TERJEMAH WARAQAT
PENGERTIAN USHUL FIKIH, CAKUPAN PEMBAHASAN
Penerjemah: Muhammad Irhamurrohman https://www.kitabterjemahan.my.id/
IMAM HARAMAIN ABDUL MALIK BIN ABDULLAH BIN YUSUF BIN ABDULLAH AL-JUWAINI (W. 478 H)
[1]
Kata Pengantar
يحرلا نحمرلا الله مسب
Kitab waraqat merupakan salah satu kitab yang ber-genre ushul fikih yang dikarang oleh Syaikh al Imam Jalaluddin al Mahalli. Yang kemudian dikomentari oleh Imam al Juwaini dengan judul Syarh al-Waraqaat dan kemudian dikomentari lagi oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad ad-Dimyathi dalam bentuk hasyiah yang bernama Hasyiah ad- Dimyati ‘ala Syarh al-Waraqaat.
Waraqat adalah kitab dasar Ushul Fikih yang diajarkan di pesantren-pesantren selain, mabadi awwaliyyah, assulam dan al Bayan. Dalam rangka menambah khazanah terjemah dan untuk mempermudah belajar, berikut ini adalah terjemahan kitab waraqat, semoga membantu untuk mempelajari dan mengerti isi kitab tersebut.
Penerjemah Muhammad Irhamurrohman
[2]
Daftar Isi
Kata Pengantar ... 1
1. Pengertian Ushul Fiqih ... 3
2. Macam-macam Hukum ... 4
3. Perbedaan Antara Fiqih, Ilmu, Dzhan (Menyangka), dan Syakk ... 5
4. Bab-bab Ushul Fiqih ... 7
5. Pembagian Kalam ... 8
6. Amr (Perintah) ... 10
7. ‘Amm (Umum) ... 11
8. Khas (Khusus) ... 12
9. Mujmal dan Mubayyan ... 14
10. Nash ... 15
11. Dhahir dan Muawwal ... 16
12. Af’aal (Tindakan yang Diperbuat oleh Rasulullah) ... 17
13. Naskh ... 18
14. Ta’aarudhul Adillah (Solusi Ketika Dalil-dalil Utama Saling Bertentangan) ... 19
15. Ijma’ ... 20
16. Akhbar ... 21
17. Qiyas ... 23
18. Hukum Asal dan Istishab ... 25
19. Tartibul Adillah (Urutan Prioritas Penggunaan Dalil) ... 26
20. Syarat menjadi Mufti ... 27
21. Syarat Mustafti (Orang yang Meminta Fatwa) dan Taqlid ... 28
22. Ijtihad dan Mujtahid ... 29
[3]
1. Pengertian Ushul Fiqih
Ini adalah lampiran-lampiran yang
mencakup fasal-fasal ilmu ushul fiqih.
هْقِفْلا لو ُص أ نم لو ُصُف لىع لمَت ْ شت تاَق َرَو هِذَه
Ushul fiqih itu tersusun dari dua bagian kata tunggal
نيدرفم ني أزج نم فلؤم َ ِ لَِذَو
(dua kata tersebut yang pertama yaitu:) al ashlu (asal) adalah sesuatu yang menjadi landasan terbangunnya sesuatu yang lain.
Sementara al far’u (cabang) adalah perkara yang dibangun di atas sesuatu yang lain.
هيرَغ لىع نىْبي اَم عرفْلاَو هيرَغ ِهْيَلَع نيب اَم ل ْصَ ْلْاَف
(kata yang kedua adalah) Fiqh adalah mengetahui hukum-hukum syariat yang jalan perolehannya adalah ijtihad.
داَ ِتِْج ِلِا اهقيرط ِتِرلا ةريِعْ رشَّلا م َكَْحَ ْلْا ةَفرعم هْقِفْلاَو
[4]
2. Macam-macam Hukum
Hukum ada tujuh, yaitu:
1. wajib, 2. mandub, 3. mubah, 4. mahdzur, 5. makruh, 6. sahih, dan 7. batil
روظلمحاو حابلماو بو ُدْنَمْلاَو بِجاَوْلا ةَعْب َ س م َكَْحَ ْلْاَو لِطاَبْلاَو حيِح رصلاَو هو ُرْكَمْلاَو
Wajib adalah sesuatu yang diberi pahala karena melakukannya, dan disiksa karena meniggalkannya.
هكرَت لىع بقاعيو لهعف لىع باَثُي اَم ب ِجاَوْلاَف
Mandub adalah sesuatu yang diberi pahala karena melakukannya, dan tidak disiksa karena meninggalkannya.
َمْلاَو هكرَت لىع بقاَعُي َلِ َو لهعف لىع باَثُي اَم بوُدْن
Mubah adalah sesuatu yang tidak diberi pahala karena melakukannya, dan tidak disiksa karena meninggalkannya.
هكرَت لىع بقاَعُي َلِ َو لهعف لىع باَثُي َلِ اَم حابلماو
Mahdzur adalah sesuatu yang diberi pahala karena meninggalkannya, dan disiksa karena melakukannya.
لهعف لىع بقاعيو هكرَت لىع باَثُي اَم روظلمحاو
Makruh adalah sesuatu yang diberi pahala karena meninggalkannya dan tidak disiksa karena melakukannya.
َعُي َلِ َو هكرَت لىع باَثُي اَم هو ُرْكَمْلاَو لهعف لىع بقا
Sahih adalah sesuatu yang dianggap telah berhasil kepada tujuan (nufudz) dan dinilai mencukupi.
ِهِب دتعيو ذوُفّنلا ِهِب قرلَعَتي اَم حيِح رصلاَو
Batil adalah sesuatu yang tidak berhasil (tidak sampai tujuan) dan tidak dianggap mencukupi.
ِهِب دتْعي َلِ َو ذوُفّنلا ِهِب قرلَعَتي َلِ اَم لِطاَبْلاَو
[5]
3. Perbedaan Antara Fiqih, Ilmu, Dzhan (Menyangka), dan Syakk
Fiqih itu lebih khusus dari pada ilmu.
لعْلا نم صخ أ هْقِفْلاَو
Ilmu adalah mengetahui informasi- informasi (pengetahuan) berdasarkan apa yang terjadi sebenarnya (kenyataan).
ِهِب َوُه اَم لىع موُلْعَمْلا ةَفرعم لعْلاَو
Jahl (bodoh) adalah menggambarkan (yakni memahami) sesuatu, berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya.
