1
PENGARUH KETELADANAN GURU PPKn TERHADAP PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 4 SINJAI
SELATAN KABUPATEN SINJAI
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhi Salah
SatuSyaratgunaMemperolehGelarSarjanaPendidikanpadaJurusanPendidikanPan casiladanKewarganegaraanFakultasKeguruandanIlmuPendidikan
UniversitasMuhammadiyah Makassar
Oleh:
Rusdiawan NIM 105430013415
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 2019
2
3
4
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rusdiawan
Stambuk :105430013415
Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Pengaruh Keteladanan Guru PPKn Terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar,…… 2019 Yang Membuat Pernyataan
Rusdiawan
5
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Rusdiawan Stambuk : 105430013415
Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
2. Saya tidak akan melakukan penjiplatan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1 dan 2, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar,…….2019 Yang Membuat Perjanjian
Rusdiawan
6 MOTTO
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, karena hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan.
Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.
Never give up!
Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. AL- Ahzab:21
Ku olah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima, orang tua, calon istri dan calon mertua pun bahagia.
PERSEMBAHAN
Bukan pelangi namanya jika hanya ada warna merah. Bukan hari namanya jika hanya ada siang yang panas. Semua itu adalah warna hidup yang harus dijalani dan dinikmati. Meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan terasa, apabila semuanya bisa dilalui dengan baik,
Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, saat kulemah tak berdaya (Ayah dan Ibu tercinta) yang selalu memanjatkan doa untuk putra tercinta dalam setiap sujudnya. Terima kasih untuk semuanya.
7 ABSTRAK
Rusdiawan. 2019. Pengaruh Keteladanan Guru PPKn Terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hj. Rosleny Babo dan Jumiati Nur.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh keteladanan guru PPKn terhadap penanaman kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh keteladanan guru PPKn terhadap penanaman kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.
Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket sebagai metode pokok dan dokumentasi sebagai metode pendukung. Teknik analisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan Chi Kuadrat dan Uji Koefisien Kontingensi untuk mengukur seberapa besar pengaruhnya. Berdasarkan hasil pengelolaan dan analisis data yang telah penulis kumpulkan dalam penelitian ini, selanjutnya penulis yang lakukan adalah menginterpretasikan hasil Chi Kuadrat dengan harga Chi Kuadrat Tabel.
Dari perhitungan tersebut diperoleh harga Chi Kuadrat hitung lebih besar dari Chi Kuadrat tabel pada taraf signifikansi 5% pada db= 4 yaitu 3,213 sedangkan harga Chi Kuadrat tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 2,776 dengan demikian harga Chi Kuadrat hitung lebih besar dari Chi Kuadrat tabel taraf signifikan 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh keteladanan guru PPKn terhadap penanaman kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.
Kata kunci: Keteladanan Guru, Kedisiplinan Siswa
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Skripsi ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap Skripsi ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pengaruh Keteladanan Guru PPKn terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa Di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas akhir ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dr. Hj. Rosleny Babo, M.Si pembimbing I dan Ibu Dra. Jumiati Nur, M.Pd pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran- saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun Skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
9
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua saya yang sangat banyak memberikan bantuan moril, material, arahan, dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama menempuh pendidikan.
Prof. Dr H. Abd. Rahman Rahim SE.,MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
Erwin Akib,S.Pd, M.Pd.,P.h.D selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dr. Muhajir.,M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk segera menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.
Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi PPKn yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan Skripsi ini.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.
Makassar, September 2019 Penulis,
Rusdiawan 105430013415
10 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN... iv
SURAT PERNYATAAN... v
SURAT PERJANJIAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN PUSTAKA 1. Kedisiplinan ... 7
a. Tujuan Disiplin ... 9
b. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Siswa ... 10
c. Fungsi Disiplin ... 10
d. Macam-macam Disiplin ... 11
e. Unsur-unsur Disiplin ... 13
f. Pembinaan Disiplin ... 14
11
g. Faktor-faktor Disiplin... 16
h. Hal-hal Pokok Dalam Menanamkan Kedisiplinan ... 18
i. Indikator Kedisiplinan Siswa ... 20
2. Keteladanan ... 20
a. Pengertian Keteladanan ... 20
b. Unsur-unsur Keteladanan ... 21
c. Bentuk-bentuk Keteladanan Guru ... 23
d. Fungsi Keteladanan ... 23
e. Pentingnya Keteladanan ... 26
f. Hal-hal yang Negatif Hilangnya Keteladanan Guru ... 27
g. Indikator Keteladanan Guru ... 28
B. Penelitian yang Relevan ... 28
C. Kerangka Pikir... 30
D. Hipotesis... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
C. Devinisi Operasional Variabel ... 35
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35
E. Instrument Penelitian ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 39
12
G. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43 B. Hasil Penelitian ... 45 C. Pembahasan ... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR TABEL
4.1 Keadaan Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan ... 69
4.2 Data Ruang Lain di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan ... 69
4.3 Keadaan Guru dan Staf di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan ... 70
4.4 Keadaan Siswa Dalam Empat Tahun di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan ... 71
4.5 Hasil Penyebaran Angket Keteladanan Guru PPKn di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan ... 72
4.6 Hasil Penyebaran Angket Kedisiplinan Siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan ... 73
4.7 Hasil Frekuensi Angket Keteladanan Guru PPKn di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan (variabel x) ... 74
4.8 Hasil Frekuensi Angket Kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan (variabel y) ... 75
4.14 Hasil Kerja Angket Keteladanan Guru PPKn di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan ... 76
4.16 Hasil Kerja Angket Kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan ... ... 77
14
DAFTAR GAMBAR
Dokumentasi 1.1 Bersama Bapak H. Fathul Muin (Guru PPKn SMP Negeri 4
Sinjai Selatan) ... 81
Dokumentasi 1.2 suasana persiapan upacara bendera di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan ... 81
Dokumentasi 1.3 siswa-siswi yang melanggar tata-tertib sekolah... 81
Dokumentasi 1.4 siswa-siswi sedang membersihkan lapangan upacara ... 82
Dokumentasi 1.5 persiapan pembagian angket di kelas... 82
Dokumentasi 1.6 suasana pengumpulan angket yang telah di isi oleh siswa ... ... 82
15 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh bagi kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan yang baik diharapkan mampu mencetak generasi penerus yang berkualitas pula. Kualitas pendidikan ditentukan oleh bagaimana peran guru dalam mendidik siswanya. Perbaikan dalam bidang pendidikan merupakan pekerjaan yang sangat penting. Masalah-masalah dalam dunia pendidikan sekarang ini merupakan tanggung jawab semua pihak terkait untuk selalu bekerja sama mengatasinya. Keberhasilan atau kegagalan suatu pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah mengapa guru harus menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat.
