TUGAS MAKALAH SATUAN OPERASI DAN PROSES
“PENGECILAN UKURAN”
Kelas : L Oleh:
Dola Restiana (115101001111014) Erni Dwi Puji S (115101001111017) Nasrullah Jamaluddin (115101013111001) Ritawati Sinulingga (115101001111005) Fitri Puji Lestari (115101001111007)
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013
MESIN DAN SPESIFIKASI 1. Hammer Mills
Kegunaan dari alat hammer mills adalah untuk menghancurkan atau menepungkan produk biji-bijian industry pertanian dan perkebunan. Contohnya adalah Jagung, shorgum, gandum, lada, dan lain-lain sebagai pakan ternak.
Berikut adalah gambar dari hammer mills beserta fungsi dari bagian-bagiannya:
Keterangan :
a. Casing berfungsi melindungi berbagai komponen didalamnya dari deebu, panas matahari, air dan kotoran lainnya pada saat bekerja.
b. Rotor and rotor shaft berfungsi membentuk medan magnet pada kuku rotor
c. Hammer berfungsi member damapk pada obyek d. Grate berfungsi melembutkan beberapa bahan tertentu
2. Slicer
Merupakan alat yang berfungsi sebagai pemotong suatu bahan lunak maupun bahan keras. Terutama untuk memotong bahan hasil pertanian maupun
perkebunan. Berikut adalah gambar dari alat slicer beserta fungsi dari masing- masing bagiannya :
Keterangan :
a. Piece Holder berfungsi sebagai tempat pegangan b. Smooth Blade berfungsi memotong suatu bahan c. Main Body Base berfungsi dasar slicer
d. Leading Staff berfungsi sebagai penyangga pisau
e. Blade Holder berfungsi sebagai tempat untuk pegangan pisau f. Thickness Guide berfungsi sebagai panduan pengangan
g. Sliding Feed Table berfungsi sebagai tempat meletakkan bahan
h. On/off button berfungsi sebagai tombol untuk menyalakan dan mematikan mesin
3. Rasping
Merupakan alat yang berfungsi untuk melembutkan atau menghaluskan suatu bahan. Rasping biasanya hanya dapat diaplikasikan untuk bahan-bahan yang bersifat lunak atau semi lunak. Berikut adalah gambar alat rasping beserta fungsi dari masing-masing bagiannya :
Keterangan :
a. The feed throat berfungsi memperkenalkan materi pada jalur tangensial ke ruang comminuting
b. Blade Profile berfungsi membantu menentukan tingkat pengurangan didasarkan pada materi yang sedang diproses
c. Screen Type berfungsi membantu mengatur keluaran partikel dalam kisaran ukuran tertentu
d. Rotor Speed berfungsi bekerja dengan layar untuk mengatur keluaran partikel dalam rentang ukuran
4. Horizontal Roller Mills
Roller Mills merupakan alat yang digunakan untuk menggiling batu menjadi bubuk. Jika dilihat dari fungsinya alat ini memiliki fungsi hampir sama dengan Jaw chrusher yaitu memecah benda keras untuk menjadi bubuk.
Keterangan :
1. Bedplote berfungsi sebagai tempat kumparan diletakkan 2. Pecestols berfungsi penyangga rotor
3. Rotor berfungsi pemutar mesin
4. Driver berfungsi kendali dari headstock
5. Headstock with rotor berfungsi sebagai bagian atas mesin yang dilengkapi dengan rotor
6. Electric power cabinet with measuring unit berfungsi pusat dari listri yang dimiliki oleh mesin
7. Safety loop berfungsi alat untuk keselamatan mesin selama proses berlangsung
8. Roller Carriage berfungsi pemutar alat agar mesin dapat berjalan
CARA KERJA MESIN 1. Cara Kerja Hammer Mills
Hammer mill merupakan aplikasi dari gaya pukul (impact force). Prinsip kerja hammer mill adalah rotor dengan kecepatan tinggi akan memutar palu-palu pemukul di sepanjang lintasannya. Bahan masuk akan terpukul oleh palu yang berputar dan bertumbukan dengan dinding, palu atau sesama bahan. Akibatnya akan terjadi pemecahan bahan. Proses ini berlangsung terus hingga didapatkan bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian bawah alat. Jadi selain gaya pukul dapat juga terjadi sedikit gaya sobek.
Penggiling palu ( Hammer Mill ) merupakan penggiling yang serbaguna, dapat digunakan untuk bahan kristal padat, bahan berserat dan bahan yang agak lengket. Pada skala industri penggiling ini digunakan untuk lada dan bumbu lain, susu kering, gula dan lain-lain.
Bagian utama dari hammer mill adalah corong pemasukan, pemukul, corong pengeluaran, motor penggerak, alat transmisi daya, rangka penunjang dan ayakan :
— Corong pemasukan
Corong pemasukan terbuat dari plat esher 1.5 mm, bagian atas dari corong pemasukan berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 350 mm x 350 mm dan bagian bawahnya menyempit sampai 90 mm x 50 mm dengan kemiringan dinding corong 40o.
— Pemukul
Pemukul terbuat dari stainless steel. Pada bagian ini terdapat lima pasang pemukul yang juga terbuat dari bahan stainless steel. Ukuran pemukul adalah antara 100 mm x 25 mm x 5 mm dan pada kedua sisi pemukul dibuat tajam, hal ini bertujuan agar sisi pemukul yang satu dapat menggantikan sisi pemukul yang sudah tumpul dengan cara membalik posisi. Pemukul dipasang dengan posisi horizontal dengan jumlah lima pasang yang disatukan oleh empat buah poros yang terbuat dari stainless steel dengan berdiameter 10 mm dipasang vertikal.
