MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
LAPORAN TUGAS AKHIR
diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Arsitektur konsentrasi Teknik Arsitektur S-1
Oleh :
R. Arry Swaradhigraha
(1106252)
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia
Oleh
R. Arry Swaradhigraha
Sebuah laporan Tugas Akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan
© R. Arry Swaradhigraha 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Laporan Tugas Akhir ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
R. ARRY SWARADHIGRAHA
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Drs. R. Irawan Surasetja, MT. NIP. 196002051987031003
Pembimbing II
Trias Megayanti, S.Pd.,MT. NIP. 198210082014042001
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Teknik Arsitiektur
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir yang berjudul “Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian
didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari
pihak laini terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, September 2015
Yang membuat pernyataan,
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir dan laporan tugas akhir
sehingga dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr.Eng Usep Surahman selaku ketua Departemen Pendidikan Teknik
Arsitektur FPTK UPI.
2. Ibu Dr.Eng Beta Paramita selaku ketua Program Studi Teknik Arsitektur.
3. Drs. R. Irawan Surasetja M.T selaku pembimbing 1, yang telah membimbing
saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir dan memberikan banyak ilmu kepada
saya.
4. Trias Megayanti S.Pd, M.T selaku pembimbing 2, yang telah membimbing saya
dan memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
5. Keluarga saya, dalam hal ini Ayah dan Ibu, kakak saya yang selalu memberikan
motivasi dan membimbing saya selama saya hidup.
6. Teman-teman dekat saya Teknik Arsitektur 2011 yang selalu memberikan
masukan kepada saya dan meluangkan waktunya untuk berdiskusi mengenai
laporan Tugas Akhir yang saya buat.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis, mohon maaf apabila tidak
dapat ditulis semua. Kepada pihak yang telah membantu, hanya balasan dari Tuhan
R. Arry Swaradhigraha, 2015
ABSTRAK
Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung merupakan media bagi masyarakat untuk memahami sejarah bangsanya melalui sebuah wisata edukasi. Dewasa ini masyarakat perlu digiring untuk merubah kebiasaan yang tadinya banyak menyukai wisata hiburan untuk lebih menyukai wisata yang bersifat edukasi. Hal ini menjadi sebuah kepentingan dalam hal membangun karakteristik bangsa yang unggul. Pada saat ini Indonesia hamper genap 70 tahun dalam usianya namun masih sulit menjadi bangsa yang maju. Dalam berbagai bidang Negara ini telah tertinggal dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Melalui sejarah kita dapat mengambil suatu pelajaran. Lewat sejarah, masyarakat perlu dibangun kembali sehingga mempunyai pola pikir yang baik. Pada masa perjuangan rakyat Indonesia banyak pelajaran yang dapat diambil terlebih pada masa itu Indonesia berjuang hingga mendapatkan kemerdekaannya. Museum ini menyajikan sejarah perjuangan rakyat dari kebangkitan nasional sampai orde lama. Museum ini menyajikan perjalanan rakyat yang bersatu padu membangun sebuah peradaban baru untuk keluar dari cengkraman imperialisme asing hingga mencapai kemerdekaannya kemudian masa-masa revolusi negeri pada zaman orde lama. Dari situ generasi dapat belajar mengenai semangat-semangat para pendahulu yang berjuang keras sehingga dapat meraih cita-cita bangsa. Museum ini diharapkan akan menjadi ruang publik yang dapat memberikan wisata edukasi bagi masyarakat atau generasi muda Indonesia. Melalui media bangunan sejarah dapat dikomunikasikan melalui pengalaman ruang yang disederhanakan agar pengunjung dapat memahami sejarah dengan lebih mudah atau membantu pemahaman masyarakat terhadap sejarah yang selama ini dikomunikasikan ke dalam tulisan atau buku.Sehingga bangunan ini dapat turut menyumbang membangun karakteristik bangsa yang disampaikan dalam bidang edukasi.
Kata kunci : Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia, wisata edukasi, museum.
The Museum of Indonesia’s People Struggle in Bandung is a medium for the citizen
to understand the history of the nation through educational tourism. At this moment, citizen needs to be guided to shift their habits of preferring entertainment tourism to
educational tourism. This shift is important in developing the nation’s character.
Although the country has stood for almost 70 years, it is still struggling to be a developed country. In many sectors are this country still left behind from other countries like Malaysia and Singapore. Through history we could take lessons and
rebuild the citizen’s mindset. From the time of Indonesia’s struggle for independence,
there are so many lessons that people can learn. This museum presents the history of the nation, from its early national rise to the Old Older era. This museum shows the
people’s unity in building new civilization, to be free from imperialism to the
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
learn about the spirits of the heroes, who fought hard in pursuing the country’s dream
of independence. It is expected that the museum could become a public space, which could give educational tour for the citizens or young generations of Indonesia. Through such historical structure, it is expected that the lessons in the history, which are usually delivered in books or papers, could be conveyed through real-life experience in a simpler manner. Hence, the structure could contribute more on
building the nation’s character.
Keywords : The Museum of Indonesia’s People Struggle, educational tourism,
R. Arry Swaradhigraha, 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL TUGAS AKHIR ...
PENGESAHAN ...
PERNYATAAN ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iii
A. Latar Belakang Perancangan ... 1
B. Maksud dan tujuan Perancangan ... 3
C. Identifikasi Masalah Perancangan ... 4
D. Batasan Masalah Perancangan ... 5
E. Pendekatan dan Gambaran Capaian yang dituju ... 5
F. Kerangka Berpikir ... 6
G. Sistematika Laporan... 9
BAB II. Kajian ... 10
A. Pengertian Museum ... 10
B. Sejarah Museum... 10
C. Tipologi Museum ... 12
D. Persyaratan Museum ... 13
E. Pengguna Kegiatan dalam Museum... 14
F. Ruang-ruang Museum ... 14
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
H. Studi Banding Proyek Sejenis ... 16
I. Sejarah tahun 1900-1970 ... 23
BAB III. DESKRIPSI PROYEK ... 31
A. Nama proyek ... 31
B. Rona Lingkungan ... 33
C. Elaborasi Tema ... 33
BAB IV. ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 40
A. Analisis Lingkungan dan Tapak ... 40
B. Program Kebutuhan Ruang ... 53
C. Modul Perancangan ... 66
D. Sistem Ruang ... 67
E. Sistem Struktur dan Konstruksi ... 68
BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 71