ْ رشّلا روصت لهجْلاَو ِهِب َوُه اَم فلاخ لىع ء
Ilmu dharuri (ilmu pasti) adalah ilmu yang diperoleh tanpa memerlukan pemikiran mendalam dan mencari pembuktian.
للِدت ساو رظن نَع عقَي لم اَم ّيِروُ رضَّلا لعْلاَو
1
Adapun ilmu muktasab adalah ilmu yang perolehannya didasarkan pada berpikir dan pembuktian.
للِدت سالاو رظنلا لىع فوُقْوَمْلا َوُهَف بستكلما لعْلا ام أَو
Nadzor adalah berfikir (menganalisis) keadaan perkara yang dijadikan sasaran berpikir (obejek kajian).
ِهيِف روظنلما لاَح ِفِ ركِفْلا َوُه ر َظرنلاَو
Istidlal adalah mencari dalil (bukti).
ليِل رلدا بلط ل َلِ ْدِت ْ س ِلِاَو
Dalil adalah sesuatu yang menunjukkan
pada sesuatu yang dicari.
بوُل ْطَمْلا َلَ ا دشرلما َوُه ليِلرلداَو ِ
Dzhan (menyangka) adalah menganggap mungkin terjadinya dua perkara dimana yang salah satunya lebih kuat dari yang lain.
رخآلْا نم رهظ أ اَهمدحَأ نْيرمَأ زيِوْ َتَ ن رظلاَو
Syakk (ragu) adalah menganggap mungkin terjadinya dua perkara dimana tidak ada yang saling lebih kuat diantara keduanya.
رخآلْا لىع اَهمدَحَلْ ةيزم َلِ نْيرمَأ زيِوْ َتَ ّك رشلاَو
مشلاو سمللاو َصََبْلاَو عم ّسلا َ ِهِو ةرهاظلا سمخْلا ساوَحْلا ىَدْحِِبِ عِقاَوْلا ِلعْل َكَ1
للِدت ساو رظن يرغ نم ابه ساسحالا درجبم لصيح هناف قولذاو
Seperti tahunya pada salah satu panca indera luar, yaitu pendengaran, pengelihatan, peraba, penciuman, perasa. Pengetahuan dari lima indera ini diperoleh hanya dengan merasakan dengan empirik tanpa proses berpikir dan pembuktian.
[6]
Ilmu ushul fiqih adalah metode-metode fiqih secara global dan tata cara mencari dalil (bukti) dengan metode tersebut.
َو لاَ ْجْ ِ ْلِا ليِب َس لىع هقرط هْقِفْلا لو ُص أ لعَو ل َلِ ْدِت ْ س ِلِا ةريِفْيَك
اَبه
[7]
4. Bab-bab Ushul Fiqih
Bab-bab yang dibahas di ushul fiqih adalah: pembagian kalam (kalimat), amr (kata perintah), nahi (kata larangan), ‘am (kata umum), khas (kata khusus), mujmal, mubayyan, dzahir (makna tersurat), muawwal (makna yang ditakwil/tersirat), af’al (kata kerja), nasikh, mansukh, ijma’, akhbar, qiyas, hadzr (hukum haram), ibahah (hukum boleh), tartibul adillah (urutan-urutan sumber hukum), sifat mufti (sifat dan gambaran pemberi fatwa), mustafti (orang yang meminta fatwa), dan ketentuan-ketentuan mujtahid.
ماَعْلاَو يْ رنَّلاَو رمَ ْلْاَو م َ َكَلْلا ما َسقَأ هْقِفْلا لو ُص أ باوب أو سخانلاو لاَعْفَ ْلْاَو لوؤلماو رِها رظلاَو ينبلماو لملمجاو صاَخْلاَو ةَح َبِ ِ ْلِاَو رظلحاو ساَيِقْلاَو راَبْخَ ْلْاَو عاَ ْجْ ِ ْلِاَو خوسنلماو ةَفصَو رلَِّدَ ْلْا بيترتو تِفلما
تِفت سلماو َأَو
نيد َتِْجُمْلا م َكَْح
[8]
5. Pembagian Kalam
Selanjutnya, pembagian kalimat (tentu yang dimaksud adalah kalimat dalam bahasa Arab)1, paling minimal kata untuk menyusun kalimat (dalam bahasa Arab) adalah terdiri dari dua isim (kata benda) atau isim dan fi’il atau fi’il dan huruf atau isim dan huruf.
ْسْا وَأ نماسا م َ َكَلْلا ُهْنِم بكتري اَم لقَأَف م َ َكَلْلا ما َسقَأ امَأَف فرحو ْسْا وَأ فرحو لعف وَأ لعفَو
Dan kalam (kalimat) terbagi menjadi amr (kalimat perintah), nahi (kalimat
larangan), khabar (kalimat berita), istikhbar (kalimat tanya).
رابخت ساو برخَو ينهَو رمَأ َلَ ا م ِسَقْنَي م َ َكَلْلاَو ِ
Dan (kalam) juga terbagi menjadi tamanni (kalimat
perandaian), ‘arodl (kalimat permintaan secara halus) dan qasam (kalimat sumpah)
نتم َلَ
ِ ا اضْيَأ مسقنيو مسقَو ضرعَو
Dan dari sisi lain (kalam) terbagi menjadi
kalam hakikat dan majaz.
زامجو ةَقيِقَح َلَ ا م ِسَقْنَي رخآأ هجَو نمَو ِ
Kalam hakikat adalah kalimat atau kata yang dalam penggunaannya
menetapi makna aslinya.
ِفِ ِقَب اَم ةقيقلحاف هعو ُضْوَم لىع لاَمْعِت ْ س ِلِا
Dan menurut suatu pendapat:
kalam hakikat adalah kalimat atau kata yang digunakan di dalam istilah-istilahnya si penutur (menurut istilahnya suatu golongan).
ةبطالمخا نم ِهْيَلَع َحلط ْصا اَيمِف لمْعت ْ سا اَم ليقَو
Kalam majaz adalah kalimat atau kata
yang keluar dari makna aslinya.
هعو ُضْوَم نَع زوتَ اَم زاَجمْلاَو
Dan kalam hakikat adakalanya bersifat kebahasaan, syar’iyyah (bersifat keagamaan), dan urfiyyah (bersifat kebiasaan penggunaan kata atau kalimat)
رم ا ةقيقلحاو ِ ةيفرع ارم
ِ اَو ةريِعْ َشَ ارم
ِ اَو ةيوغل ا
1Sebagai perbandingan istilah kalimah di bahasa Indonesia adalah “kata”, kalam adalah “kalimat”, isim adalah “kata benda”, fi’il adalah “kata kerja” dan huruf adalah “konjungsi”.