— Saringan
Saringan yang digunakan pada hammer mill terbuat dari plat baja. Pada hammer mill saringan memegang peranan penting dalam menentukan besar
ukuran butir biji-bijian, saringan dapat diganti-ganti tergantung dati besar ukuran butir hasil gilingan yang dikehendaki.
— Corong pengeluaran
Corong pengeluaran terbuat dari plat esher 1.5 mm yang berbentuk kerucut terpancung pada posisi terbalik. Diameter corong adalah 550 mm dan diameter bawahnya adalah 120 mm.
— Ayakan
Alat ini berukuran 600 mm x 600 mm yang mana konstruksinya terbuat dari kayu dengan bentuk seperti trapezium dan kostruksi penyangga terbuat dari plat siku 25 mm x 25 mm x 2.5 mm dengan ukurannya sama dengan ukuran ayakan. Posisi ayakan ini adalah miring dengan kemiringan 10oC, ini bertujuan untuk memudahkan gerak dari transmisi yang menggerakkan ayakan dan mempercepat proses pengayakan.
— Motor penggerak
Motor penggerak yang digunakan adalah motor listrik dengan daya dan kecepatan putaran berturut-turut 1 hp dan 148 rpm. Motor tersebut dipasang pada dudukan yang terbuat dari baja plat 8 mm yang berukuran 250 mm x 147 mm yang dipasang dengan sebuah engsel. Fungsi engsel adalah jarak antara poros terhadap motor dengan poros utama dapat diatur untuk memperoleh tegangan sabuk yang diinginkan.
Menurut Smith (1955), tipe hammer mill dibedakan berdasarkan sifat dari gigi penggiling yaitu gigi penggiling dapat berayun bebas pada porosnya dan gigi penggiling tidak dapat berayun bebas pada porosnya (statis). Kedua tipe hammer mill tersebut dalam operasinya tidak mempunyai banyak perbedaan, yang penting diperhatikan adalah jumlah ketebalan dari gigi-gigi penggiling.
2. Cara Kerja Slicer
Mesin ini berfungsi sebagai pemotong daging ham/ daging asap & daging beku. Ketebalan bisa disetel sesuai dengan keinginan, tenaga penggerak menggunakan motor listrik. Bisa juga digunakan untuk memotong polongan adonan krupuk jenis tertentu. Kita tinggal meletakkan daging pada posisi yang disediakan, kemudian mengatur ketebalan yang dinginkan, lalu nyalakan mesin,
pisau akan berputar dan selanjutnya kita tinggal mendorong daging yang akan dipotong sesuai dengan jumlah yang dikehendaki.
3. Cara Kerja Rasping
Mesin ini bekerja dengan prinsip rotary. Poros dalam bentuk silinder yang berputar pada asnya, sedang benda kerja diam dengan tekanan tertentu akan maju diparut sampai habis. Hasilnya jauh lebih cepat dibanding dengan parut tradisional yang bekerja maju mundur.
Mesin parut ini bisa menggunakan penggerak diesel solar, diesel bensin atau elektro motor. Mesin dihidupkan, otomatis silinder parut akan berputar searah dengan putar mesin. Benda kerja/yang akan diproses dimasukkan pada inlet parut, dengan sedikit ditekan dengan dorongan benda yang akan diparut akan terjadi gesekan antara parut dengan barang yang diparut dan menghasilkan parutan yang jatuh dan keluar lewat corong outlet yang berada dibawahnya. Mesin ini bisa mengatur secara teratur.
4. Cara Kerja Horizontal Roller Machine
Mesin Horizontal Roller Machine merupakan mesin yang berfungsi untuk memberikan kekasaraan (roughness) pada work rolls, system kerja dari Horizontal Roller Machine ialah dengan cara menembak – nembakkan bahan ke permukaan work rolls, sehingga permukaan menjadi kasar. Sehingga dengan fungsi utama yaitu memberikan kekasaran pada work rolls tersebut, maka system kerja dari Horizontal Roller Machine tersebut ialah: bahan sisa dari proses sebelumnya akan diambil dengan mesin exhauster untuk diletakkan di suatu tandon, setelah bahan berada tandon, maka bahan akan dipisahkan dengan menggunakan mesin sweco separator, hasil dari mesin sweco separator ialah bahan yang tidak ada ampasnya, sehingga bahan tersebut akan diangkat dan diletakkan diatas Horizontal Roller Machine menggunakan mesin elevator , setelah berada ditandon, maka bahan hasil tersebut akan dibedakan partikelnya lagi mulai dari yang lembut, sedang maupun kasar, dan setelah dipisahkan, maka dari pengontrol mesin akan menentukan type bahan yang dipilih untuk memberikan kekasaran pada work rolls.