Guru merupakan faktor penting dalam proses membangun pendidikan yang berkualitas. Faktor penting yang dimaksud adalah pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk itu seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik agar menjadi sosok inspiratif bagi siswa. Guru juga merupakan tokoh penting yang mempengaruhi keberhasilan dalam dunia pendidikan. Tidak dapat dipungkiri juga faktor lain yang mempengaruhi kualitas pendidikan disekolah yaitu sikap disiplin yang diterapkan oleh siswa dan gurunya.
16
Maka dari itu proses penegakan dan penanaman kedisiplinan disekolah harus baik, artinya jika kepribadian yang ditampilkan guru sesuai dengan norma dan etika segala tutur sapa, sikap dan prilakunya, maka siswa akan termotivasi
7
untuk belajar dengan baik, bukan hanya materi pelajaran sekolah tapi juga persoalan kehidupan yang sesungguhnya. Walaupun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih. Namun, bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar mengajar yang maksimal.
Dari pernyataan diatas jelas menunjukkan bahwa peran guru sangat vital dalam proses pendidikan. Jika dibaratkan guru itu adalah sutradara dalam mengelola kelas untuk mengarahkan siswa bagaimana memainkan perannya yang baik sebagai siswa. Siswa bisa saja mengidamkan gurunya memiliki sifat yang ideal sebagai sumber keteladanan, bersikap ramah dan penuh kasih sayang, penyabar, menguasai materi yang diajarkan, dan mampu mengajar dengan suasana yang menyenangkan. Itulah sebabnya lembaga pendidikan yang berhasil, tidak hanya berasal dari gurunya yang berkualitas secara intelektual, akan tetapi juga ditopang oleh kepribadian yang anggun secara moral dan intelektual.
Guru yang berkualitas tidak hanya cerdas akal saja namun ditopang dengan kepribadian yang dapat memberikan pesona kepada siswa untuk mencontohnya.
Fungsi keteladanan ini patut dipahami dan tak perlu dijadikan beban yang memberatkan sehingga dengan keterampilan dan kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran. Siswa pun akan menaruh hormat dengan penuh ketulusan dalam menyambut segala perilaku yang diperlihatkan oleh seorang guru. Akan merasa kehilangan ketika sang pendidik tidak ada disekitar mereka.
7
Keteladanan dalam diri seseorang akan berpengaruh terhadap lingkungannya.
Demikian pula dengan keteladanan yang ditunjukan oleh guru akan memberikan dampak positif bagi siswanya. Karena guru sebagaimana makna filosofisnya yang terkandung dari kata guru yaitu “digugu” dan “ditiru”. Digugu bermakna senantiasa ditiru oleh siswanya. Ditiru bermakna bahwa perilaku yang ditampilkan guru akan diikuti oleh siswanya. Ada juga pepatah yang mengatakan bahwa “guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Ungkapan tersebut dapat dimaknai bahwa apa yang dilakukan oleh guru akan ditiru oleh siswanya.
Guru profesional memiliki kepribadian baik yang menjadi teladan dalam segala bentuk tingkah laku dan ucapannya. Guru harus memiliki kepribadian yang mampu diteladani oleh siswanya. Seorang yang berilmu dan bekerja dengan ilmunya itu, dialah yang dinamakan orang besar dibawah kolom langit ini. Ia bagai matahari yang memberi cahaya orang lain, sedangkan ia sendiri pun bercahaya, ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain, ia sendiri pun harum. Penjelasan diatas menunjukan bahwa profesi guru bukan hanya teladan bagi siswanya saja tetapi juga sebagai panutan bagi masayarakat. Panutan yang memberikan cahaya kepada orang-orang disekitarnya. Cahaya yang terpancar dari pribadi seorang guru adalah akhlak mulia, kearifan dan terpuji. Tidak terkecuali guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) harus memberikan teladan yang baik bagi siswa. Karena dalam pembelajaran PPKn diajarkan mengenai pendidikan karakter yang didalamnya terdapat nilai-moral, disiplin, kemandirian untuk menjadi bekal menjadi warga negara yang baik.
7
Tugas guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) bertujuan menumbuhkan perilaku siswa agar lebih baik dan demokratis, bukan hanya di sekolah tetapi juga dalam kehidupan di masyarakat. Karena Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) bertujuan agar siswa tidak hanya cerdas secara teoritis semata namun disertai dengan tindakan nyata dengan mengaplikasikan sikap dan prilaku yang baik di sekolah dan di masyarakat. Maka dari itu guru PPKn harus memberikan contoh terlebih dahulu kepada siswa. Lebih dari apapun sosok atau figur yang baik akan dicontoh dan dijadikan panutan bahkan dijadikan sebagai idolanya.