A. Konsep Dasar ... 71
B. Konsep Perencanaan Tapak ... 73
C. Konsep Perencanaan Bangunan ... 77
D. Konsep Modul Perancangan ... 81
E. Konsep Bentuk, fungsi dan interior ... 82
F. Konsep Struktur dan konstruksi ... 91
G. Konsep Bahan Bangunan ... 94
H. Konsep Mekanikal Eletrikal ... 95
I. Konsep Perancangan Lanskap ... 101
RIWAYAT HIDUP ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
R. Arry Swaradhigraha, 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Museum ... 19
Tabel 2.2 Sintesis kaji banding Museum ... 19
Tabel 3.1 Sintesis Kaji Banding Tema ... 38
Tabel 4.1 Kebutuhan ruang ... 57
Tabel 4.2 Pengunjung museum Asia Afrika ... 57
Tabel 4.3 Program kebutuhan ruang ... 59
Tabel 4.4 Hasil besaran ruang ... 62
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Pendekatan perancangan ... 6
Diagram 1.2 Kerangka berpikir ... 8
Diagram 2.1 Struktur organisasi ... 15
Diagram 4.1 Struktur organisasi museum ... 53
Diagram 4.2 Organisasi ruang... 55
Diagram 4.3 Organisasi ruang... 56
Diagram 5.1 Rumus kriteria ruang ... 71
R. Arry Swaradhigraha, 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Eksterior Museum Geologi ... 16
Gambar 2.2 Interior Museum Geologi ... 17
Gambar 2.3 Eksterior dan interior Museum Asia Afrika ... 18
Gambar 2.4 Eksterior dan interior Museum Mandala Wangsit ... 19
Gambar 3.1 Site ... 31
Gambar 3.2 Peta Kota Bandung ... 32
Gambar 3.3 Ilustrasi Interpretasi tema ... 35
Gambar 3.4 Jewish Museum ... 36
Gambar 3.5 Museum Tsunami Aceh ... 37
Gambar 3.6 Konsep Tema... 38
Gambar 4.1 Analisis Lingkungan ... 40
Gambar 4.2 Analisis Lingkungan Tanggapan ... 41
Gambar 4.3 View ... 42
Gambar 4.11 View ke dalam tapak ... 46
Gambar 4.12 View ke dalam tapak 1 ... 46
Gambar 4.13 View ke dalam tapak 2 ... 47
Gambar 4.14 View ke dalam tapak 3 ... 47
Gambar 4.15 View ke dalam tapak 4 ... 48
Gambar 4.16 Analisis arah matahari ... 48
Gambar 4.17 Analisis kebisingan ... 49
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Gambar 4.19 Analisis sirkulasi ... 51
Gambar 4.20 Analisis arah angin ... 51
Gambar 4.21 Analisis arah drainase... 51
Gambar 4.22 Modul Perancangan 10 x 10 m ... 66
Gambar 4.23 Modul Perancangan 12 x 10 m ... 67
Gambar 4.24 Ilustrasi pemahaman sejarah ... 67
Gambar 4.25 Ilustrasi alur pemahaman sejarah ... 68
Gambar 4.26 Struktur rangka ... 69
Gambar 4.27 Struktur atap rangka bidang ... 69
Gambar 4.28 Struktur rangka ruang ... 69
Gambar 5.1 Alur mengalir ... 74
Gambar 5.2 Alur mengalir dalam tapak ... 74
Gambar 5.3 Alur mengalir dalam tapak dibelokkan ... 75
Gambar 5.4 Alur mengalir dalam tapak akhir ... 75
Gambar 5.5 Alur mengalir membentuk denah ... 76
Gambar 5.6 Konsep tapak ... 77
Gambar 5.7 Konsep ruang vertikal ... 78
Gambar 5.8 Konsep ruang vertikal 2 ... 79
Gambar 5.9 Konsep kombinasi alur dan ruang ... 80
Gambar 5.10 Konsep ruang vertikal ... 80
Gambar 5.11 Modul ... 81
Gambar 5.12 Konsep bentuk 1 ... 82
Gambar 5.13 Konsep bentuk 2 ... 82
Gambar 5.14 Konsep bentuk 3 ... 83
Gambar 5.15 Konsep bentuk 4 ... 83
Gambar 5.16 Konsep bentuk 5 ... 84
Gambar 5.17 Konsep bentuk 6 ... 84
Gambar 5.18 Konsep ruang... 85
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Gambar 5.20 Konsep ruang 3... 86
Gambar 5.21 Konsep interior ... 88
Gambar 5.22 Konsep interior ... 89
Gambar 5.23 Konsep interior ... 90
Gambar 5.24 Konsep struktur ... 91
Gambar 5.25 Konsep struktur 2 ... 92
Gambar 5.26 Konsep struktur 3 ... 93
Gambar 5.27 Konsep bahan bangunan... 94
Gambar 5.28 Ruang genset ... 96
Gambar 5.29 Konsep Mekanikal Elektrikal ... 97
Gambar 5.30 Pohon kiara payung ... 101
Gambar 5.31 Pohon cemara ... 102
Gambar 5.32 Konsep lansekap ... 103
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sketsa Program Ruang & Struktur Organisasi ... 109
Lampiran 2 Sketsa Program Ruang... 110
Lampiran 3 Sketsa Program Ruang 2... 111
Lampiran 4 Sketsa Konsep Tapak... 112
Lampiran 5 Sketsa Konsep Bangunan ... 113
Lampiran 6 Sketsa Konsep Bentuk ... 114
Lampiran 7 Sketsa Konsep Ruang ... 115
Lampiran 8 Sketsa Konsep Ruang & Interior ... 116
Lampiran 9 Sketsa Konsep Mekanikal Elektrikal ... 117
Lampiran 10 Denah Lokasi ... 118
Lampiran 11 Rencana Situasi... 119
Lampiran 12 Rencana Tapak ... 120
Lampiran 13 Denah Lantai Dasar ... 121
Lampiran 14 Denah Lantai 1... 122
Lampiran 15 Denah Lantai 2... 123
Lampiran 16 Tampak 1 & 2 ... 124
Lampiran 17 Tampak 3 & 4 ... 125
Lampiran 18 Potongan 1 & 2 ... 126
Lampiran 19 Potongan 3, 4, 5 & 6 ... 127
Lampiran 20 Potongan Prinsip ... 128
Lampiran 21 Perspektif Mata Burung ... 129
Lampiran 22 Perspektif Eksterior ... 130
Lampiran 23 Perspektif Interior 1 ... 131
Lampiran 24 Perspektif Interior 2 ... 132
Lampiran 25 Struktur & Konstruksi ... 133
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Lampiran 27 Detail Arsitektural ... 135
Lampiran 28 Utilitas Air Kotor ... 136
Lampiran 29 Utilitas Air Bersih ... 137
Lampiran 30 Foto Maket 1 ... 138
Lampiran 31 Foto Maket 2 ... 139
R. Arry Swaradhigraha, 2015
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perancangan
Sejarah merupakan hal penting yang harus dipelajari turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya. Lewat sejarah generasi muda belajar untuk mengenal
bangsanya. Lewat sejarah kita dapat belajar mana yang tepat yang mana yang tidak
tepat, begitu banyak manfaat yang didapat jika kita memahami sejarah negeri ini.
Dahulu founding father kita Sukarno sempat berkata dalam sebuah pidato terakhirnya
yaitu JASMERAH atau “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”.
Petikan kalimat tersebut merupakan ajaran beliau yang menginginkan kita
sebagai generasi penerus belajar dan memahami sejarah bangsa ini sehingga dapat
terhindar dari kesalahan-kesalahan yang sama. Dan membentuk semangat-semangat
baru kepada generasi penerus. Namun apakah generasi muda saat ini paham
bagaimana perjuangan bangsa ini merebut kemerdekaan. Rasanya jika kita
memahaminya, kita sebagai generasi penerus akan mengisi kemerdekaan ini dengan
tujuan sama-sama membangun bangsa dengan rasa nasionalisme yang tinggi sebab
kita tahu bahwa bangsa ini telah berjalan jauh dan berat dalam perjalanannya
mencapai gerbang kemerdekaan. Namun saat ini kita belum bertindak seperti itu,
salah satu faktornya adalah sikap apatis yang menggerogoti moral bangsa ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut bertalian dengan semua hal yang
berada di negeri ini. Di Indonesia tempat-tempat pendidikan masihlah kalah jika
dibandingkan dengan tempat hiburan, dalam sebuah kota Mall dan pusat hiburan
banyak dibangun ketimbang tempat-tempat pendidikan. Khususnya di kota Bandung
wisata edukasi seperti museum hanya terdapat enam, tidak sebanding dengan wisata
lainnya yang bersifat hiburan. Dalam Pikiran Rakyat online 07/03/2012 Kepala
Bidang Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung mengatakan
ketimbang wisata hiburan lainnya untuk menambah wawasan masyarakat daripada
pola konsumtif masyarakat.