Setelah pemilihan selesai, maka yang selanjutnya ialah menentukan car mana yang digunakan untuk mengangkut work rolls, setelah car terpilih, maka
mesin akan bekerja dengan automatic, setelah itu memasukkan data yaitu nilai phases atau banyaknya car berjalan didalam mein. Setelah memasukkan phases, maka car akan masuk ke dalam Horizontal Roller Machine, dengan perhitungan delay dari limit switch, maka pintu dari Horizontal Roller Machine tersebut akan menutup sendiri, dan rotoblast siap proses dengan referensi data dari pasir besi yang telah ditentukan sebelumnya, setelah jumlah phases terpenuhi, maka mesin rotoblast akan mati sendiri, dan setelah itu pintu dari Horizontal Roller Machine kan membuka, dan car pembawa work rolls akan keluar, selama work rolls melewati pintu dari mesin shot blasting, maka kipas yang bertujuan untuk menghilangkan sisa – sisa dari bahan dan ampas yang masih melekat pada work rolls akan menyala, dan setelah car sampai pada tempat semula, baru car yang satunya dapat dijalankan, dan selama car belum sampai pada tempat semula, maka car yang satunya tidak akan dapat prosses.
PENERAPAN MESIN DALAM AGROINDUSTRI 1. Resume Jurnal Hammer Mills
Judul : UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob]
Oleh : Octa rahmadian1, Sugeng Triyono2, dan Warji3
Janggel jagung berpotensi sebagai campuran pakan ternak.Pemanfaatan janggel jagung sebagai campuran pakan ternak perlu dilakukan pengecilan ukuran
= menggunakan Hammer mill. Metode pengujian alat ini menggunakan perlakuan kecepatan putaran 800 rpm dan 1400 rpm, dengan ukuran saringan 1 cm. Pengujian ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan yang masing-masing ulangan menggunakan 5kg janggel jagung. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja mesin berdasarkan kecepatan putaran, keseragaman dan kapasitas yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil cacahan terbaik dengan kecepatan putar 400 rpm, hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut diperoleh hasil cacahan yang relatif sesuai dengan besar ukuran cacahan yang diinginkan yaitu 3 mm sampai dengan 7 mm. Persentase berat hasil cacahan yang diperoleh pada perlakuan putaran 1400 rpm adalah 45,57 %. Kapasitas kerja mesin terbaik diperoleh pada perlakuan putaran 800 rpm sebesar 15,62 kg/jam.
Peningkatan produksi ternak ruminansia menghadapi masalah ketersediaan pakan baik berupa hijauan maupun konsentrat. Produksi pakan hijauan menjadi lebih terbatas karena pertambahan penduduk yang membutuhkan lahan untuk pemukiman, perluasan lahan untuk produksi pangan dan pembangunan subsektor lainnya. Penyediaan pakan alternatif sebagai suplemen pakan hijauan diperlukan untuk menunjang keberlanjutan ketersediaan pakan. Pakan alternatif dapat dikembangkan dengan pemanfaatan limbah pertanian yang jumlahnya berlimpah.
Gambar 1. Hammer mill
Bahan janggel jagung diperoleh dari pertani pada kadar air kering giling (sekitar 14%).Peralatan lain yang digunakan antara lain: tachometer (untuk mengukur kecepatan Putaran mesin), stopwatch (untuk mengukur waktu), kWh meter (untuk mengukur konsumsi energi listrik) dan timbangan. Pengujian mesin dilakukan pada dua kecepatan putaran, yaitu 800 dan 1400 rpm, masing-masing dengan menggunakan bahan janggel jagung sebanyak 5 kg dan 3 kali pengulangan. Perubahan kecepatan putaran hammer mill dilakukan dengan cara dimana, Ka= kapasitas kerja alat (kg/jam); Bk= jumlah bahan yang digiling (kg) ; t = lama waktu penggilingan (jam).
Kapasitas kerja mesin dihitung dengan cara membandingkan antara total bahan yang digiling dengan lama waktu yang diperlukan dalam proses penggilingan. Lama waktu yang diperlukan untuk proses penggilingan diukur dengan menggunakan stopwatch. Pengukran waktu dimulai pada saat bahan mulai dimasukkan ke dalam hopper hingga semua bahan selesai diproses. Hammer mill digerakkan dengan menggunakan energi listrik. Energi listrik diukur dengan kWh meter selama proses penggilingan. Konsumsi energi listrik ditentukan dengan cara menghitung energi spesifik yaitu energi yang dibutuhkan untuk menggiling sebanyak 5 kg bahan janggel.
Cara kerja hammer mill adalah memukul objek yang digiling. Namun untuk benda yang ringan dan ulet seperti janggel jagung, reduksi ukuran diperkirakan akan sulit dilakukan dengan cara dipukul. Karena itu, pemasangan saringan di bagian pengeluaran dapat membantu menahan produk, sehingga reduksi ukuran dapat juga berlangsung melalui proses gesekan. Hal ini tampak dari distribusi ukuran hasil janggel giling yang lebih dari 50% berukuran kurang dari 7 mm, baik pada penggilingan dengan 800 rpm maupun 1400 rpm. Dengan proses pemukulan saja sulit untuk mendapatkan ukuran kecil/halus. Di sini, saringan tampak sangat berperan dalam menentukan ukuran janggel. Hal ini menjadi keuntungan bagi mesin giling tipe hammer yang memiliki gesekan cukup kecil (membutuhkan daya relatif lebih kecil) tetapi dapat menghasilkan gilingan yang cukup halus. Hal ini tidak terjadi pada mesin giling tipe piring /disc mill, yang gesekannya cukup besar sehingga memerlukan daya yang lebih besar.
