• Tidak ada hasil yang ditemukan

REMPAH PEMBAWA BERKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REMPAH PEMBAWA BERKAH"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN : 978-623-256-416-9 Pertanian KAPULA GA RA TU REMP AH PEMB AW A BERKAH Po tensi Pr ospek tif di E ra P andemi C O VID-19

KAPULAGA

RATU REMPAH PEMBAWA BERKAH

Potensi Prospektif di Era Pandemi COVID-19

Dona Octavia

KAPULAGA

RATU REMPAH PEMBAWA BERKAH

Potensi Prospektif di Era Pandemi COVID-19

Reviewer: Prof. Moch. Sambas Sabarnurdin, M.Sc, Ph.D

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai banyak manfaat. Kapulaga merupakan salah satu jenis tumbuhan yang potensial dikembangkan sebagai tanaman yang mempunyai multi manfaat dalam suatu praktek agroforestri. Kapulaga dapat memberi keuntungan secara ekonomi, mudah dibudidayakan secara agronomi dan sesuai dengan lingkungan tropis Indonesia secara agroklimat. Komoditas ini selalu menjadi primadona karena kebutuhan pasar dunia yang selalu tinggi. Walaupun berbagai komoditas pertanian mengalami penurunan harga karena resesi ekonomi dunia, namun harga jual kapulaga justru semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena kapulaga merupakan kebutuhan sehari-hari penduduk dunia sebagai bahan baku makanan, minuman dan obat-obatan.

Budidaya kapulaga tidak membutuhkan lahan khusus yang luas dengan input usaha yang tergolong ekonomis. Jenis ini mampu tumbuh di bawah naungan pohon, sehingga dapat dikembangkan di lahan yang terbatas bersamaan dengan pohon atau tanaman lainnya dalam sebidang lahan dalam praktek wanatani atau agroforestri. Bahkan, keberadaan pohon penaung menjadi syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhannya. Hal ini sangat menguntungkan dari sisi ekonomi karena petani dapat memperoleh berbagai jenis hasil dari sebidang lahan yang terbatas, dan potensial dikembangkan di areal kelola Perhutanan Sosial dan pekarangan.

Buku ini menyajikan beragam informasi tentang kapulaga secara komprehensif dari hasil kajian referensi maupun telaah hasil penelitian mulai dari pengenalan jenis dan pemanfaatannya; persyaratan lingkungan dan tempat tumbuh; teknik budidaya; pemanenan, pasca panen dan pemasaran; analisa usaha agroforestri; serta prospek pengembangannya di areal kelola Perhutanan Sosial dan pekarangan, sehingga dapat memberikan inspirasi dan motivasi dalam pengembangan dan pemanfaatan jenis multiguna yang bernilai ekonomis, tak terkecuali di masa pandemi Covid-19 ini. Buku ini tepat untuk dibaca oleh para pihak, baik pelaku usaha maupun masyarakat dalam kegiatan budidaya tanaman. Diharapkan kehadirannya bermanfaat bagi pelaku usaha, masyarakat pengelola hutan khususnya di areal kelola PS maupun masyarakat umum pengelola lahan di tingkat tapak dan juga dapat menjadi motivasi serta inspirasi dalam memanfaatkan bidang lahan yang terbatas dengan input usaha yang minimal untuk mendapatkan hasil yang prospektif secara maksimal.

(2)

KAPULAGA

RATU REMPAH PEMBAWA BERKAH

(3)
(4)

Penerbit IPB Press

Jalan Taman Kencana No. 3,

Kota Bogor - Indonesia

C.01/11.2020

Aditya Hani

Dona Octavia

KAPULAGA

RATU REMPAH PEMBAWA BERKAH

(5)

Penulis:

Aditya Hani Dona Octavia

Reviewer:

Prof. Moch. Sambas Sabarnurdin, M.Sc, Ph.D

Editor:

Pratama Desriwan Dwi Murti Nastiti

Penata Isi & Desain Sampul:

Army Trihandi Putra

Jumlah Halaman:

76 + 16 halaman romawi; Uk: 15,5 × 23 cm

Edisi/Cetakan:

Cetakan 1, November 2020

PT Penerbit IPB Press

Anggota IKAPI

Jalan Taman Kencana No. 3, Bogor 16128

Telp. 0251 - 8355 158 E-mail: penerbit.ipbpress@gmail.com www.ipbpress.com

ISBN: 978-623-256-416-9

Diterbitkan oleh PT Penerbit IPB Press, Bogor - Indonesia Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan

© 2020, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit

Penerbitan dibiayai oleh:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Jl. Gunung Batu No.5 Bogor 16610,

(6)

lahan di tingkat tapak maupun pengelola hutan di areal Perhutanan Sosial (PS) memahami informasi yang disampaikan dalam buku ini. Di masa pandemi ini, kita tertantang untuk memaksimalkan potensi sumberdaya alam yang ada untuk meningkatkan perekonomian, dengan tetap menjaga aspek kelestariannya. Perhutanan sosial dengan salah satu bisnis agroforestri di dalamnya, menjadi sebuah solusi menyiasati dampak krisis ekonomi saat ini. Potensi rempah dan herbal kapulaga sebagai komponen agroforestri di areal kelola PS cukup menjanjikan untuk mendukung kebutuhan pangan dan obat herbal domestik maupun mancanegara sebagai suatu langkah mengembalikan kejayaan rempah di bumi zamrud khatuliswa.

