05 yang berarti masing-masing indikator yang digunakan untuk mengukur variabel moralitas, integritas, komitmen organisasi, pengendalian internal kas, dan pencegahan kecurangan (fraud) dapat dikatakan valid sebagai alat ukur.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel moralitas memiliki nilai Cornbach’s Alpha 0,758 > 0,60, integritas memiliki nilai Cornbach’s Alpha 0,914 > 0,60, komitmen
organisasi memiliki nilai Cornbach’s Alpha 0,912 > 0,60, pengendalian internal kas memiliki nilai Cornbach’s Alpha 0,905 >
0,60, dan pencegahhan kecurangan (fraud) memiliki nilai Cornbach’s Alpha 0,929 >
0,60. Hal ini berati item-item kuesioner untuk mengukur variabel moralitas, integritas, komitmen organisasi, pengendalian internal kas, dan pencegahan
kecurangan (fraud) dapat dikatakan konsisten atau reliabel sebagai alat ukur.
Setelah uji validitas dan reliabilitas selesai, dilanjutkan dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang pertama yaitu uji normalitas. Hasil uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Parametersa,b
Mean 0,0000000
Std.
Deviation 3,94722857 Most
Extreme Differences
Absolute 0,110
Positive 0,110
Negative -0,075
Test Statistic 0,110
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,086c
Sumber: Data diolah (2017) Pada Tabel 1. ditunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,086 > 0,05.
Berdasarkan kriteria uji normalitas, data berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran moralitas, integritas, komitmen organisasi, pengendalian internal kas, dan pencegahan kecurangan (fraud) berdistribusi normal.
Uji asumsi klasik yang kedua yaitu uji multikolinearitas yang dugunakan untuk
mengetahui adanya hubungan linear atau korelasi yang kuat diantara variabel- variabel independen dalam model regresi.
Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji multikolinearitas menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF masing-masing variabel bebas < 10 dan nilai tolerance >
0,1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi hubungan atau gejala multikolinieritas antar variabel bebas.
Tabel 2. Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Penelitian Tolerance VIF Keterangan
Moralitas (X1) 0,743 1,347 Tidak terjadi gejala multikolinearitas Integritas (X2) 0,615 1,627 Tidak terjadi gejala multikolinearitas Komitmen Organisasi (X3) 0,440 2,272 Tidak terjadi gejala multikolinearitas Pengendalian Internal Kas (X4) 0,396 2,524 Tidak terjadi gejala multikolinearitas Sumber: Data diolah (2017)
Uji asumsi klasik yang ketiga yaitu uji heteroskedastisitas yang merupakan asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
digunakan uji Glejser seperti yang ditunjukkan pada Tebel 3. Dari Tabel 3.
dapat dilihat bahwa nilai Sig. masing- masing variabel bebas > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heterokedastisitas pada data, sehingga tidak terdapat kesamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan dalam regresi yang dilakukan.
Tabel 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,125 3,906 0,288 0,774
Moralitas (X1) 0,154 0,173 0,138 0,892 0,376
Integritas (X2) 0,192 0,129 0,252 1,486 0,143
Komitmen Organisasi (X3) -0,125 0,090 -0,278 -1,391 0,170 Pengendalian Internal Kas (X4) -0,018 0,104 -0,036 -0,171 0,865 a. Dependent Variable: res2
Sumber: Data diolah (2017)
Setelah uji asumsi klasik dilewati, selanjutnya melakukan uji analisis regresi linier berganda untuk mengetahui besarnya pengaruh moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
Hasil uji regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwa nilai konstanta α=9,985 β1=- 0,534, β2=0,494, β3=0,507, dan β4=0,458.
Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan persamaan regresi linier berganda pola pengaruh variabel Moralitas (X1), Integritas (X2), Komitmen Organisasi (X3), dan Pengendalian Internal Kas (X4) terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Y = 9,985 + (-0,534) X1 + 0,494 X2 + 0,507
X3 + 0,458 X4 + ε (1)
Tabel 4. Hasil Uji Analisis Regresi Liner Berganda Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 9,985 6,128 1,630 0,109
Moralitas (X1) -0,534 0,272 -0,182 -1,965 0,055
Integritas (X2) 0,494 0,203 0,248 2,438 0,018
Komitmen Organisasi (X3) 0,507 0,141 0,432 3,599 0,001 Pengendalian Internal Kas (X4) 0,458 0,163 0,356 2,812 0,007 a. Dependent Variable: Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y)
Sumber: Data diolah (2017)
Nilai masing-masing koefisiensi regresi variabel independen dari model regresi linier tersebut memberikan gambaran bahwa nilai konstanta sebesar 9,985 menyatakan bahwa jika variabel independen moralitas (X1), integritas (X2), komitmen organisasi (X3), dan pengendalian internal kas (X4) dianggap nol, maka variabel dependen pencegahan kecurangan (fraud) adalah sebesar 9,985.
