• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI SUPIR ANGKUTAN LYN JURUSAN JOYOBOYO-RUNGKUT DALAM PELAKSANAAN TERTIB LALU LINTAS DI KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI SUPIR ANGKUTAN LYN JURUSAN JOYOBOYO-RUNGKUT DALAM PELAKSANAAN TERTIB LALU LINTAS DI KOTA SURABAYA."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Oleh:

CANDRA GALIH TAQWA

0541310118

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PARTISIPASI SOPIR ANGKUTAN LYN U J URUSAN J OYOBOYO - RUNGKUT DALAM PELAKSANAAN TERTIB LALU LINTAS DI KOTA SURABAYA” Penulisan skripsi ini merupakan bagian dari proses studi jurusan Administrasi Negara yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa yang merupakan prasyarat akademis untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik,fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Banyak pihak yang telah membantu penulis berupa petunjuk dan bimbingan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada Ibu Dra Diana Hertati MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi penelitian ini, penulis telah banyak menerima sumbangan pikiran, tuntunan dan dukungan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah selayaknya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(3)

3. Dra. Hj.Susi Harjati, Map, selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

5. Semua staf Dinas Perhubungan kota Surabaya yang telah membantu dalam memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan.

6. Untuk kedua orang tuaku, terimakasih atas bantuan do’a restu yang di berikan. 7. Buat Rahmat, Icong, Panjul, Ipul, Adith, Temen-temen Miracle,Temen-temen

angkatan 05,Tube8 Community dan untuk sahabat dan teman-temanku yang tidak dapat kusebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Dan seluruh teman-teman Administrasi Publik Angkatan 2004.

Akhirnya dengan segala keterbukaan, apabila penulis dalam membuat penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan diharapkan adanya kritik dan saran yang sekiranya tidak memberatkan penulis dan bersifat membangun untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

(4)

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR...vi

DAFTAR TABEL ... vii

ABSTRAKSI ...Viii BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan Penelitian ... 9

1.4.Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 11

2.2. Landasan Teori ... 16

2.2.1. Pengertian Partisipasi ... 16

2.2.2. Tingkat Partisipasi ... 18

2.2.3. Jenis Partisipasi ... 19

(5)

2.2.9. Tujuan Pelayanan Angkutan Umum... 26

2.2.10. Pengertian Tertib... 27

2.2.11. Pengertian Lalu Lintas... 28

2.2.12.Pengendalian Lalu Lintas... 28

2.2.13.Pesyarataan Pengemudi dan Kendaraan... 31

2.2.14.Persyaratan Teknis Dan Laik Jalan Kendaraan Umum... 32

2.2.15.Persyaratan Fisik Kendaraan Bermotor... 33

2.2.16.Peraturan dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor... 34

2.2.17.Tata Cara Pengangkutan Penumpang... 35

2.2.18.Peraturan Lalu Lintas... 36

2.3.Kerangka Berpikir……….37

2.4.Hipotesis... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 39

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 48

3.3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data... 49

(6)

4.1. Gambaran Umum Obyek Dinas Perhubungan Kota Surabaya...53

4.1.1 Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Surabaya...53

4.1.2 Struktur Organisasi...54

4.1.3 Deskripsi Jabatan dan Tugas Serta Tanggung Jawab...57

4.1.4 Komposisi Pegawai...69

4.1.5 Pelaksanaan Kegiatan...72

4.1.6 Penyajian Data...73

4.1.7 Karakterisistik Responden...73

4.1.8 Data Tentang Variabel Partisipasi Sopir Angkot Lyn U Jurusan Joyoboyo – Rungkut Surabaya...79

4.1.9 Pembahasan...91

BAB V 5.1 Kesimpulan... 94

5.2 Saran... 95

DAFTAR PUSTAKA... 96

(7)
(8)

Tabel 3.1. Instrumen Data dan Skala Pengukuran Variabel... 46

Tabel 3.2. Tabulasi Partisipasi Sopir Angkot... 48

Tabel 3.3. Tabel Penolong Frekuensi Yang Diobservasi dan Yang Diharapkan... 50

Tabel 4.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin... 69

Tabel 4.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan... 70

Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Bidang Angkutan Berdasarkan Golongan... 71

Tabel 4.4 Karakteristik Pegawai Berdasarkan Usia... 72

Tabel 4.5 Karakteristik berdasarkan Usia Sopir Angkutan... 74

Tabel 4.6 Karakteristik berdasarkan Status responden Sopir Angkutan... 75

Tabel 4.7 Karakteristik Tanggungan Keluarga Sopir Angkutan... 76

Tabel 4.8 Karakteristik berdasarkan Status Sopir Angkutan... 77

Tabel 4.9 Karakteristik berdasarkan Agama Sopir Angkutan... 77

Tabel 4.10 Karakteristik berdasarkan Pendidikan Akhir Sopir Angkutan... 78

Tabel 4.11 Partisipasi Sopir Angkutan Lyn U dalam Tertib membawa SIM... 79

Tabel 4.12 Partisipasi Sopir Angkutan Lyn U dalam Tertib membawa STNK... 80

(9)

Pengaman Saat Mengemudikan Angkutan... 82

Tabel 4.16 Partisipasi Sopir Tertib Membawa Dongkrak dan Alat Pembuka Ban Cadangan... 82

Tabel 4.17 Partisipasi Sopir Tertib Membawa Segitiga Pengaman... 83

Tabel 4.18 Partisipasi Sopir Tertib Dalam Menaikan Penumpang... 84

Tabel 4.19 Partisipasi Sopir Tertib Dalam Menurunkan Penumpang... 85

Tabel 4.20 Partisipasi Sopir Angkutan Lyn U Tertib Dalam Mematuhi Rambu Rambu Lalu Lintas... 86

Tabel 4.21 Partisipasi Sopir Tertib Dalam mematuhi Marka Jalan... 86

Tabel 4.22 Partisipasi Sopir Tertib Dalam Mematuhi Aturan Berhenti... 87

Tabel 4.23 Partisipasi Sopir Tertib Dalam berkendara mencegah hal – hal yang menimbulkan kecelakaan... 88

Tabel 4.24 Partisipasi Sopir Tertib Dalam berperilaku Wajar dan konsentrasi dalam mengemudikan Angkutan... 88

Tabel 4.25 Partisipasi Sopir Angkutan Lyn U dalam Tertib Mengutamakan keselamatan pengguna jalan... 89

(10)

ABSTRAKSI

CANDRA GALIH TAQWA. PARTISIPASI SOPIR ANGKUTAN LYN U JURUSAN JOYOBOYO – RUNGKUT DALAM PELAKSANAAN TERTIB LALU LINTAS DI KOTA SURABAYA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Partisipasi Sopir Angkutan Lyn U Jurusan Joyoboyo – Rungkut dalam Pelaksanakan Tertib Lalu Lintas di Kota Surabaya.

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kuantitatif dengan satu variabel mandiri yaitu partisipasi sopir dalam pelaksanaan lalu lintas. Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang di peroleh melalui kuisioner. Sampel penelitian ini adalah seluruh Populasi di jadikan responden dengan unit analisis adalah. sopir angkutan lyn U Jurusan Joyoboyo – Rungkut sebanyak 104 sopir.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “diduga terdapat perbedaan partisipasi sopir angkutan lyn U jurusan Joyoboyo – Rungkut dalam pelaksanaan tertib lalu lintas”. Untuk menguji hipotesis di gunakan uji stastistik rumus chi kuadrat satu sampel.