Dr. Bambang Supriyanto,

Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(7)
(8)

Alhamdulillahirobbil’alamin, terlebih dahulu penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul “Kapulaga Ratu Rempah Pembawa Berkah: Potensi Prospektif di Era Pandemi Covid-19”.

Buku ini menyajikan beragam informasi tentang kapulaga dari hasil kajian referensi maupun telaah hasil penelitian mulai dari pengenalan jenis dan pemanfaatannya, persyaratan lingkungan dan tempat tumbuh, teknik budidaya, pemanenan, pasca panen dan pemasaran, analisa usaha agroforestri, serta prospek pengembangannya. Buku ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi dalam pengembangan dan pemanfaatan jenis multiguna yang bernilai ekonomis. Pada saat pandemi Covid-19 ini permintaan kapulaga sebagai bahan peningkat kekebalan (immune booster) semakin meningkat. Buku ini merupakan upaya penulis untuk berbagi ilmu pengetahuan dan diseminasi hasil-hasil penelitian sebagai bentuk tanggung jawab penulis sebagai peneliti. Penulis tertantang untuk mewujudkan naskah buku ini sebagai etos kerja dengan semboyan “menulis adalah bekerja untuk keabadian”.

Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada institusi kami Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kepala Pusat Litbang Hutan dan Kepala Balai Litbang Teknologi Agroforestry beserta jajaran atas dukungan manajemen, Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan atas dukungan yang diberikan, Prof. Moch. Sambas Sabarnurdin, M.Sc, Ph.D

(9)

yang telah menelaah (review) buku ini, kontributor data, dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah berkontribusi hingga penyelesaian buku ini.

Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa naskah buku ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca diharapkan untuk perbaikan ke depannya. Penulis berharap semoga kehadiran buku ini bermanfaat bagi banyak pihak baik masyarakat pengelola hutan khususnya di areal Perhutanan Sosial, masyarakat umum, pengelola lahan di tingkat tapak dalam memanfaatkan lahan yang terbatas dengan input usaha yang minimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Akhir kata, terima kasih kepada pembaca yang telah memberi perhatian dan luangan waktu menyimak apa yang tertuang dalam buku ini.

November, 2020 Penulis

(10)

KEPALA PUSAT PENELITIAN

DAN PENGEMBANGAN HUTAN

Komoditas dari lahan bawah tegakan dalam bentuk hasil hutan bukan kayu semakin menjadi andalan bagi perekonomian nasional. Masyarakat yang membudidayakannya juga telah merasakan manfaat ekonomi dalam meningkatkan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Pengembangan komoditas bawah tegakan melalui pola agroforestri terbukti mampu mempertahankan keberadaan pohon sebagai penaung sehingga hutan tetap terjaga sekaligus memberdayakan masyarakat.

Pada saat pandemi Covid-19 saat ini permintaan tanaman rempah dan empon-empon semakin meningkat. Komoditas tersebut dianggap mampu meningkatkan daya tahan tubuh (immune booster) manusia sehingga stamina akan lebih terjaga di saat pandemi. Naiknya permintaan berakibat meningkatnya harga sementara produksi tidak banyak bertambah. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya informasi mengenai budidaya kapulaga dan potensi prospektifnya.

Badan Litbang dan Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan berinisiatif untuk merangkum berbagai informasi mengenai kapulaga yang berpotensi dikembangkan di areal Perhutanan Sosial. Harapannya kapulaga dapat menjadi komoditas utama di bawah tegakan untuk pengembangan agroforestri khususnya pada lahan Perhutanan Sosial untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang saat ini menjadi arus utama pengelolaan hutan di Indonesia.

(11)

Ucapan terima kasih disampaikan kepada penulis, kontributor dan penelaah ilmiah, serta semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan dan penerbitan buku ini. Semoga kehadiran buku ini dapat bermanfaat dan diaplikasikan oleh berbagai kalangan serta dapat menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan pengembangan hasil hutan bukan kayu dari pola tanam agroforestri.

Bogor, November 2020 Kepala Pusat Litbang Hutan

(12)

PRAKATA ... vii

SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN .... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II PENGENALAN JENIS KAPULAGA ... 5

A. Persebaran Alami ... 5

B. Taksonomi ... 6

C. Varian Kapulaga... 6

D. Kandungan Senyawa Kapulaga ... 10

E. Keunggulan Komoditas Kapulaga dan Pemanfaatannya ...13

BAB III AGROKLIMAT KAPULAGA ... 21

A. Persyaratan Tempat Tumbuh ... 21

B. Pohon Penaung ...24

C. Pemeliharaan Pohon Penaung ... 29

BAB IV TEKNIK BUDIDAYA KAPULAGA ... 31

A. Penyediaan Bibit Kapulaga ... 31

B. Persiapan Lahan ...33

C. Penentuan Jarak Tanam ... 33

(13)

E. Pemberian Pupuk Dasar ... 35

F. Penanaman ... 36

G. Pemeliharaan ... 36

H. Perlindungan Hama dan penyakit ... 39

I. Produktivitas Buah Kapulaga ... 41

BAB V PEMANENAN, PASCA PANEN DAN PEMASARAN ...43

A. Pemanenan Buah Kapulaga ... 43

B. Pasca Panen ... 45

C. Pengolahan ... 50

D. Pemasaran ... 50

BAB VI ANALISA USAHA AGROFORESTRI KAPULAGA ...51

A. Biaya Penanaman Kapulaga ... 51

B. Nilai Keuntungan Budidaya Kapulaga ... 55

C. Prospek Pengembangan Kapulaga di Areal Perhutanan Sosial dan Pekarangan ...59

BAB VII PENUTUP ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(14)