Kesimpulan
Berat hasil yang diperoleh dari pencacahan bermacam-macam sesuai dengan ukuran saringannya, diperoleh persentase berat hasil cacahan pada perlakuan putaran 140 rpm adalah 45,57 %. Kapasitas kerja mesin terbaik diperoleh pada perlakuan putaran 800 rpm sebesar 15,16 Kg/jam. Kapasitas mesin pada putaran 800 rpm lebih banyak dibandingkan dengan putaran 1400 rpm, terjadi karena pada putaran 1400 rpm putaran mesin terlalu kencang sehingga bahan sulit masuk ruang penggilingan sehingga waktu yang diperlukan untuk penggilingan menjadi lebih lama. Pemakaian energi terbaik (hemat) diperoleh pada kecepatan 800 rpm yaitu 792,00 J/Kg.
2. Resume Jurnal Pemotongan (Slicer)
Judul : TEKNOLOGI PENGOLAHAN BAWANG MERAH
Oleh : Amawidah'W, mti I3ewayani1,c icul dm unumi' Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selaran
Balai Besar Penelitian dun Pengembangan Pasca Panen Pertanian
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada umumnya digunakan sebagai bumbu penyedap masakan sehari-hari dan sangat disukai karena bau dan aromanya yang khas. Komoditas ini dapat dijumpai dalam jumlah yang melimpah pada saat panen raya dengan harga yang relatif rnurah dan sebaliknya di luar musim harganya cukup tinggi. Penanganan pasca panen yang kurang baik pada saat produksi melimpah dapat mengakibatkan pembusukan ataupun pertunasan dini, selain itu dapat menimbulkan permasalahan pada persediaan bawang merah sepanjang musim. Olehkarena itu antisipasi terhadap peningkatan produksi bawang merah perlu dibarengi dengan peningkatan penanganan pasca panen, terutama dalam hal pengolahan guna memperpanjang masa simpan, dan mempertahankan mutu, menjamin kontinuitas stok bawang merah serta meningkatkan nilai ekonominya. Pengolahan bawang merah yang sudah dikenal dalam bentuk : tepung, irisan kering, bawang goreng dan acar. Proses pengolahan dapat dilakukan oleh petani sendiri ataupun industri khusus, baik dalam skala kecil (industri rumah tangga) maupun dalam skala besar (industri komersial).
Bawang merah (Allium ascalonicum L.), selain digunakan sebagai bumbu penyedap masakan karena bau dan aromanya yang khas juga digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan obat-obatan sehingga komoditas ini memegang peranan penting dalam perdagangan. Bawang merah memiliki daya adaptasi luas karena dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah ataupun di dataran tinggi dan dapat diusahakan pada lahan bekas sawah (tanaman padi) maupun pada lahan kering seperti tegalan, kebun dan pekarangan. Walaupun demikian bawang merah pada umumnya dibudidayakan di dataran rendah pada akhir musim hujan atau mush kemarau untuk lahan beririgasi teknis. Penanaman bawang merah di luar musim (musim hujan) banyak mendapat hambatan seperti melimpahnya air hujan yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman, kelembaban udara dan tanah yang cukup tinggi memberikan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme penyebab penyakit, dan budidaya bawang merah di luar musim memerlukan biaya produksi yang relatif tinggi.
Bawang merah yang akan diolah harus mempunyai bentuk yang seragam, bebas dari kerusakan karena penyakit maupun kerusakan mekanis. Untuk mendapatkan umbi yang bemutu, bawang merah harus dipanen pada tingkat ketuaan yang optimum. Tanaman bawang merah biasanya dipanen setelah telihat tanda-tanda seperti : pangkal daun bila dipegang sudah lemah, 70-80% daun berwarna kuning, umbi lapis kelihatan penuh berisi, sebagian umbi tersembul di atas permukaan tanah, sudah terjadi pembentukan pigmen merah dan timbulnya bau bawang yang khas yang ditandai dengan timbulnya warna merah tua atau merah kekuningan pada umbi dan daun bagian atas mulai rebah. Keadaan seperti ini biasanya diperoleh setelah tanaman berumur 60-70 hari di dataran rendah dan 80-100 hari di dataran tinggi. Pemilihan bahan dilakukan secara manual dengan memisahkan umbi yang sehat, umbi yang utuh dan menarik. Dan membuang umbi yang telah mengaIami kerusakan sekaligus mengelupas kulit umbi bagian luar yang kering dan membuang tanah yang
menempel pada umbi.
Pengupasan awal setelah panen bertujuan untuk menghilangkan bagian kulit, akar dan bagian atas "umbi, lalu dilakukan pencucian dengan air bersih
untuk menghilangkan kotoran. Pengupasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam untuk mencegah kerusakan jaringan bawang merah sehingga perubahan enzim dan penurunan rasa pedas dapat dikurangi. Pencucian pada bawang biasanya disatukan dengan pengupasan bila menggunakan ""Fame Peeling", sebelumnya bawang dipanaskan pada suhu 90 OF (32OC)sampai 100°F (38OC) kemudian dicuci dengan menggunakan "'Brush Spray Washer" untuk menghilangkan akar, kulit dan bagian atas bawang. Bawang merah setelah dicuci, ditiriskan, agar air terpisah dari bahan.
