• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Zaman Megalitikum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Zaman Megalitikum"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Zaman Megalitikum

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt dan dengan rahmat dan karunianya, Makalah “Zaman Megalithikum” ini dapat kami buat. Sebagai bahan tugas mata pelajaran sejarah kami dengan harapan dapat diterima secara baik.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran sejarah. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap makalah ini biasa bermanfaat bagi semua siswa/i Indonesia

Bandung, 30 Januari 2013

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Masalah BAB II PEMBAHASAN

Tradisi megalithikum yang ada di Indonesia Penggolongan Zaman Megalithikum

Benda-Benda Megalitikum yang ada di Purbalingga

Fungsi dari Benda-Benda Peninggalan pada masa Megalitikum di Purbalingga BAB II PENUTUP

Kesimpulan Lampiran

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang,

Salah satu peninggalan benda pada masa megalitikum ialah di wilayah jawa tengah yang tepatnya adalah di daerah purbalingga, dimana purbalingga adalah adalah suatu kabupaten di jawa tengah, terletak kira-kira 100 km di sebelah barat kota yogyakarta. Daerah ini ternyata mempunyai potensi yang besar dalam bidang kepurbakalaan, terbukti banyaknya peninggalan prasejarah.

(4)

mengacu pada uraian diatas kelompok kami membuat judul makalah “Fungsi benda peninggalan megalitik di purbalingga’’

B.Rumusan Masalah

Bagaimana Tradisi megalithikum yang ada di Indonesia?

Apa saja benda-benda megalitikum yang ada di purbalingga ?

C.Tujuan Masalah

Untuk Mengetahui Tradisi Megalithikum Di Indonesia.

Untuk mengetahui benda-benda peninggalan megalitik di purbalingga.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A.Tradisi megalithikum yang ada di Indonesia

Bangunan-bangunan megalithikum itu tersebar luas didaerah asia tenggara. disini tradisi yang berhubungan dengan pendirian bangunan megakithikum ini sekarang sebagian sudah musnah dan ada yang masih berlangsung. (Poesponogoro.`1992:205)

Menurut peneliti arkeologi terbukti bahwa pengertian kebudayaan megalitik tidak hanya dihubungkan dengan penggunaan batu besar, tetapi penggunaan batu kecil pun bahkan kayu dianggap peninggalan megalitik apabila fungsinya berkaitan dengan pemujaan arwah luhur dan upacara kesuburan.

(6)

moyangnya. Kadang kala kalau melihat pohon besar, tinggi dan rimbun, manusia merasa ngeri. Manusia purba ini kemudian berkesimpulan bahwa kengerian itu disebabkan pohon itu ada mahluk halus yang menghuninya. Begitupun terhadap batu besar serta binatang besar yang menakutkan.

Kekuatan alam yang besar seperti petir, topan, banjir dan gunung meletus dianggap menakutkan dan mengerikan sehingga mereka memujannya. Selain memuja benda-benda dan binatang yang menakutkan dan dianggap gaib, manusia purba juga menyembah arwah leluhurnya. Mereka percaya bahwa roh para nenek moyang mereka tinggal di tempat tertentu atau berada di ketinggian misalnya di atas puncak bukit atau puncak pohon yang tinggi. Untuk tempat turunnya roh nenek moyang inilah didirikan bangunan megalitik yang pada umumnya dibuat dari batu inti yang utuh, keudian diberi bentuk atau dipahat sesuai dengan keinginan atau inspirasi. Bangunan megalitik hampir semuanya berukuran besar

B.Penggolongan Zaman Megalithikum

Zaman megalithikum dibagi menjadi dua gelombang yaitu :

(7)

Baik teori-teori yang terdahulu maupun yang diajukan kemudian oleh Von Heine Geldren telah diterima oleh sebagian besar para ahli. Pada pembedahan antara megalithikum tua dan megalithikum muda, Von Heine Geldren memasukkan megalithikum tua kedalam Neolithikum. Tradisi ini didukung oleh para pemakai bahasa Austronesia yang menghasilkan alat-alat beliung persegi dan mulai pula membuat benda atau bangunan yang disusun dari batu besar,seperti dolmen,undak batu,limas (piramid) berundak dan pelinggis. Penelitian lebih lanjut yang bertolak dari gagasan kosmo-magis mengungkapkan unsure-unsur yang lebih asli lagi seperti antara lain tembok batu dan jalan batu.

(8)

Sementara itu Pendirian candi-candi di Indonesia merupakan refleksi kelanjutan tradisi megalithikum ini. Tentang gejala-gejala ini Von Heine Geldren telah memberikan pandangannya. Sebelum itu tak seorang pun mengemukakan pengertian-pengertian yang di tunjukkan pada tradisi megalithikum, selain dari yang berkisar dari corak dan sifat yang “oud-anheemschoer-indonesisch,ataupun “prehindoeistisch”Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa tradisi megalithikum ikut menentukan bentuk-susunan percandian di Indonesia. Tradisi megalithikum telah secara formal mencampurkan diri dalam seni bangunan maupun seni pahat Jawa-Hindu dan bahwa penggunaan bangunan berundak yang di hubungkan dengan pemujaan merupakan campuran pandangan masyarakat Indonesia asli dengan siwaisme (Poesponogoro dan Notosusanto.1992:206-211)

(9)