Tabel 1. Deskripsi kapulaga kecil dan kapulaga besar...7

Tabel 2. Perbedaan kapulaga lokal dan kapulaga sabrang ...8

Tabel 3. Komposisi senyawa kimia dalam buah kapulaga...11

Tabel 4. Perbedaan kandungan senyawa kimia antara kapulaga kultivar merah dan putih ... 12

Tabel 5. Komposisi senyawa kimia dalam buah dan biji kapulaga ...13

Tabel 6. Pemanfaatan kapulaga di indonesia ... 18

Tabel 7. Kesesuaian lahan budidaya kapulaga ... 21

Tabel 8. Jenis pohon penaung kapulaga ... 25

Tabel 9. Waktu dan dosis pemupukan kapulaga umur < 1 tahun ...37

Tabel 10. Waktu dan dosis pemupukan kapulaga umur 1-5 tahun ...38

Tabel 11. Biaya penanaman pohon penaung jenis sengon...52

Tabel 12. Biaya budidaya kapulaga ... 54

(15)
(16)

Gambar 1. Negara pengekspor kapulaga ... 3

Gambar 2. Luas areal panen kapulaga periode 2014-2018 ...4

Gambar 3. Perbedaan warna buah kapulaga lokal dan kapulaga sabrang ...9

Gambar 4. Perbedaan batang kapulaga kultivar merah (a) dan kapulaga kultivar putih (b) ... 10

Gambar 5. Kapulaga pada daerah bertebing ... 17

Gambar 6. Kapulaga di bawah pohon penghasil kayu ...25

Gambar 7. Kapulaga di bawah tanaman perkebunan (a) kopi dan (b) karet ... 26

Gambar 8. Kapulaga di bawah berbagai jenis pohon ...26

Gambar 9. Kapulaga yang kering pada saat kemarau ...29

Gambar 10. Pengaturan kompetisi akar dengan membuat parit ...30

Gambar 11. Bibit kapulaga siap tanam ... 32

Gambar 12. Pengikatan kapulaga pada ajir ... 34

Gambar 13. Pembuatan lubang tanam ... 35

Gambar 14. Pupuk kandang sebagai pupuk dasar ...35

Gambar 15. Kapulaga setelah tanam ... 36

Gambar 16. Pemangkasan daun kapulaga yang telah menguning ...37

Gambar 17. Kapulaga pada rumpun dewasa ... 39

(17)
(18)

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara penghasil rempah-rempah terbesar di dunia sejak zaman dahulu. FAO (2017) menyatakan bahwa Indonesia termasuk lima besar dari 20 negara sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia dengan jumlah produksi rempah-rempah sebanyak 110,387 ton (Kamus Data, 2019). Indonesia juga dikenal oleh negara lain sebagai produsen tanaman rempah dengan kualitas terbaik. Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma dan berasa kuat yang secara umum digunakan dalam tiga cara, yakni sebagai pemberi rasa (perisa), pengawet dan sebagai obat tradisional serta merupakan komoditas yang bernilai tinggi (Amuda, 2019). Jenis rempah-rempah yang paling terkenal sejak jaman dahulu antara lain: cengkeh, pala, kayu manis, lada dan kemiri. Rempah-rempah tersebut tersebar di berbagai pulau di Indonesia. Maluku adalah salah satu pulau yang terkenal sejak jaman dahulu sebagai penghasil rempah-rempah terbesar. Rempah-rempah menjadi komoditas yang sangat dicari karena mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi (Poelinggomang, 2013). Rempah-rempah hingga saat ini menjadi salah satu komoditas yang tidak pernah sepi dari permintaan. Hal ini disebabkan rempah-rempah memiliki banyak manfaat yang dapat digunakan sebagai bumbu masakan, minuman hangat, obat-obatan, kosmetika serta kerajinan tangan dengan aroma yang khas. Komoditas rempah dari jaman dahulu hingga saat ini menjadi salah satu andalan ekspor komoditas pertanian Indonesia.

Salah satu jenis rempah-rempah yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi adalah kapulaga (Amomum cardamomum), yang merupakan tumbuhan endemik Indonesia dan tergolong rempah termahal ketiga di dunia, setelah saffron dan vanilla (Amuda, 2019). Komoditas kapulaga adalah

(19)

jenis rempah yang mempunyai permintaan ekspor yang terus meningkat sejak krisis ekonomi 2011-2013. Indonesia bersaing dengan Singapura untuk ekspor kapulaga di kawasan negara-negara ASEAN (Hernawan, 2015). Diperkirakan produksi kapulaga dunia mencapai 70.000 juta ton (ITCP New Delhi, 2013), sedangkan nilai perdagangan rempah di dunia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai US$ 85,73 miliar dengan volume 51,76 juta ton. Nair (2006) menyebutkan bahwa kapulaga dijuluki sebagai Queen of spices atau ratu rempah karena mempunyai banyak kegunaan, nilai manfaat serta kebutuhan yang sangat tinggi di seluruh dunia. Biasanya kapulaga digunakan untuk tambahan penyedap rasa, obat tradisional dan industri manufaktur lainnya. Harga kapulaga di dalam negeri berkisar 45 ribu/kg rupiah saja, namun saat di jual ke luar negeri harga kapulaga bisa mencapai 400 ribu rupiah per kilogramnya (Amuda, 2019).