Kenyataan dilapangan ditemukan masih banyak siswa yang tidak peduli dengan pelaksanaan disiplin disekolah. Sesuai dengan observasi awal peneliti pada tanggal 1 Januari 2019 di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai tingkat kedisiplinan siswa umumnya masih tergolong memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari buku catatan pelanggaran siswa setiap harinya. Pelanggaran disiplin yang terjadi diantaranya, siswa tidak mengenakan atribut sekolah lengkap, terlambat datang kesekolah, tidak mengumpulkan tugas pada waktunya, keterlambatan dalam mengikuti upacara bendera pada hari senin, siswa yang terkadang bolos dan lain-lain. Bahkan banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para siswa, bahkan melampaui batas wajar. Karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar tata tertib, melanggar moral agama, kriminal, dan telah membawa akibat yang sangat merugikan bagi masyarakat. Pelanggaran yang dilakukan siswa yang semakin bertambah dari waktu ke waktu akan
7
berpengaruh negatif terhadap penegakan disiplin di sekolah dan dapat berpengaruh negatif juga terhadap kondisi disiplin di masyarakat. Globalisasi dan kemajuan teknologi yang saat ini berkembang dituduh sebagai salah satu penyebab berubahnya pola pikir generasi muda. Oleh karena itu penulis berminat untuk memilih permasalahan tersebut diatas dengan judul: Pengaruh Keteladanan Guru PPKn terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai”.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh keteladanan guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terhadap penanaman kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh keteladanan guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terhadap penanaman kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi dunia pendidikan dalam menggali persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai 1. Secara Teoritis
7
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis berupa konsep-konsep baru bagi guru PPKn sebagai gambaran keteladanan dan profesionalitasnya terhadap penanaman kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan yang jelas terhadap penanaman kedisiplinan siswa disekolah. Selain itu juga agar guru selalu konsisten dalam meningkatkan pembinaan kedisiplinan siswa di sekolah.
b. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan terhadap penanaman kedisiplinan dalam diri siswa untuk tidak melanggar peraturan sekolah. Juga memberikan masukan kepada siswa agar selalu menumbuhkan sikap disiplin dalam dirinya kemudian menerapkannya disekolah, keluarga dan di masyarakat.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan temuan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memperbaiki peraturan- peraturan sekolah dalam upaya penanaman kedisiplinan siswa. Selain itu supaya sekolah selalu menerapkan aturan secara tegas dan konsisten.
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Kedisiplinan
Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti mengajari atau mengikuti yang dihormati.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:
a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).
b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.
c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk dan tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan. Furqon (2010:45) menyatakan bahwa disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk
7
menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu
34
lingkungan tertentu. Sedangkan dalam perkembangan selanjutnya, kata ini mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti.
Kata ini antara lain berarti ketaatan, metode pengajaran, mata pelajaran, dan perlakuan yang cocok bagi murid atau pelajar. Dibidang psikologi dan pendidikan, kata ini berhubungan dengan perkembangan, latihan fisik, mental, serta kapasitas moral anak melalui pengajaran dan praktek. Kedisiplinan adalah sikap mental untuk melakukan hal- hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Disiplin merupakan kunci sukses sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, pantang mundur dalam menyatakan kebenaran, dan pada akhirnya mau berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata disiplin sebenarnya mengarah pada tingkah laku yang mengikuti seorang pemimpin, seperti: orangtua, guru, atau orang dewasa lainnya.
Matindas (1987) dalam (Unaradjan,2003:8) mengatakan bahwa disiplin pada dasarnya adalah kepatuhan pada peraturan. Artinya, bila seseorang berperilaku disiplin, ia diharapkan bertingkah laku patuh, menurut, dan mengikuti aturan-aturan tertentu di lingkungannya. Disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma yang berlaku dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir dan batin. Sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Norma yang berlaku dalam masyarakat yakni norma Agama, kesusilaan,kesopanan dan norma hukum. Sedangkan menurut istilah disiplin merupakan titik pusat dalam pendidikan. Tanpa disiplin tidak akan ada kesepakatan antara guru dan murid, dan
35
hasil pelajaran pun berkurang. Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dalam mengatur perilaku seseorang sesuai dengan aturan yang berlaku.
a. Tujuan disiplin
Yaitu agar proses pekerjaan yang dilaksanakan, baik secara individu maupun kelompok berjalan sesuai yang diharapkan, tidak menyebabkan dampak negatif atau terganggunya pihak lain. Sikap disiplin yang dilaksanakan secara sadar dengan hati yang tulus oleh setiap individu maupun kelompok masyarakat akan mewujudkan suatu tatanan kehidupan yang harmonis, aman dan tertib.
Menurut Komensky dalam (Koesoema,2011:235) melihat ada tiga tujuan yang berkaitan dengan kedisiplinan, yaitu: (1) Kedisiplinan hanya diterapkan bagi mereka yang melanggar keteraturan tersebut. Namun kedisiplinan itu diterapkan bukan karena mereka melanggarnya, sabab apa yang sudah terjadi tetaplah terjadi melainkan agar para pelanggar itu tidak lagi mengulanginya. Oleh karena itu kedisiplinan mesti diterapkan tanpa menunjukkan kelemahan, tanpa menunjukkan agar pelanggar kedisiplinan itu menyadari bahwa disiplin tersebut diterapkan demi kebaikan sendiri. (2) Materi bagi kedisiplinan bukanlah hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran atau hal-hal yang berkaitan dengan sekolah, melainkan kebiasaan-kebiasaan buruk siswa sehingga pembelajaran dan sekolah itu tertata dengan lebih baik. Ketika kedisiplinan mulai menampakkan pertumbuhannya, sama seperti biji tanaman yang baru tumbuh, benih itu mesti dengan penuh kesabaran dirawat. Jangan menggunakan kekerasan karena tindakan kekerasan
36
hanya akan menjadi panasnya terik matahari memupuskan benih fragil yang sedang tumbuh. Perlu dipakai cara-cara selaras dengan perkembangan dan kebutuhan siswa sehingga mereka semakin jatuh cinta pada kegiatan belajar.
b. Bentuk kedisiplinan siswa
Bentuk kedisiplinan siswa adalah sebagai berikut:
(1) Kedisiplinan mentaati tata tertib disekolah
Tata tertip sekolah pada dasarnya merupakan rangkaian aturan/kaidah dan berisi aturan positif yang harus ditaati oleh elemen sekolah. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap tata tertib yang telah diberlakukan oleh sekolah makan akan menimbulkan sanksi.Tata tertib disekolah bagi siswa adalah bagaimana siswa melaksanakan aturan yang telah ditentukan sekolah, misalnya berseragam dan lain sebagainya. Peraturan ini ditetapkan sebagai upaya untuk menciptakan kedisiplinan bagi siswa dan mendidik sikap dan perilakunya dalam lingkungan sekolah .