Hasil penelitian menyatakan bahwa Partisipasi sopir angkutan lyn U jurusan Joyoboyo – Rungkut dalam pelaksanaan tertib berlalu lintas di kota Surabaya dalam kategori sedang, hal ini dapat dibuktikan dari jawaban kuisioner didapat 60 responden atau 57,69 % pada kategori sedang, sisanya 44 responden atau 42,31% berada pada kategori tinggi sedangkan yang berada pada kategori rendah tidak ada.

Uji Hipotesis menyatakan bahwa nilai Chi kuadrat hitung sebesar 55,71 ≥ Chi kuadrat tabel sebesar 9,210 sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) artinya terdapat perbedaan signifikan tingkat partisipasi sopir angkutan lyn U dalam pelaksanaan tertib lalu lintas.

(11)

Surabaya adalah ibukota Propinsi Jawa Timur yang merupakan kota terbesar kedua dan kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia. Surabaya juga merupakan salah satu kota tertua di Indonesia yang mengalami pertumbuhan yang pesat, Kota Surabaya yang berkembang menjadi kota dagang dan jasa mesyaratkan tersedianya kemudahan dan kecepatan akses, terutama di bidang sarana prasarana transportasi, karenanya selain menjadi kota transit, Surabaya juga menjadi tujuan bisnis.

Surabaya memiliki luas wilayah admintratif yang cukup besar, lebih kurang 32,6 hektar. Sebagai kota dagang dan jasa menjadikan aktifitas warganya sangat membutuhkan akses yang cepat, terutama transportasi namun kebutuhan warga di kota surabaya demikian telah terpenuhi oleh sarana prasarana kota memadai. Untuk menjangkau seluruh sudut kota, warga kota tak perlu kuwatir karena kota surabaya memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai. tentunya persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan disekitar perkotaan akan timbul. Salah satunya adalah kemacetan lalu lintas yang merupakan bagian penting dari permasalahan di kota-kota besar.

(12)

dalam melancarkan roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan Negara. Sehingga transportasi berperan sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya.

Pentingnya transportasi tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan pelosok tanah air, bahkan dari dan luar negri. Menyadari pentingnya peranan transportasi, maka lalulintas dan angkutan jalan harus di tata dalam satu system transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang serasi dengan tingkat kebutuhan lalulintas dan pelayanan angkutan yang tertib, selamat, aman, nyaman, cepat, tepat,teratur, lancar, dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

(13)

atau hewan di jalan. Masalah yang dihadapi dalam perlalulintasan adalah keseimbangan antara kapasitas jaringan jalan dengan banyaknya kendaraan dan orang berlalu-lalang menggunakan jalan tersebut. Jika kapasitas jaringan jalan sudah hampir jenuh, apalagi terlampaui, maka yang terjadi adalah kemacetan lalu lintas. Sedangkan angkutan adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ketempat lain (tujuan) dengan menggunakan sarana (kendaraan). Yang harus di perhatikan adalah keseimbangan antara kapasitas moda angkutan (armada) denganjumlah (volume) barang maupun orang yang memerlukan angkutan. Bila mana kapasitas armada lebih rendah dari yang di butuhkan , akan banyak barang maupun orang tidak terangkut, atau keduanya dijejalkan ke dalam kendaraan yang ada (Warpani, 2002:1).

Angkutan kota adalah angkutan dari suatu tempat ketempat lain di daerah dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek, angkutan perbatasan adalah angkutan kota atau angkutan pedesaan yang memasuki wilayah kecamatan yang berbatasan langsung pada daerah atau kabupaten/kota, angkutan khusus adalah angkutan yang mempunyai asal dan /atau tujuan tetap, yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput karyawan, permukiman, dan simpul yang berbeda.

(14)

jalan dikuasai oleh Negara yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan perlu di selenggarakan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas daya jangkau dan pelayanannya kepada masyarakat dengan memperhatikan sebesar-besarnya kepentingan umum dan kemampuan masyarakat, kelestarian lingkungan, koordinasi antara wewenang pusat dan daerah serta antar instansi, sector dan antar unsur terkait serta terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan lalulintas dan angkutan jalan, sekaligus dalam rangka mewujudkan sistem transportasi nasional yang handal dan terpadu.

Pembinaan di bidang lalu lintas jalan meliputi aspek-aspek pengaturan, pengendalian dan pengawasan lalu lintas harus di tujukan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas. Aspek pengaturan mencakup perencanaan, perumusan dan penentuan kebijaksanaan umum maupun teknis untuk mencapai tujuan persyaratan keselamatan, perizinan dan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. Aspek pengendalian dilakukan baik di bidang pembangunan maupun oprasi berupa pengarahan maupun bimbingan terhadap penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. Sedangkan aspek pengawasan adalah pengawasan terhadap penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.

(15)

lalu lintas jalan di tingkat pusat dan daerah serta antar instansi, sector dan unsure terkait lainya.

Transportasi jalan juga sebagai salah satu dari trasportasi nasional diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran hokum, dan percaya pada diri sendiri. Adapun yang dimaksud dengan azaz manfaat yaitu bahwa lalu lintas dan angkutan jalan harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat dan perkembangan yang bersekinambungan bagi warga Negara. Asas usaha bersama dan kekeluargaan yaitu bahwa penyelenggaraan usaha angkutan dilaksanakan untuk mencapai cita-cita dan aspirasi bangsa dan dijiwai semangat kekeluargaan. Asas adil dan merata yaitu bahwa penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat, dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

Asas keseimbangan yaitu bahwa lalu lintas dan angkutan jalan harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasrana, antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa antara kepentingan individu dan masyarakat, serta antara kepentingan nasional dan internasional.

(16)

dalam berlalu lintas. Peraturan lalu lintas dan angkutan jalan dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 antara lain adalah, pengemudi kendaraan bermotor pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor di jalan mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar, yang dimaksud dengan mampu mengemudikan kendaraan dengan wajar adalah tanpa dipengaruhi keadaan sakit, lelah atau minum sesuatu yang mengandung alcohol atau obat obatan sehingga dapat mempengaruhi kemampuanya dalam mengendalikan kendaraannya ataupun oleh hal lain. Kendaraan bermotor harus mengutamakan keselamatan pejalan kaki serta mematuhi rambu-rambu marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, waktu kerja dan waktu istirahat pengemudi, gerakan lalu lintas, berhenti dan parker, persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor, peringatan dan bunyi dan sinar, kecepatan maksimum dan minimum, tatacara mengangkut orang dan barang, selain itu pengemudi kendaraan roda empat wajib memakai sabuk keselamatan dan bagi kendaraan roda dua wajib menggunakan helm.

(17)

Dafta r J umlah Lyn U Di Kota Sur a baya

Kode Rute Jumlah

U Joyoboyo – Rungkut PP 104

Sumber: Dinas Perhubngan Kota Surabaya

Berdasarkan tabel diatas dapat diket ahui bahw a di kot a Surabaya

t erdapat 104 buah lyn U dengan rut e Joyoboyo – Rungkut . Dengan

banyaknya jum lah Lyn U di kota Surabaya secara t idak langsung berdampak

pada kemacet an, khususnya di daerah Rungkut , dikarenakan sopir lyn U yang berhenti mendadak, berpindah lajur tanpa memberi tanda, hingga berhenti berlama-lama di bahu jalan untuk mencari penumpang,

Pendapat diatas didukung pernyataan berita yang diambil dari www.detik.com tanggal 18 Mei 2010 dengan judul “Perilaku ugal-ugalan para sopir Angkutan Umum”, mengatakan :

“Salah satu penyebab kemacetan lalu lintas di jalan-jalan protokol di Surabaya adalah perilaku para angkutan umum. Mulai dari yang berhenti mendadak, berpindah lajur tanpa memberi tanda, hingga berhenti berlama-lama di bahu atau badan jalan untuk mencari penumpang, tak peduli apakah ada halte atau tidak”.