Saat ini, kapulaga sebagai rempah asli Indonesia makin diminati pasar ekspor, dengan indikasi permintaan dari negara lain yang terus meningkat. Tak hanya pasar dalam negeri, permintaan rempah ini di pasar internasional juga semakin meningkat. Nilai ekspor kapulaga semakin meningkat hingga mencapai 6.248 ton atau hampir 8 juta dolar AS. Di Indonesia, pertanaman kapulaga tersebar di 20 provinsi di Indonesia, terluas di Jawa Barat yang mencapai lebih dari 27 ribu meter persegi dengan produksi 62.923 ton. Harga kapulaga kering berkisar antara Rp.90.000 hingga Rp.110.000 per kilogram (Badan Litbang Pertanian, 2020). Word Custom Organization (WCO) memasukan kapulaga ke dalam kategori HS 0908 yang dalam perdagangan internasional termasuk kelompok komoditas rempah-rempah yang terdiri dari biji pala, bunga pala dan kapulaga. Kapulaga mempunyai nama perdagangan internasional sebagai cardamoms.

Indonesia adalah eksportir kapulaga kedua terbesar di dunia setelah Guatemala, disusul India, Nepal dan Singapura. Pada tahun 2017, Indonesia mengekspor kapulaga sebesar 6.892 ton. Jumlah tersebut terpaut jauh dengan Guatemala sebagai eksportir utama kapulaga di dunia dengan 35.695 ton. Hal tersebut menunjukan bahwa lebih dari 50% volume ekspor perdagangan kapulaga di kuasai negara Guatemala. Oleh karena itu, Indonesia masih perlu meningkatkan volume ekspornya sehingga tidak tertinggal jauh dengan

(20)

Guatemala. Salah satu negara tujuan utama ekspor kapulaga Indonesia adalah negara Belanda dengan volume ekspor 1380 kg dengan nilai US$ 240.794 (Kementerian Pertanian, 2015). Potensi ekspor kapulaga ke beberapa negara masih sangat terbuka, misalnya negara Jepang pada tahun 2010 mengimpor kapulaga senilai US$ 9,19 juta, sehingga apabila peluang ekspor ke berbagai negara semakin dibuka maka kebutuhan kapulaga akan semakin meningkat. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk membuka pasar ekspor kapulaga adalah dengan cara meningkatkan produksi kapulaga di dalam negeri (ITCP Osaka, 2011).

Dalam perkembangan budidayanya, penanaman kapulaga di Indonesia masih belum optimal baik luas areal penanaman maupun intensitas kegiatan budidayanya yang pada umumnya masih dilakukan secara tradisional. Pemerintah baru menunjukkan perhatian yang lebih serius terhadap komoditas kapulaga beberapa tahun ini. Hal ini didorong oleh nilai jual kapulaga yang tinggi dan relatif stabil dibandingkan komoditas yang lain. Perhatian pemerintah mulai ditunjukkan dengan adanya Keputusan Menteri Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 yang menyebutkan bahwa kapulaga adalah komoditas biofarmaka yang pengurusannya menjadi wewenang Direktorat Jenderal Hortikultura. Oleh karena itu pemerintah mulai menginventarisasi perkembangan budidaya kapulaga. Perkembangan budidaya tanaman kapulaga berdasarkan luas areal tanam, produksi dan produktivitas disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Negara pengekspor kapulaga

Gambar 1.

(21)

Luas areal panen kapulaga periode 2014-2018

Gambar 2.

Sumber: Kementerian Pertanian, 2019

Gambar 1 menunjukkan bahwa luas panen kapulaga dari tahun 2014 sampai 2018 mengalami penurunan yang cukup tinggi dari 4,23 ribu hektar menjadi 1,15 ribu hektar. Penurunan luas lahan panen kapulaga disebabkan karena adanya konversi lahan budidaya lahan kering menjadi peruntukan lainnya. Produksi kapulaga selama lima tahun terakhir juga menunjukan nilai yang cukup dinamis dengan tren yang naik-turun. Produksi kapulaga selain dipengaruhi oleh luas lahan budidaya juga dipengaruhi oleh produktivitas per satuan luasan. Produktivitas tanaman kapulaga setiap tahunnya relatif meningkat. Hal ini menunjukan bahwa petani kapulaga sudah mulai melakukan budidaya secara intensif. Selain itu, faktor iklim adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi hasil budidaya kapulaga. Musim kemarau yang panjang dapat berakibat banyak tanaman kapulaga yang mati sehingga tidak memberikan hasil.

India sebagai salah satu penghasil kapulaga terbesar di dunia juga mengalami penurunan luas areal penanaman dari tahun 2016-2018. Laporan dari asosiasi produsen kapulaga pada tahun 2020 menyebutkan bahwa luas areal budidaya kapulaga kecil (Elettaria cardomum) pada tahun 2016 seluas 70.080 ha dengan produksi 21.503 ribu ton sedangkan pada tahun 2018 luas areal berkurang menjadi 69.330 ha dengan produksi 20.650 ribu ton. Pada tahun 2016, kapulaga besar (Amomum subulatum) mempunyai luasan areal panen 26.387 ha dengan produksi 5.315 ribu ton sedangkan pada tahun 2018 dengan luasan areal panen 26.617 dengan produksi 5.906 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa budidaya kapulaga besar masih cukup tinggi peluangnya bagi masyarakat untuk mengembangkannya.