Untuk mengiris bawang merah digunakan pisau stainless yang tajam dengan irisan membujur. Untuk menghasilkan partikel yang relatif berukuran lebih kecii dari produk dehidrasi (dalam bentuk bubuk yang sensitif terhadap panas maka sangat praktis memperkecil bentuk dalam irisan-irisan tipis. Pada pembuatan tepung bawang merah dari varietas Sumenap dan Bima menunjukkan bahwa nilai VRS (zat volatile), rendemen tepung, nilai kelarutan dan warna tepung bawang merah terbaik diperoleh pada perlakuan varietas Sumenep dengan total pengirisan 1-3rpm dengan suhu pemanasan 60°C, sedangkan aroma tepung bawang merah yang disukai panelis pada perlakuan varietas Bima dengan tebal pengirisan 1-3 rpm dan suhu pengeringan 7 0°C.
Setelah bawang merah diiris, direndam dalam larutan Na2S205 (natriumMetabisulfit) dengan konsentrasi 500 ppm - 1.500 pprn selama 5-10 rnenit. Peranan senyawa sulfit dalam bahan pangan adalah sebagai antioksidan, mencegah kerusakan vitamin C, juga dapat memucatkan warna alami pangan, menghambat reaksi pencoklatan enzimatis dan nonenzimatis. Disamping itu penambahan senyawa sulfit dapat meningkatkan daya perlindungan terhadap reaksi pencoklatan yang sering terjadi pada bahan yang dikeringkan. Warna merupakan salah satu atribut kualitas yang paling penting untuk semua produk segar maupun olahan. Warna sangat mempengaruhi tingkat penerirnaan konsumen, walaupun warna kurang berhubungan dengan nilai gizi, bau ataupun fungsi lainnya. Perlakuan perendaman bawang merah dalam larutan Na2S205 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai warna tepung, akan tetapi panelis cenderung menyukai warna tepung bawang merah yang diberi perlakuan perendaman 500 ppin selama 5 menit. lrisan bawang merah ditaburkan dalam
loyang, dikeringkan dalam oven dengan suhu 60°C selama 24 jam. Faktor yang mempengaruhi kandungan air tepung bawang merah antara lain adalah suhu pengeringan, tebal irisan bawang dan lama pengeringan. Bila dilihat dari komposisi kimia yang terkandung dalam bawang merah ternyata kandungan air merupakan komposisi terbesar yaitu 81,02% dan setelah dikeringkan pada suhu 60°C selarna 24 jam dengan ketebalan irisan 1 mm menghasilkan tepung dengan kadar air 6,96%. Kadar air tepung bawang merah juga dipengaruhi oleh perlakuan perendaman irisan bawang merah dengan larutan Na2S205 sebelum dikeringkan.
Irisan bawang merah yang direndam dalam larutan Na2S2O5 menghasilkan tepung dengan kadar air terkecil (4,7%) apabila digunakan konsentrasi 1.500 ppm dengan lama perendaman 15 rnenit. Selanjutnya dikatakan bahwa pembuatan tepung bawang merah dengan konsentrasi Natrium metabisulfit 500 ppm dengan lama perendaman 1o menit merupakan perlakuan terbaik dilihat dari segi kadar volatile reducing substance (VRS) tinggi (3 1,15 mikrogrek/g), kadar air rendah (4,8 %), kadar abu cukup rendah (2,03 %) dengan penilaian aroma cukup disukai.
Kornposisi kimia bawang merah segar, tepung bawang merah tanpa perlakuan perendaman Natrium metabisulfit dan dengan perlakuan perendaman Natrium metabisulfit konsentrasi 500 ppm selama 10 menit dari kultivar Sumenep.
Irisan bawang merah yang telah kering digiling dengan menggunakan grinder. Untuk mendapatkan tepung bawang merah yang halus, dilakukan penyaringan dengan ukuran 60 mesh. Seperti halnya pada pembuatan tepung bawang merah, psosedur pengolahan dimulai dengan pemilihan bahan, pengupasan, pengirisan, perendaman dan pengeringan. Irisan-irisan bawang yang dikeringkan selanjutnya dipisahkan dalam berbagai bentuk dan ukuran, kemudian pengemasan dan penyimpanan. Proses pembuatan irisan bawang merah kering dengan menggunakan Natrium bisulfit dan Natrium khlorida.
3. Resume Jurnal Pemarutan (Rasping)
Judul : PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PENGOLAHAN SAGU
DI PROVINSI PAPUA UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN DAN DISVERSIFIKASI PANGAN
Oleh : Aceng Kurniawan1), Darma1) dan P. Istalaksana1) Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua (UNIPA)
Jl. Gunung Salju – Amban, Manokwari Papua Barat 98314 Telp. (0986) 212095
e-Mail: [email protected] Disajikan 29-30 Nop 2012
Potensi sagu di Propinsi Papua dan Papua barat sekitar 4.75 juta ton pati kering setiap tahunnya, namun realisasi produksinya hanya sekitar 200 ribu ton.
Rendahnya produksi ini terutama disebabkan karena sebagian besar pengolahan sagu oleh masyarakat dilakukan secara tradisional, dengan sarana produksi yang masih tradisional dengan kapasitas pengolahan sangat rendah. Kegiatan Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek ini akan meningkatkan kapasitas pengolahan sagu dengan penggunaan alat pemarut dan alat ekstraksi pati sagu.
Hasil dari kegiatan ini dapat meningkatkan kapasitas produksi pati sagu, meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.