Kemudian hal ini lebih khusus disebutkan dalam Harian Jawa Pos tanggal 19 Mei 2010 dengan judul “Terminal sepi, ngetem di luar”, seperti berikut :

(18)

rambu-menurunkan itu ada tempatnya, yaitu di halte”, ungkapnya”.

Dengan adanya fenomena seperti yang telah tersebut di atas, menunjukkan bahwa di kota-kota besar seperti Surabaya, keadaan lalu lintasnya memang telah mengalami masalah besar.

Semenetara berdasarkan pengamatan penulis sendiri, di lokasi Jalan Raya Rungkut, terdapat sekelompok angkutan umum, lebih tepatnya angkutan kota, yaitu Lyn U (warna coklat) yang sedang ngetem di tempat yang bukan semestinya, atau dengan kata lain bukan pada terminal atau halte.

Lyn U sendiri dibagi menjadi tiga trayek, yang pertama yaitu Lyn U untuk jurusan Joyoboyo- Rungkut ; berwarna coklat, yang kedua adalah untuk jurusan Joyoboyo-Jagir-Rungkut Menanggal ; berwarna coklat, dan yang ketiga untuk jurusan Pasar Wonokromo-Gunung Anyar ; berwarna hijau daun (www.google.com).

(19)

Dari uraian pada latar belakang di atas dapat diketahui bahwa masih banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh angkutan umum yang kurangnya kesadaran sopir angkutan umum dalam mentaati tata tertib lalu lintas. Oleh karena itu di perlukanya partisipasi sopir angkutan umum yang tinggi dalam pelaksanaan tertib ber lalu lintas untuk menghindari terjadinya kecelakaan ataupun kemacetan lalu lintas, maka yang terjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “adakah perbedaan tingkat partisipasi sopir angkutan Lyn U jurusan Joyoboyo - Rungkut dalam Melaksanakan Tertib Berlalu Lintas di Kota Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Partisipasi Sopir Angkutan Lyn U jurusan Joyoboyo - Rungkut dalam melaksanakan Tertib Lalu Lintas di Kota Surabaya.

1.4. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

(20)

Diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkait dengan tema atau judul dan juga untuk menambah referensi perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya Jurusan Admintrasi Publik.

3. Bagi Instansi

(21)

2.1. Peneitian Ter dahulu

Dalam penulisan kali ini akan disampaikan peneliti ter dahulu yang membahas dan meneliti pokok kajian yang membahas dan meneliti pokok kajian yang sama yakni sebagai berikut :

1. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh agus wahono mahasiswa fakultas ilmu social dan ilmu politik universitas airlangga Surabaya yang berjudul Kebijaksanaan Pengangkutan umum di kota Surabaya (2000).

Pelayanan pengangkutan umum perkotaan adalam merupakan salah satu pelayanan umum yang keberadaannya semakin penting pada dewasa ini dan pada mas-masa yang akan dating.kebutuhan akan pelayanan pengankutan umum perkotaan meningkat seiring dengan pertumbuhan kota. Dengan demikian tingkat kebutuhan akan keberadan pelayanan pengangkutan umum perkotaan secara terus-menerus meningkat seiring dengan perkembangan atau pertumbuhan kota.

(22)

tersebut diperlikan penataan-penataan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan suatu pelayanan pengangkutan umum perkotaan yang aman, nyaman dan lancer. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dengan pasti perbuatan kebijaksanaan pelayanan pengangkutan umum perkotaan, kebijak sanaan yang mengatur pelayanan pengangkutan umum di perkotaan, pihak-pihak yang menyelenggarakan atau mengolah pelayanan pengangkutan umum perkotaan di kota Surabaya. Disampuing itu juga untuk mengetahui dengan pasti sarana dan prasarana pelayanan pengangkutan umum perkotaan yang ada, jenis angkutan umum perkotaan yang ada serta besarnya tariff angkutan umum perkotaan yang berlaku dan juga pengadaan sarana angkutan umum perkotaan.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penyelenggaraan pengangkutan umum di kota Surabaya dapat dikatakan mengalami perkembangan. Dalam penyelenggaraan angkutan umum terdapat tiga pihak yang secara langsung terlibat didalamnya yakni pihak pemakai jasa, pihak penyedia jasa dan pihak pengatur. Perumusan kebijaksanaan tentang penyelenggara pengangkutan umum perkotaan di kota Surabaya ada kalanya melibatkan pihak pengelola angkutan kota maupun organda, bahkan pada perumusan kebijakansanaan tertentu pengaruh mereka cukup besar.

(23)

himpunan Pengemudi Indonesia KOSGORO Surabaya) (2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi disiplin supir angkutan lyn H4W di himpunan Pengemudi Indonesia (HPI) KOSGORO Surabaya.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantititatif terhadap lima variable yaitu factor pembinaan, factor pendidikan,factor kesadaran, factor lingkungan, dan factor pendapatan, sedangkan untuk variable Y adalah disiplin supir. Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuisoner, sedangkan data skunder yang diperoleh melalui data observasi dan dokumentasi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sopir angkutan lyn H4W sebanyak 480 sopir yang terpilih untuk menjadi sampel sebanyak 214 sopir.

(24)

15,507 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh antara factor pembinaan dengan disiplin sopir angkutan lyn H4W dan tingkat kontingensinya atau keeratan sebesar 0,332 yaitu bersifat lemah, untuk factor pendidikan dengan X2 hitung =5,981 lebih kecil dari pada X2 tabel=15,507 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada pengaruh antara factor pendidikan dengan disiplin sopir angkutan lyn H4W dan tingkat kontingensinyinya atau keeratan sebesar o,185 yaitu bersifat lemah untuk factor kesadaran dengan X2 hitung= 28,869 lebih besar dari pada X2 tabel +15,507 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh antara factor lingkungan dengan disiplin sopir angkutan lyn H4W dan tingkat kontingensi atau keeratan sebesar 0,379 yaitu bersifat lemah, dan untuk factor pendapatan dengan X2 hitung =33,837 lebih besar dari X2 tabel =15 15,507 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh antara factor pendapatan dengan disiplin sopir angkutan lyn H4W dan tingkat kontingensi atau keeratan sebesar 0,413 yaitu bersifat lemah.

3. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh sigit murariyanto mahasiswa fakultas ekonomi universitas airlangga Surabaya yang berjudul upaya mengurangi kemacetan arus lalu lintas jalan di Surabaya untuk memperlancar mobilitas angkutan penumpang dan barang (2001).

(25)

prasarana fisik yaitu trasportasi, trasportasi itu sendiri merupakan pendorng bagi bergeraknya aktifitas social ekonomi di suatu daerah atau kawasan untuk mencapai proses pertumbuhan ekonomi. Salah satu fungsi dari transportasi adalalah mendistribusikan hasil produksi dari sector peng hasil barang yaitu sector pertanian, sector pertambangan, sektorindustri kepada konsumen yang menggunakan serta dalam melaksanakan mobilitas manusia dari satu tempat ketempat yang lain.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai langkah yang strategis tentang penataan, pengendalian macet, pengaturan lalu lintas serta mobilitas orang dan barang.

(26)

terpusat di kawasan yang telah ada. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah obyek penelitian berada di kota Surabaya dan topic yang di ambil adalah tentang lalu lintas dan angkutan umum. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini dengan peneli terdahulu adalah pada variable yang digunakan, penulis menggunakan satu variable , sedangkan peneliti terdahulu menggunakan lima variable yaitu, pembinaan, pendidikan, kesadaran, lingkungan, dan pendapatan serta subyek dalam penelitian terdahulu adalah supir angkutan lyn H4W sedangkan penelitian ini adalan sopir angkutan lyn U.