Menjamurnya wisata hiburan di kota Bandung memang hanya menguntungkan
sisi bisnis seorang pengusaha, tapi tidak terdapat orientasi yang jelas terhadap
perkembangan kemajuan masyarakat terutama dalam karakter bangsa. Di Amerika
misalnya yang merupakan negara maju, sangat mengutamakan pendidikan bagi warga
negaranya. Dalam hal sarana dan pra sarana pendidikan banyak terdapat wisata
pendidikan selainnya wisata hiburan sebagai fungsi pelengkap saja. Banyak sanak
keluarga yang lebih memilih pergi ke tempat wisata pendidikan ketimbang wisata
hiburan pada akhir pekan. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan modal
awal yang dapat membangun karakter bangsa, selain itu sarana dan pra-sarana
pendidikan yang disediakan baik dari pemerintah maupun independen telah
menjawab kebutuhan masyarakatnya.
Generasi penerus ini dimanjakan dengan hiburan yang berbentuk permainan
saja. Hal ini membuat kondisi masyarakat menjadi semakin konsumtif. Oleh sebab
itu dibutuhkan adanya sarana dan pra-sarana dalam ruang lingkup publik yang
memberikan media edukasi yang bersifat edukasi. Hal ini guna membantu
pembangunan negara dalam bidang karakter bangsa. Salah satunya museum bisa
dijadikan tempat publik yang dapat di akses oleh semua orang yang memberikan
wisata edukasi. Untuk membentuk kembali mindset atau cara pandang masyarakat
agar menjadi masyarakat yang unggul. Dan merubah kebiasaan masyarakat yang
konsumtif menjadi masyarakat yang produktif maka harus dirubah dulu pola
pikirnya. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya sarana dan pra-sarana dalam ruang
lingkup publik yang memberikan wisata yang bersifat edukasi.
Kita sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki orientasi yang jelas untuk
membawa bangsa ini sehingga menjadi satu peradaban yang maju. Salah satunya
dalam bidang pendidikan untuk membangun karakter bangsa. Namun untuk
mengikuti perkembangan dan tantangan yang ada yaitu keadaan masyarakat yang
lebih memilih wisata hiburan atau tidak produktif, maka perlulah dilakukan
R. Arry Swaradhigraha, 2015
dijadikan sebagai potensi. Dengan menyalurkan hobi masyarakat dalam hal wisata
namun digiring kepada wisata pendidikan yang dapat menarik, sehingga menjadi
kebiasaan bagi para masyarakat.
Edukasi sejarah begitu penting bagi kehidupan masyarakat kedepannya.
Bagaimana dengan memahami sejarah kita dapat membentuk pola pikir yang baru
yang lebih baik, seperti yang telah dijelaskan di awal betapa pentingnya sejarah
dalam kehidupan berbangsa ini. Begitu banyak sejarah mengenai bangsa Indonesia,
namun periode sejarah yang penting untuk dipelajari oleh generasi penerus karena
terdapat esensi yang penting dan merupakan inti perjuangan yakni periode
Kebangkitan Nasional sampai akhir orde lama.
Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung ini menampilkan
sejarah dalam bentuk pengalaman ruang dan media interaktif lainnya yang dapat
memberikan edukasi sejarah bagi generasi penerus untuk menciptakan rasa
nasionalisme dalam jiwa bangsa. Hal ini pula dapat memudahkan pemahaman para
pelajar yang mempelajari sejarah dalam bentuk pengalaman ruang. Sehingga
masyarakat dapat mempelajari sejarah tidak berasal dari buku atau film saja, namun
melalui media ruang yang didalamnya terdapat media interaktif dan materi yang
disajikan dalam bentuk artefak dan pengalaman ruang.
B. Maksud dan Tujuan Perancangan
Dalam perancangan Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung ini
mempunyai maksud, sebagai berikut :
- Untuk mengedukasi generasi penerus tentang periode penting sejarah nasional Indonesia, yakni periode kebangkitan nasional sampai orde lama.
- Untuk menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsa dan negara kepada generasi penerus, berkaca dari apa yang dilakukan oleh para pahlawan
bangsa.
Dalam perancangan Museum Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia ini
mempunyai tujuan tujuan perancangan, sebagai berikut :
- Memberikan tempat publik berupa wadah yang dapat mengedukasi masyarakat dalam bidang sejarah nasional bangsa Indonesia.
- Membangun tempat yang memberikan media edukasi bagi para pelajar atau mahasiswa yang hendak mempelajari sejarah nasional Indonesia melalui
media interaktif yang terdapat dalam museum.
- Menyediakan wadah bagi para komunitas pecinta sejarah untuk dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan sejarah.
C. Identifikasi Masalah Perancangan
Terdapat beberapa permasalahan secara umum dari museum yang terjadi di
Indonesia. Saat ini museum merupakan wisata edukasi yang bertugas untuk
mengedukasi masyarakat umum perihal manusia, alam maupun lingkungannya.
Museum di Indonesia masih kurang diminati karena beberapa permasalahan, antara
lain :
- Orientasi ruang tidak jelas dalam museum. - Pengunjung lupa setelah keluar dari museum.
- Teknik penyajian museum yang kurang inovatif tidak menarik pengunjung. - Pengunjung memiliki pandangan bahwa sejarah merupakan sesuatu yang
tidak terlalu penting karena sudah lampau sehingga tidak menjadi minat bagi
R. Arry Swaradhigraha, 2015
D. Batasan dan Masalah Perancangan
Setelah mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat dalam merencanakan
museum Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung ini, maka batasan dan
permasalahan dalam perancangan dapat diuraikan antara lain sebagai berikut ;
Batasan masalah :
- Perancangan meliputi permasalahan secara arsitektural, yakni bagaimana menerjemahkan kasus kedalam bentuk ruang sehingga dapat mengedukasi
sejarah dalam bentuk ruang dengan memperhatikan aspek fungsionalitas
sehingga dapat berfungsi secara maksimal.
Masalah perancangan :
- Merancang museum yang dapat menarik masyarakat untuk dapat mengunjungi Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia di Bandung.
- Menginterpretasikan kasus dalam konteks ini Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia ke dalam sebuah museum.
- Membuat solusi yang inovatif sehingga dapat menarik pengunjung museum untuk berkunjung ke museum.
- Mencampurkan antara wisata dan edukasi sehingga museum tidak terlihat membosankan.
E. Pendekatan dan gambaran capaian yang dituju
Pendekatan yang digunakan dalam metode perancangan Museum sejarah ini
Berikut ini merupakan diagram pencapaian museum :
Diagram 1.1 Pendekatan Perancangan
Sumber : Analisis Pribadi
F. Kerangka Berfikir
Bermula dari sebuah latar belakang yang menjadi permasalahan kemudian
ditentukan jenis bangunan dan kasus yang sesuai dengan latar belakang masalah
sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada. Setelah itu maksud dan tujuan
ditentukan, kemudian diasumsikan bahwa pemerintah dibawah Direktorat Jenderal
Kebudayaan dan Pariwisata akan membangun sebuah museum baru dengan dana
yang dibiayai oleh pemerintah. Lalu dilakukan studi literatur untuk dapat menentukan
kriteria perancangan. Kemudian dilakukan tahap studi banding setelah mengetahui
secara garis besar proyek yang dirancang. Setelah itu menentukan tapak berdasarkan
persyaratan yang berlaku dari literatur yang sudah didapat, kemudian menganalisa
data-data yang sudah didapatkan sebagai bahan perancangan untuk memasuki tahap
perancangan.