[9]
Dan kalam majaz adakalanya dengan penambahan, pengurangan atau perpindahan atau isti’arah (meminjam kata sekaligus makna lain)
وَأ لقن وَأ نا َصْقُن وَأ ةَد َيَِزِب نوكي نَأ ارم ا زاَجمْلاَو ِ ةَراَعِت ْ سا
Majaz dengan penambahan seperti firman Allah: “laisa kamitslihi syaiun” (tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai Allah)
}ء ْ َشَ لهثكم َسْيَل{ َلَاَعَت له ْوَق لثم ِةَد َيَِّزل ِبِ زالمجاف
Majaz dengan pengurangan seperti firman Allah: “was alil qaryata” (tanyalah
penduduk desa)
}ةَيْرقْلا ل أساو{ َلَاَعَت له ْوَق لثم ِنا َصْقُّنل ِبِ زاَجمْلاَو
Majaz dengan pemindahan seperti kalimat
“ghoith” untuk kotoran yang keluar dari manusia
نا َسْن ِ ْلِا نم جريخ اَيمِف طئاغلكَ ِلْقرنل ِبِ زاَجمْلاَو
Majaz dengan isti’arah (peminjaman) seperti firman Allah “jidaran yuridu an yang qoddho” tembok yang ingin roboh.
}ضقْني نَأ ديِرُي ارادج{ َلَاَعَت ِله ْوَقَك ةراعت سلِبِ زاَجمْلاَو
[10]
6. Amr (Perintah)
Amr (perintah) adalah permintaan untuk melakukan perbuatan yang bersifat mengharuskan dengan melalui ucapan kepada orang yang di bawahnya (dalam kedudukan).
ليِب َس لىع هنود َوُه نرمِم لْوَقْلبِ لْعِفْلا ءاعدت سا رمَ ْلْاَو بوُجُوْلا
Bentuk kata perintah (dalam bahasa Arab) adalah if’al.
لع لَّالدا ةغيصلاو لَعْفا هي
Bentuk kata tersebut ketika dimutlakkan dan tidak ada indikasi lain yang
meyertainya maka diarahkan ke hukum wajib,
ِهْيَلَع لمتح ةَنيِرَقْلا نَع درجتلاو ق َلا ْط ِ ْلِا دْنِع ِهَِو
kecuali ada dalil yang menunjukkan bahwa sesungguhnya yang diharapkan dari sighat amr (kata perintah tersebut) adalah hukum sunnah atau mubah
ةَح َبِ ِ ْلِا وَأ بدّنلا ُهْنِم داَرُلما نَأ لىع ليِلرلدا ّلد اَم رلِ ا ِ
dan tidak menuntut pengulangan
berdasarkan pendapat yang sahih,
حيِح رصلا لىع راَرْكّتلا ِضَِتْقَت َلَِو
kecuali ada dalil yang menunjukkan
terhadap tujuan pengulangan
راَرْكّتلا دصق لىع ليِلرلدا ّلد اَم رلِ ا ِ
dan tidak menuntut untuk dilakukan
seketika.
ر ْوَفْلا ضىتقت َلَِو
Perintah untuk mewujudkan perbuatan itu berarti perintah terhadap perbuatan tersebut dan terhadap sesuatu yang menyempurnakannya,
ِهِب رلِ
ِ ا لْعِفْلا تمي َلِ اَمِبَو ِهِب رمَأ لْعِفْلا دايجإبِ رمَ ْلْاَو
seperti perintah melakukan shalat, maka sesungguhnya itu perintah melakukan bersuci yang mengantarkan kepada shalat
اَ ْيَْل ا ةيدؤلما ِةَراَهرطل ِبِ رمَأ ُهرن ِ ِ اَف ِة َلا رصل ِبِ رم لْكَ
jika perbuatan yang diperintahkan itu telah dilakukan, maka orang yang diperintah terlepas dari tanggungan.
جريخ لِعُف اذ
ِ اَو
ة َدْهعْلا نَع روُمْأَمْلا
[11]
7. ‘Amm (Umum)
Adapun ‘amm adalah sesuatu yang
mencakup dua perkara bahkan lebih. (kata tersebut diambil) dari perkataan orang Arab: ‘Amamtu Zaidan wa ‘Amran bil
‘Atha’ (Aku menyamaratakan pemberian kepada Zaid dan Amr), dan ‘Amamtu jami’annasi bil ‘atha’ (Aku
menyamaratakan pemberian kepada semua orang).
ادِعا َصَف ِ ْينَئْي َ ش َعَ اَم َوُهَف ماَعْلا ام أَو اديز تمعم له ْوَق نم ،
،ءاطعلبِ ارعمو ءاطعلبِ سارنلا عيِ َجْ تمعمو
Lafadz-lafadz ‘amm itu ada empat, yaitu:
1. Isim mufrad (kata yang bermakna tunggal) yang di-ma’rifat-kan dengan alif dan lam,
2. Isim jamak yang di-ma’rifat-kan dengan lam,
3. Isim mubham seperti kata man (
نم
)untuk makhluk yang berakal, kata ma (
ام
) untuk sesuatu yang tidak berakal, ayyun (ي أ
) untuksemuanya (baik berakal ataupun tidak), aina (
ني أ
) untuktempat, mataa (
تم
) untukwaktu, ma (
ام
) digunakan untuk pertanyaan, pembalasan dan selainnya,4. huruf la (
لِ
) pada isim nakirah.ةَعَبْرَأ هظافل أو م رلالاَو فل ْلْ ِبِ فّرَعُمْلا ْسْ ِلِا ،
عمجْلا سْاَو ،
ِم رلال ِبِ فّرَعُمْل ا َلِ اَيمِف اَمَو لقعي نَيمِف نكم ةمبهلما ءماس لْاو ،
ِفِ اَمَو ناَمرزلا ِفِ تَمَو ن َكََمْلا ِفِ َنْيَأَو عيِمَجْلا ِفِ ي أَو لقعي هيرَغَو ءاَزَجْلاَو ماَهْفِت ْ س ِلِا تاركنلا ِفِ َلِ َو ،
Predikat ‘amm (umum) merupakan sifat dari ucapan. Jadi tidak diperbolehkan menyifati umum pada selain ucapan yakni pada perbuatan dan yang semisalnya.