Guna menunjukkan letak yang ada di atas itu, tidak jarang sebuah menhir didirikan diatas sebuah bangunan berundak-undak, yang melambangkan tingkatan-tingkatan yang harus dilalui guna mencapai tempat yang tertinggi. Banyak pula kalanya bahwa menhir itu sudah tidak dinyatakan lagi, dan bahwa sebagai lambang dari alam pikiran yang demikian itu cukuplah didirikan punden berundak-undak saja, sedangkan sering pula terjadi bahwa roh nenek moyang itu dinyatakan dalam patung-patung. .(Soekmono.1973:76-78)

C.Benda-Benda Megalitikum yang ada di Purbalingga

Bangunan Berundak

Tinggalan bangunan berundak di temukan sejumlah 6 buah, yaitu situs batur, gampingan, Karanganyar, Kauman, Tegalsari, dan sura. Bangunan berundak pada situs – situs tersebut memiliki cirri yang hamper sama yaitu berundak gasal, berdenah persegi, berpagar dan berpintu serta memiliki objek utama di undakan teratas. Orientasinya menuju kearah utara ( situs Bature kauman ) dan sisanya ke arah barat atau puncak gunung slamet. Lihat gambar 1.

Menhir

(10)

temuan, menhir tersebut di kelompokan menjadi 3, yaitu menhir yang berada di situs penguburan sejumlah 53 buah, di situs pemujaan 13 buah, di pemukiman penduduk 5 buah. Menhir di situs penguburan ditemukan berjajar dengan posisi utara – selatan dan berfungsi sebagai nisan kubur. Di situs pemujaan berada di konteks dengan punden berundak, lumping batu, batu altar, dan batu dakon. Sedangkan di pemukiman penduduk tidak memiliki konteks dengan bangunan megalitik lainnya. Lihat gambar 1.

Lumpang Batu

Di purbalingga di temukan 3 buah lumpang batu yaitu di ditus batu putih, Gempingan, dan karang anyar. Ketiga lokasi tersebut merupakan lahan pertanian dan berdekatan dengan air. Lumpang batu merupakan benda yang dianggap sacral.

Phallus

Phallus di Purbalingga di temukan sebanyak 3 buah, yaitu di situs kemangkon, sura dan bandingan. Phallus adalah benda peninggalan megalitik yang terbuat dari batu berbentuk lonjong dimana pada salah satu ujungnya dipahatkan bentuk alat kelamin laki – laki, menurut kepercayaan masyarakat megalitik, organ tubuh manusia dianggap memiliki kekuatan gaib dan alat kelamin merupakan objek yang paling kuat mengandung kekuatan gaib tersebut.

Kubur Batu

(11)

Tanda kubur berupa dua buah menhir yang ditanam dengan orientasi arah utara – selatan

Dalam budaya megalitik di Indonesia di kenal berbagai system penguburan, antara lain dengan menggunakan wadah kubur dan tanpa wadah kubur. System penguburan yang digunakan oleh masyarakat megalitik di Purbalingga adalah penguburan tanpa wadah dengan tanda kubur berupa menhir. Lihat gambar 1.

Batu Dakon

Batu dakon di wilayah Purbalingga di temukan sebanyak 2 buah, yaitu situs kaum dan situs kualitas. Sampai saat ini dakon tersebut masih di keramatkan dengan pemberian sensasi. Bahkan di situs kauman, dakon merupakan objek pemujaan utama pada undakan teratas. Penempatan ini menandakan kesakralan

Dolmen

Dolmen adalah peninggalan megalitik yang bentuknya menyerupai meja batu yang terdiri dari bongkahan batu yang di tompangi empat buah batu yang salah satu ujungnya ditanam di bawah tanah. Di Purbalingga hanya di temukan satu buah. Lihat gambar 1.

D.Fungsi dari Benda-Benda Peninggalan pada masa Megalitikum di Purbalingga

Punden Berundak

(12)

Menhir

Berdasarkan konteks temuan maka dapat disimpulkan bahwa fungsi menhir di Purbalingga adalah sebagai tanda kubur dan media pemujaan. Dalam pengertian umum biasanya menhir dianggap berfungsi untuk menghormati seorang tokoh baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal

Lumpang batu

Lumpang batu pada umumnya merupakan komponen penting dalam masyarakat agraris, yaitu berfungsi praktis sebagai alat atau wadah menumbuk padi atau biji – bijian. Dalam konteks megalitik di Purbalingga benda ini berubah menjadi benda sacral, yaitu sebagai sarana upacara pemujaan. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa lumping batu berfungsi sebagai symbol dari suatu pengharapan akan kesuburan bagi hasil pertanian.

Phallus

Fungsi phallus dikaitkan dengan fungsi alat reproduksi manusia yaitu sebagai sarana upacara kesuburan.

Kubur batu

Sebagai wadah kubur. Batu dakon

Kesakralan dan penempatannya yang berada di dekat air merupakan indicator bahwa benda ini berfungsi sebagai sarana pemujaan terhadap air pada upacara kesuburan.

(13)

Fungsi dolmen berkait dengan upacara pemujaan sebagai tempat meletakan sesaji.

BAB II PENUTUP

A.Kesimpulan

Kabupaten Purbalingga, adalah sebuah kabupaten di provinsi jawa tengah Indonesia. kabupaten ini terletak kira-kira 100 km dari yogyakarta. Kabupaten Purbalingga merupakan kabupaten kecil akan tetapi terdapat banyak Peninggalan Megalitikum nya.

(14)

Sementara itu untuk Benda-benda Peninggalan Masa prasejarah Zaman Megalitikum di Purbalingga terdapat : Batu Tegak (Menhir), Dolem, Batu Dakon, Meja Batu, Lumpang Batu, Arca Batu, Batu Lonjong.

Referensi

Dokumen terkait