(2) Kedisiplinan belajar disekolah
Belajar mengajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
c. Fungsi Disiplin
Fungsi yang bermanfaat:
37
(a) Untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.
(b) Untuk mengajar anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan.
(c) Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka.
Fungsi yang tidak bermanfaat:
(1) Untuk menakut-nakuti anak
(2) Sebagai pelampiasan agresi orang yang mendisiplin
Menurut Tu‟u (2004:38) dalam penelitian Anam dan Suharningsih (2014), ada dua fungsi disiplin sebagai berikut:
(1) Menata kehidupan bersama
Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu mengahargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturanyang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungandengan sesama menjadi baik dan lancar.
(2) Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Disiplin diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti,mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan
38
itu lama kelamaan masuk kedalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
d. Macam-macam Disiplin
Dalam buku PPKn SLTP Kelas 2 yang disusun oleh Abdi Guru(2000), ada tiga macam disiplin, yaitu:
(1) Disiplin pribadi
Disiplin pribadi adalah kemampuan secara utuh mengendalikan diri untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan akal dan moral.
Dengan ini orang tersebut mentaati norma-norma yang berlaku.
(2) Disiplin sosial
Disiplin sosial adalah upaya untuk memelihara hubungan baik antar manusia sehingga terjalin hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang serta ketaatan pada norma-norma masyarakat.
(3) Disiplin nasional
Disiplin nasional adalah upaya untuk mematuhi, mentaati, dan tertib melaksanakan kesepakatan-kesepakatan nasional. Misalnya, pancasila, UUD 1945, TAP-TAP MPR, UU, dan kebijakan pemerintah.
Macam-macam disiplin seorang guru menurut Asmani (2012:94),terdiri dari banyak hal, sebagai berikut:
(1) Disiplin waktu
39
Disiplin waktu menjadi sorotan utama bagi seorang guru. Waktu masuk sekolah biasanya menjadi parameter utama kedisiplinan guru.
(2) Disiplin menegakkan aturan
Disiplin menegakkan aturan sangat berpengaruh terhadap kewibawaan guru. Model pemberian sanksi yang diskriminatif harus ditinggalkan. Murid sekarang cerdas dan kritis, sehingga kalau diperlukan semena-mena dan pilih kasih, mereka akan memakai cara mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri guru.
(3) Disiplin sikap
Disiplin mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi starting point untuk menata perilaku orang lain. Disiplin dalam sikap ini membutuhkan latihan dan perjuangan. Karena setiap saat banyak hal yang menggoda kita untuk melanggarnya.
(4) Disiplin dalam beribadah
Menjalankan ajaran agama juga menajdi parameter utama dalam kehidupan ini. Sebagai seorang guru, menjalankan ibadah adalah halkrusial yang sangat penting. Kalau guru menyepelekan masalah agama, muridnya akan meniru, bahkan lebih dari itu, tidak menganggap agama hal yang penting.
Soemarmo (1998:21), disiplin mempunyai tiga aspek, yaitu: Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, norma, kriteria atau standar, yang merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan (sukses). Sikap mental (mental atitude), yang
40
merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Perilaku, yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.
e. Unsur-unsur Disiplin
Sobur dan Mashur (2001:23) dalam penelitian Anam dan Suharningsih (2014), ada empat unsur kedisiplinan yaitu: (1) Peraturan yaitu pola yang diterapkan oleh orang tua atau guru. Dengan adanya peraturan dapat memberikan pedoman pada anak didik untuk bertingkah laku sesuai dengan aturan yang berlaku dilingkungannya. (2) Hadiah yaitu bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan berupa hadiah merupakan motivasi untuk mengulangi perilaku yang dihiraukan dan disetujui secara sosial. Hadiah ini dapat berupa kata pujian, senyuman, atau yang berbentuk penghargaan materi. (3) Hukuman yaitu pemberian baik berupa kata-kata maupun sentuhan fisik atau suatu bentuk aktivitas pedagogik seperti membaca, merangkum, menyelesaikan soal dan sebagainya kepada anak didik karena suatu kesalahan, perlawanan, atau pelanggaran sebagai pembalasan. (4) Konsistensi yaitu tingkat keseragaman atau stabilitas dalam mendisiplinkan anak dimana suatu perbuatan yang telah distandarkan harus dijalankan secara terus menerus sehingga akan membentuk perilaku anak didik sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat.
f. Pembinaan Disiplin
Reisman and Payne (1987:239-241) dalam (Mulyasa,2013:27), ada Sembilan strategi untuk mendisiplinkan peserta didik, sebagai berikut.
41 (1) Konsep diri (self-concept)
strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah. Ketrampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.
(2) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical censequences), perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya.
(3) Klarifikasi nilai (values clarification), strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
(4) Analisis transaksional (transactional analysis), disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah.
(5) Terapi ralitas (reality therapy), sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan bertanggung jawab.
42
(6) Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline), metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
(7) Modifikasi perilaku (behavior modification), perilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remediasi.
(8) Tantangan bagi disiplin (dare to discipline), guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.
Sedangkan menurut Imron (2011:174), ada dua teknik alternative dalam pembinaan disiplin peserta didik antara lain:
(1) Teknik external control
External Control adalah suatu teknik di mana disiplin peserta didik haruslah dikendalikan dari luar peserta didik Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik external control. Teknik ini mengupayakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri. Peserta didik disadarkan akan pentingnya disiplin.
Sesudah sadar, ia akan mawas diri dan berusaha mendisiplinkan diri sendiri.
(2) Teknik inner control atau internal control
Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik external control. Teknik ini mengupayakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri. Peserta didik disadarkan akan pentingnya disiplin. Sesudah sadar, ia akan mawas diri dan berusaha mendisiplinkan diri sendiri.
g. Faktor-faktor Disiplin
43
Dolet Unaradjan dalam bukunya Manajemen Disiplin (2011:27) mengemukakan terbentuknya disiplin diri sebagai tingkah laku yang berpola dan teratur dipengaruhi oleh dua faktor berikut:
(1) Faktor-faktor ekstern
Faktor-faktor ekstern yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah unsur-unsur yang berasal dari luar pribadi yang membina. Adapun unsur-unsur tersebut antara lain sebagai berikut:
(a) Keadaan keluarga
Keluarga sebagai tempat pertama dan utama pembinaan pribadi merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Ia mempengaruhi atau menentukan perkembangan pribadi tersebut di kemudian hari. Keluarga dapat menjadi faktor pendukung atau penghambat usaha pembinaan. Hal ini tergantung dari keadaan keluarga tersebut.