(22)

PENGENALAN JENIS KAPULAGA

Petani dalam memulai usaha budidaya kapulaga, perlu mengenal aspek-aspek penting yang akan mempengaruhi kualitas hasil tanamannya. Sebagian masyarakat mungkin belum mengenal kapulaga. Bab ini menyajikan persebaran alami, taksonomi, varian, kandungan senyawa dan keunggulan komoditas kapulaga serta potensi pemanfaatannya.

Persebaran Alami

A.

Kapulaga mempunyai persebaran tumbuh alami di beberapa negara antara lain: Indonesia, Srilangka, India, Thailand, Guatemala, Tanzania, dan Papua Nugini dengan nama perdagangan internasional adalah cardamom. Di Indonesia kapulaga tersebar hampir di semua pulau, sehingga di setiap daerah mempunyai nama sendiri seperti: kapulogo (Jawa), kapol (sunda), kapolagha, palagha (Medan), kapulaga, karkolaka (bali), kapulaga garidimong (Sulawesi Selatan), pelaga, puwar pelaga (Sumatera), palaga, puwa palago (Minangkabau) dan kapulaga, kardamunggu (Betawi). Tanaman ini mempunyai kisaran tempat tumbuh yang cukup lebar dari dataran rendah sampai dataran tinggi serta dengan berbagai jenis tanah (latosol, andosol, podzolik merah kuning, mediteran maupun alluvial namun dengan ketinggian tempat tumbuh yang ideal antara 300 m dpl – 500 m dpl (Falah, 2016). Sebagian besar petani Indonesia membudidayakan Kapulaga Jawa (Java cardamom), sementara Kapulaga Sejati (True cardamom) kurang berhasil dibudidayakan karena perbedaan iklim mikro dan faktor tanah, kecuali di Tasikmalaya - Jawa Barat, Kulonprogo, Yogyakarta dan Sumatera Barat (Setyawan et al., 2014).

(23)

Taksonomi

B.

Kapulaga adalah tanaman tahunan yang berbentuk perdu dengan tinggi dapat mencapai 1,5 m. Kapulaga berbatang semu karena tidak memiliki bagian berkayu akan membentuk rumpun karena munculnya tunas-tunas baru yang tumbuh dari rizoma. Daun kapulaga memiliki ciri sebagai berikut: daun tunggal berbentuk lanset berwarna hijau tua, dengan pangkal dan ujung daun berbentuk runcing dengan tepi daun rata, pertulangan daun menyirip (Maryani, 2003). Sumardi (1998) menyatakan bahwa buah kapulaga berbentuk bulat dan beruang tiga, setiap buah mengandung 14-16 biji dan kulit buah berbulu halus dengan panjang buah 10-16 mm.

Taksonomi kapulaga adalah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberaceae

Genus : Amomum ; Elettaria

Species : A.compactum Soland. / A.cardomum ; E. cardamomum

Varian Kapulaga

C.

Secara botani, kapulaga berasal dari 3 genus yaitu Elettaria, Amomum, dan Aframomum. Dalam perdagangan internasional, kapulaga dikenal dengan nama Cardomum, yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu Green cardomum,

Black cardomum, dan Madagascar cardamom. Green cardamom disebut

kapulaga sejati (true cardamom), yang hanya dihasilkan oleh satu spesies yaitu

Elettaria cardamomum. Black cardomun atau kapulaga hitam dihasilkan oleh

empat spesies dari genus Amomum yaitu A. aromaticum, A. compactum, A.

subulatum dan A. testaceum: sedangkan Madagascar cardamom dihasilkan

dari tiga spesies dari genus Aframomum yaitu A. angustifolium, A. corrarima, dan A. melegueta. Amomum compactum adalah tanaman asli Indonesia dan tumbuh liar di hutan di pulau Jawa (de Guzman & Siemeonsma, 1999 dalam Silalahi, 2017), namun saat ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai

(24)

daerah di Indonesia. A. compactum yang berasal dari pulau Jawa dan disebut juga dengan nama Java cardamom (Kapulaga Jawa) adalah salah satu spesies penghasil Black cardamom (Setiawan et al., 2014). Beberapa daerah penghasil

A. compactum di Indonesia adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan

Sumatera Barat. Kapulaga sejati memiliki kualitas aromatik yang lebih baik karena kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi (5-8%), dan Kapulaga Jawa memiliki minyak yang lebih sedikit (2-3,5%) (Santoso 1988 dalam Setyawan, 2014).

Kapulaga yang ada di Indonesia tercatat ada beberapa varian. Hartini et

al. (1992) menyebutkan bahwa jenis-jenis kapulaga yang ada di Kabupaten

Purworejo, Jawa Tengah terdapat 4 (empat) varian yaitu: 1) kapulaga lokal kultivar putih, 2) kapulaga lokal kultivar merah, 3) kapulaga sabrang kultivar malabar, dan 4) kapulaga sabrang kultivar mysore. Kapulaga sabrang kultivar malabar dan mysore sebenarnya merujuk pada kapulaga yang berasal dari Pegunungan Malabar (India) serta dari daerah Mysore (India). Selain di India, kapulaga malabar diketahui banyak ditanam di negara Srilangka, Thailand dan Guatemala. Kapulaga di India dikategorikan dengan kapulaga kecil dan kapulaga besar dengan perbedaan disajikan pada Tabel 1.