MENCIPTAKAN MUSEUM DENGAN RUANG-RUANG SEBAGAI MEDIA EDUKASI SEJARAH KEPADA MASYARAKAT. SEBAGIAN BESAR KONTEN BERISI DIISI DENGAN RUANG DENGAN
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Berikut ini merupakan langkah dalam perencanaan dan perancangan proyek :
1. Studi literatur tentang kriteria rancangan museum.
2. Mengkaji dan merangkum literatur tentang Sejarah Perjuangan Rakyat Indonesia
dari buku dan sumber lainnya.
3. Studi banding proyek sejenis.
4. Studi peraturan daerah yang bersangkutan dengan proyek museum.
5. Analisis dasar perancangan dan analisis tapak.
6. Membuat skematik desain.
7. Membuat detail gambar perancangan
Berikur ini merupakan kerangka berpikir mengenai proses perencanaan dan
Diagram 1.2 Kerangka Berpikir
Sumber : Analisis Pribadi
LATAR BELAKANG
- Kurangnya pemahaman generasi muda terhadap sejarah Indonesia khususnya sejarah penjajahan Jepang di Indonesia.
- Pudarnya rasa peduli terhadap bangsa dan Negara - Kurangnya penghargaan terhadap jasa para pahlawan.
R. Arry Swaradhigraha, 2015 G. Sistematika pelaporan
BAB I. PENDAHULUAN berisi latar belakang perancangan, maksud dan tujuan
perancangan, identifikasi masalah perancangan, batasan dan masalah perancangan,
pendekatan dan gambaran capaian yang dituju, kerangka berfikir dan sistematika
laporan.
BAB II. KAJIAN berisi pengertian museum, sejarah museum, tipologi museum,
persyaratan museum, pengguna dan kegiatan dalam museum, ruang-ruang dalam
museum, struktur organisasi museum, studi banding proyek sejenis dan sejarah tahun
1900 - 1970.
BAB III. DESKRIPSI PROYEK berisi nama proyek, rona lingkungan dan elaborasi
tema.
BAB IV. Analisis perencanaan dan perancangan berisi analisis lingkungan dan tapak,
program kebutuhan ruang, modul perancangan, sistem ruang dan sistem struktur dan
konstruksi
BAB V. KONSEP PERANCANGAN berisi konsep dasar, konsep perencanaan tapak,
konsep perencanaan bangunan, konsep modul perancangan, konsep bentuk, fungsi
dan interior, konsep struktur dan konstruksi, konsep bahan bangunan, konsep
R. Arry Swaradhigraha, 2015
BAB III
DESKRIPSI PROYEK
A. Nama Proyek
Nama Proyek : Museum Perjuangan Rakyat Indonesia
Lokasi :
Gambar 3.1 Site
Sumber : Dokumentasi pribadi
Sub-wilayah Cibeunying
Jalan R.E Martadinata, Bandung Jawa Barat Indonesia
Luas lahan : ± 2 Hektar
Pemilik : Pemerintah
Sumber dana : Pemerintah
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Orientasi tapak terhadap kota :
Gambar 3.2 Peta Kota Bandung Sumber : Data Cad kota Bandung
Penentuan tapak ;
a. Merupakan jalur/area wisata khususnya wisata kuliner yang banyak
dikunjungi wisatawan Bandung maupun wisatawan dari luar Bandung
sehingga wilayah ini telah terdapat wisatawan yang berkunjung untuk
berwisata. Sehingga menjadi potensi untuk membuat tempat wisata lainnya.
b. Terdapat cukup banyak ruang publik dan fungsi pendidikan seperti Taman
Pramuka yang dijadikan ruang publik serta berfungsi sebagai bangunan
pendidikan bagi para remaja pramuka. Oleh sebab itu lokasi ditempatkan tidak
jauh dari tempat ini.
c. Belum terdapatnyanya museum di area jalan R.E Martadinata ini sehingga
bangunan Museum ini dapat berdiri sendiri untuk menjadi museum Nasional.
R. Arry Swaradhigraha, 2015
a. Aksesibilitas yang strategis berada di wilayah Cibeunying.
b. Merupakan jalur arteri
c. Merupakan wilayah untuk fungsi wisata dan fungsi pendidikan.
B. Rona lingkungan
a) Utara : Jalan Diponegoro, restoran
b) Selatan : Jalan Dahlia, area perumahan dan restoran.
c) Timur : Jalan Anggrek, area restoran dan toko
d) Barat : Jalan Gandapura, area perumahan
C. Elaborasi Tema
C.1. Pengertian
Historical memiliki arti berhubungan dengan sejarah. Historical berasal dari
kata History yang artinya sejarah.
Sejarah menurut para ahli, antara lain sebagai berikut :
▪ Menurut Nugroho Notosusanto :
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
- Sejarah dapat memberikan pelajaran di masa sekarang dan masa depan.
- Sejarah dapat dijadikan media pembelajaran untuk mempelajari sesuatu yang
lampau.
▪ Menurut Moh.Hatta sejarah bukan sekedar kejadian di masa lampau, sejarah dapat menjadi isi dari problematika yang terjadi saat ini dan di masa depan.
Jadi historical yaitu menghubungkan dengan sejarah dalam konteks ruang dan
waktu, sehingga dapat menjadi sebuah pemahaman secara langsung sebab dikaitkan
dengan ruang dan waktu sejarah.
C.2. Interpretasi tema
Oleh karena proyek ini merupakan museum sejarah maka dari itu tema yang
diambil untuk proyek ini adalah historical arsitektur yakni museum ini dapat
mengedukasi dengan cara mengembalikan suasana dan warna seperti saat waktu itu
sedang berlangsung. Museum ini merupakan museum sejarah peristiwa, maka dari itu
semua hal yang berada di museum sedapat mungkin konteksnya harus dihubungkan
dengan konteks sejarah peristiwa sehingga dapat membawa psikologis manusia untuk
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Gambar 3.3 Ilustrasi interpretasi tema Sumber : Dokumentasi Pribadi
Kesimpulan dari historical ini yakni ingin mengingat kembali hal-hal yang ada
dimasa lampau untuk dipelajari dimasa sekarang yang berhubungan dengan konteks
peristiwa yang berlangsung dimasa lampau.
C.3. Studi bandung tema sejenis
- Jewish Museum in Germany atau Museum Yahudi di Jerman, Daniel Libeskind
Bangunan ini merupakan proyek yang telah dibangun sejak lama namun baru
selesai pada tahun, museum ini merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat
wisata edukasi di Jerman dengan kasus pembantaian Holocaust oleh pasukan NAZI
Jerman terhadap kaum Yahudi dan peradaban Yahudi di Jerman.
Sejarah pembantaian atau lebih dikenal dengan istilah Holocaust yang
diperintahkan oleh Hitler pada saat itu telah membangun sejarah yang begitu krusial.
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
dilakukan oleh pasukan NAZI dibawah kepemimpinan Adolf Hitler telah dituangkan
kedalam museum ini, bangunan yang didesain oleh Daniel Libeskind merupakan
hasil kompetisi dimana Libeskind mengalahkan 165 peserta lainya.