2.2. Landasa n Teor i

2.2.1. Penger tian Par tisipa si

Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehimgga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggung jawaban bersama (rahman,1998:128).

Partisipasi berti ambil bagian dalam suatu tahap atau lebih dari suatu proses (hoofsteede dalam khairudin, 1992:124).

(27)

a. Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi.

b. Partisipasi menghendaki adanya kontribusi kepentingan atau tujuan kelompok.

c. Partisipasi merupakan tanggung jawab terhadap kelompok.

Partisipasi didefinisikan sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kempuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri (Muhbayarto dalam ndraha, 1990:102).

Partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama (Bhattacharyya dalam ndraha, 1990:102).

Beberapa rincian tentang partisipasi adalah sebagai berikut (Simatupang dalam Khairuddin, 1992:124) :

a. Partisipasi berti apa yang kita jalankan adalah dari usaha bersama yang dijalankan bahu membahu dengan saudara kita sebangsa dan setanah air untuk membangun masa depan bersama.

b. Partisipasi berti pula sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama diantara warga Negara yang mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam Negara kita.

(28)

memberikan sumbangan agar dalam pengertian kita mengenai pembangunan itu dan keadilan social tetap di junjung tinggi. d. Partisipasi dalam pembangunan berti mendorng kearah

pembangunan yang serasi dengan martabat manusia

Dari pengertian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan individu dalam suatu kegiatan bersama dengan berperan serta dalam pencapaian tujuan.

2.2.2. Tingkat Par tisipasi

Partisipasi terbagi tiga tingkatan (hoofsteede dalam khairudin, 1992:125) :

a. Partisipasi inisiasi (Inisiation Participation)

Adalah partisipasi yang mengundang inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun informal, ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu proyek, yang nantinya proyek tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat.

b. Partisipasi legitimasi (legitimation Participation)

Adalah partisipasi pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang proyek tersebut.

(29)

2.2.3. J enis Pa r tisipasi

Partisipasi ada dua macam, yaitu (Rahardjo dalam Ndraha, 1990:102) : 1. Partisipasi vertical

Disebut partisipasi vertical karena bias terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien.

2. Partisipasi horizontal

Disebut partisipasi horizontal karena pada suatu saat tidak mustahil masyarakat mempunyai kemampuan untunk berprakasa, dimana setiap anggota / kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lain, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain.

2.2.4. Ter jadinya Par tisipasi

Ditinjau dari segi motivasinya, partisipasi anggota masyarakat terjadi karena (Khairuddin, 1992:126) :

a. Takut / terpaksa

(30)

seakan-akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang telah ditentukan.

b. Ikut-ikutan

Sedangkan berpartisipasi dengan ikut-ikutan, hanya didorng oleh rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame anggota masyarakat desa. Apalagi kalau yang memulai adalah pimpinan mereka, sehingga keikutsertaan mereka bukan karena dorngan hati sendiri, tetapi merupakan perwujudan kebersamaan saja, yang sudah merupakan kondisi social budaya masyarakat desa.

c. Kesadaran

(31)

2.2.5. Bentuk Par tisipa si

bentuk atau tahap partisipasi adalah sebagai berikut (Ndraha, 1990:103) :

1. partisipasi dalam atau melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal perubahan sosian.

2. Partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan memberikan tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima (menaati, memenuhi, melaksanakan),menerima dengan syarat,maupun dalam arti menolaknya.

3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengembalian keputusan (penetapan rencana). Perasaan terlibat dalam perencanaan perlu ditumbuhkan sedini mungkin di dalam masyarakat. Partisipasi ini disebut juga partisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan politik yang menyangkut nasib mereka, dan partisipasi dalam hal yang bersifat teknis.

4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan,

5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan.

(32)

sesuai dengan rencana dan sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.2.6. Penger tian sopir

Sopir adalah orang yang melakukan pekerjaan menyopir (Zain,1996:1348).

Sopir adalah pengemudi mobil seperti bis, truk, atau taksi (yuwono dan Abdullah, 1994:391).

Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan kendaraan bermotor (Undang-undang No 22 tahun 2009).

Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa sopir adalah orang yang pekerjaannya menyopir atau mengemudikan kendaraan bermotor seperti, mobil, bus dan lyn.

2.2.7. Penger tian Angkutan Umum

(33)

Angkutan adalah kegiatan perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan (Undang-Undang No. 22 Tahun 2009)

Angkutan penumpang dengan angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan system sewa atau bayar (Warpani,2002:38).

Kendaraan umum adalah sebagai kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran (Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1993).

Pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor dilakukan dengan menggunakan sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus, kendaraan khusus kereta api (warpani, 2002:10).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa angkutan adalah kegiatan membawa dan memindahkan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan dari satu tempat ke tempat lain dengan memungut bayar.Jenis Angkutan umum di Indonesia dapat dibedakan dalam tiga kategori utama (warpani, 2002:42), yakni :

a) Angkutan Antar Kota

(34)

propinsi (antark kota dalam propinsi) maupun yang berada di propinsi lain (antarkota antar propinsi) yang berati angkutan daerah.

b) Angkutan Perkotaan

Angkutan perkotaan membentuk jaringan pelayanan antarkota yang berada dalam daerah kota raya, sedangkan angkutan kota adalah angkutan dalam wilayah admintrasi kota.

1. Angkutan umum massal

Angkutan umum massal kota di Indonesia pada umumnya dilayani dengan bus sedang dan kecil, sedangkan bus besar hanya melayani angkutan kota di beberapa kota besar, selebihnya, bus bus besar melayani angkutan kota antar propinsi.

2. Paratransit

(35)

c) Angkutan Pedesaan

Angkutan pedesaan adalah pelayanan angkutan penumpang yang ditetapkan melayani trayek dari dank e terminal tipe c, ciri utama lain yang membedakan angkutan pedesan dengan yang lainya adalah pelayanan lambat, tetapi jarak pelayanan tidak ditentukan.

2.2.8. Pera n Angkuta n Umum

Pada umumnya kota yang pesat perkembanganya adalah kota yang berada pada jalur system angkutan. Sejarah perkembangan sejumlah kota besar di dunia menjadi bukti besarnya peran angkutan terhadap perkembangan kota yang bersangkutan, sehingga peran utama angkutan umum adalah (Warpani, 2002:39) :

a. Melayani kepentingan mobilitas masyarakat dalam melakukan kegiatannya, baik kegiatan sehari-hari yang berjarak pendek atau menengah (angkutan perkotaan ? pedesaan dan angkutan antar kota dalam propinsi) maupun kegiatan sewaktu-waktu antar propinsi).

(36)

jumlah kendaraan yang berlalu-lalang di jalan dapat dikurangi dan dengan demikian kelancaran lalu lintas dapat ditingkatkan.

c. Di bidang perangkutan, penghematan bahan bakar miinyak (BBM) sudah lama menjadi pemikiran para ahli terkait dan energy surya menjadi salah satu pilihan. Selain penghematan BBM, layanan angkutan umum juga perlu ditingkatkan. Jika layanan angkutan umum sudah sedemikian baik dan mampu menggantikan peranan kendaraan pribadi bagi mobilitas masyarakat, maka ribuan kendaraan dapat dikandangkan selama waktu tertentu. Akibat lanjutnya adalah penghematan konsumsi BBM bagi operasi angkutan.

d. Berkaitan dengan pengembangan wilayah, angkutan umum juga sangat berperan dalam menunjang interaksi social-budaya masyarakat. Pemanfaatan sumber daya alam maupun mobilisasi sunber daya manusia dan sumber daya tanah serta pemerataan pembangunan daerah berserta hasil-hasilnya, didukung oleh system perangutan yang memadai dan sesuai dengan tuntutan kondisi setempat.