هيرَغ ِفِ موُمُعْلا ىَوْعَد زويج َلِ َو ق ْطُّنلا تاَف ِص نم مومعلاو
هاَرْمج يِرْيج اَمَو لْعِفْلا نم
[12]
8. Khas (Khusus)
Khas (khusus) merupakan kebalikan ‘amm.
Sementara takhsis adalah membedakan sebagian kelompok. Takhsis terbagi menjadi muttasil dan munfasil.
ضعب يزِيْمَت صيصختلاو ،ماَعْلا لباَقُي صاَخْلاَو َلْمُجْلا لصفنمو ل ِصرتُم َلَ .
ِ ا م ِسَقْنَي َوُهَو
Takhsis
muttasil itu istisna’ (pengecualian), syarat dan pembatasan dengan sifat.
.ِةف ّصل ِبِ ديِيْقرتلاَو ِط ّشَّلاَو ءاَنْثِت ْ س ِلِا لصتلماف
Istisna’ adalah mengeluarkan sesuatu, yang apabila tidak dikeluarkan, ia akan tercakup dalam ucapan. Istisna’ hanya sah dengan syarat; ada yang tersisa dari perkara yang dikecualikan (mustatsna minhu). Dan termasuk syaratnya adalah harus sambung dengan ucapan, diperbolehkan
mendahulukan istisna’ dari mustatsna minhu dan
diperbolehkan istisna’ (mengecualikan) dari perkara yang sejenis seperti yang sudah disebutkan dan dari yang tidak sejenis.
حصَي اَمرن
ِ اَو ،م َ َكَلْلا ِفِ لخلد هلِول اَم جاَرْخ ِ ا ءاَنْثِت ْ س ِلِاَو نم ىقْبي نَأ طْ َشَِّب نىثت سلما
نَأ هط َشَ نمَو .ء ْ َشَ ُهْنِم
يمِدْقَت زويجَو .م َكَلْلبِ لا ِصرتُم نوكي ْثِت ْ س ِلِا زويجَو ماك
ءاَن
سْنِجْلا نم ُهْنِم نىْثَت ْ سُمْلا لىع .
هيرَغ نمَو مدقت
(Takhsis Muttasil yang kedua adalah) syarat diperbolehkan mendahului masyrut-nya.
طوشَّلما لىع مدقتي نا زويج طشَّلاو
(Takhsis Muttasil yang ketiga
adalah) muqayyad bisshifah, lafadz yang mutlak (umum) diarahkan ke
lafadz muqayyad bisshifah yakni lafadz yang dibatasi dengan sifat. Contoh
lafadz raqabah di batasi dengan yang beriman dibeberapa tempat. Oleh karena itu lafadz yang muthlaq dipahami melalui lafadz yang muqayyad.
نايملِبِ تديق ةبقرلكَ قلطلما هيلع لميح ةفصلبِ ديقلماو ديقلما لىع قلطلما لمحيف عضاولما ضعب فِ
Diperbolehkan men-takhsis Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, Al-Qur’an
dengan assunnah, assunnah dengan Al- Qur’an, annutq dengan qiyaas. Yang kami
باتكلبِ باتكلا صيصتخ زويجو صيصتخو
باتكلا
ةن سلبِ
صيصتخو باتكلبِ ةن سلا
قطنلا صيصتخو
[13]
maksud dengan annutq adalah firman Allah Ta’ala dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
الله لوسرلا لوقو لَاعت الله لوق قطنلبِ نيعنو سايقلبِ
.لسو هيلع الله لىص
[14]
9. Mujmal dan Mubayyan
Mujmal adalah sesuatu yang butuh
pada bayaan (penjelasan).
ناَيَبْلا َلَ ا رقتْفا اَم لملمجاو ِ
Bayaan (penjelasan) adalah mengeluarkan sesuatu dari ruang yang sulit dimengerti menuju ruang yang terang (jelas).
نم ء ْ رشّلا جاَرْخ ا ناَيَبْلاَو ِ لجتلا ّيزح َلَ
ِ ا ل َكَ ْش
ِ ْلِا ّيزح
[15]
10. Nash
Nash adalah sesuatu yang hanya mengandung satu makna. Menurut pendapat lain, (nash adalah) sesuatu yang penjelasannya merupakan yang
disampaikannya. Kata nash berasal dari kata minasshotil arus (pelaminan pengantin) yang bermakna kursi.
لهيِوْأَت اَم ليقَو اًدِحاَو نىعم رلِ ا لمَتْيح َلِ اَم صرنلاَو ِ
لهيِ ْنَْت
ّ ِس ْرُكْلا َوُهَو سو ُرَعْلا ةصنم نم ّقَت ْ شُم َوُهَو ،
[16]
11. Dhahir dan Muawwal
Dhahir adalah kata yang mengandung dua makna, salah satu maknanya lebih jelas dari makna yang lain. Kata
yang dhahir dapat ditakwil dengan dalil, sehingga disebut dhahir bid dalil (kata yang jelas sebab dalil).
لوؤيو ،رخآلْا نم رهظ أ اَهمدحَأ نْيرمَأ لتمْحا اَم رِها رظلاَو
رظلا ىمسُيَو ِليِلرلد ِبِ رِها رظلا
ِليِلرلد ِبِ رِها
[17]
12. Af’aal (Tindakan yang Diperbuat oleh Rasulullah)
Perbuatan pembawa syari’ah tidak lepas dari adakalanya berupa ibadah dan ketaatan. Apabila ada dalil yang
menunjukan kehususan bagi Nabi, maka diarahkan kepada kekhususan tersebut.
ةَبْرقْلا هجَو لىع نوكي نَأ ارم ا وُلْ َيخ َلِ ةَعيِ رشَّلا بحا َص ِ لعف ةَعا رطلاَو لىع لميح ِهِب صا َصِتْخ ِلِا لىع ليِلَد ّلد ن اَف ِ .
صا َصِتْخ ِلِا
Dan apabila tidak ada dalil yang menunjukkan maka tidak dikhususkan bagi Nabi, karena Allah Ta’ala telah berfirman, “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagi kalian”, maka diarahkan pada hukum wajib menurut sebagian ashhabina (ulama Syafi’i). Dan sebagiannya ada yang
bependapat tidak cenderung pada pendapat manapun.
كمل َن َكَ دقل{ لوُقَي َلَاَعَت الله نَ ِلْ ِهِب صصيخ َلِ لدي لم ن ،
ِ اَو }ةَن َ سَح ةَو ْسُأ الله لو ُسَر ِفِ
دْنِع بوُجُوْلا لىع لمحيَف ،
اَنباَ ْصَْأ ضعب َلاَق نم مُ ْنَِّمَو .