(b) Keadaan sekolah
Pembinaan dan pendidikan disiplin di sekolah ditentukan oleh keadaan sekolah tersebut. Keadaan sekolah yang di maksudkan dalam konteks ini adalah ada tidaknya sarana-sarana yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar di tempat tersebut.
(c) Keadaan masyarakat
Masyarakat sebagai suatu lingkungan yang lebih luas dari pada keluarga dan sekolah turut menetukan berhasil tidaknya pembinaan dan pendidikan disiplin
44
diri. Suatu keadaan tertentu dalam masyarakat dapat menghambat atau memperlancar terbentuknya kualitas hidup tersebut.
(2) Faktor-faktor intern
Faktor-faktor intern yang dimaksudkan disini adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam diri manusia. Dalam hal ini, keadaan fisik dan psikis pribadi tersebut mempengaruhi usaha pembentukan disiplin diri.
(a) Keadaan Fisik
Individu yang sehat secara fisik atau biologis akan dapat menunaikan tugas-tugas yang ada dengan baik. Dengan penuh vitalitas dan tenang, ia mengatur waktu untuk mengikuti berbagai acara atau aktivitas secara seimbang dan lancar.
(b) Keadaan Psikis
Keadaan psikis seperti yang dipaparkan tadi mempunyai kaitan erat dengan keadaan batin atau psikis seseorang. Hanya orang yang normal atau sehat secara psikis atau mental dapat menghayati norma-norma yang ada dalam masyarakat dan keluarga.
h. Hal-hal Pokok Dalam Menanamkan Perilaku Disiplin
Cara-cara menanamkan disiplin menurut Hurlock (1978:93), ada 3 macam yaitu:
(1) Cara mendisiplin otoriter
Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku anak yang wajar hingga yang kaku yang tidak memberi kebebasan bertindak, kecuali yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama menghukum
45
badan.mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama menghukum badan.
(2) Cara mendisiplin permisif
Disiplin permisif sebetulnya berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin.
Biasanya disiplin permitif tidak membimbing anak berpola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman.
(3) Cara mendisiplinkan demokratis
Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaranm untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya.
Menurut Furqon (2010:47) penegakan kedisiplinan antara lain dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
(1) Peningkatan motivasi
Motivasi merupakan latar belakang yang menggerakkan atau mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, motivasi merupakan suatu landasan psikologis (kejiwaan) yang sangat penting bagi setiap orang dalam melaksanakan sesuatu aktivitas.
(2) Pendidikan dan latihan
Pendidikan dan latihan merupakan suatu proses yang di dalamnya ada beberapa aturan atau prosedur yang harus diikuti oleh peserta. Misalnya, gerakan-gerakan latihan, yang bagaimanapun juga sifatnya, akan menempa orang untuk mematuhi atau mentatai ketentu-ketentuan atau peraturan-peraturan, mengikuti cara-cara
46
atau teknik, mendidik orang untuk membiasakan hidup dalam kelompok, menumuhkan rasa setia kawan, kerja sama yang erat, dan sebagainya.
(3) Kepemimpinan
Kualitas kepemimpinan dari seorang pemimpin, guru, atau orangtua terhadap anggota, murid, ataupun anaknya turut menentukan berhasil atau tidaknya dalam pembinaan disiplin. Karena pemimpin merupakan panutan.
Maka faktor keteladanannya juga sangat berperan dalam pembinaan disiplin bagi yang dipimpinnya.
(1) Penegakan aturan
Penegakan disiplin biasanya dikaitkan penerapan aturan. Idealnya dalam menegakkan aturan handaknya diarahkan pada takut pada aturan bukan takut pada orang. Orang melakukan sesuatu karena taat pada aturan bukan karena taat pada orang yang memerintah. Jika hal ini tumbuh menjadi suatu kesadaran maka menciptakan kondisi yang nyaman dan aman.
(2) Penerapan reward and punishment
Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman merupakan dua kesatuan yang
tidak terpisahkan. Jika penerapannya secara terpisah maka tidak akan berjalan efektif, terutama dalam rangka menegakkan disiplin.
i. Indikator Kedisiplinan Siswa
Indikator kedisiplinan siswa diantaranya:
(a) Siswa menerima nasehat guru
47 (b) Siswa melaksanakan perintah guru
(c) Siswa dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
2. Keteladanan
a. Pengertian Keteladanan
Keteladanan hendaknya diartikan dalam arti luas, yaitu menghargai ucapan, sikap dan perilaku yang melekat pada pendidik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian keteladanan berasal dari kata
“teladan” yang artinya hal yang dapat ditiru atau dicontoh. keteladanan berarti penanaman akhlak, adab, dan kebiasaan-kebiasaan baik yang seharusnya diajarkan dan dibiasakan dengan memberikan contoh nyata. Keteladanan dalam pendidikan adalah pendekatan atau metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk serta mengembangkan potensi peserta didik.
Keteladanan adalah suatu yang dipraktikkan, diamalkan bukan hanya dikhutbahkan, diperjuangkan, diwujudkan, dan dibuktikan, oleh Karena itu keteladanan menjadi perisai budaya yang sangat tajam yang bisa mengubah sesuatu secara cepat dan efektif. (Jamal Ma‟mur Asmani, 2013:79).
Menurut Jamal (2015:124) keteladanan adalah kesesuaian antara yang diucapkan dengan yang dikerjakan, yang di dalam hati dengan yang di luar (tindakan), dan janji yang diberikan dengan bukti di lapangan.
48
Mulyasa E. (2013:169) mengartikan keteladanan adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.
Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain (Puskur, 2011:54).