2.2.9. Tujuan Pelayana n Angkuta n Umum

(37)

Sedangkan tujuan pelayanan jasa ngkutan adalah menunjang kelancaran mobilitas orang dan barang antar daerah.

Esensi dari operasi pelayanan angkutan umum adalah menyediakan layanan angkutan pada saat dan tempat yang tepat untuk meemenuhi permintaan masyarakat yang beragam (Warpani, 2002:41).

2.2.10.Penger tian Ter tib

Tertib adalah menurut aturan, teratur (Yuono dan Abdullah,1994:426). Sedangkan pengertian ketertiban adalah (Purwodarminto,1996:1064) :

1. Aturan atau peraturan dalam masyarakat 2. Adat kesopanan dalam pergaulan masyarakat. 3. Keadaan serba teratur baik.

Ketertiban juga mempunyai arti sebagai suatu peraturan yang di dalam suatu masyarakat yang menjadikan suatu keadaan yang serba teratur dan baik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990:940).

(38)

2.2.11.Penger tian Lalu Linta s

Lalu lintas adalah hilir mudik berjalan bolak balik (Yuono dan Abdullah, 1994:254). Lalu lintas (traffic) adalah kegiatan lalu lalang atau gerak kendaraan, orang, atau hewan di jalan. Masalah yang dihadapi dalam perlalu lintasan adalah keseimbangan antara kapasitas jaringan jalan dengan banyaknya kendaraan dan orang-orang yang berlalu-lalang menggunakan jalan tersebut (Warpani, 2002:1).

Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan. Lalu lintas dan angkutan jalan dikuasai oleh Negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah (Undang-Undang Republik Indonesia No 22 Tahun 2009).

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh orang, kendaraan, dan hewan yang bergerak hilir mudik, lalu lalang.

2.2.12.Pengendalian Lalu Lintas

(39)

1. Pemilihan moda (lajur khusus).

Dalam lalu lintas bercampur baur, laju kendaraan di tentukan oleh kendaraan yang bergerak paling lambat, misalnya kendaraan yang tidak bermotor atau bus kota karena sering berhenti. Pemilihan moda akan meningkatkan kelancaran, karena laju kendaraan cepat tidak terhambat oleh laju kendaraan yang lambat.

2. Larangan belok kanan.

Kendaraan yang berbelok ke kanan, menurut teori, memunculkan sejumlah titik konflik lalulintas. Kebijakan larang belok kanan adalah upaya meniadakan titi konflik tersebut. Untuk dapat menerapkan kebijakan larangan belok kanan, system jaringan jalan harus mampu menampung kebutuhan kendaraan yang harus belok kanan, yakni ada jalan alternative belok kiri yang akhirnya menuju arah yang dikehendaki, atau dibangun sebuah jalan laying (pola semanggi).

3. Belok kiri langsung

(40)

di kenai sanksi karena menghambat laju kendaraan lain yang bermaksud belok kiri.

4. Arus searah

System arus searah, menurut teori, mampu meningkatkan kapasitas jalan sampai dengan 100% kelemahanya adalah kendaraan harus menempuh jarak lebih panjang, namun waktu perjalanan dapat dipersingkat.

5. Arus pasang

Angkutan umum secara matematik menggunakan ruang gerak jauh lebuh hemat daripada angkutan pribadi dihitung persatuan penumpang. Oleh karena itu, memberikan proritas jalan bagi angkutan umum adalah konsep yang rasional. Dalam hal ini, bagi angkutan umum bisa diterapkan kekhususan berupa penerapan arus pasang yakni jalur melawan arus. Dengan kata lain, pada suatu ruas jalan diterapkan arus searah bagi semua kendaraan, kecuali bagi angkutan umum untuk melawan arus (arus pasang).

6. Parkir kendaraan

(41)

2.2.13.Pesyar ataan Pengemudi dan Kendar aan

Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa hamper semua kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan, penyebab utamanya adalah pengemudi, dengan berbagai factor yang melekat pada dirinya, misalnya: kebugaran jasmani, kesiapan mental pada saat mengemudi, kelelahan, pengaruh minuman keras dan obat terlarang. Kondisi ketidak pastian pengemudi membuka peluang besar terjadinya kecelakaan yang parah, disamping membahayakan keselamatan pengguna jalan lainya ( Warpani, 2002:109).

Setiap pengemudi kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) yang sesuai dengan peruntukkannya. SIM adalah Surat Ijin Mengemudi. Di Negara kita SIM diterbitkan oleh satuan lalu lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Priyo, 1997:18).

Setiap orang yang ingin memperoleh SIM tidaklah begitu sulit asal sudah memenuhi persyaratan. Setiap orang yang ingin memperoleh surat izin mengemudi sudah seharusnya melalui prosedur dan tata cara yang benar. Prosedur dan tata cara yang harus dilalui untuk mem peroleh SIM ialah melalui proses admintrasi, memiliki pengetahuan tentang UULLAJ (Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan) dan peraturan pelaksanaanya, pengetahuan mengenai kendaraan bermotor serta melalui ujian teori dan praktek.

(42)

pengmudi dan kendaraan yang terdiri dari pemeriksaan (Peraturan Pemerintah RI No 42 tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan): a. Surat izin mengemudi

b. Surat tanda nomor kendaraan bermotor c. Surat tanda coba kendaraan bermotor d. Tanda nomor kendaraan bermotor e. Tanda coba kendaraan bermotor

2.2.14.Persyar atan teknis dan laik jalan Kendar aa n Umum

Kendaraan atau moda angkutan yaitu suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri atas kendaraan bermotor (yakni kendaraan yang digerakan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu) dan kendaraan tidak bermotor (yakni kendaraan yang digerakan oleh tenaga manusia atau hewan). Setiap kendaraan yang di operasikan di jalan harus sesuai dengan peruntukkanya, artinya sesuai dengan rancangan peruntukanya

(43)

tidak terjadi pencemaran udara, serta tidak bising ketika di operasikan di jalan (Warpani, 2002:9).

Kendaraan yang wajib di uji saat ini, yaitu : mobil bis, mobil barang, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan umum. Pengujian kendaraan bermotor, meliputi (Priyo. 1997:5)

a. Menguji kelengkapan peryaratan teknis dan kelaikan jalan kendaraan bermotor.

b. Memberikan buku uji, plat dan tanda samping pada kendaraan yang lulus uji

c. Melaksanakan pendataan kendaraan wajib uji.

2.2.15.Persyar atan Fisik Kendar aan Ber motor

Pengemudi kendaraan bermotor pada waktu malam hari atau waktu lain dalam keadaan gelap, wajib menyalakan lampu yang meliputi (Peraturan Pemerintah RI No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan lalu lintas Jalan) : a. Lampu utama dekat

b. Lampu posisi depan dan belakang lampu tanda nomor kendaraan c. Lampu batas yang di wajibkan bagi kendaraan tertentu.

(44)

Lampu isyarat ini menjadi peryaratan teknis minimal pada setiap kendaraan yang dinyatakan laik jalan (Warpani,2002:98).

Komponen pendukung kendaraan bermotor, terdiri dari (peraturan Pemerintah RI No 44 tahun 1993 tentang kendaraan dan pengemudi) :

a. Pengukur kecepatan, untuk kendaraan bermotor yang memiliki kemampuan kecepatan 40 km/jam atau lebih pada jalan datar

b. Kaca spion

c. Penghapus kaca kecuali sepeda motor d. Klakson

e. Sabuk keselamatan kecuali sepeda motor f. Sepekbor

g. bumper kecuali sepeda motor.