Koefisien regresi moralitas (X1) sebesar - 0,534 berarti moralitas mempunyai pengaruh negatif terhadap pencegahan
kecurangan (fraud). Jadi setiap penurunan 1% dari moralitas maka akan terjadi peningkatan pencegahan kecurangan (fraud) sebesar -0,534. Koefisien regresi integritas (x2) sebesar 0,494 berarti integritas mempunyai pengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
jadi setiap peningkatan 1% dari integritas maka akan terjadi peningkatan pencegahan kecurangan (fraud) sebesar 0,494.
Koefisien regresi komitmen organisasi (x3) sebesar 0,507 berarti komitmen organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap
pencegahan kecurangan (fraud). Jadi setiap peningkatan 1% dari komitmen organisasi maka akan terjadi peningkatan pencegahan kecurangan (fraud) sebesar 0,507. Koefisien regresi pengendalian internal kas (x4) sebesar 0,458 berarti pengendalian internal kas mempunyai pengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Jadi setiap peningkatan
1% dari pengendalian internal kas maka akan terjadi peningkatan pencegahan kecurangan (fraud) sebesar 0,458.
Penelitian ini selanjutnya melakukan uji koefesien determinasi (R2) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Berikut hasil pengujian koefisien determinasi (R2) disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 0,823a 0,677 0,651 4,099 1,940
a. Predictors: (Constant), Pengendalian Internal Kas (X4), Moralitas (X1), Integritas (X2), Komitmen Organisasi (X3)
b. Dependent Variable: Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y) Sumber: Data diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,651 mengandung arti bahwa pencegahan kecurangan (fraud) (Y) dipengaruhi oleh 65,1% variabel independen yaitu moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas, sedangkan sisanya 34,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitan.
Setelah uji regresi linier berganda dan uji koefisien determinasi (R2) dilakukan, maka dilanjutkan dengan uji secara parsial dengan menggunakan uji t yang dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil dari uji parsial (uji t) yang telah dilakukan, dapat dijelaskan bahwa pada variabel moralitas diperoleh nilai thitung -1,965 < nilai ttabel 2,00758 dan nilai signifikan 0,055 > 0,05 sehingga H1
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel moralitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
Pada variabel integritas diperoleh nilai thitung
2,438 > nilai ttabel 2,00758 dan nilai signifikan 0,018 < 0,05 sehingga H2
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel integritas berpengaruh positif secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Pada variabel komitmen organisasi diperoleh nilai thitung
3,599 > nilai ttabel 2,00758 dan nilai signifikan 0,001 < 0,05 sehingga H3
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel komitmen organisasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Pada variabel pengendalian internal kas diperoleh nilai thitung 2,812 > nilai ttabel
2,00758 dan nilai signifikan 0,007 < 0,05 sehingga H4 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pengendalian internal kas berpengaruh positif secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
Tabel 6. Hasil Uji Parsial (Uji t)
Variabel Prob. Sig
tHitung tTabel Sig. α = 5% Ket
Moralitas (X1) -1,965 2,00758 0,055 0,05 Tidak Sig Integritas (X2) 2,438 2,00758 0,018 0,05 Sig Komitmen Organisasi (X3) 3,599 2,00758 0,001 0,05 Sig Pengendalian Internal Kas (X4) 2,812 2,00758 0,007 0,05 Sig Sumber: Data diolah (2017)
Setelah melakukan uji parsial (uji t), kemudian dilanjutkan dengan uji simultan
(uji F) yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh simultan variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji simultan (uji F) variabel ini dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasaran Tabel 7. dapat dilihat nilai signifikan untuk uji secara simultan sebesar 0,000 dimana nilai ini kurang dari standar statistik (taraf nyata) yang ditentukan yaitu 0,05 yang berarti Ha diterima. Selain itu, nilai Fhitung
26,682 > Ftabel 2,56 yang artinya Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program rastra.
Tabel 7. Hasil Uji Simultan (Uji F) ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1793,281 4 448,320 26,682 0,000b Residual 856,934 51 16,803
Total 2650,214 55
Sumber: Data diolah (2017) PEMBAHASAN
Pengaruh Moralitas terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Moralitas (X1) memiliki nilai thitung - 1,965 < nilai ttabel 2,00758 dan nilai signifikan 0,055 > 0,05, sehingga H1 ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel moralitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
Hasil penelitian ini berarti bahwa semakin tinggi atau semakin rendah moralitas yang dimiliki oleh pelaksana distribusi program rastra tidak mempengaruhi tingkat pencegahan kecurangan (fraud) yang dilakukan dalam pelaksanaan program rastra.