Dari beberapa pengertian di atas, ditarik kesimpulan oleh peneliti bahwa keteladanan merupakan suatu sikap yang ditunjukkan seseorang dalam berbicara, bersikap, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari yang nantinya akan di lihat dan dijadikan panutan bagi orang lain. . Dalam hal ini guru memiliki peran vital dalam proses keteladanan. Sikap dan perilaku guru mempunyai implikasi yang luar biasa terhadap murid-muridnya. Mengingat keteladanan sangat berpengaruh penting bagi orang lain, khususnya seorang guru kepada anak didiknya maka sebagai pribadi yang baik seorang guru harus memiliki kepribadian yang layak dan patut untuk dijadikan teladan bagi anak didiknya.
b. Unsur Keteladanan
Furqon (2009:106) setidak-tidaknya ada tiga unsur agar seseorang dapat diteladani atau menjadi teladan, yaitu: (1) Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi, Kesiapan untuk dinilai berarti adanya kesiapan menjadi cermin bagi dirinya maupun orang lain. Kondisi ini akan berdampak padakehidupan sosial di masyarakat, karena ucapan, sikap, dan perilakunya menjadi sorotan dan teladan. (2) Memiliki
49
kompetensi minimal, Seseorang akan dapat menjadi teladan jika memiliki ucapan, sikap, dan perilaku yang layak untuk diteladani. Oleh karena itu, kompetensi yang dimaksud adalah kondisi minimal ucapan, sikap, dan perilaku yang harus dimiliki seseorang sehingga dapat dijadikan cermin bagi dirinya maupun orang lain. (3) Memiliki integritas, Integritas adalah adanya kesamaan antara ucapan dan tindakan atau satunya kata Sebagai pengejawantahan istiqomah adalah berupa komitmen dan konsistensi terhadap profesi yang diembannya.
Sedangkan Azzet (2013:56) menyatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan guru agar mempunyai kepribadian yang layak ditiru dandicintai oleh anak didiknya, diantaranya yaitu: (1) Sesuai kata dan perbuatannya, seorang guru yang hanya pandai berkata-kata, namun tak berbanding lurus dengan perbuatannya, sungguh sulit menarik perhatian yang sebenarnya dari para siswa.
Bisa jadi apa yang disampaikan oleh sang guru di dengarkan oleh anak didiknya, namun dalam hatinya mereka menganggap hanyalah omong kosong belaka. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk menjaga apa yang disampaikannya agar senantiasa sesuai dengan perbuatannya. (2) Menyadari kedudukannya sebagai seorang guru, bagi seorang guru, menyadari kedudukannya sebagai pendidik memang tugas resminya ketika berada di sekolah. Namun menyadari kedudukannya sebagai seorang guru memang tidak hanya disadarinya ketika berada di sekolah saja, tetapi dimana pun berada tetaplah seorang guru. Jika seorang guru menyadari hal ini, ia akan berhati-hati dalam membawa diri.
Seorang guru yang tetap menyadari kedudukannya sebagai guru dimana pun berada akan dicintai oleh anak didiknya, karena anak didik akan menemukan figur
50
guru yang sebenarnya. (3) Terus belajar dan menambah ilmu pengetahuan, seorang guru yang bisa menyampaikan materi pelajaran dengan baik akan disenangi oleh anak didiknya. Hal ini tentu berbeda dengan seorang guru yang menyampaikan materi dengan berputar-putar yang sebenarnya berangkat dari ketidakpahaman mengenai persoalan tersebut. Disinilah sesungguhnya seorang guru dituntut untuk terus belajar dan menambah ilmu pengetahuannya.
c. Bentuk-bentuk Keteladanan Guru
Bentuk-bentuk keteladanan guru ada dua macam yaitu:
(1) Keteladanan yang disengaja, keteladanan yang disengaja adalah keteladanan yang disertai dengan penjelasan atau perintah agar meneladani.
(2) Ketelandanan yang tidak disengaja, keteladanan yang tidak disengaja adalah keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat keikhlasan, dan sebangsanya.
d. Fungsi Keteladanan
Fungsi dari keteladanan diantaranya adalah:
(1) Dihormati dan berwibawa
(2) Mengubah prilaku seseorang
(3) Mencapai kesuksesan
(4) Hidup dengan tenang dan teratur
(5) ifat Keteladanan Guru
51
Shoimin (2014: 41) Guru sebagai teladan harus memiliki modaldan sifat-sifat tertentu, diantaranya.
(1) Guru harus meneladani Rasulullah Saw sebagai teladan seluruh alam.
Sebagaimana dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
(2) Guru harus benar-benar memahami prinsip-prinsip keteladanan. Mulailah dengan ibda‟ binafsih, yaitu dari diri sendiri. Dengan demikian guru tidak hanya pandai bicara dan mengkritik tanpa pernah menilai dirinya sendiri.
(3) Guru harus mengetahui tahapan mendidik karakter. Sekurang kurangnya melalui tiga tahapan pembelajaran yaitu pemikiran, perasaan, dan perbuatan.
Tahap pemikiran merupakan tahap memberikan pengetahuan tentang karakter.
Tahap kedua dalam mendidik karakter diistilahkan dengan perasaan merupakan tahap mencintai dan membutuhkan karakter positif. Tahap ketiga perbuatan berperan, pada tahapan ini dorongan dan keinginan yang kuat pada diri siswa untuk mempraktikkan karakter positif diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
(4) Guru harus mengetahui bagaimana mengimplementasikan pendidikan karakter kepada siswa. Tanamkan pengertian betapa pentingnya “cinta” dalam melakukan sesuatu, tidak semata-mata karena prinsip timbal balik.
(5) Guru harus menyadari arti kehadirannya di tengah siswa, mengajar dengan ikhlas, memiliki kesadaran dan tanggungjawab sebagai pendidik untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran.
52
Firmansyah (2008) dalam (Barnawi&Arifin,M.,2012:94) menyatakan ada delapan sifat keguruan yang telah dicontohkan nabi Muhammad Saw. Yang seharusnya kita tiru. Berikut adalah sifat-sifat keguruan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
(1) Kasih sayang
Sifat kasih sayang wajib dimiliki oleh setiap pendidik sehingga proses pembelajaran yang diberikan menyentuh hingga ke relung kalbu.