2.2.16.Pera tur an dan Per lengkapa n Kenda r aan Ber motor

(45)

2.2.17.Tata car a pengangkutan penumpa ng

Untuk menunjang kelancaran mobilitas orang maupun arus barang dan untuk terlaksanya keterpaduan intra dan antar moda secara lancer dan tertib, di tempat-tempat tertentu dapat di bangun dan diselenggarakan terminal. Pada hakekatnya terminal merupakan simpul dalam jaringan perangkutan jalan yang terdiri atas : terminal dan barang.

Sesuai dengan fungsinya, dalam pembangunan sebuah terminal perlu dipertimbangkan antara lain : lokasi, tata ruang, kapasitas, kepadatan lalu lintas, dan keterpaduan dengan moda angkutan lainya. Terminal juga menjadi tempat pengaturan keberangkatan dan kedatangan kendaraan umum. Dengan demikian, terminal menjadi komponen penting dalam system perangkutan, dan sering merupakan prasarana yang memerlukan biaya besar.

(46)

2.2.18.Pera tur an La lu Lintas

Rambu-rambu terdiri dari 4 golongan (Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan) :

a. Rambu peringatan, digunakan untuk menyatakan peringatan bahay atau tempat berbahaya pada jalan di depan pemakai jalan.

b. Rambu larangan, digunakan untuk menyatakan perbuatan yang di larang di lakukan oleh pemakai jalan.

c. Rambu perintah, di gunakan untuk menyatakan perintah yang wajib di lakukan oleh pemakai jalan.

(47)

2.3. Kera ngka Ber fikir

Kerangka berpikir ini akan dituangkan suatu pemikiran secara terkonsep tentang alur penelitian yang akan di lakukan. Dimana tingkat partisipasi sopir angkutan lyn U di bedakan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, rendah

Ga mbar 1 Ker angka Ber fikir

PELAKSANAAN TERTIB LALU LINTAS (Menurut UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan

RENDAH PARTISIPASI SOPIR ANGKUTAN LYN U

(48)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan tujuan, landasan teori dan krangka berfikir dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

HO = tidak terdapat perbedaan partisipasi sopir angkutan lyn U jurusan Joyoboyo – Rungkut dalam pelaksanaan tertib berlalu lintas di kota Surabaya.

(49)

3.1 Definisi opr asional dan pengukur a n var iable

Dalam penelitian ini mengoprasikan satu variable yaitu partisipasi sopir angkutan lyn U jurusan joyoboyo – rungkut dalam pelaksanaan Tertib Lalu Lintas Di Kota Surabaya

Adapun indicator dari tingkat partisipasi sopir angkutan lyn U dalam pelaksanaan tertib lalu lintas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Persyaratan pengemudi dan kendaraan 1. Surat Izin Mengemudi (SIM)

(50)

Setiap kendaraan bermotor yang di oprasikan dijalan wajib didaftarkan. Sebagai bukti bahwa kendaraan bermotor telah di daftarkan, diberikan buku pemilik kendaraan bermotor serta tanda nomor kendaraan bermotor. Untuk indicator ini responden harus memiliki partisipasi tinggi atau partisipasi karena kesadaran apabila responden dalam mengemudikan angkutan umum selalu membawa STNK, untuk responden yang memiliki partisipasi sedang atau partisipasikarena ikut-ikutan apabila responden dalam mengemudikan angkutan umum pernah tidak membawa STNK, sedangkan responden yang termasuk dalam partisipasi rendah atau partisipasi karena takut apabila responden dalam mengemudikan angkutan umum kadang- kadang tidak membawa STNK

3. Peryaratan teknis dan laik jalan kendaraan umum 1.Uji kir

(51)

dengan uji kir.

4. Persyaratan fisik kendaraan bermotor 1. Lampu, kaca spion, dan klakson.

Untuk keselamatan dan keamanaan kendaraan harus dilengkapi dengan lampu, kaca spion, penghapus kaca, klakson. Untuk indicator ini responden memiliki partisipasi tinggi ataupartisipasikarena kesadaran apabila angkutan umum yang dikemudikan responden selalu dilengkapi dengan lampu, kaca spion, dan klakson, untuk responden yang memiliki partisipasi sedang atau partisipasikarena ikut-ikutan apabila angkutan umum yang dikemudikan responden pernah tidak dilengkapi dengan kaca spion, klakson, sedangkan responden yang termasukdalam partisipasi rendah atau partisipasi karena takut apabila angkutan umum yang dikemudikan responden kadang-kadangtidak dilengkapi dengan lampu, kaca spion, dan klakson.

2. Sabuk pengaman

(52)

partisipasi karena ikut –ikutan apabila responden dalam mengemudikan angkutan umum pernah tidak menggunakan sabuk pengaman, sedangkan responden yang termasuk dalam partisipasi rendah atau partisipasi karena takut apabila responden dalam mengemudikan angkutan umum kadang-kadang tidak menggunakan sabuk pengaman

5. Peralatan dan perlengkapan kendaraan bermotor 1. Dongkrak , ban cadangan dan alat pembuka ban

(53)

Setiap kendaraan bermotor kecuali speda motor dilengkapi peralatan kendaraan meliputi segitiga pengaman. Untuk indicator ini responden memiliki partisipasi tinggiatau partisipasikarena kesadaran apabila angkutan umum yang di kemudikan responden selalu di lengkapi dengan segitiga pengaman, untuk responden yang memiliki partisipasi sedang atau partisipasi karena ikut-ikutan apabila angkutan umum yang dikemudikan responden pernah tidak dilengkapi dengan segitiga pengaman, sedangkan responden yang termasuk dalam partisipasi rendah atau partisipasi karena takut apabila angkutan umum yang dikemudikan responden kadang-kadang tidak dilengkapi dengan segitiga pengaman.

6. Tata cara pengangkutan penumpang 1. Menaikan

(54)

atau partisipasi Karena takut apabila dalam mengemudikan angkutan responden mengangkut penumpang di sembarang tempat sesuai dengan kebutuhan penumpang.

2. Menurunkan

Demi menjaga keselamatan penumpang, pengemudi angkutan umum harus memperhatikan tata cara menurunkan penumpang sesuai dengan tempat yang ditentukan. Untuk indicator ini responden memiliki partisipasi tinggi atau partisipasi karena kesadaran apabila dalam mengemudikan angkutan umum responden menurunkan penumpang di halte atau tempat yang telah di tentukan untuk pemberhentian, untuk responden yang memiliki partisipasi sedang atau partisipasi ikut-ikutan apabila dalam mengemudikan angkutan umum responden menurunkan penumpang disembarang tempat yang tidak melanggar aturan, sedangkan responden yang termasuk dalam partisipasi rendah atau partisipasi Karena takut apabila dalam mengemudikan angkutan responden menurunkan penumpang di sembarang tempat sesuai dengan kebutuhan penumpang.