Deskripsi Kapulaga Kecil dan Kapulaga Besar

Tabel 1.

DESKRIPSI KAPULAGA KECIL Cardamom KAPULAGA BESAR

Nama latin Nama latin Elettaria cardomum Dari jenis Aframomum sp dan Amomum sp

Nama perdagangan di India

Dikenal sebagai chhotielachi (true cardomum), Malabar cardomum

Dikenal sebagai badaelalchi, cardomum besar dan cardomum hitam Keunggulan Mempunyai kekhasan dan harga

jual yang tinggi, Dijuluki sebagai ratu rempah (queen of spices) dari buah yang kaya cita rasa rempah

Merupakan buah kering dari tanaman herba. Hasil dari buah yang dikeringkan, pada setiap buah terdapat sel yang berisi biji.

Habitat Tanaman asli dari daerah India bagian selatan (Kerala, Karnataka dan Tamilnadu)

Timur Pegunungan Himalaya (Sikkin, Assam dan bagian barat Bengal)

(25)

DESKRIPSI KAPULAGA KECIL Cardamom KAPULAGA BESAR Pemasaran Oktober-Mei Oktober-Februari Kegunaan Obat-obatan, makanan, parfum,

minuman Makanan, obat-obatan, bumbu masakan khas india (pan masala)

Tujuan ekspor Asia Barat, Eropa, Jepang, Rusia Pakistan, Afganistan, Singapura, Inggris

Sumber: International Cardamom Association, 2020

Kapulaga dari Mysore mempunyai buah yang tumbuhnya tegak dengan bentuk membulat serta rasa lebih sedap, sedangkan kapulaga Malabar mempunyai tandan buah yang merayap di permukaan tanah. Kapulaga yang berasal dari Srilangka mempunyai nama ilmiah Elettaria cardamomum var major dengan buah lebih lebar dan pipih dibandingkan kapulaga malabar. Kapulaga Thailand dikenal sebagai Siamese cardamom yang masih sejenis dengan kapulaga Indonesia Amomum cardamomum. Masyarakat di Indonesia umumnya mengenal dua jenis kapulaga yaitu kapulaga lokal dan kapulaga sabrang yang berasal dari India. Perbedaan dua jenis kapulaga tersebut disajikan pada Tabel 2.

Perbedaan Kapulaga Lokal dan Kapulaga Sabrang

Tabel 2.

PARAMETER (Amomum cardamomum / KAPULAGA LOKAL

A. compactum)

KAPULAGA SABRANG (Elettaria cardamomum) Taksonomi Daun Lebih pendek warna hijau

lebih tua Lebih panjang, warna hijau muda Bunga Bunga berbentuk bulir

kerucut dan tersusun rapat. Tangkai bunga berbuku rapat, mempunyai pelindung seperti sisik, bunga bagian ujung tidak berubah menjadi buah

Bunga berwarna putih bergaris coklat, daun pelindung berwarna kusam, terdapat pada setiap ruang tangkai buah

Bentuk Buah Bulat telur, berbulu Lonjong, licin (tidak berbulu) Tabel 1. Deskripsi Kapulaga Kecil dan Kapulaga Besar (lanjutan)

(26)

PARAMETER (Amomum cardamomum / KAPULAGA LOKAL A. compactum)

KAPULAGA SABRANG (Elettaria cardamomum) Posisi Buah Dompolan di atas tanah yang

berisi 10-20 buah kapolaga. Menempel pada malai yang tumbuh memanjang sehingga buah banyak Ukuran buah Lebih besar Lebih kecil

Warna Buah

Kering Putih Kemerahan Hijau muda

Kadar minyak atsiri (%) 2-3 4-9 Potensi Produksi 2,8-3 4,2-4,5 Umur Pertama Berbuah 1,5 2 Tinggi tempat tumbuh (mdpl) 0-700 700-1500

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Masyarakat pada umumnya kesulitan untuk membedakan antara tanaman kapulaga lokal maupun sabrang. Cara paling mudah untuk membedakan kedua jenis tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan buah yang dihasilkan. Buah kapulaga lokal berwarna merah serta ukuran lebih besar dibandingkan dengan kapulaga sabrang yang mempunyai warna putih serta ukuran lebih kecil seperti ditampilkan pada Gambar 3.

Perbedaan warna buah kapulaga lokal dan kapulaga sabrang

Gambar 3.

(27)

Kapulaga lokal memiliki 2 (dua) kultivar yaitu: a. kapulaga kultivar merah dan b. kapulaga kultivar putih. Perbedaan warna merah dan putih didasarkan pada penciri bagian pangkal batang yang berdekatan dengan perakaran, ada yang berwarna hijau keputihan (kultivar putih) maupun hijau kemerahan (kultivar merah) seperti disajikan pada Gambar 4.

(a) (b)

Perbedaan batang kapulaga kultivar merah (a) dan kapulaga

Gambar 4.

kultivar putih (b)

Kandungan Senyawa Kapulaga

D.