(2) Sabar
Sifat sabar adalah bekal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pendidik yang sukses. Terutama, bagi anak didik yang lamban dalam memahami materi dibutuhkan kesabaran yang lebih dari pendidik untuk terus mencari cara agar si anak didik bisa setara pemahamannya dengan yang lainnya.
(3) Cerdas
Seorang pendidik harus mampu menganalisis setiap masalah yang muncul dan memberikan solusi yang tepat untuk mengembangkann anak didiknya merupakan wujud dari sifat cerdas.
(4) Tawadhu
Pantang bagi seorang pendidik memiliki sifat arogan (sombong) meski itu kepada anak didiknya. Rasulullah mencontohkan sifat taadhu‟ (rendah hati) kepada siapa saja baik kepada yang tua maupun yang lebih muda dari beliau. Dengan demikian tidak ada yang renggang antara pendidik dan anak didiknya.
53 (5) Bijaksana
Seorang pendidik umat tidak boleh mudah terpengaruh dengan kesalahan, bahkan oleh keburukan yang dihadapinya dengan bijaksana dan lapang dada sehingga akan memudahkan baginya memecahkan sebab-sebab permasalahan tersebut.
(6) Pemberi maaf.
Anak didik yang ditangani oleh pendidik umat tentunya tidak luput dari kesalahan maupun sikap-sikap yang tidak terpuji lainnya.
(7) Kepribadian yang kuat.
Saksi bisa jadi tidak diperlukan dalam mengedukasi anak didik jika seorang pendidik umat memiliki kepribadian yang kuat (kewibawaan, tidak cacat moral, dan tidak diragukan kemampuannya) sehingga memunculkan apresiasi dari anak didik, bukannya apriori.
(8) Yakin terhadap tugas pendidikan.
Rasulullah dalam menjalankan tugas mengedukasi umat selalu optimis dan penuh keyakinan terhadap tugas yang diembannya.
e. Pentingnya Keteladanan
Shoimin (2014:93) ada lima point pentingnya keteladanan antara lain:
(1) Keteladanan merupakan sarana terjadinya saling mempengaruhi antar sesama manusia, utamanya guru mempengaruhi siswa
(2) Keteladanan lebih tajam dari nasehat, terutama jika nasehat berasal dari guru yang tidak melakukan ucapannya
54
(3) Keteladanan merupakan kebutuhan semua orang, utamanya siswa terhadap guru yang mengajar dan mendidiknya
(4) Adanya teladan buruk secara otomatis menunjukkan bahwa keberhasilan siswa ada pada guru teladan baik
(5) Keteladanan yang baik menghasilkan pahala dan keberhasilan siswa sedangkan keteladanan yang buruk menghasilkan dosa dan kegagalan siswa.
Keteladanan guru sangat diharapkan bagi anak didik, seorang guru harus benar-benar mampu menempatkan diri pada porsi yang benar. Porsi yang benar yang dimaksudkan bukan berarti bahwa guru harus membatasi komunikasinya dengan siswa atau bahkan dengan sesama guru, tetapi yang penting bagaimana seorang guru tetap secara inisiatif berkomunikasi dengan seluruh warga sekolah, khususnya anak didik, namun tetap berada pada jalur dan batas-batas yang jelas.
f. Hal-hal Negatif Yang Timbul Dari Hilangnya Keteladanan Guru
Asmani (2012: 84), ada empat hal negatif yang timbul dari keteladanan guru, antara lain:
(1) Tidak ada hubungan emosional antara guru dengan murid
Hubungan antara guru dan murid idealnya tidak hanya secara fisik, tapi juga lahir batin. Ada hubungan emosional yang dalam antara guru dan siswa. Kalau guru tidak bisa digugu dan ditiru, maka hubungan guru dan murid sebatas hubungan lahir, pelajaran yang disampaikan tidak berpengaruh dan tidak membekas sama sekali dalam jiwa anak didik.
55 (2) Diacuhkan murid
Karena tidak ada keteladanan dari guru, maka murid akan bersikap apatis, pasif dan acuh tak acuh kepada guru yang bersangkutan. Mereka akan bersikap apatis terhadap gurunya yang sikap dan perilakunya tidak bisa dicontoh.
(3) Tidak ada efek perubahan
Guru yang tidak mempunyai keteladanan, apa pun pelajaran yang disampaikan tidak akan membawa perubahan, khususnya perubahan karakter, sikap, perilaku, dan sepak terjang murid merupakan inti dari pendidikan.
(4) Dikeluarkan dari sekolah
Kalau guru tersebut sudah berbuat di luar kewajaran, menyimpang norma agama dan hukum negara, maka guru tersebut bisa dikeluarkan dari sekolah tempatnya mengajar.
g. Indikator Keteladanan Guru
Indikator-indikator keteladanan guru dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Guru memberikan contoh perilaku disiplin terhadap siswa
(2) Guru memberikan motivasi terhadap siswa
(3) Guru memberikan perhatian terhadap siswa
B. Penelitian yang relevan
56
Penelitian relevan atau sering disebut sebagai kajian singkat terhadap tulisan- tulisan terdahulu dalam satu tema atau yang berdekatan. Penelitian yang relevan dalam tugas akhir, skripsi, dan tesis untuk menjelaskan posisi (state of art), perbedaan memperkuat hasil penelitian tersebut dengan penelitian yang pernah ada. Pengkajian terhadap hasil penelitian orang lain yang relevan lebih berfungsi sebagai pembanding dari kesimpulan berfikir kita sebagai peneliti. Penemuan dari hasil penelitian mutakhir mungkin merupakan pengetahuan teoritis baru atau revisi terhadap teori lama, yang dapat digunakan sebagai premis dalam penyusunan kerangka maupun dalam kegiatan analisis yang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis mengutip beberapa skripsi yang terkait dengan beberapa masalah yang akan diteliti sehingga dapat jelas diketahui posisi penelitian yang akan diteliti. Selain itu, akan diketahui juga perbedaan tujuan yang diinginkan dari masing-masing penelitian. Berikut ini penulis uraikan beberapa kutipan hasil penelitian yang telah ada yang berkaitan dengan keteladanan guru terhadap kedisiplinan siswa, yaitu:
1. Rohmad Setiawan dengan judul, “Hubungan antara Kedisiplinan Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Kelas V SD Raman Puja Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa kedisiplinan merupakan suatu kemampuan pengendalian diri dari siswa untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak melanggar dari apa yang telah ditetapkan dilingkungan sekolah.