ُهنَع فرقَوَتي
Apabila perbuatan Nabi tidak berupa ibadah dan ketaatan, maka diarahkan pada hukum boleh (mubah) pada hak nabi dan hak kita.
ِفِ ةَح َبِ ِ ْلِا لىع لمحيَف ةَعارطلاَو ةَبْرقْلا يرغ هجَو لىع َن َكَ ن اَف ِ انقحو هقَح
Persetujuan pembawa syariah terhadap ucapan yang keluar dari seseorang merupakan perkataan pembawa syariah dan persetujuannya terhadap perbuatan adalah seperti perbuatanya.
لوَق َوُه دح أ نم رِدا رصلا لْوَقلا لىع ةَعيِ رشَّلا بحا َص راَرْق
ِ اَو ْعِفْلا لىع هراَرْق
ِ اَو ،ةَعيِ رشَّلا بحا َص ِِلهْعِفَك ل
.
Dan perbuatan yang dilakukan pada masa Nabi di luar majelisnya, dan beliau
mengetahui dan tidak mengingkarinya maka hukumnya itu seperti hukum yang dilaksanakan di majelisnya.
هكمحَف هركنُي لم َو ِهِب لعَو هسِلْجَم يرغ ِفِ هتقو ِفِ لعف اَمَو
هسِلْجَم ِفِ لعف اَم كمح
.
[18]
13. Naskh
Naskh bermakna menghilangkan, dikatakan ”matahari
menghilangkan bayang-bayang” dan menurut pendapat lain
makna naskh adalah pindah diambil dari ucapan orang Arab, “saya memindah sesuatu yang ada di kitab ini”, yaitu saya memindah sesuai bentuk aslinya.
خسّنلا ام أَو َلَّاَز
ِ ْلِا هاَنْعَمَف لظلا سمشلا تخسن لاقي ،
اذإا
هتلاز أ باتكْلا اَذَه ِفِ اَم تخسن ملهْوَق نم لْقرنلا ُهاَنْعَم ليقَو .
.هتباتك لكَش أب هتلقن يَأ
dan definisinya adalah ucapan yang menunjukkan hilangnya hukum yang telah ditetapkan oleh ucapan yang dahulu, berdasarkan gambaran yang jika tidak ada ucapan tersebut niscaya hukum itu tetap, serta hukum tetap berlaku seperti semula.
ِبا َطِخْل ِبِ تِبارثلا كملحا عفر لىع لارلدا باطخْلا َوُه هدحَو ُهنَع هيخارت َعَم اتب َثَ َن َكََل هلِول هجَو لىع مّدَقَتُمْلا
Diperbolehkan menghapus tulisan dan masih tetapnya hukum, menghapus hukum dan tetapnya tulisan dan menghapus keduanya.
ْسْ ررلا ءاَقَبَو كملحا خسنَو كملحا ءاَقَبَو ْسْ ررلا خسن زويجَو ،
.نيرمالا خسنو
Penghapusan ini (naskh) terbagi menjadi adanya pergantian dan tidak ada
pergantian, ada pergantian yang lebih berat dan yang lebih ringan.
مسقنيو لدب يرغ َلَ
ِ اَو لدب َلَ ِ ا خسنلا ظلْغ أ َوُه اَم َلَ ،
ِ اَو
فخ أ َوُه اَم َلَ
ِ اَو .
Diperbolehkan naskh al-Quran dengan al- Quran, naskh assunnah dengan al-Quran, naskh assunnah dengan assunnah.
Diperbolehkan naskh mutawatir dengan mutawatir, dan khabar ahad dengan khabar ahad juga mutawatir. Tidak diperbolehkan naskh mutawatir dengan khabar ahad.
ةن ّ سلا خسنَو باتكْل ِبِ باتكْلا خسن زويجَو خسنَو باتكْل ِبِ
ِةن سل ِبِ ةن ّ سلا رتاوتلمبِ رتاَوَتُمْلا خسن زويجَو .
داَحآ ْلْا خسنَو ،
داحآلْبِ رتاَوَتُمْلا خسن زويج َلِ َو .رتاوتلمبِو داحآلْبِ
.
[19]
14. Ta’aarudhul Adillah (Solusi Ketika Dalil-dalil Utama Saling Bertentangan)
Fasal: Apabila terdapat dua dalil
nutq saling berlawanan, maka tidak lepas ada kalanya keduanya umum (‘amm), keduanya khusus (khas), salah satunya umum dan yang lain khusus, atau masing- masing dari keduanya umum dari satu sisi dan khusus dari sisi yang lain.
لصف وَأ ِ ْينماَع َنَوُكَي نَأ ارمِا وُلَْيخ َلاَف ناقطن ضراَعت اذِا : اماَع اَمُ ْنَِّم دِحاَو كل وَأ ا ّصاَخ رخآ ْلْاَو اماَع اَهمدحَأ وَأ ينصاخ
هجَو نم اصاخو هجَو نم
Jika kedua dalil tersebut umum, apabila mungkin keduanya dikompromikan, maka keduanya harus dikompromikan. Apabila tidak mungkin dikompromikan maka keduanya maka didiamkan jika tidak diketahui asal-usulnya. Kemudian apabila asal-usulnya diketahui maka dalil yang datang terlebih dahulu dihapus dengan dalil yang datang belakangan. Demikian juga, apabila keduanya khusus (khas).
اَمنَّيَب عمجْلا نكم أ ن اَف ِ ْينماَع َنَ َكَ ن ِ
ِ اَف نكمُي لم ن يج
ِ اَف ،عم
يخِرارتلا لع ن اَف ،يخِرارتلا لعي لم ن ِ ا اَميْف فرقَوَتي اَمنَّيَب عمجْلا ِ رخ أتلمبِ مّدَقَتُمْلا خ َسْني .
ينصاخ َنَ َكَ ن
ِ ا لَِذَكَو
Jika salah satu dalil tersebut umum (‘amm) dan yang lain khusus (khas) maka yang umum di-takhsis dengan yang khusus.
صالخبِ ماَعْلا صخيف ا ّصاَخ رخآ ْلْاَو اماَع اَهمدحَأ َن َكَ ن
ِ اَو
Apabila salah satu dalil tersebut umum dari satu sisi dan khusus dari sisi yang lain, maka keumuman masing-masing di- takhsis dengan yang lainnya.