Moralitas merupakan nilai positif yang dimiliki individu. Individu dikatakan bermoral jika ia dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Dalam suatu organisasi dibutuhkan individu-individu yang bermoral khususnya pemimpin organisasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadhli (2014) dan Ade (2017) yang menyatakan bahwa moralitas individu tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil-hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat moralitas yang dimiliki seseorang tidak mempengaruhi tingkat kecurangan yang dilakukan sehingga mendukung hsil penelitin ini.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa moralitas berpengaruh positif terhadap
pencegahan kecurangan (fraud) yang didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2017) yang menyatakan bahwa moralitas Individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Perbedaan tersebut dapat dikarenakan berbedanya responden yang digunakan.
Responden dalam penelitian Wijaya (2017) adalah pegawai LPD di Kecamatan Gerokgak, sedangkan responden dalam penelitian ini adalah pelaksana distribusi program rastra di desa yang berada di Kabupaten Buleleng. Pelaksana distribusi program rastra di desa yang berada di Kabupaten Buleleng memiliki tingkat moralitas yang tinggi jika dilihat dari uji statistik deskriptif dimana responden rata- rata menjawab pernyataan kuesioner yang diberikan berkisar pada pilihan mendekati nilai maksimum 24. Jika total skor yang diperoleh ≥ 17 maka dapat dikatakan partisipan memiliki level moral yang tinggi (Dewi, 2014). Hal ini berarti tingginya moralitas yang dimiliki pelaksana distribusi program rastra belum tentu dapat mencegah kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program rastra di desa yang berada di Kabupaten Buleleng.
Pengaruh Integritas terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Integritas memiliki nilai thitung 2,438 >
nilai ttabel 2,00758 dan nilai signifikan 0,018
< 0,05 sehingga H2 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel integritas
berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Hasil ini dapat diartikan bahwa semakin tingginya integritas dari pelaksana distribusi program rastra maka semakin tinggi pula pencegahan kecurangan (fraud) yang dilakukan, begitu pula sebaliknya.
Integritas mengharuskan seorang untuk bersikap jujur dan berterus terang.
Tingginya tingkat integritas yang dimiliki individu dapat mencegah terjadinya kecurangan (fraud) di setiap instansi atau organisasi.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Lestari (2017) yang menunjukkan bahwa integritas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akuntansi di SKPD Kabupaten Klungkung.
Hasil penelitan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi integritas yang dimiliki seseorang maka tingkat kecurangan yang dilakukan akan semakin rendah.
Penelitian tersebut mendukung hasil dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa semakin tingginya integritas dari pelaksana distribusi program rastra maka semakin tinggi pula pencegahan kecurangan (fraud) pelaksanaan program rastra yang dilakukan. Pelaksana distribusi program rastra di desa yang berada di Kabupaten Buleleng memiliki integritas tinggi jika dilihat dari data tabulasi kuesioner yang diuji menggunakan statistik deskriptif dimana rata-rata responden menjawab pernyataan kuesioner berkisar pada pilihan mendekati nilai maksimum 32. Hal ini mendukung bahwa tingginya integritas yang dimiliki pelaksana distribusi program rastra dapat meningkatkan pencegahan kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program rastra.
Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Komitmen orgnisasi memiliki nilai thitung
3,599 > nilai ttabel 2,00758 dan nilai signifikan 0,001 < 0,05 sehingga H3
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel komitmen organisasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Hasil ini dapat diartikan bahwa semakin tingginya komitmen organisasi dari pelaksana distribusi program rastra maka semakin
tinggi pula pencegahan kecurangan (fraud) yang dilakukan, begitu pula sebaliknya.
Komitmen organisasi dibangun atas dasar kepercayaan pegawai atas nilai-nilai organisasi, kerelaan pegawai membantu mewujudkan tujuan organisasi, dan loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi. Oleh karena itu, komitmen organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pegawai terhadap organisasi. Tingginya komitmen organisasi yang dimiliki seseorang akan mencerminkan tingginya tingkat pencegahan kecurangan (fraud) dalam suatu organisasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Najahningrum (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara komitmen organisasi dengan kecenderungan kecurangan (fraud).