Sekitar 48 % dari total areal sagu dunia atau kira-kira 994.000ha berada di Propinsi Papua dan Papua Barat. Diperkirakan potensi sagu di Propinsi paling timur ini sekitar 4.75 juta ton pati kering setiap tahunnya, namun realisasi produksinya hanya sekitar 200 ribu ton. Ini berarti 4.55 juta ton pati kering terbuang percuma karena tidak sempat dipanen. Rendahnya produksi ini terutama disebabkan karena sebagian besar pengolahan sagu oleh masyarakat dilakukan secara tradisional, dan juga karena lokasi areal sagu umumnya daerah marginal dengan kondisi geografi dan demografi tidak menunjang serta sarana produksi yang masihtradisional dengan kapasitas pengolahan sangat rendah.
Pelaksanaan kegiatan difusi pengembangan agroindustri pengolahan sagu di Propinsi Papua Barat untuk mendukung ketahanan dan diversifikasi pangan ini terdiri dari serangkaian Kegiatan yaitu diawali dengan pembelian bahan dan alat untuk pembuatan alat pengolahan sagu, pembuatan alat pengolahan sagu, transportasi peralatan ke lokasi kegiatan, setting peralatan, difusi dan alih teknologi (pelatihan pengoprasian danperawatan), produksi pati sagu, dan monitoring serta evaluasi. Seluruh kegiatan saling terkait dan merupakan suatu rangkaiaan terpadu. Difusi dan alih teknologi dilakukan dengan metode kerjasama
melalui pelatihan penggunaan alat produksi sagu yaitu alat pemarut sagu dan alat ekstraksi pati sagu pada masyarakat mitra.
Alat Pemarut ini merupakan hasil penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi yang dibiayai oleh DIKTI. Alat ini bersifat tepat guna (appropriate) yang sebagian besar bahan yang digunakan untuk pembuatannya tersedia di pasaran lokal. Alat pemarut ini terdiri dari 4 bagian utama yaitu: (1) Rangkautama (frame), (2) Motor penggerak (berupa motor bakar bensin 5.5 HP), (3) Mekanisme pengumpan, dan (4) silinder pemarut. Untuk mencegah hasil parutan tersebar kemana-mana dibuat penutup piringan baik pada bagian atas maupun pada bagian bawah. Bagian fungsional (process system) dari alat pemarut berupa silinder pemarut yang berfungsi untuk memarut / memotong /menghancurkan empulur batang menjadi partikel-partikel yang cukup halus sehingga pati yang terdapat dalam empulur dapat dipisahkan pada proses lebih lanjut. Alat ekstraksi pati ini merupakan hasil penelitian Hibah kompetitif Sesuai Prioritas Nasional. Prinsip kerja dari alat ini mengkombinasikan peremasan dan pengadukan sehingga melepaskan pati dari ampas dan tersus pensike dalam air untuk kemudian dipisahkan dari ampas melalui saringan. Bagian fungsional alat ini berupa tabung ekstraksi bersirip yang dilengkapi dengan pengaduk dan penyaring pada dasar tabung. Proses pengadukan dan penyaringan berlangsung secara simultan dalam 1 unit operasi yang sama sehingga konstruksialat lebih sederhana.
Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna potensinya. Alih teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya. Difusi dan alih teknologi pada kegiatan ini dilakukan melalui kerjasama Instalasi alat dan fasilitas pendukungnya di lokasi kegiatan dan pelatihan penggunaan alat, baik itu alat pemarut empelur sagu maupun alat ekstraksi pati sagu. Beberapa tahapan kegiatan difusi dan alih teknologi.
4. Resume Jurnla Horizontal Roller Machine
Judul : Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam Menunjang Sistem Agroindustri di Pedesaan
Oleh : Sri Widowati
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor
Beras merupakan komoditas yang sangat penting di Indonesia. Betapa pentingnya beras bagi kehidupan bangsa Indonesia, dapat dikaji peranannya dalam aspek budaya, sosial, ekonomi,bahkan politik. Produksi, prosesing, dan distribusi beras merupakan salah satu sumber pendapatan dan tenaga kerja yang besar dalam perekonomian Indonesia. Beras dikonsumsi oleh lebih dari 40%
penduduk Indonesia. Konsumsi beras per kapita meningkat tajam dari 110 kg pada tahun 1968 menjadi 146 kg pada tahun 1983 dan kenaikan tampak lamban setelah tercapai swasembada beras. Beberapa hal yang memacu peningkatan kebutuhan beras, yaitu peningkatan konsumsi per kapita, peningkatan populasi dan perbaikan ekonomi yang mendorong bergesernya pola makan dari nonberas ke beras. Pada tahun1992-1996 konsumsi beras sekitar 150 kg/kapita/tahun dan terdapat sedikit penurunan sejak terjadi krisis multidimensional tahun 1998. Fakta di lapang menunjukkan bahwa laju peningkatan produksi beras cenderung rendah setelah tercapainya swasembada beras tahun 1984, bahkan mulai tahun 1994 negara kita menjadi pengimpor beras lagi. Saat ini, laju peningkatan produksi beras hanya 50% dari laju pertambahan penduduk.
Dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh hasil samping berupa
(1) sekam (15-20%), yaitu bagian pembungkus/kulit luar biji, (2) dedak/bekatul (8-12%) yang merupakan kulit ari, dihasilkan dari proses penyosohan, dan (3) menir (±5%) merupakan bagian beras yang hancur. Apabila produksi gabah kering giling nasional 49,8 juta t/tahun (pada tahun1996), maka akan diperoleh sekam7,5-10 juta ton, dedak/bekatul 4-6juta ton, dan menir 2,5 juta ton.