Bangunan ini merupakan pengingat akan kisah kelam masa pembantaian Adolf
Hitler terhadap Yahudi di Jerman, terlihat dalam bentuk dan ruang yang terdapat
dalam museum ini. Bentuk jendela yang terlihat seperti goresan memberikan kesan
bagaikan kilat yang menyambar dan ruang-ruang yang banyak melewati terowongan,
ruang-ruang hampa atau kosong dan terdapat ruang Holocaust yang mengingatkan
kembali akan sejarah kelam yang pernah terjadi ditanah Jerman terhadap kaum
Yahudi. Bangunan ini dibuat untuk dapat mengambil hikmah dibalik kejadian ini
yakni jangan ada pembantaian oleh manusia terhadap manusia lainnya.
Gambar 3.4 Jewish Museum
Sumber : www.archdaily.com/jewishmuseum
- Museum Tsunami Aceh, Ridwan Kamil
Bangunan ini merupakan museum yang ditujukan setelah peristiwa Museum
R. Arry Swaradhigraha, 2015
yang dahsyat yaitu Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam agar generasi
yang akan datang tidak lupa dan bisa belajar dari sejarah.
Bencana tsunami silam telah menimbulkan dampak yang sangat besar tidak
hanya secara fisik maupun non-fisik oleh karena itu pemerintah ingin agar peristiwa
ini tetap dikenang dan dapat diambil hikmahnya, maka dibuatlah sayembara arsitektur
untuk merancang Museum Tsunami ini. Dari sekian banyak peserta yang
mengikutinya, Ridwan Kamil memenangkan kompetisi. Ruang-ruang yang diberikan
membawa pengunjung saat peristiwa tsunami Aceh terjadi dan terdapat media
interaktif berupa monitor yang dapat memberikan ilmu pengetahuan mengenai
bencana tsunami dan cara menyelamatkan diri bila terjadi tsunami.
Gambar 3.5 Museum Tsunami Aceh Sumber : www.museumtsunami.blogspot.com
Kedua bangunan yang telah diuraikan di atas merupakan museum dengan tema
yang sejenis yaitu sama-sama ingin menghadirkan peristiwa yang telah terjadi di
masa lampau lalu disajikan ulang dalam bentuk simulasi-simulasi ruang sehingga
dapat dirasakan, dipahami dan dipelajari secara langsung. Walaupun keduanya
merupakan peristiwa yang berbeda namun keduanya mempunyai satu aspek yakni
bencana, baik dari museum Yahudi maupun Museum Tsunami kedua perancang
yakni Libeskind maupun Ridwan Kamil memberikan maksud agar sejarah dapat
dipelajari untuk diambil hikmahnya sehingga di masa yang akan datang keadaan
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Sintesis :
Tabel 3.1 Sintesis Kaji Banding Tema
No. Kajian Kesimpulan
1. Tujuan Untuk mengedukasi mengenai peristiwa yang
terjadi di masa lampau dan memberikan pelajaran
kedepannya.
2. Ruang Memberikan kesan ruang dan suasana ruang sesuai
dengan konteks sejarah yang terjadi pada masa
lampau untuk mempengaruhi secara psikologis
sehingga pengunjung yang datang dapat merasakan
peristiwa tersebut dengan cara yang berbeda.
C.4. Konsep tema pada desain
Tema arsitektur historical diterapkan dalam desain yaitu di terapkan dalam :
- Nuansa
- Suasana
- Warna
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Untuk dapat mengingat kembali peristiwa sejarah yang menjadi kasus,
diterapkan pada :
a. Nuansa, yaitu dengan memberikan kesan ruang sesuai dengan keadaan sejarah
yang terjadi pada masa lampau.
b. Suasana, yaitu dengan memberikan ornament yang dapat memberikan kesan
ruang sesuai dengan sejarah yang terjadi pada masa lampau.
c. Warna, yaitu dengan menerapkan warna untuk menerapkan efek psikologis
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
A. Konsep Dasar
Konsep dasar merupakan turunan dari tema historical yang diambil. Untuk
dapat menterjemahkan sejarah sebagai kasus dalam rangcangan bangunan maka
sejarah yang umumnya berupa tulisan harus diubah kedalam bentuk ruang dan
suasana. Maka konsep yang diambil yaitu transformasi, untuk lebih mengetahui inti
dari konsep ini maka kata ini harus diartikan terlebih dahulu. Menurut Josef
Prijotomo transformasi adalah perubahan dari benda asal menjadi benda jadiannya
(perubahan bisa memiliki kesamaan atau tidak memiliki kesamaan). Menurut KBBI
transformasi merupakan perubahan bentuk dengan mengandung makna yang sama.
Dalam hal ini diinterpretasikan bahwa transformasi adalah merubah kasus
sejarah perjuangan rakyat Indonesia kedalam bentuk ruang untuk menyampaikan
pelajaran dan pesan kepada pengunjung. Dalam implementasinya konsep
transformasi adalah menggambarkan kejadian atau peristiwa sehingga dapat
membantu menganalogikan peristiwa. Peristiwa atau kejadian dirubah kedalam
bentuk visual yaitu ruang, kemudian untuk menentukan ruang dibuatlah kriteria
ruang. Di bawah ini merupakan langkah untuk mendapatkan kriteria ruang.
Diagram 5.1 Rumus kriteria ruang
Sumber : Hasil Perencanaan
PERISTIWA KEADAAN KRITERIA RUANG
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Sebelum menetukan kriteria ruang maka ditentukan terlebih dahulu peristiwa
yang diambil dari kasus sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Sejarah yang diambil
yaitu dari periode awal kebangkitan nasional sampai revolusi. Apabila diuraikan
maka pada periode tersebut memiliki sifat semangat awal yang ditandai oleh
kebangkitan nasional, perjuangan pada masa penjajahan dan semangat baru pada saat
revolusi. Berikut ini merupakan uraian dari periode sejarah yang diambil :
Diagram 5.2 Periode Sejarah
Sumber : Analisis Pribadi
Tabel 5.1 Hasil Kriteria Ruang
Berikut ini merupakan tabel yang berisi dasar dari kriteria ruang :
Peristiwa Keadaan Kriteria Ruang
1 Kebangkitan Nasional Semangat persatuan atau
mendapat semangat awal
dari perjuangan untuk
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
penyemangat.
2 Penjajahan Belanda Perjuangan - Ruang yang
memberikan
serangan dari Jepang
kepada Belanda di
4 Pendudukan Jepang Kesengsaraan dan
perjuangan
5 Kemerdekaan Kebahagiaan dan
kebebasan
- Warna putih
sebagai babak baru
6 Revolusi Semangat baru - Suasana ruang yang
memberikan kesan
perjuangan baru
Sumber : Hasil Perencanaan
B. Konsep Perencanaan Tapak
Berdasarkan konsep perancangan, museum ini dirancang secara alur sehingga
berurutan dari periode kebangkitan nasional sampai periode revolusi. Hal ini
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Oleh karena itu dengan konsep alur ini sejarah yang runut dapat dipresentasikan
secara utuh.
Gambar 5.1 Alur mengalir Sumber : Hasil Perencanaan
Sesuai dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang panjang, maka alur
pun dibuat memanjang untuk menampung materi yang akan dimasukan kedalam
ruang-ruang dalam museum ini.
Gambar 5.2 Alur mengalir dalam tapak Sumber : Hasil Perencanaan
Pertama alur diletakan kedalam tapak, alur yang panjang mewakili sejarah
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Gambar 5.3 Alur mengalir dalam tapak dibelokan Sumber : Hasil Perencanaan
Kedua alur dibelokan, untuk memberikan kesan dan pengalaman ruang bahwa
sejarah bangsa Indonesia mempunyai banyak lika-liku atau rintangan dalam membuat
satu peradaban yang lebih baik.
