BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini dunia pendidikan semakin terpuruk karena dianggap telah
gagal mendidik kaum muda Indonesia. Porsi terbesar dari kegagalan itu
diakibatkan oleh pendidikan ilmu-ilmu sosial atau humaniora yang hanya
menjejalkan informasi-informasi hafalan dan tidak meyentuh pembentukan
watak, moralitas, sikap atau proses berfikir peserta didik. Lepas dari berbagai
faktor penyebab kegagalan, pendidik memang memegang peran penting dalam
soal sukses tidaknya proses belajar-mengajar. Pendidikan ilmu sosial atau
humaniora dengan nilai pendidikan itu agar pendidik tidak hanya
menyampaikan informasi hampa, tetapi menanamkan nilai-moral pada peserta
didik. Pendidik ilmu sosial atau humaniora diharapkan tidak hanya menyajikan
fakta atau informasi verbal, tetapi menyampaikan konsep-konsep dan nilai- nilai
yang didukung fakta sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan
peserta didik. (A. Atmadi dan Y. Setiyaningsih , 2000 : 71)
Pengajaran sejarah memiliki tujuan tertentu seperti tercantum dalam
Permendiknas nomor 22 tahun 2006, yaitu (1) membangun kesadaran peserta
didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari
masa lampau, masa kini, dan masa depan; (2) melatih daya kritis peserta didik
untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan
peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa
Indonesia di masa lampau; (4) menumbuhkan pemahaman peserta didik
terhadap proses tumbuhnya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang; (5)
Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa
Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional maupun
internasional. Dari tujuan di atas terlihat bahwa sejarah sangat penting untuk
diajarkan di sekolah. Konsep-konsep pembelajaran yang belakangan ini
berkembang terfokus pada proses-proses aktif, kognitif dan konstruktif dalam
pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran diasumsikan sebagai pelaku yang
aktif dalam aktivitas belajar, mereka memilih informasi yang akan mereka
pelajari dan mengkonstruksikan makna berdasarkan informasi ini. Mereka
bukan orang yang hanya menerima secara pasif, bukan pula sekedar merekam
informasi yang disuguhkan kepada mereka oleh orang tua, guru, buku pelajaran
atau media massa. Ini merupakan perubahan dari pandangan pasif tentang
pembelajaran ke pandangan kognitif dan konstruktif yang menekankan apa yang
siswa ketahui ketika terlibat aktif dalam pembelajaran yang bermakna.( David
R. Krathwohl dan Lorin W. Anderson, 2010 :56)
Pasal 36 ayat 2 tentang pengembangan kurikulum berdasarkan
diversifikasi. Pada era globalisasi ini pengembangan kurikulum disamping
berprinsip pada diversifikasi, perlu juga dikembangkan konsep metakurikulum
yaitu kurikulum yang menekankan penguasaan dua hal pokok dalam proses
pengembangan kemampuan berfikir matang dan bersikap dewasa agar dapat
mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan masa mendatangnya.
Komponen oleh pikir, pengembangan sikap dam penguasaan bahan ajar
dibaurkan, bukan dipisahkan seakan berdiri sendiri-sendiri. salah satu bentuk
keterpaduan nyata untuk menjadikan sebagai tradisi baru dalam kehidupan
proses belajar-mengejar di sekolah melalui pengembangan bahan ajar lintas
bidang studi. (Maryanto,1994 : 58 dalam Tri Widiarto, 2007 :58)
Salah satu media pembelajaran dalam pendidikan sejarah yang penting
adalah museum . Melalui museum diharapkan pendidikan sejarah dalam
kerangka menanamkan kesadaran sejarah kepada generasi muda dapat tercapai.
Melalui museum diharapkan pendidikan sejarah dalam rangka menanamkan
kesadaran sejarah kepada generasi muda dapat tercapai, karena museum
merupakan jendela dunia yang mampu membuka mata kita terhadap sejarah
kehidupan bangsa. Melalui museum kita bisa mengetahui bagaimana perjalanan
panjang dari bangsa kita, yaitu bangsa Indonesia . Koleksi-koleksi museum
apabila dimanfaatkan secara maksimal akan dapat mendukung pembelajaran
sejarah di SMA karena pada dasarnya koleksi-koleksi museum merupakan
sebuah sumber belajar sejarah yang nyata. Melalui sumber-sumber belajar yang
nyata inilah siswa akan diajak berfantasi ke dunia masa lampau.
http://asepkambali.multiply.com/journal
Di kawasan Ambarawa Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah,
yang memiliki potensi-potensi situs-situs peninggalan bersejarah yang sangat
Ambarawa terbagi menjadi dua yaitu museum tertutup dan museum terbuka.
Dalam museum tertutup diabadikan peralatan-peralatan yaitu senjata, pakaian
perang, dan beberapa maquet. Dalam museum terbuka yang terletak di sekitar
Monumen Palagan Ambarawa yang diabadikan yaitu alat perang yang tidak
dapat dimasukkan dalam museum tertutup. Peninggalan-peninggalan tersebut
kemudian di kumpulkan dan disimpan agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
Kabupaten Semarang dan sekitarnya. Pemanfaatan yang dimaksud adalah bukan
hanya untuk rekreatif akan tetapi juga untuk mendukung pembelajaran di
sekolah terutama mata pelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas.
Berdasarkan uraian diatas bahwa Museum Palagan Ambarawa sebagai
salah satu museum di Kabupaten Semarang memiliki koleksi-koleksi yang
berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber belajar siswa di Kabupaten
Semarang. Dan sebagai tempat mengenang para pahlawan yang gugur berperang
untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Museum
Palagan juga di gunakan sebagai monumen peringatan pertempuran
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dengan melihat adanya alat atau
media di museum Palagan di Ambarawa maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Museum Palagan Ambarawa sebagai Media Pembelajaran di
Sekolah Menengah Atas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan bagaimanakah Museum Palagan Ambarawa dapat dijadikan
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan fungsi Museum Palagan Ambarawa sebagai sumber belajar
sejarah bagi pelajar Sekolah Menengah Atas?
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Kegunaan secara teoritis adalah untuk pengembangan ilmu
pengetahuan yang relevan dengan masalah penelitian. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang sumber belajar sejarah.
Disamping manfaat penelitian teoritis penelitian ini juga memiliki manfaat
secara praktis.
Manfaat penelitian secara praktis adalah diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru, untuk membantu guru untuk mentransfer pelajaran sejarah
melalui Koleksi-koleksi baik tertulis maupun benda yang ada di
Museum Palagan Ambarawa.
2. Pengelola Museum, untuk meningkatkan motivasi pengelola Museum
Palagan Kabupaten Semarang untuk berperan aktif dalam dunia
pendidikan khususnya untuk tingkat SMA di Kabupaten Semarang.
3. Pemerintah Daerah, untuk mendorong semangat Pemerintah
Kabupaten Semarang untuk terus menggali dan memanfaatkan
potensi-potensi benda-benda cagar budaya yang banyak ditemukan di
Kabupaten Semarang. Sedangkan secara teoritis, memberikan manfaat
Palagan Ambarawa sebagai sumber belajar siswa SMA di Kabupaten
Semarang.
4. Siswa, untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran sejarah
melalui koleksi-koleksi Museum Palagan Ambarawa.
5. Pembaca pada umumnya, untuk menambah wawasan pendidikan dan