Pemanfaatan hasil samping tersebut masih terbatas, bahkan kadang-kadang menjadi limbah dan mencemari lingkungan terutama di sentra produksi padi saat panen musim penghujan. Hasil samping tersebut sebenarnya mempunyai nilai
guna dan ekonomi yang baik apabila ditangani dengan benar sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dalam sistem agroindustri padi dipedesaan.
Penggilingan dengan kapasitas besar dan kontinu, umumnya menghasilkan beras dengan mutu bagus dan rendemen beras keseluruhan tinggi (63-67%).
Penggilingan kapasitas besar biasanya dilengkapi dengan grader, sehingga menir langsung dipisahkan dari beras kepala. Ditinjau dari menir yang terpisahkan, maka dari sistem penggilingan ini diperoleh menir bermutu baik dengan jumlah yang banyak (3-5%). Bekatul yang dihasilkan dari sistem penggilingan ini mutunya kurang baik, karena masih tercampur dengan dedak dan serpihan sekam.
Penggilingan padi skala sedang, dengan sistem semi kontinu maupun diskontinu akan menghasilkan bekatul dengan jumlah cukup banyak dan mutu baik. Hal ini karena bekatul, yang dihasilkan dari mesin sosoh kedua, terpisah dengan dedak, yang dihasilkan dari mesin sosoh pertama. Apabila bekatul akan digunakan sebagai bahan pangan, maka sebaiknya hanya diambil dari hasil mesin sosoh kedua, karena tidak lagi tercampur dengan dedak (bekatul kasar) dan serpihan sekam. Penggilingan padi skala kecil, yang hanya menggunakan satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit mesin sosoh umumnya menghasilkan bekatul dengan mutu kurang baik dan jumlah sedikit.
Berdasarkan teknik penggilingannya, penggilingan padi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penggilingan kontinu, semi kontinu, dan diskontinu. Sistem penggilingan kontinu ialah sistem penggilingan di mana seluruh tahapan proses berjalan langsung/ban berjalan. Mesin ini sangat lengkap, terdiri dari mesin pembersih gabah, pemecah kulit, pengayak beras pecah kulit (paddy separation), penyosoh (polisher), dan ayakan beras (grader). penyosohannya masih manual.
Umumnya sistem ini terdapat pada PPS. Pada sistem diskontinu seluruh proses dilakukan secara manual, umumnya digunakan pada PPK.
Sistem penggilingan padi berpengaruh terhadap mutu beras maupun hasil sampingnya. Mesin pemecah kulit menggunakan rubber roll yang berputar berlawanan arah, masing-masing ke arah dalam. Jarak antar rol dan kecepatan putar akan berpengaruh terhadap tingkat kesempurnaan pengupasan sekam dan keretakan beras pecah kulit. Tipe mesin penyosoh berpengaruh terhadap mutu fisik beras.
Dalam mutu giling beras, dikenal tiga tingkatan ukuran beras, yaitu (1) beras kepala, mempunyai ukuran lebih besar atau sama dengan 2/3 panjang beras, (2) beraspatah 1/3-2/3 panjang beras, dan (3) menir, yaitu patahan beras berukuran kurang dari 1/3 bagian. Di Karawang dan Bekasi dikenal dua macam menir, yaitu menir kasar (bagian dari beras giling) dan menir halus atau disebut jitai, yaitu bagian beras dengan ukuran sangat kecil, yang ikut tersosoh dan keluar bersama- sama bekatul. Jitai dipisahkan dari bekatul dengan cara diayak dan dimanfaatkan sebagai pakan bebek/ayam. Menir kasar juga dimanfaatkan sebagai pakan unggas dan bahan baku makanan tradisional. Agar nilai sosial ekonomi dan gunanya meningkat maka menir harus diproses lebih lanjut sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku produk pangan. Masyarakat mempunyai anggapan bahwa menir merupakan beras bermutu rendah, sehingga hanya dikonsumsi oleh masyarakat strata sosial rendah. Namun, jika diproses, misalnya menjadi tepung dan diolah lebih lanjut menjadi produk makanan, maka status sosialnya meningkat karena produk tersebut dikonsumsi oleh segala lapisan masyarakat. Pengolahan menir menjadi produk lanjutan akan meningkatkan nilai guna dan ekonominya.
PENGGUNAAN MESIN DALAM PABRIK
1. LAPORAN PKL Di PT. ALU AKSARA PRATAMA MOJOKERTO Judul : Pengendalian Mutu Produk Akhir Pada Produksi
Tepung Beras Rose Brand Nama : Asri Prayuliani
NIM : 0211030013
Jurusan : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian
Universitas : Universitas Brawijaya
Pada pabrik ini penerapan konsep pengecilan ukuran diaplikasikan pada proses penggilingan. Alat yang digunakan pada proses penggilingan ini adalah hammer mill dengan dua jenis screen berbeda yaitu 80 mesh dan 100 mesh.
Hammer mill ukuran screen 80 mesh digunakan untuk menggiling beras tahap 1 sehingga dapat menghasilkan cairan tepung 80 mesh. Sedangkan hammer mill ukuran screen 100 mesh digunakan untuk menggiling beras tahap 2 sehingga dapat menghasilkan cairan tepung 100 mesh.