هجَو نم اصاخو هجَو نم اماَع اَمنَّم دحاو كل َن َكَ ن
ِ اَو
رخآلْا صو ُصُ ِبِ اَمُ ْنَِّم دِحاَو كل موُ ُعم صخيف
[20]
15. Ijma’
Adapun ijma’ adalah kesepakatan ulama suatu masa atas hukum dari suatu masalah baru yang terjadi.
ةَثِداَحْلا كمح لىع ْصََعْلا ءاَمَلُع قاَفِّتا َوُهَف عاَ ْجْ ِ ْلِا ارم
ِ اَو
Yang kami maksud dengan ulama adalah ahli-ahli fiqih, dan yang kami maksud dengan masalah baru yang terjadi adalah masalah syar’iyyah (agama).
ةريِعْ رشَّلا ةَثِداَحْلا ةثدالحبِ نيعنو ءاَهَقُفْلا ءمالعلبِ نيعنو
Dan ijma’ ummat ini adalah dalil, tidak selain umat ini, karena sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Ummatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan”, dan syariat telah
menyampaikan terjaganya ummat ini (dari kesesatan).
لسَو ِهْيَلَع الله لىص له ْوَقل اَهيرَغ نود ةرحج ةم ْلْا هِذَه عاَ ْجْ
ِ اَو تمتَ لِ
ةم ْلْا هِذَه ةمصعب درو عْ رشَّلاَو َلَّ َلا َض لىع ِتِم أ ع
Ijma’ adalah dalil atas periode kedua dan
dalam periode / masa manapun.
َن َكَ صَع يَأ ِفِ َو ِنِارثلا ْصََعْلا لىع ةرحج عاَ ْجْ ِ ْلِاَو
Berlakunya ijma’ sebagai dalil tidak disyaratkan habisnya masa (para pelaku ijma’)
ضاَرِقْنا هتيحج فِ ط َتر ْشي َلَِو ْصََعْلا
Jika kita mengatakan “habisnya masa”
adalah sebuah syarat, maka ucapan orang yang dilahirkan di masa ulama-ulama tersebut dan ia belajar sampai menjadi mujtahid, maka mereka berhak mencabut hukum tersebut.
ْصََعْلا ضاَرِقْنا اَنْلُق ن اَف ِ متهايح ِفِ لدو نم لوَق برَتْعُي ط َشَ
كملحا ِ لَِذ نَع اوع ِجري نَأ مهلَف داَ ِتِْج ِلِا له أ نم َرا َصَو هقفتو
Ijma’ itu sah dengan perkataan mereka, dengan perbuatan mereka, dengan ucapan sebagian, dengan perbuatan sebagian dan menyebarnya semua itu dan diamnya ulama yang lain.
ضْعَبْلا لعفبو ضْعَبْلا لوقبَو مهلعفبو ْملهْوَقب حصَي عاَ ْجْ ِ ْلِاَو َينِقاَبلا توكسو ِلَِذ راشتناو
Ucapan satu sahabat itu tidak menjadi
dalil atas lainya, menurut qaul jadiid.
ديِدَجْلا لْوَقلا لىع هيرَغ لىع ةرحج َسْيَل ةَباَح رصلا نم دِحاَوْلا لوَقَو
[21]
16. Akhbar
Akhbar adalah khabar1 yakni perkara yang bisa bernilai kebenaran dan bernilai kebohongan,
بذكْلاَو ق ْدصلا ُلهخ ْدي اَم َبرَخْلاَف راَبْخَ ْلْا ام أَو
dan khabar terbagi menjadi dua,
yaitu: khabar ahad dan khabar mutawatir.
رتاوتمو داَحآأ ِ ْينَمسق َلَ ا م ِسَقْنَي َبرَخْلاَو ِ
Khabar mutawatir adalah kabar / berita yang bisa menimbulkan ilm (yakin).
Mutawatir merupakan kabar/ berita yang diriwayatkan oleh suatu kelompok yang tidak mungkin bersepakat pada
kebohongan dari sesama kelompok mereka sampai pada sumber khabar/berita.
ؤطاوتلا عقَي َلِ ةَعاَجْ ىو ْري نَأ َوُهَو لعْلا بجوُي اَم رتاوتلماف ُهنَع برخمْلا َلَ
ِ ا يِ َتِْنَي نَأ َلَ ِ ا مهلثم نم بِذَكْلا لىع
Khabar mutawatir sumbernya dari menyaksikan atau mendengarkan, bukan dari ijtihad.
داَ ِتِْجا نَع َلِ عما َس وَأ ةَدها َشُم نَع ل ْصَلْا ِفِ نوكيَو
Khabar ahad adalah khabar yang
mengharuskan untuk dikerjakan dan tidak sampai menimbulkan ilm (yakin),
لعْلا بجوُي َلِ َو لَمَعْلا بجوُي يِ رلذا َوُه داحآلْاو
dan khabar ahad terbagi menjadi khabar
mursal dan khabar musnad.
دن سمو لسْرُم َلَ ا مسقنيو ِ
Khabar musnad adalah khabar yang mata rantai (sanadnya) bersambung (muttashil).
هدان سا لصتا ام دن سلماف
Khabar mursal adalah khabar yang mata rantai (sanadnya) tidak bersambung (tidak muttashil).
هدان سا لصتي لم ام لسرلماو
1Akhbar merupakan bentuk jamak dari khabar. Definisi khabar dalam kitab ini adalah definisi menurut bahasa. Sedangkan menurut istilah khabar adalah apa-apa yang dikatakan, diperbuat dan ditetapkan oleh Rasulullah. Sehingga dalam membaca kitab ini, boleh kata khabar boleh dimaknai dengan hadis. Hadis juga disebut sebagai kalam khabar yakni kalimat-kalimat yang bisa jadi benar atau bisa jadi salah, dalam arti kemungkinan benar dan salahnya adalah 50:50. Pengkategorian ini berdasarkan redaksionalnya saja, sementara secara hakikatnya hadis tidak mungkin mengandung kesalahan. Lihat kitab Lathoiful Isyarah, hal. 48.
[22]
Selanjutnya, apabila orang-orang yang menyampaikan khabar-khabar mursal itu bukan dari kelompok Sahabat, maka tidak bisa dijadikan dalil, kecuali hadits-
hadits mursal-nya Sa’ad bin Musayyab,
ناف لي سارم الا ةجبح سيلف ةباحصلا يرغ لي سارم نم نكَ
،بيسلما نب ديعس
karena khabar-khabar mursal Sa’ad bin Musayyab sudah diteliti, kemudian telah ditemukan mata rantainya yakni para sahabat.