Penelitian tersebut mendukung hasil dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa semakin tingginya komitmen organisasi dari pelaksana distribusi program rastra maka semakin tinggi pula pencegahan kecurangan (fraud) pelaksanaan program rastra yang dilakukan. Pelaksana distribusi program rastra di desa yang berada di Kabupaten Buleleng memiliki komitmen organisasi yang rendah jika dilihat dari data tabulasi kuesioner yang diuji menggunakan statistik deskriptif dimana rata-rata responden menjawab penyataan berkisar pada pilihan mendekati nilai minimum 40.
Sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk dapat meningkatkan komitmen afektif (affective commitment), komitmen berkesinambungan (continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment) agar dapat meningkatkan pencegahan kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program rastra di desa yang berada di Kabupaten Buleleng.
Pengaruh Pengendalian Internal Kas terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Pengendalian internal kas memiliki nilai thitung 2,812 > nilai ttabel 2,00758 dan nilai signifikan 0,007 < 0,05 sehingga H4
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pengendalian internal kas
berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Hasil ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pengendalian internal kas maka semakin tinggi pula pencegahan kecurangan (fraud) yang dilakukan, begitu pula sebaliknya.
Keefektifan sistem pengendalian internal suatu instansi khususnya pengendalian internal kas dapat mencegah terjadinya kecurangan (fraud) pada kas.
Jika dalam suatu organisasi seperti kantor desa yang berada di Kabupaten Buleleng memiliki pengendalian internal kas yang tinggi maka dapat meningkatkan pencegahan kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program rastra.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Dewi (2017) yang menyatakan sistem pengendalian intern kas berpengaruh signifikan negatif terhadap fraud. Penelitian tersebut mendukung hasil dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa semakin tingginya pengendalian internal kas maka semakin tinggi pula pencegahan kecurangan (fraud) pelaksanaan program rastra yang dilakukan, begitu pula sebaliknya. Kantor desa yang berada di Kabupaten Buleleng memiliki pengendalian internal kas yang tinggi jika dilihat dari data tabulasi kuesioner yang diuji menggunakan statistik deskriptif dimana rata-rata responden menjawab pernyataan berkisar pada pilihan mendekati nilai maksimum 56. Hal ini mendukung bahwa tingginya pengendalian ineternal kas pada desa dapat meningkatkan pencegahan kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program rastra.
Pengaruh Moralitas, Integritas, Komitmen Organisasi, dan Sistem Pengendalian Internal Kas terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Berdasarkan hasil uji simultan, nilai signifikan secara simultan sebesar 0,000 <
standar statistik (taraf nyata) 0,05 yang berarti Ha diterima. Selain itu, nilai Fhitung
26,682 > Ftabel 2,56 yang artinya Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program rastra.
Kecurangan (fraud) dapat dicegah dengan mengeliminasi faktor-faktor pendorong timbulnya kecurangan (fraud) itu sendiri. Dalam teori GONE, faktor pendorong timbulnya kecurangan adalah greed (keserakahan), opportunity (kesempatan), need (kebutuhan), dan exposure (pengungkapan) (Jack Balogna, 1995 dalam Karyono, 2013). Individu yang serakah memicu perbuatan yang tidak jujur dan mengabaikan tanggungjawabnya demi memenuhi kepentingan pribadinya dan mengenyampingkan kepentingan orang lain termasuk tujuan organisasinya. Sifat individu yang serakah mencerminkan kurangnya moralitas, integritas, dan komitmen organisasi yang dimiliki pegawai.
Kurangnya komitmen pegawai terhadap organisasinya juga dapat dipicu karena adanya kebutuhan pribadi yang mendesak sehingga pegawai lebih mementingkan memenuhi kebutuhan pribadinya yang dapat menghambat tujuan organisasinya.
Pengendalian internal kas termasuk dalam faktor pendorong kecurangan (fraud) yaitu kesempatan (opportunity). Pengendalian internal kas yang kurang memadai dapat memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan (fraud). Jadi dengan meningkatkan moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas maka kecurangan (fraud) dapat dicegah. Desa yang berada di Kabupaten Buleleng jika memiliki sumber daya manusia yang memiliki moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kasnya baik maka dapat mencegah terjadinya kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program rastra.