Disiplin sangat penting bagi siswa, berdisiplin akan membuat seorang siswa
57
memiliki kecakapan menangani cara belajar yang baik. Orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan mereka selalu menempatkan disiplin diatas semua tindakan dan perbuatan. Pada penelitian ini sama-sama membahas tentang kedisiplinan. Namun, kedisiplinan yang difokuskan Rohmad Setiawan yaitu kedisiplinan belajar siswa dengan prestasi belajar pendidikan agama Islam.
Selain itu tujuan dari penelitian tersebut hanya ingin mengetahui adakah hubungan kedisiplinan belajar siswa dengan prestasi belajar pendidikan agama Islam sedangkan penelitian ini ingin mengetahui adakah pengaruh keteladanan guru terhadap kedisiplinan siswa.
2. Desna rahmayani dengan skrip judul ”pengaruh kedisiplinan pendidik terhadap hasil belajar mata pelajaran pendidikan agama islam peserta didik kelas XI SMA N Trimurjo Lamapung Tengah Tahun 2014/2015”. Dalam penelitian ini menjelaskan kedisiplinan pendidik sangat berperan dalam peningkatan hasil belajar peserta didik. Pendidik yang disiplin dalam melaksanakan tugas secara tertip dan teratur, serta disiplin dalam memeriksa setiap setiap pekerjaan atau latihan dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik. Melalui kedisiplinan yang diterapkan pendidik, peserta didik akan termotivasi untuk belajar karena dalam setiap pekerjaannya selalu diawasi dan diperhatikan oleh pendidik. Pada kondisi ini peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh dalam berbagai kesempatan, sebab peserta didik merasa telah mendapatkan perhatian dari pendidik sehingga dapat menghasilkan hasil belajar. Letak perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu, jika pada penelitian ini memfokuskan pada kedisiplinan pendidik terhadap hasil belajar mata pelajaran pendidikan agama islam,
58
sedangkan penulis memfokuskan pada keteladanan guru terhadap kedisiplinan siswa.
C. Kerangka Pikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan bagaimana faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Jadi kerangka berfikir adalah suatu konsep pemikiran atau penjelasan sementara yang menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya.
Sehingga tujuan dan arah penelitian dapat diketahui dengan jelas. Dalam hal ini yang menjadi objek dalam penelitian adalah pengaruh keteladanan guru PPKn terhadap kedisiplinan siswa. Seorang guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan khususnya Guru PPKn harus mampu menjadi Suri Tauladan bagi peserta didiknya dalam hal kedisiplinan,baik dalam proses pembelajaran berlangsung dalam kelas maupun diluar kelas. Kemudian guru PPKn mampu memperlihatkan bagaimana bentuk keteladanan yang sebenarnya kepada siswa.
Dengan bentuk keteladanan yang diberikan guru PPKn tersebut akan menghasilkan siswa disiplin dan nantinya akan meningkatkan kedisiplinan siswa secara menyeluruh. Peran serta guru PPKn dalam memberikan keteladanan sebagai proses pembinaan kedisiplinan bagi siswa, maka siswa akan mampu bersikap, berperilaku dan bertutur kata baik serta mampu menjadi warga negara yang baik. Mengingat guru PPKn memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya dan bermoral. Maka, sudah
59
menjadi keharusan bagi Guru PPKn sebagai model yang dapat memberikan teladan dalam hal kedisiplinan.
Adapun kerangka berfikir dalam skripsi ini bahwa masalah yang terjadi terhadap kedisiplinan siswa, perlu tindakan dari keteladanan guru itu sendiri sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan siswa disekolah. Dengan semakin baik kepribadian guru yang menjadi teladan siswa maka akan semakin baik pula pengaruhnya terhadap siswa yang meneladaninya terutama dalam kedisiplinan.
60
Berdasarkan kerangka pikir tersebut maka paradigma dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Tindakan yang
dilakukan melalui Keteladanan Guru
PPKn
Rendahnya Kedisiplinan siswa terhadap tata
tertib sekolah
Guru sebagai teladan perilaku disiplin terhadap
siswa
Dampak dari Tindakan
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa terhadap tata tertib
disekolah Tindakan dan Masalah
yang terjadi terhadap kedisiplinan siswa
61 D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang artinya dibawah dan “thesa” artinya kebenaran ( Suharsimi Arikunto, 1986:71). Pengertian hipotesis adalah adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin benar atau paling tinggi tingkat kebenarannya( Margono, 1997:67).
Sesuai dengan pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa hipotesis merupakan pernyataan yang masih perlu dibuktikan kebenarannya, dan anggapan yang timbul adalah yang bersifat sementara untuk dibuktikan secara nyata dan benar melalui data lapangan dan fakta yang diperoleh dari penelitian.
Maka yang dijadikan hipotesis penelitian penulis adalah sebagai berikut:
Ha yaitu, ada Pengaruh Keteladanan Guru PPKn terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.
Ho yaitu, tidak ada Pengaruh Keteladanan Guru PPKn terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.
62 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian uji statistik yang akan menganalisis data secara mendalam lalu di analisis dalam bentuk kuantitatif, teknik analisis uji statistik yang akan mencari ada tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat memperoleh gambaran tentang adanya Pengaruh Keteladanan Guru PPKn terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian diadakan di SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai beralamat di Jl.Pendidikan Lappae. Lokasi penelitian dipilih oleh peneliti karena memenuhi keriteria yang diharapkan oleh peneliti yang dapat menunjang terhadap penelitian yang dilakukan dan sekolah tersebut merupakan sekolah Alumni peneliti.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang akan digunakan dalam penelitian ini selama kurang lebih dua bulan pada bulan Juli–Agustus 2019.