Kapulaga adalah salah satu jenis rempah yang mempunyai banyak manfaat. Hal ini disebabkan kandungan senyawa aktif dalam kapulaga yang beragam. Fachriyah dan Sumardi (2007) menyatakan bahwa minyak atsiri biji kapulaga berwarna kuning muda jernih dengan randemen 1,08% dan berat jenis 0,9020 g/mL dengan kandungan berupa senyawa α-pinena, ß-pinena, p-simena, 1,8-cineol dan α-terpineol. Potensi kandungan 1,8 cineol sebagai komponen bahan baku obat ini menarik dikembangkan di era pandemi Covid-19 saat ini dikarenakan beberapa hasil studi terbaru menyebutkan bahwa kandungan 1,8 cineol dengan aktivitas antivirus, anti inflamasi dan antimikroba dapat meningkatkan perlindungan terhadap virus influenza (Li,

et al., 2016) serta berpotensi menjadi alternatif pengobatan potensial untuk

meredakan/mengatasi gejala Covid-19 (Tshibangu et al., 2020).

Kandungan senyawa dalam kapulaga secara lengkap juga telah disusun dalam jurnal di Eropa seperti disajikan pada Tabel 3.

(28)

Komposisi Senyawa Kimia dalam Buah Kapulaga

Tabel 3. Monoterpene

2,5-5% Sabinen, 0,2-2,2% Myrcen, 1,7014% Limonen, 0,6-1,6% α-Pinen, Spuren camphen, 0,2-0,4% ß-Pinen, Spuren α-Phellandren, 0,1% α-Terpinen, 0,3%ɣ-Terpenin, 0,3% α-Terpinolen, Spuren cis- ß- Ocimen, Spuren trans ß-Ocimen, 0,2% p-Cymen

Sesquiterpene Spuren ß-Caryophyllen, Spuren δCadimen, Spuren Zingiberen

Monoterpenole 0,4-6,9% Linaloal, 0,8-4,3% α-Terpineol, 0,1-3,2% Terpinen-4-ol, Spuren Citronellol, 0,3% Borneol, 0,1-0,7% Nerol, 0,2-1,6%

Geraniol.

Sesquiterpenole Spuren Farnesol, 0,1-2,7% trans Nerodiol, 0,2-1,6% cis-Nerolidol

Aldehyde 0,1-0,2% Neral, 0,3% Geranial

Ketone Spuren Methylheptenon

Phenole Spuren p-Cresol

Ester 29-52 Terpinylacetat, 0,2-7,7% Linalycetat, Spuren Nerylacetat, Spuren Geranylacetat, Spuren α -Terpinylpropionat

Oxide 23-50% 1,8-Cineol, Spuren 1,4-Cineol, Spuren Methyleugenol

Sumber: Anonim (2008)

Kandungan senyawa kapulaga pada Tabel 3 di atas adalah kandungan senyawa kimia kapulaga secara umum. Akan tetapi, kapulaga lokal yang terdiri dari kultivar merah maupun putih selain memiliki perbedaan morfologis batang dan buah juga memiliki kandungan senyawa khas yang berbeda antara keduanya. Kapulaga merah memiliki 17 kandungan senyawa yang tidak teridentifikasi pada kapulaga putih dengan rendemen minyak atsiri sebesar 0,28%, sedangkan kapulaga kultivar putih memiliki 12 kandungan senyawa kimia yang tidak teridentifikasi pada kapulaga merah dengan rendemen minyak atsiri sebesar 0,2% (Riendyani, 2014).

Kadar minyak kapulaga juga dipengaruhi oleh jenis kapulaga. Yuliani (1998) menyebutkan bahwa kadar minyak kapulaga sabrang kultivar mysore sebesar 1,92 %, kultivar malabar 2,75 %, sedangkan kapulaga lokal kultivar merah sebesar 3,85% dan putih 3,025%. Hal ini menunjukkan bahwa kapulaga lokal kultivar merah memiliki kandungan minyak tertinggi dibandingkan dengan kultivar kapulaga yang lainnya. Perbedaan kandungan senyawa kimia antar kultivar kapulaga disajikan pada Tabel 4.

(29)

Perbedaan kandungan senyawa kimia antara kapulaga kultivar

Tabel 4.

merah dan putih

No pada kapulaga merahSenyawa khas pada kapulaga putihSenyawa khas

1 ß – mirsena Sabinena

2 trans-sabinena Cis- ß-terpinena

3 2-sikloheksena p-menth-2-en-1-ol

4 α-bisabol 2-sikloheksen-1-ol

5 p-mentha-E-2,8 (9)=dien-1-ol 1,7,7-trimetil-kamfor 6 Bicyclo [2.2.1] heptan-2-one 3-(1-metiletil)-cumenol 7 3-sikloheksena 2-metil-5-(-metiletil)-carvarcrol

8 Carvacrol Kamfor

9 p-isopropilfenol Deacetyl-coralloidin

10 bicyclo [3.2.1.1] hept-2-ene-2

carboxaldehide 2,2-dietil-2,3-dihidrobenzofuran-4,7-dion

11 champacol Heksakosana

12 trans ß-caryophyllene Heptakosana

13 1,4,7 –cycloundecatriene 14 Bicyclogermacrene 15 Oktadekana 16 Trikosana 17 Pentakosana Sumber: Riendyani (2014)

Selain senyawa diatas, kapulaga dilaporkan mempunyai senyawa kimia yang didominasi oleh 3-hydroxicineol (53,89%) berkhasiat sebagai antibiotik dan antivirus, alpha-terpineol (8,43%) dan eucalypton (6,46%) yang berkhasiat sebagai antibakteri dan parfum alami (Sambodo et. al., 2017). Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kapulaga (Elettaria

cardamomum (L.) Maton) mengandung senyawa metabolit sekunder fenol,

flavonoid, tanin dan saponin yang bermanfaat sebagai antioksidan (Asra

et al., 2019). Komposisi senyawa kimia buah dan biji kapulaga disajikan pada

(30)

Komposisi senyawa kimia dalam buah dan biji kapulaga

Tabel 5.