انهإاف بياحصلا ديناسم تدجوف تشتف
Khabar an’anah termasuk dari khabar musnad.
دان سالا لىع لخدت ةنعنعلاو
Apabila seorang Syaikh membaca, maka boleh bagi periwayat hadis (rawi) mengatakan haddasani atau akhbarani
ِنِبرْخَأ وَأ ِنيثدَح لوُقَي نَأ يوارلل زويج خْي ر شلا َأَرَق اذ
ِ اَو
dan jika perawi (yang sedang meminta riwayat hadis) membacakan kepada Sang Syaikh, maka Si Periwayat Hadis
mengucapkan akhbaroni, dan tidak boleh mengucapkan haddasani,
ِنيثدَح لوُقَي َلِ َو ِنِبرْخَأ لوُقَيَف خْي ر شلا لىع َوُه َأَرَق اذ
ِ اَو
dan jika seorang guru memberinya ijazah tanpa membacakan riwayat, maka Si Periwayat
mengucapkan ajazani atau akhbaroni ijazatan.
ةياور يرغ نم خْي ر شلا هزاَج أ ن
ِ اَو ِنِبرْخَأ وَأ نِزاج أ لوُقَيَف
1ةَزاَجإا
1Admin menulis dari kitab waraqat cetakan al Hidayah Surabaya. Sedangkan dalam redaksi kitab cetakan lain, kata-katanya bukan ةياور, akan tetapi ةَءاَرِق.
[23]
17. Qiyas
Adapun qiyas adalah mengembalikan cabang kepada asal, karena suatu
‘illah (alasan) yang mengumpulkan keduanya dalam hukum.
كملحا ِفِ ماهعمتَ لعب ل ْصَلْا َلَ ا عْرَفْلا در َوُهَف ساَيقْلا ام أَو ِ
Qiyas terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. qiyas illah,
2. qiyas dalalah, dan 3. qiyas syibh.
ساَيِق َلَ ا ما َسقَأ ةَث َلاَث َلَ ِ ا م ِسَقْنَي َوُهَو ِ َلَّ َلِد ساَيِقَو ّلِع
هب ش ساَيِقَو
Qiyas illah adalah qiyas yang di dalamnya terdapat ‘illah, dan ‘illah
tersebut menetapkan sebuah hukum.
كمحْلل ةَبجوُم ِهيِف رلعْلا تَن َكَ اَم رلعْلا ساَيِقَف
Qiyas dalalah adalah mengambil salah satu dua pandangan sebagai
penunjuk. Qiyas dalalah itu
keberadaan ‘illah-nya sebagai indikator sebuah hukum bukan menetapkan hukum.
،رخالا لىع نييرظنلا دح أب للِدت سالا وه لَّلِلدا سايقو كملحا ةبجوم نوكت لِو كملحا لىع لَّاد لعلا نوكت نا وهو
Qiyas syibh adalah qiyas yang cabangnya (al far’u) terdapat keserupaan antara dua ashal, kemudian disamakan pada ashal yang memiliki lebih banyak persamaannya.
ماهثركبِ قحليف ينلص أ ينَب ددرلما عْرَفْلا َوُه هب ّ شلا ساَيِقَو ابه ش
Salah satu syarat cabang (al far’u) adalah
terdapat keselarasan pada ashal,
ل ْصَ ْلْل اب سانم نوكي نَأ عْرَفْلا ط َشَ نمَو
dan salah satu syarat ashal adalah tertetapkan dengan dalil yang disepakati oleh dua pihak yang berbeda pendapat.
ينَب ِهْيَلَع قفرتُم ليِلَدِب اتب َثَ نوكي نَأ ل ْصَلْا ط َشَ نمَو ِ ْينَم ْصَخْلا
dan salah satu syarat ‘illah adalah harus berlaku pada seluruh ma’lul (masalah- masalah yang terdapat ‘illah tersebut).
Oleh karena itu, ‘illah tidak boleh rusak secara lafadznya dan maknanya.
ت َلاَف اتهلِولعم ِفِ درطت نَأ رلعْلا ط َشَ نمَو َلِ َو اظفل ضقتن
نىعم
[24]
dan termasuk syarat hukum adalah
menyamai ‘illah dalam ada dan tidaknya.
تاَبْث ِ ْلِاَو ْفرنلا ِفِ رلعْلا لثم نوكي نَأ كملحا ط َشَ نمَو
‘Illah adalah sesuatu yang menarik atau
mendatangkan pada adanya hukum.
كمحْلل ةبلالجا َ ِهِ رلعْلاَو
Hukum adalah sesuatu yang ditarik atau didatangkan keberadaannya oleh ‘illah.
لعلل بوللمجا وه كملحاو
[25]
18. Hukum Asal dan Istishab
Adapun hadzr (hukum haram)
dan ibahah (hukum boleh/mubah) itu terdapat ulama yang berpendapat bahwa;
segala sesuatu itu menetapi hukum haram kecuali terdapat dalil syariat yang
memperbolehkan.
لىع ءاي شالا نا لوقي نم سانلا نفم ةحبِالاو ضَّلحا ام أو ةعيشَّلا هتحبِا ام الا ضَّلحا
Dan (juga) terdapat ulama yang berpendapat dengan sebaliknya yakni, secara asal (hukum asal) segala sesuatu adalah boleh (ibahah) kecuali terdapat dalil syara’ yang mengharamkannya.
ءاي شالا فِ لصالا نا وهو هدضب لوقي نم سانلا نمو عشَّلا هضَّح ام الا ةحبِالا
Makna istishab al-hal adalah
memberlakukan hukum asal di saat tidak adanya dalil syar’inya.
مدع دنع لصالا بحصت سي نا لالحا باحصت سا نىعمو
عشَّلا ليللدا
[26]
19. Tartibul Adillah (Urutan Prioritas Penggunaan Dalil)
Adapun (mengenai) dalil-dalil itu harus didahulukan dalil yang jelas daripada dalil yang masih samar. (mendahulukan) Dalil yang berimplikasi pada keyakinan
daripada yang berimplikasi pada dugaan.
(mendahulukan) dalil nutq (yakni Al- Qur’an dan sunnah) daripada qiyas.
(mendahulukan) qiyas jali daripada qiyas khafi.