2. LAPORAN PKL Di PT. SURYA ABADI PERKASA PROBOLINGGO Judul : Pengendalian Mutu Bahan Baku Pada Pengalengan Jamur
Kancing (Agaricus pisporus) Nama : Wijayanti Oktavianasari
NIM : 0001113083
Jurusan : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian
Universitas : Universitas Brawijaya
Penerapan pengecilan ukuran pada pabrik digunakan pada roses slicing yang menggunakan alat slicer. Slicing bertujuan untuk mengiris jamur, alat yang digunakan adalah slicer. Ada 2 macam slicer yang digunakan di pabrik ini yaitu : Slicer I : untuk jamur fancy
Slicer II : untuk jamur non fancy
Jamur yang keluar dari grader dilakukan pengirisan, dimna pengirisan produk fancy dan nonfancy dilakukan masing – masing slicer. Guna slicer adalah untuk pengirisan jamur sehingga diperoleh hasil yang seragam.
3. LAPORAN PKL DI PABRIK TEPUNG TAPIOKA, PT. SARITANAM PRATAMA, KABUPATEN PONOROGO
Nama : Muhammad Annas
Nim : 0901110127
Jurusan : Teknik Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian Unversitas : Brawijaya
Ketela yang telah tercacah dengan bantuan screw conveyor masuk ke mesin pemarut (rasper). Di dalam rasper terdapat pemarut yang berputar dengan kecepatan tinggi. Dengan alat ini cacahan-cacahan ketela menjadi bubur pati. Untuk membantu proses di berikan air yang berasal dari proses ekstraksi pada Ekstraktor V. di PT. SARITANAM PRATAMA terdapat enam buah rasper untuk memenuhi kapasitas produksinya. Hasil parutan kemudian di tamping pada sebuah penampung dan siap di pompa menuju ekstraktor untuk dilakukan pemisahan serat kasar dengan cairan pati.
4. LAPORAN PKL DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, JAKARTA Judul : Manajemen Perawatan Fasilitas Produksi
Nama : Ichsan Kusuma Ismail
Nim : 0211030038
Jurusan : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian
Unversitas : Brawijaya
Horizontal roller machine merupakan mesin yang digunakan dalam proses penggilingan atau milling gandum. Berfungsi untuk memecah dan mereduksi gandum menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Mesin ini memiliki kapasitas yang tinggi dengan output yang tinggi, dirancang secara otomatis dan dapat dioperasikan secara computerize. Di dalam mesin ini terdapat dua buah roller dengan kecepatan berputar yang berbeda, sehingga
gandum dapat tergilas sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing dihubungkan pada as (poros) sendiri-sendiri. Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan lainnya diam, tapi karena adnya material yang masuk dan pengaruh silinder lainnya maka silinder ini ikut berputar juga. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan arah sehingga material yang ada diatas roll akan terjepit dan hancur.
Bentuk dari roll crusher ada dua macam, yaitu : a. Rigid Roll
Alat ini pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas, sehingga kemungkinan patah pada poros sangat besar. Roll yang berputar hanya satu saja, tapi ada juga yang keduanya berputar.
b. Spring Roll
Alat ini dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan porosnya patah sangat kecil sekali. Dengan adanya pegas maka roll dapat mundur dengan sendirinya bila ada material yang sangat keras, sehingga tidak dapat dihancurkan dan material itu akan jatuh.
Kapasitas roller tergantung pada kecepatan roler, lebar permukaan roller, diameter dan jarak antara roller yang satu dengan lainnya. Roller biasanya digunakan untuk batuan lunak seperti shale, lempung dan material lengket sampai setengah keras. Hancurnya material dalam roll crushing dibedakan menjadi :
a. Choke Crushing
Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll tetapi juga aoleh sesama material
b. Free Crushing
Yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll.
Kecepatan crushing tergantung pada kecepatan pemberian umpan (feed rate) dan macam reduksi yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Annas, Muhammad. 2003. Laporan PKL di Pabrik Tepung Tapioka Sari Tanam Pratama Kabupaten Ponorogo . Malang : Universitas Brawijaya
Darmawidah, Wanti Dewayani, Cicu dan E.Y Purwani. 1995. Teknologi Pengolahan Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Halaman 628 – 636.
Ismail, Ichsan Kusuma. 2006. Laporan PKL Manajemen Perawatan Fasilitas Produksi Laporan PKL di PT. Indofood Sukses Makmur Jakarta . Malang : Universitas Brawijaya
Kurniawan, Aceng, Darma dan P. Istalaksana. 2012. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PENGOLAHAN SAGU DI PROVINSI PAPUA UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN DAN DISVERSIFIKASI PANGAN.
Universitas Negeri Papua. Volume 0144 Halaman 214- 216.
Oktavianasari, wijayanti. 2003. Laporan PKL Pengendalian Mutu Bahan Baku Pada Pengalengan Jamur Kancing (Agaricus pisporus) Di PT. Surya Abadi Perkasa Probolinggo . Malang : Universitas Brawijaya
Prayuliani, asri. 2005. Laporan PKL Pengendalian Mutu Produk Akhir Pada Produksi Tepung Beras Rose Brand Di PT. Alu Aksara Pratama Mojokerto. Malang : Universitas Brawijaya
Rahmadian, Octa, Sugeng Triyono, dan Warji. 2012. UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob. Universitas Lampung. Volume 1 Nomer 1 Halaman 11 – 16.
Widowati, Sri. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam Menunjang Sistem Agroindustri di Pedesaan. Bogor : Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Volume 4 Nomor 1 Halaman 33 – 38.
LAMPIRAN