Gambar 5.4 Alur mengalir dalam tapak akhir Sumber : Hasil Perencanaan
Setelah diletakan terhadap tapak kemudian didapatkan bentuk denah bangunan,
dan ditentukan area masuk dan area keluar. Di tengah merupakan area masuk dan
ujung dari alur merupakan area keluar bangunan. Area masuk ditempatkan ditengah
R. Arry Swaradhigraha, 2015
ke tengah bangunan. Kedua agar akses dari parkir pengunjung lebih dekat. Area
masuk dan keluar diletakan tidak terlalu jauh sehingga mempunyai titik kumpul
sehingga memudahkan akses untuk mencari sesame pengunjung. Untuk alur ruang
berurutan dari titik awal sampai akhir.
Gambar 5.5 Hasil alur mengalir membentuk alur denah & bentuk denah Sumber : Hasil Perencanaan
Untuk sirkulasi kendaraan masuk ditempatkan di jalan R.E Martadinata
kemudian sirkulasi keluar ditempatkan ditiap sisi tapak. Untuk area parkir
pengunjung ditempatkan dekat area masuk sehingga memudahkan akses saat mencari
tempat parkir, lalu area keluar ditempatkan menuju jalan anggrek. Untuk parkir
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Gambar 5.6 Konsep tapak Sumber : Hasil Perencanaan
Bangunan museum ini merupakan ruang public sehingga area depan dirancang
ruang terbuka yang dapat berfungsi sebagai ruang berkumpul pengunjung museum.
Selain itu, dengan luasnya ruang tersebut akan memberi pengalaman ruang terlebih
dahulu sebelum pengunjung masuk ke dalam bangunan. Ruang terbuka hanya dapat
diakses oleh manusia, sehingga tidak bersilangan dengan sirkulasi kendaraan.
C. Konsep Perancangan Bangunan
Secara umum alur yang diterapkan ke dalam konteks museum sejarah ini yaitu
menerus, kemudian berkaca terhadap kasus sejarah periode dari kebangkitan nasional
sampai revolusi. Terdapat 3 periode yang mewakili suasana peristiwa secara
R. Arry Swaradhigraha, 2015
dan revolusi. Bila diuraikan maka 3 periode itu memiliki suasana semangat,
perjuangan, semangat baru.
Sehingga untuk mendapatkan efek psikologis sehingga yaitu mendapatkan
semangat di awal untuk siap-siap menghadapi materi yang berat yaitu penjajahan dan
kemudian mendapatkan semangat baru kembali saat menjelajahi sejarah revolusi.
Oleh karena itu, diterapkan alur dari bawah ke atas jadi lantai terakhir merupakan
puncak dari perjalan sejarah dalam museum ini. Pengunjung akan terbawa mengalir
kepada suasana dengan ritme yang naik dengan stabil.
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Berikut merupakan alur yang diterapkan pada rancangan bangunan, jadi alur
pertama dari bawah sampai ke atas di akhir. Sehingga menunjukkan perjalanan
sejarah bangsa yang naik dari awal kebangkitan nasional sampai pada revolusi,
kemudian puncaknya pada lantai akhir yaitu pada masa revolusi.
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Gambar 5.9 konsep kombinasi alur dan ruang Sumber : Hasil Perencanaan
Gambar 5.10 Ruang Vertikal Sumber : Hasil Perencanaan
Lantai bangunan ini didasarkan pada 3 masa besar dalam perjalanan sejarah
Indonesia yaitu kebangkitan nasional yang menyiratkan semangat baru dan
penjajahan yang menyiratkan perjuangan dan masa revolusi yang menyiratkan
semangat baru. Sehingga pada lantai pertama suasananya semangat , lantai dua
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG D. Konsep Modul Perancangan
Gambar 5.11 Modul Sumber : Hasil Perencanaan
Berdasarkan analisis modul perancangan yakni mengacu pada lobby dengan
alternative pilihan 10x10, dikombinasikan dengan bentang lebar sehingga tidak
terdapat banyak kolom yang menghabat sirkulasi pengunjung museum. Maka modul
bangunan yang mendekati yaitu 10x10, namun dengan pertimbangan bahwa sirkulasi
pengunjung museum harus berada di jarak yang cukup antar pengunjung lain maka
modul diperbesar menjadi 10x10 untuk modul utama dan terdapat modul lain yang
R. Arry Swaradhigraha, 2015
E. Konsep Bentuk, fungsi dan interior
E.1. Bentuk
Gambar 5.12 Konsep bentuk 1 Sumber : Hasil Perencanaan
Berawal dari bentuk denah yang telah ditentukan dalam konsep tapak, yaitu
dengan mengikuti alur sehingga ruang yang dilalui mengikuti alur.
Gambar 5.13 Konsep bentuk 2 Sumber : Hasil Perencanaan
Kemudian denah ditarik keatas untuk mengisi massa bangunan yang ada.
Bangunan ditentukan 3 lantai mengikuti konsep rancangan bangunan yaitu 3 lantai
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Gambar 5.14 Konsep bentuk 3 Sumber : Hasil Perencanaan
Kemudian terdapat bagian yang dihilangkan sehingga bangunan terlihat naik
dari awal sampai akhir. Apabila dilihat dari titik awal sampaii titik akhir, titik awal
berada di alaur awal dan titik akhir berada di lantai 3 alur akhir.
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Kemudian bagian atap yang dihilangkan diberi bentuk tanjakan sehingga alur
naik dengan perlahan tanpa adanya kesan patahan.
Gambar 5.16 Konsep bentuk 5 Sumber : Hasil Perencanaan
Setelah itu bangunan diberi bukaan yang dianalogikan sebagai alur sehingga
apabila pengunjung melihat fasad bangunan akan melihat bukaan yang dibuat dari
bawah dan naik ke atas seakan-akan ada ilusi yang mengajak mata manusia untuk
menuju ke atas.
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Bagian bukaan atas diterapkan kaca kemudian untuk bukaan lantai satu diberi
aksen penutup berbentuk garis untuk memberi ilusi mengalir terhadap pengunjung
yang melihatnya.
E.2. Fungsi
Berdasarkan periode-periode sejarah yang telah ditetapkan dan dikelompokan
menjadi 6 periode sejarah yang akan menjadi sub-kasus. Untuk dapat menjelajahi
peristiwa tersebut maka peristiwa dibuat runut dan alur pengunjung dibuat
berhubungan satu dengan lainnya sehingga dapat mengalir tanpa terputus.
Gambar 5.18 Konsep Ruang Sumber : Hasil Perencanaan
Jadi teorinya ialah setiap alur dari pengunjung akan ditangkap oleh ruang yang
memberikan materi, begitu seterusnya sampai pada periode akhir. Alur dibuat
mengelilingi ruang tersebut dengan penyelesaian desain tertentu sehingga alur dapat
R. Arry Swaradhigraha, 2015
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Gambar 5.20 Konsep Ruang 3 Sumber : Hasil Perencanaan
E.3. Interior
Konsep ini merupakan penjabaran dari konsep ruang yang telah direncanakan,
dari lobby terdapat aksen penentu arah ditengah-tengah yang berfungsi sebagai
penunjuk jalan. Alur pertama dimulai dengan ruang kebangkitan nasional yang diisi
dengan diorama diletakkan disamping mengelilingi ruang, tujuannya agar
pengunjung dapat memahami dengan jelas peritiwa dengan penyampaian yang
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Setelah itu, sebelum mengunjungi area penajajahan pengunjung dipersiapkan
melewati ramp yang diberi materi pengantar sejarah penjajahan Belanda pada
dinding. Jadi pengunjung dapat berjalan sambil menikmati sajian materi yang
diberikan didinding ruang ramp. Kemudian pengunjung langsung tertuju ke ruang
exhibition yakni ruang pameran sementara, fungsinya untuk ruang pameran yang
diadakan sementara.