بجولماو فَخْلا لىع اَ ْنَِّم ّ ِلَجْلا مدقيَف رلَِّدَ ْلْا ام أَو لىع لعْلل
لىع ّ ِلَجْلا ساَيِقْلاَو ساَيقْلا لىع قطنلاو نظلل بجوُمْلا فَخْلا
Selanjutnya, apabila di dalam nutq (Al- Qur’an dan sunnah) terdapat dalil yang mengubah hukum pertama (maka yang dipakai adalah dalil nutq). Kecuali apabila tidak ditemukan dalil yang merubah hukum pertama pada nutq maka menggunakan dalil istishab al-hal.
لوَلْا يرغُي اَم ق ْطُّنلا ِفِ دجو ن اَف ِ لاَحْلا بحصت سيف رلِ
1ِ اَو
1 Pada cetakan lain menggunakan redaksi لصالا
[27]
20. Syarat menjadi Mufti
Termasuk dari syarat Mufti adalah menguasai (alim) fikih, yakni menguasai hukum asal, hukum cabang, perbedaan pendapat pada suatu hukum dan madzhab.
اًفلاخ اعرفو لاص أ هقفلبِ الماَع نوكي نَأ ِتِْفُمْلا ط َشَ نمَو ابهذمو
(Begitu juga syarat mufti adalah) ia harus sempurna perangkat dalam ber-ijtihad, mengetahui segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk menggali hukum yakni ilmu nahwu, ilmu lughah, pengetahuan mengenai para perawi hadis, tafsir ayat- ayat dan hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum.
ِفِ ِهْيَل ا جَتْيح اَمِب اًفِراَع داَ ِتِْج ِلِا ِفِ لََّ ْلْا لِم َكَ نوكي نَأَو ِ
نيوارلا لاجرلا ةفرعمو ةغللاو وحنلا نم م َكَْحَ ْلْا طابنت سا
اَيِْف ةَدِراَوْلا راَبْخَ ْلْاَو م َكَْحَ ْلْا ِفِ ةَدِراَوْلا ت َيَآ ْلْا ير ِسْفَتَو
[28]
21. Syarat Mustafti (Orang yang Meminta Fatwa) dan Taqlid
Sebagian dari syarat-syarat mustafti (orang yang meminta fatwa) adalah ia termasuk orang yang ahli taqlid (pengikut). Oleh karena itu, ia harus mengikuti fatwa-fatwa dari seorang mufti.
نَأ تِفت سلما طو ُ ُشَ نمَو ديِلْقرتلا له أ نم نوكي
لدقيف ،
ايتفلا فِ تِفلما
Orang alim (mujtahid) tidak boleh taqlid.
ّلدَقُي نَأ لماَعْلل َسْيَلَو
Taqlid adalah menerima pendapat
seseorang tanpa disertai dalil (hujjah).
ةرحج َلاِب لِئاَقْلا لوَق لوُبق ديلقتلاو
Berdasarkan pengertian ini, menerima perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut taqlid.
اديلقت ىمسُي لسَو ِهْيَلَع الله لىص ِبِرنلا لوَق لوُبق اَذَه لىعف
Sebagian ulama
mendefinisikan taqlid sebagai menerima pendapat seseorang, sementara Anda tidak mengetahui darimana perolehan pendapat tersebut.
نم يِر ْدَت َلِ تنَأَو لِئاَقْلا لوَق لوُبق ديِلْقرتلا َلاَق نم مُ ْنَِّمَو َلهاَق نْيَأ
Oleh karena itu, (berdasarkan definisi kedua ini) apabila kita mengatakan;
“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu berbicara berdasarkan qiyas”.
Maka menerima ucapan tersebut boleh dikatakan sebagai taqlid.
ِساَيِقْل ِبِ لوُقَي َن َكَ لسَو ِهْيَلَع الله لىص ِبِرنلا ن ا اَنْلُق ن ِ
ِ اَف
اديلقت له ْوَق لوُبق ىمسُي نَأ زوجيَف
[29]
22. Ijtihad dan Mujtahid
Adapaun ijtihad adalah mengerahkan segenap kemampuan untuk sampai ke tujuannya.
ضرغلا غولب فِ عسولا لذب وهف داتِجالا اماو
Kemudian, seorang mujtahid apabila ia sempurna perangkat ijtihad-nya, lalu melakukan ijtihad pada hukum-hukum cabang, kemudian ia benar (dalam ijtihad- nya) maka ia mendapatkan dua pahala.
عورفلا فِ دتِجا ناف داتِجالا فِ لَّالا لمكَ نكَ نا دتِلمجاف نارجا لهف باص أف
Lalu, apabila ia ber-ijtihad pada suatu hukum dan ia keliru (dalam ijtihad-nya), maka ia mendapatkan satu pahala.
رجا لهف أطخ أو ايْف دتِجا ناف
Sebagian ulama berpendapat;
setiap mujtahid pada masalah hukum cabang pasti benar.
بيصم عورفلا فِ دتِمج كل لاق نم منَّمو
Tidak diperbolehkan mengatakan:
“setiap mujtahid dalam masalah ushul kalam (ushul addin/ pokok agama) pasti benar”. Karena, hal tersebut memberikan label pembeneran pada orang-orang yang sesat seperti orang-orang Nasrani, Majusi, orang kafir dan kelompok-kelompok Ateis.
،بيصم ةيمكَللا لوصالا فِ دتِمج كل لاقي نا زويج لِو نلِ
ىراصنلا نم لَّلاضلا لها بيوصت لَا يدؤي لِذ نيدحللماو رافكلاو سولمجاو .
Dalil ulama yang berpendapat
setiap mujtahid dalam masalah hukum cabang benar adalah sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang siapa yang melakukan ijtihad, kemudian ia benar, maka ia berhak mendapatkan dua pahala. Dan barang siapa ber-ijtihad dan ia keliru, maka ia berhak mendapatkan satu pahala”.
لىص لهوق ابيصم عورفلا فِ دتِمج كل سيل لاق نم ليلدو نارج أ لهف باص أف دتِجا نم لسو هيلع الله نمو
دتِجا
دحاو رج أ لهف أطخ أو
Titik tekan dalil tersebut adalah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam satu kondisi beliau memberi penilaian
ةرتا دتِلمجا أطخ لسو هيلع الله لىص بِنلا نا ليللدا هجو
ىرخ أ هبوصو
.
[30]
salahnya mujtahid dan memberi predikat benar pada kondisi yang lain.
Wallahu a’lam bisshawab
Tammat
Alhamdulillah bi aunillah, wa assholatu wassalamu ‘ala Muhammad Rasulillah Semoga bermanfaat.