7. Peraturan Lalu Lintas 1. Rambu-rambu

(55)
(56)

Indika tor Da ta /Komponen yang diukur Skala Pengukuran Data

Uji Kir Tidak Pernah

Kadang-kadang

Lampu,kaca spion,dan klakson Tidak Pernah Kadang-kadang

Selalu

Sabuk Pengaman Tidak Pernah

Kadang-kadang

Dongkrak dan alatpembuka bandanban cadangan

Tidak Pernah Kadang-kadang

Selalu

Segitiga pengaman Tidak Pernah

Kadang-kadang

Selalu

Tata cara Pengangkutan penumpang

Menaikkan Di 46alted an

tempat lain

Menurunkan Di 46alted an

tempat lain

Mematuhi rambu-rambu lalu lintas

Tidak Pernah Kadang-kadang

Selalu

Mematuhi marka jalan Tidak Pernah

Kadang-kadang

Selalu

(57)

Perilaku wajar dan penuh konsentrasi dalam mengemudi

Tidak Pernah Kadang-Kadang

Selalu

Perilaku mengutamakan keselamatan pengguna jalan lainnya

Tidak Pernah Kadang-Kadang

Sealalu

Untuk teknik atau cara pengukuran interval kelas digunakan rumus : Xn – X1

I = ∑

Kelas

Dimana :

(15x3) – (15x1)

I =

3

=

10

Keterangan :

I =

interval kelas

Xn

=

sekor tertinggi X1

=

sekor terendah

(58)

score jawaban responden dan frekuensi masing-masing kategori adalah : Tabel 3.2

Tabulasi Par tisipa si Sopir Angkot

Inter val Kela s Inter val J umla h Scor e

J awaba n Responden

Kategor i

15,0 – 25,0 15 – 25 Rendah

25,1 – 35,0 25 – 35 Sedang

35,1 – 45,0 35 – 45 Tinggi

3.2 Populasi, Sampel dan teknik Penar ikan Sampel

Jumlah seluruh sopir angkutan lyn U menurut Dinas Perhubungan Kota Surabaya berjumlah 104 orang, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh angkutan lyn U menurut dinas perhubungan kota Surabaya yang masih aktif dari anggota baru hingga anggota lama 104 responden sopir angkutan lyn U.

(59)

1. jenis data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data primer

Yaitu data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari para responden atau narasumber.

b. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari data yang ada pada lembaga atau instansi serta bahan lainnya yang berkaitan dengan variable penelitian ini.

2. Pengumpulan data

Dalam mencari atau mengumpulkan data primer dan sekunder penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, yaitu antara lain: a. Angket

Untuk memperoleh data primer penulisa juga menggunakan angket karena jumlah responden besar. Maka kuisioner ini disebarkan kepada responden dengan harapan akan memperoleh data yang valid dan benar. b. Observasi

Pengamatan awal digunakan untuk menulis latar belakang dalam penelitian.

c. Dokumentasi

(60)

penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan dapat terkumpul kemudian akan diklasifikasikan dan ditabulasikan. Proses penyusunan, pengaturan dan pengolah data agar dapat digunakan untuk membenarkan atau menyalahkan hipotesis disebut pengolahan data dan analisis data.

Tahap dalam metode analisis : 1. Rekapitulasi data quisioner.

2. Penjumlahan score masing-masing responden.

3. Perhitungan frekuensi observasi masing – masing kategori dimasukkan dalam tabel penolong.

Tabel 3.3

Tabel Penolong Fr ekuensi Yang di Obser vasi dan Fr ekuensi Yang di Har apa kan

Kategori Fo Fh ( Fo-Fh ) ( Fo-Fh )² ( Fo-Fh )² Fh Partisipasi Rendah

Partisipasi Sedang Partisipasi Tinggi

Sumber :Sugiyono (2004:251)

(61)

penelitian ini menggunakan rumus Chi kuadrat sebagai berikut

Rumus Chi kuadrat :

∑ (f o –fh) 2

χ 2 = ____________

fh

Sumber sugiono (2004 : 250) Dimana :

χ 2 = Chi kuadrat

Fo

=

Frekuensi yang diobservasi atau diperoleh baik melalui pengamatan maupun hasil angket

Fh = Frekuensi yang diharapkan

Sedangkan uji hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ho = tidak terdapat perbedaan partisipasi sopir angkutan lyn U jurusan Joyoboyo – rungkut dalam pelaksanaan tertib berlalu lintas di kota Surabaya

Ha = terdapat perbedaan partisipasi sopir angkutan lyn U jurusan Joyoboyo – rungkut dalam pelaksanaan tertib berlalu lintas di kota Surabaya.

Untuk menguji hipotesis tersebut dalam penelitian ini digunakan satu sampel yang terdiri dari 3 (tiga ) kategori, maka derajat kebebasannya (dk) = 3-1 = 2.

(62)
(63)

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK

4.1.Gambaran Umum Obyek Dinas Per hubungan Kota Sur abaya

Dinas Perhubungan berdiri pada tahun 1989 merupakan tiga dinas sebagaimana Peraturan Daerah No. 3 tahun 2001 yaitu Dinas Parkir, Dinas Terminal, Dinas LLAJ dan digabung menjadi satu dalam rangka otonomi daerah UU 22 tahun 1999 dan peraturan pemerintah no 25 tahun 2000. Sebelum tergabung menjadi Dinas Perhubungan, ketiga dinas ini berdiri sendiri dengan tugas dan wewenang masing –masing.

Dinas Parkir bertugas melaksanakan bidang per pakiran, Dinas Lalu Lintas angkutan Jalan bertugas melaksanakan pembinaan manajemen dan rekayasa lalu lintas yang meliputi jalan kota, jalan propinsi dan jalan nasional dan Dinas Terminal bertugas melaksanakan keterminalan meliputi perencanaan, pengadaan, pembangunan, pengawasan, pengembangan. Keamanaan dan pemeliharaan terminal. kantor Dinas Perhubungan Kota Surabaya berada di jalan Dukuh Menanggal no. 1 Surabaya.

4.1.1. Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Sur abaya

Adapun Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Surabaya a. Visi Dinas Perhubungan Kota Surabaya

(64)

b. Misi Dinas Perhubungan Kota Surabaya

Mengembangkan sistem transportasi perkotaan yang terintegrasi diwilayah “ Greater Surabaya”, dengan meningkatkan kerja sama antar daerah dibidang transportasi. Dan Meningkatkan kualitas pelayanan dan penerimaan PAD di sector transportasi.

4.1.2 Struktur Organisasi

(65)

Gambar 2

(66)

Menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 14 tahun 2005, susunan organisasi Dinas Perhubungan Kota Surabaya terdiri dari :

a. Unsur Pimpinan : Kepala Dinas b. Kelompok Jabatan Fungsional c. Unsur Tata Usaha ;

1. Sub Bagian Umum 2. Sub Bagian Kepegawaian d. Unsur Sarana Prasarana

1. Seksi Pengembangan 2. Seksi Pemeliharaan e. Bidang Lalu Lintas

1. Seksi Manajeman Lalu Lintas 2. Seksi Rekayasa Lalu Lintas f. Bidang Angkutan

1. Seksi Angkutan Darat

2. Seksi Angkutan Laut dan Udara g. Bidang Pengendalian dan Operasional

1. Seksi Ketertiban

2. Seksi Bimbingan Keselamatan h. Unsur Pelaksana UPTD, terdiri :

(67)

4. UPTD Terminal Tambak Osowilangun 5. UPTD Terminal Joyoboyo

6. UPTD parker Wilayah Timur 7. UPTD Parkir Wilayah Utara 8. UPTD Parkir Wilayah Selatan

4.1.3 Deskr ipsi J abatan dan Tugas Serta Tanggung J awab 1. Tugas dan Fungsi

Dinas mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Daerah dalam bidang perhubungan serta tugas yang diberikan oleh Pemerintah dan / atau Pemerintah Propinsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas

d. Pengelolaan ketatausahaan dinas

(68)

2. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang ketatausahaan.

a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana program, anggaran dan pelaporan

b. Pelaksanaan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan c. Pengelolaan administrasi kepegawaian

d. Pengelolaan surat menyurat, dokumentasi, rumah tangga dinas, perlengkapan / peralatan kantor, kearsipan danm perpustakaan e. Pelaksanaan hubungan masyarakat dan keprotokolan

f. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dibidang ketatausahaan g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

h. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(1) Sub Bagian Umum mempunyai tugas :

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang umum

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang umum

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang umum

(69)

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian tata usaha sesuai tugas dan fungsinya

(2) Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas :

a. Menyiapkan bahan Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang kepegawaian

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang kepegawaian

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang kepegawaian

d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang kepegawaian

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

(70)

3. Bidang Sarana dan Pasarana

Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang sarana dan prasarana.