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa (1) Variabel moralitas memiliki nilai thitung - 1,965 < nilai ttabel 2,00758 dan memiliki nilai signifikan 0,055 > 0,05 sehingga H1 ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel Moralitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud); (2) Variabel integritas memiliki nilai thitung 2,438 > nilai ttabel 2,00758 dan memiliki nilai signifikan 0,018 < 0,05 sehingga H2 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel integritas berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud); (3) Variabel komitmen organisasi memiliki nilai thitung 3,599 > nilai ttabel 2,00758 dan nilai signifikan 0,001 <
0,05 sehingga H3 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel komitmen organisasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud); (4) Variabel pengendalian internal kas memiliki nilai thitung 2,812 > nilai ttabel 2,00758 dan memiliki nilai signifikan 0,007 < 0,05 sehingga H4
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pengendalian internal kas berpengaruh positif secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud);
(5) Hasil uji simultan menunjukkan nilai signifikan secara simultan sebesar 0,000 <
standar statistik (taraf nyata) 0,05 yang berarti Ha diterima. Selain itu, nilai Fhitung
26,682 > Ftabel 2,56 yang artinya Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan (fraud)
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti dalam penelitian ini adalah (1) Bagi aparatur desa, pentingnya individu yang memiliki moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas pada suatu organisasi memberikan pengaruh baik terhadap pelaksanaan program rastra. Maka dari itu, aparatur desa diharapkan untuk memberikan perhatian lebih terhadap pencegahan kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program rastra dengan meningkatkan moralitas, integritas, komitmen organisasi, dan pengendalian internal kas demi terciptanya masyarakat yang sejahtera dalam hal pangan dan dalam rangka mematuhi peraturan yang telah ditetapkan;
(2) Bagi peneliti selanjutnya, apabila tertarik untuk melakukan penelitian yang sejenis diharapkan dapat menambahkan variabel yang diteliti seperti kesesuaian kompensasi dan gaya kepemipinan karena tidak konsistennya hasil penelitian dari variabel- variabel tersebut, namun variabel yang akan digunakan juga harus disesuaikan
dengan permasalahan yang terjadi di tempat penelitian. Selain itu, diharapkan juga dapat memperluas responden dan ruang lingkup penelitian agar lebih dapat digeneralisasi
.
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Afri. 2017. Pengaruh Ketaatan Akuntansi, Moralitas dan Motivasi
Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar). Skripsi. Padang:
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2017.
Persentase Penduduk Miskin Per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 2011- 2016. [Online], Tersedia di:
https://bali.bps.go.id/linkTableDinamis /view/id/68. [Diakses pada 14 September 2017].
Chandra, Prapnalia Devia. 2015.
Determinan Terjadinya
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud) Pada Dinas Pemerintah Kabupaten Grobogan.
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Damayanti, Dionisia Nadya. 2016.
Pengaruh Pengendalian Internal dan Moralitas Individu terhadap Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen Pada Pegawai Bagian Keuangan dan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta). Skripsi.
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Dewi, Gusti Ayu Ketut Rencana. 2014.
Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal pada Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali). Tesis. Denpasar:
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Dewi, Komang Tri Kartika. 2017. Pengaruh Sistem Pengendalian Kas, Implementasi Good Governance, Moralitas Aparatur Pemerintah Daerah, dan Persepsi Kesesuaian Kompensasi terhadap Financial Fraud (Studi Empiris pada SKPD di Kabupaten Buleleng). E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1, Vol.
7, No. 1
Fadhli, Kairul. 2014. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi dan Moralitas Aparat terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi di Pemerintah Kota Padang. Skripsi. Padang: Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Irianto, Gugus. 2009. Integrity, Unethical
Behavior, and Tendency of Fraud.
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 16, No. 2, Hal: 144- 163
Karyono. 2013. Forensic Fraud.
Yogyakarta: C. V Andi Offset
Kusumastuti, Nur Ratri. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro
Lestari, Ni Komang Linda. 2017. Pengaruh Pengendalian Internal, Integritas dan Asimetri Informasi pada Kecurangan Akuntansi (Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Klungkung). Skripsi. Denpasar:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
Purwanti, Sri. 2016. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen, Penegakan Hukum/Peraturan, Komitmen Organisasi dan Asimetri Informasi terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud) (Studi Kasus Pada Dinas Kabupaten
Kudus). Skripsi. Kudus: Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus Tagar News. 27 Juli 2017. Koruptor HTR
Buleleng Divonis Dua Tahun. [Online],
Tersedia di:
http://www.tagar.id/koruptor-htr-
buleleng-divonis-dua-tahun/. [Diakses pada 8 September 2017].
Virmayani, Putu Crysma. 2017. Pengaruh Kesesuaian Kompensasi, Asimetri Informasi, Budaya Etis Organisasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi Pada Koperasi Simpan Pinjam Se-Kecamatan Buleleng. E- Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1, Vol. 7, No. 1
Wijaya, Kadek Dedy Santara. 2017.
Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Individu, dan Whistleblowing terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak. E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1, Vol.
7, No. 1
Wikipedia. 2016. Penipuan. [Online],
Tersedia di:
https://id.wikipedia.org/wiki/Penipuan.
[Diakses pada 20 September 2017].