Lalu ruang penjajahan Belanda dirancang dengan menggunakan
dinding-dinding panel yang dapat diterapkan materi berupa gambar dan artefak. Apabila telah
selesai memasuki daerah ini maka pengunjung ditangkap oleh ruang peralihan, ruang
ini akan menjembatani peristiwa peralihan kependudukan dengan memberi efek
psikologis ruang sehingga pengunjung dapat mengambil esensinya.
Setelah itu dalam area sejarah pendudukan Jepang ditempatkan ruang romusha
terlebih dahulu sebab sejarah ini merupakan materi penting yang harus disampaikan
kepada pengunjung, ruangan ini akan dirancang sesuai dengan kondisi keadaan para
romusha yakni dingin mewakili penderitaan pada saat para pekerja diperintah oleh
bala tentara dai Nippon.
Ruang selanjutnya yaitu sejarah pendudukan Jepang yang diisi dengan materi
yang dibentuk dalam panel cerita, kemudian untuk mewakili keadaan pada saat
peristiwa kependudukan Jepang ruangan diberikan suasana terkekang sama seperti
keadaan saat itu bahwa masyarakat Indonesia tidak bisa memilih pilihan apapun
kecuali menuruti kemauan mereka. Jadi pengunjung akan mendapat pesan bahwa
pada saat pendudukan Jepang rakyat benar-benar seperti terkekang.
Setelah itu langsung lah keluar dari ruangan sejarah pendudukan Jepang,
suasana yang diberikan akan seperti bebas yang mengartikan kemerdekaan negara
Indonesia. Untuk memberikan efek-efek psikologis kemenangan maka akan diberikan
bukaan agar cahaya masuk yang mewakili secercah harapan.
Lalu terakhir ruang revolusi, pada saat ini perjuangan bangsa Indonesia belum
berakhir karena bangsa harus jatuh bangun membangun negara secara mental dan
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
R. Arry Swaradhigraha, 2015
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Sumber : Hasil Perencanaan
F. Konsep Struktur dan Konstruksi
Untuk menyiasati kebutuhan dari ruang museum yang membutuhkan ruang
yang luas, maka konsep struktur yang diterapkan pada bangunan ini ialah struktur
bentang lebar sehingga tidak kolom ditempatkan di setiap siisi bangunan saja agar
sirkulasi ruang dalam tidak terganggu oleh adanya kolom yang terlalu banyak.
Material baja Wf yang digunakan untuk menerapkan konsep bentang lebar ini, antara
lain baja wf ukuran 400x400mm untuk kolom dan baja wf ukuran 588x300.
Kemudian atap pun menyesuaikan dengan menggunakan struktur atap ruang dengan
material pipa baja berukuran 4’’.
Gambar 5.24 Konsep Struktur Sumber : Hasil Perencanaan
Modul yang dipakai dalam bangunan yaitu 10m x 12m dan 10m x 10m, oleh
sebab itu kolom baja akan diperkuat dengan menggunakan beton bertulang sehingga
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Atap menggunakan struktur rangka ruang dengan material pipa baja 4’’ dengan
modul 2x3m dan tinggi atap 1.5m.
Gambar 5.25 Konsep Struktur 2 Sumber : Hasil Perencanaan
Berikut ini merupakan struktur bangunan yang kedua, yaitu struktur beton yang
menyelimuti struktur baja. Plat lantai dirancang dengan menggunakan sistem waffle
slab, sebab jarak antar kolom struktur yang lebar. Modul waffle slab ini dirancang
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Gambar 5.26 Konsep Struktur 3 Sumber : Hasil Perencanaan
Gambar di atas merupakan perhitungan rumus kolom beton bertulang,
kemudian diperkuat dengan menggunakan baja wf. Sehingga struktur bangunan lebih
kuat dan untuk menghindari pergerakan bangunan yang disebabkan oleh karena
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG G. Konsep Bahan Bangunan
Gambar 5.27 Bahan bangunan Sumber : Hasil Perencanaan
Bangunan ini menggunakan sistem bentang lebar maka material untuk struktur
digunakan baja, seperti pada struktur atap menggunakan baja pipa lalu dibuat struktur
rangka ruang untuk menyamakan konsep ruang yang menggunakan sistem bentang
lebar.
Untuk dinding luar bangunan menggunakan alumunium composite panel yang
berfungsi sebagai penahan cuaca dan berfungsi sebagai elemen estetika. Kelebihan
dari ACP ini yaitu dapat dibentuk dengan mudah sehingga dapat menyesuaikan
dengan bentuk yang dirancang.
Untuk dinding dalam bangunan menggunakan bata hebel atau bata ringan
sehingga beban pada lantai atas tidak terlalu berat jika dibanding menggunakan bata
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Untuk bukaan digunakan kaca laminasi karena dimensi yang dibutuhkan besar,
jenis ini memiliki kelebihan jika pecah akan tetap menyatu sebab kaca telah dilapisi
lapisan luar sehingga lapisan dalam hanya aka retak. Kelebihan tersebut didasarkan
pada ukuran bukaan yang besar. Kelebihan dari kaca laminasi ini adalah mampu
mengontrol transmisi suara sehingga dapat mengontrol suara yang berasal dari luar ke
dalam. Mampu menyaring sinar ultra violet dari luar ke dalam. Ukuran yang
diterapkan dalam rancangan ini adalah 3 x 2,1 m yang kemudian disesuaikan dengan
ruang yang ada.
Atap menggunakan bahan alumunium composite panel hal ini didasarkan untuk
menyelaraskan fasad bangunan dengan atap. Selain itu bahan ini memiliki kelebihan
yang mudah dibentuk dan tahan lama. Untuk atap alumunium composite panel
dilapisi oleh lapisan tambahan yaitu lapisan polister sehingga lebih tahan terhadap
cuaca dan api.
Sistem rangka ruang yang diterapkan pada atap didasarkan pada bentang lebar,
maka bahan yang digunakan yaitu baja pipa bulat dengan diameter 4 ‘’ untuk rangka utama dan 3,5 ‘’ untuk rangka diagonal.
H. Konsep mekanikal elektrikal
Sumber listrik selain berasal dari PLN juga menggunakan ruang genset sebagai
cadangan listrik bila terjadi keadaan darurat, ruang genset yang ditempatkan di ruang
service agar tidak terjadi kebisingan. Untuk genset diterapkan dengan kapasitas daya
650 – 1500 kVA yang merupakan kapasitas daya besar untuk bangunan-bangunan
publik. Kemudian bahan bakar menggunakan energi solar yang merupakan energi
paling tinggi ± 10 kWh/ liter.
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Sumber : Analisis pribadi
Gambar 5.28 Ruang genset Sumber : dokumentasi pribadi
Daya genset 650 – 1500 kVA maka kebutuhan ruang berdasarkan standar
ruangan genset yaitu 10 x 5 m dengan ukuran genset 4 x 2,2 m. Maka ruangan
diterapkan 8 x 8 m sehingga genset tetap memenuhi standar ruang. Untuk meredam
suara bising dan panas yang dihasilkan dari genset ini maka dinding dipertebal
dengan ketebalan 30 cm. Untuk uap yang dihasilkan dari generator ini maka ruang
diletakan tidak jauh dari area luar bangunan sehingga pipa uap buangan dapat
dikeluarkan dengan meminimalisir jarak dan waktu tempuh.