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang sarana dan prasarana

b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis dibidang sarana dan prasarana

c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang sarana dan prasarana

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dibidang sarana dan prasarana

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

(1) Seksi Pengembangan mempunyai tugas :

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pengembangan

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pengembangan

(71)

d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang pengembangan

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian tata usaha sesuai tugas dan fungsinya

(2) Seksi Pemeliharaan mempunyai tugas :

a. Menyiapkan bahan Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pemeliharaan

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pemeliharaan

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang pemeliharaan

d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang pemeliharaan

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

(72)

4. Bidang Lalu Lintas

Bidang Lalu Lintas mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang lalu lintas.

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang lalu lintas

b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis dibidang lalu lintas

c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang lalu lintas

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dibidang lalu lintas e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

(1) Seksi Manajemen Lalu Lintas mempunyai tugas :

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang Manajemen Lalu Lintas

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di Manajemen Lalu Lintas

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang Manajemen Lalu Lintas d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang

(73)

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian tata usaha sesuai tugas dan fungsinya

(2) Seksi Rekayasa Lalu Lintas mempunyai tugas :

a. Menyiapkan bahan Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang Rekayasa Lalu Lintas

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang Rekayasa Lalu Lintas

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang Rekayasa Lalu Lintas d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang

Rekayasa Lalu Lintas

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

(74)

5. Bidang Angkutan

Bidang Angkutan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang angkutan.

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang angkutan b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis dibidang angkutan c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi

lain dibidang angkutan

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dibidang angkutan e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

(1) Seksi Angkutan Darat mempunyai tugas :

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang Angkutan Darat

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di Angkutan Darat

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang Angkutan Darat

d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang Angkutan Darat

(75)

f. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian tata usaha sesuai tugas dan fungsinya

(2) Seksi Angkutan Laut dan Udara mempunyai tugas :

a. Menyiapkan bahan Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang Angkutan Laut dan Udara

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang Angkutan Laut dan Udara

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang Angkutan Laut dan Udara

d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang Angkutan Laut dan Udara

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian tata usaha sesuai tugas dan fungsinya

6. Bidang Pengendalian dan Operasional

Bidang Pengendalian dan Operasional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pengendalian dan operasional.

(76)

b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis dibidang pengendalian dan operasional

c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang pengendalian dan operasional

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dibidang pengendalian dan operasional

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

(1) Seksi Penertiban mempunyai tugas :

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang Penertiban

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di Penertiban

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang Penertiban

d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang Penertiban

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

(77)

(2) Seksi Bimbingan Keselamatan mempunyai tugas :

a. Menyiapkan bahan Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang Bimbingan Keselamatan

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang Bimbingan Keselamatan

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang Bimbingan Keselamatan d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian dibidang

Bimbingan Keselamatan

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian tata usaha sesuai tugas dan fungsinya

7. Tata Kerja

Dalam melaksanakan tugasnya, kepala dinas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah, malalui sekretaris daerah. 1. Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang

(78)

2. Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang kepala sub bagian yang dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan bertanggungjwab kepada kepala bagian tata usaha.

3. Setiap Bidang dipimpin oleh seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas.

4. Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang melaksanakan tugas berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala bidang masing – masing.

5. Hubungan antara kepala dinas dengan bawahan atau sebaliknya secara administratif dilaksanakan melalui bagian tata usaha.

8. Kepala Dinas

1. Kepala dinas berkewajiban mengkoordinasi seluruh kegiatan aparat pelaksana dan staf dinas.

2. Kepala dinas berkewajiban melaksanakan prinsip – prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi baik dalam lingkungan dinas maupun dengan instansi lain yang terkait.

3. Kepala bagian tata usaha, kepala bidang, kepala sub bidang dan kepala seksi berkewajiban melaksanakan prinsip- prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi sesuai dengan bidang tugasnya masing – masing.

(79)

memberikan bimbingan atau pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil – hasil pelaksanaan tugas menurut jenjang jabatannya masing – masing.

4.1.4 Komposisi Pegawai

Di kantor Dinas Perhubungan Kota Surabaya pada bidang angkutan, memiliki 29 orang pegawai termasuk pemimpin. Adapun keadaan pegawai bidang angkutan pada dinas Perhubungan Kota Surabaya dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 4.1

Komposisi Pegawai Berdasar kan J enis Kelamin No J enis Kelamin J umlah (Or ang) Pr osentase (% )

1 Laki – laki 23 79,31

2 Perempuan 6 20,69

Jumlah 29 100,00

Sumber : Monografi Kantor Dinas Pehubungan Kota Surabaya 2010

(80)

Tabel 4.2

Komposisi Pegawai Berdasar kan Pendidikan

No Pendidikan J umlah Pr osentase (% )

1 Pasca Sarjana S2 1 3,45

2 Sarjana S1 8 27,58

3 Diploma D3 0 0,00

4 SLTA 18 62,07

10 SLTP 2 6,90

11 SD 0 0,00

Jumlah 29 100,00

Sumber : Monografi Kantor Dinas Perhubungan Kota Surabaya 2010

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah pegawai terbanyak terdapat pada tigkat pendidikan SLTA, karena banyak dibutuhkan tenaga lulusan SLTA.

(81)

Tabel 4.3

Komposisi Pegawai Bidang Angkutan Berdasar kan Pangkat/ Golongan

NO Pangkat Golongan J umlah Pr osentase

(% )

1 Pembina Madya IV/b 1 3,44

2 Pembina Tingkat I III/d 2 6,90

3 Pembina III/c 1 3,44

4 Penata Tingkat I III/b 2 6,90

5 Penata III/a 1 3,44

6 Penata Muda Tingkat I III/a 2 6,90

7 Penata Muda II/c 1 3,44

8 Pengatur Tingkat I II/d 1 3,44

9 Pengatur II/c 8 27,60

10 Pengatur Muda Tingakat I II/a 8 27,60

11 Pegatur Muda II/a 2 6,90

Jumlah 29 100,00

Sumber : Monografi Kantor Dinas Perhubungan Kota Surabaya 2010

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Jumlah Lyn U Di Kota Surabaya
Gambar 1 Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Instrumen Data dan Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.2 Tabulasi Partisipasi Sopir Angkot
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut, karena berat badan bayi saat lahir sebagai variabel respon yang bertipe kontinu sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan

Dari hasil pengukuran kadar iodium pada GFGa dan GFGb, dimana kadar iodiumnya tidak berbeda nyata selama penyimpanan, membuktikan bahwa adanya besi elemental di dalam garam

pesantren Ulil Albab Ngaliyan Semarang. Sumber data sekunder yang dimaksud adalah sumber berupa data yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis bahas,

NISP Dana Tetap Likuid merupakan alternatif produk investasi dalam mata uang Rupiah bagi nasabah yang memberikan suatu tingkat pengembalian investasi yang menarik

Aspek risk profile yang diukur dengan risiko likuiditas (LDR) menunjukkan tingkat kesehatan rata-rata yang cukup sehat dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 97%

Setiap permasalahan yang timbul diperlukan alternatif atau usaha- usaha untuk mengatasi atau meminimalisir hambatan atau permahasalahan tersebut, supaya segala aktifitas di

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2013, lokasi di Estuaria Sungai Musi, Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 1).. Identifikasi

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer Dengan Menggunakan Metode Rapid Application Development (RAD) Pada PT.. Marrykha