Bangunan ini menggunakan sirkulasi vertikal lift atau elevator yang berfungsi
untuk sirkulasi bagi pengunjung difabel. Daya angkut yang diterapkan yaitu ≥ 15 orang dalam satu lift atau kapasitas berat 1600 dengan kabin 1,5 x 2,2 m dan luas
R. Arry Swaradhigraha, 2015
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG Utilitas air buangan
Air buangan dibagi kedalam 2 jenis antara lain :
- Air kotor → Berasal dari toilet dan urinoir
- Air bekas →Berasal dari wastafel ● Perhitungan kapasitas septictank
Asumsi jumlah orang dari pengelola :
51 orang = 40 % (asumsi) x 51 orang = 21 orang
Asumsi jumlah pengunjung :
5% dari jumlah pengunjung per/hari = 5 % x 500 = 25 orang
Jumlah pemakai = 21 + 25 = 46 orang
Alokasi septictank 2 buah = 46 orang : 2 = 23 orang
Dibulatkan = 25 orang/septictank
Proses mineralisasi = 60(daerah panas) – 100(daerah dingin)
Proses mineralisasi standar = 75 hari
Waktu pengurasan = 1 – 4 tahun
Diambil 2 tahun sebagai standar
R. Arry Swaradhigraha, 2015
● A x ½ A x 1,5 = 3529 L = 35290 m³ 0,75 A x A = 3529 L
A = 2,25 (panjang)
B = 1,125 (lebar)
T = 1,5 (minimal) + 40 cm (air bekas) = 2 m
Jadi volume septictank 2,25 x 1,125 x 2 m
Rencana Skema Utilitas Air Buangan
Sumber : Rancangan Pribadi
Rencana Skema Utilitas Air Buangan Atap
Sumber : Rancangan Pribadi
Utilitas air bersih
Jumlah pengunjung per/hari = 500 hari
Koefisien air pengontor = 25 L
Asumsi 50 % memakai 500 x 50 % = 250 orang/hari
Jumlah kebutuhan air pengontor = 6250 Liter/hari
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Mengunakan tangki silinder karet = Dimensi TB 110
Kapasitas 1050 Liter
D = 1,060 m ; t = 1,2 m
● Kebutuhan air darurat
Hydrant halaman + hydrant gedung, berdasarkan SNI 03-1735-2000
Pasokan air minimal 2400 L/menit
Mengalirkan air mineral 45 menit
Pasokan air minimal 400 L/menit
→ Asumsi kebutuhan air 20 menit = 2400 x 20 = 48000 L
Dibagi 3 titik reservoir bawah = 48000 : 3 = 16000 L
Jumlah satu tangki reservoir bawah :
3125 + 16000 = 20000 L = 2000 m³
Rencana Skema Utilitas Air Bersih
R. Arry Swaradhigraha, 2015
I. Konsep perancangan lanskap
Tanaman yang diterapkan dalam rancangan bangunan museum ini disesuaikan
dengan fungsi masing-masing. Untuk pohon peneduh diterapkan pohon kiara payung
dengan fungsi untuk memberikan buffer terhadap sinar dan panas matahari secara
langsung dari atas. Jenis tanaman ini ditempatkan di titik-titik area parkir dan area
pinggir bangunan.
Berikut ini karakteristik dari pohon kiara payung :
- Tinggi 4 – 8 meter.
- Diameter maksimal 10 mete.r
- Memiliki daun yang rimbun.
- Memiliki batang yang kuat.
- Memiliki perakaran yang tidak melebar sehingga tidak merusak jalan.
Berikut ini fungsi dari pohon kiara paying :
- Pengarah angin.
- Melindungi dari teriik matahari dan polutan.
- Mengurangi kebisingan yang berasal dari jalan.
- Mendinginkan suhu.
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Sumber : http://nurserinyaeka.blogspot.com/2010/08/kiara-payung-normal-0-false-false-false.html
Lalu dterapkan pohon cemara yang berfungsi sebagai pohon pengarah pada
jalur yang cukup panjang. Pohon cemara memiliki keunikan tersendiri yaitu dalam
hal estetika sehingga dapat menambah nilai estetis ruang. Selain berfungsi sebagai
pohon perindang.
Berikut ini karakteristik dari pohon cemara :
- Akar tunggang sehingga tidak merusak jalan.
- Berbentuk kerucut dan tidak terlalu lebar.
Berikut ini fungsi dari pohon cemara :
- Sebagai pohon perindang.
- Sebagai peredam kebisingan.
- Sebagai pengarah jalur.
- Mendinginkan suhu.
- Memberikan nilai estetika.
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Area luar museum terlindungi oleh pohon yang dapat memberikan efek teduh,
meredam kebisingan dan menurunkan suhu. Hal ini dapat memperkuat fungsi
museum sebagai ruang publik bagi para pengunjung yang datang.
-Gambar 5.32 Konsep lansekap Sumber : Hasil Perencanaan
Ruang terbuka diberikan untuk memberikan ruang publik bagi para
pengunjung, selain itu fungsinya untuk memainkan skala ruang jadi bangunan yang
besar akan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melewat ruang terbuka yang luas
sehingga efek museum sebagai ruang publik akan terasa. Selain berfungsi sebagai
tempat berkumpul bagi para pengunjung, halaman-halaman yang luas ini difungsikan
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
R. Arry Swaradhigraha, 2015
Daftar Pustaka
Chiara, J.D & Callender, J. (1983). Times Saver Standars For Building Types.
Singapore : Mc Graw Hill
Neufert. E. (1996). Data Arsitek Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Neufert. E. (2002). Data Arsitek Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Notosusanto, N. & Pusponegoro, M.D (2008). Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka
Priambodo, Heriadi, dkk. (1992). Tipologi Museum. Bandung : ITB
Ramelan, R & Busono, T. (2011). “Diktat Utilitas Bangunan-Air Minum”. Diktat Utilitas Bangunan.
Suparno. (2008). Teknik Gambar Bangunan. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan
Sutrisno, R. (1984). Bentuk Struktur Bangunan Dalam Arsitektur Modern
Tamrin, A.G. (2008). Teknik Konstruksi Bangunan Gedung. Jakarta : Direktorat
R. Arry Swaradhigraha, 2015
MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG
Morisson, J. (2013). Pengembangan Potensi Atraksi Wisata Budaya Dalam Menarik
Minat Wisatawan Berkunjung di Museum Sri Baduga. Bandung : Perpustakaan UPI
Noprianti, G. (2014). Hubungan Program Event Dengan Loyalitas Sahabat Museum
Konperensi Asia Afrika Bandung. Bandung : Perpustakaan UPI
https://museumku.wordpress.com/sejarah-museum/ [online] di akses tanggal Maret
2015
https://museumku.wordpress.com/2010/04/14/bagaimana-mendirikan-sebuah-museum/ [online] di akses tanggal Maret 2015
www.museumtsunami.blogspot.com [online] di akses tanggal Maret 2015
Andrew Kroll. AD Classics: Jewish Museum, Berlin / Daniel Libeskind. [Online].
Tersedia : www.archdaily.com/jewishmuseum [23 Maret 2015]
Jewish Museum Berlin. [Online].
Tersedia : www. http://libeskind.com/work/jewish-museum-berlin/ [30 Maret 2015]
PRLM. (2012). “Pengunjung Sejumlah Museum di Bandung Meningkat”. Pikiran Rakyat Online [23 Maret 2015]
Tersedia :
http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2012/03/07/179730/pengunjung-sejumlah-museum-di-bandung-meningkat [23 Maret 2015]
Ervina/Kidnesia: Apa itu Museum ?. [Online].
Tersedia :