Nama Senyawa Biji Kadar (%) Buah

Distilasi Ekstraksi Distilasi Ekstraksi

Metanol 84,66 87,49 91,64 94,11

Sineol 10,75 7,73 5,72 3,75

Geraniol 1,23 0,48 0,94 0,89

Mirsenol 1,62 0,32 0,60 0,98

Senyawa lain 1,74 3,98 1,10 0,27

Kadar total minyak atsiri 15,34 12,51 8,36 5,89 Sumber: Prasasty et al. (2003)

Kapulaga mengandung zat afrodisiak yang mempunyai peranan untuk meningkatkan libido seks manusia (Prasetyo, 2004). Ekstrak daun kapulaga berpotensi sebagai antiaherogenik yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula dalam darah serta mempertahankan berat badan bagi penderita diabetes karena memiliki kandungan flavonoid dan vitamin C di dalamnya (Winarsi et al., 2013). A. compactum mengandung antioksidan yang dapat mengikat radikal bebas sehingga dapat menghambat kerusakan sel dalam tubuh, mengandung flavonoid dan tanin yang berpotensi sebagai zat anti kanker (Muna, et al., 2019).

Keunggulan Komoditas Kapulaga

E.

dan Pemanfaatannya

Kapulaga saat ini semakin banyak dibudidayakan oleh petani. Hal ini disebabkan karena kapulaga memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan komoditas rempah-rempah yang lain. Keunggulan komoditas kapulaga antara lain:

Harga jual tinggi 1.

Harga jual kapulaga tidak banyak mengalami fluktuatif (naik-turun) dibandingkan komoditas pertanian atau perkebunan yang lain. Bahkan harga kapulaga cenderung naik setiap tahunnya. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya kebutuhan kapulaga untuk dalam negeri

(31)

maupun ekspor. Harga jual kapulaga tergolong tinggi pada tahun 2015 berkisar Rp. 45.000-Rp. 48.000 buah kering sedangkan apabila dalam kondisi basah harga jual antara Rp. 6000 – Rp. 8.000 sedangkan pada tahun 2016 mengalami kenaikan yang cukup tinggi hingga mencapai harga tertinggi yaitu Rp. 120.000 per kg dan di awal tahun 2020 berkisar di harga Rp. 175.000 per kg di tingkat petani di daerah Tasikmalaya dan Ciamis provinsi Jawa Barat. Salah satu penyebab kenaikan harga kapulaga yang cukup tinggi disebabkan karena menurunnya produksi kapulaga akibat banyaknya tanaman kapulaga yang mati pada saat musim kemarau panjang pada tahun 2019.

Mudah dibudidayakan serta cepat menghasilkan 2.

Kapulaga adalah jenis yang mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan perlakuan khusus. Waktu berbuah pertama kali pada umumnya setelah dua tahun dari penanaman. Pada saat musim panen, petani dapat memanen hasilnya rata-rata setiap dua minggu sekali, sehingga kapulaga bisa menjadi penghasilan mingguan bagi petani. Penanaman kapulaga hanya membutuhkan satu kali tanam selanjutnya tidak perlu lagi penanaman karena buah kapulaga dipanen dengan cara dipetik tanpa merusak tanamannya. Selain itu satu tanaman kapulaga akan tumbuh menjadi banyak tanaman membentuk rumpun. Sehingga, masyarakat menanam kapulaga menggunakan bibit yang diambil dari rumpun yang sudah ada. Persyaratan khusus tanaman kapulaga adalah perlunya tanaman naungan. Keberadaan tanaman naungan untuk mengurangi intensitas cahaya yang diterima. Apabila kapulaga ditanam di daerah terbuka maka pertumbuhannya kurang bagus bahkan terlihat layu. Dengan demikian, jenis ini potensial ditanam dengan sistem agroforestri di dalam skema Perhutanan Sosial pada areal Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Lindung maupun Produksi untuk meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pemasaran mudah 3.

Kebutuhan bahan baku obat herbal setiap tahun semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatknya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai khasiat dan keuntungan menggunakan obat

(32)

berbahan herbal. Kapulaga adalah salah satu jenis yang banyak digunakan oleh industri obat herbal maupun jamu tradisional. Pada tahun 2008 kebutuhan kapulaga untuk konsumsi obat untuk jamu gendong dalam bentuk simplisia mencapai 1.409 ton dan bentuk terna 9.862 ton. Selain untuk kebutuhan industri obat, kapulaga juga banyak digunakan sebagai bumbu masakan dengan kebutuhan mencapai 452 ton per tahun (Suharmiati dan Handayani, 1998; Pribadi, 2009). Kebutuhan kapulaga yang cukup besar memudahkan bagi petani kapulaga untuk memasarkan produknya. Pada umumnya di setiap daerah mempunyai pengepul hasil bumi jenis-jenis tanaman obat.

Mempunyai banyak manfaat 4.

Kapulaga banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masakan serta sebagai bahan pembuat jamu. Pribadi (2009) mencatat bahwa kapulaga banyak digunakan untuk berbagai keperluan antara lain untuk:

jamu gendong, a.

industri kecil obat tradisional, b.

ekspor c.

bumbu dapur d.

Masyarakat di Timur Tengah memanfaatkan kapulaga sebagai campuran minuman kopi yang terkenal dengan nama “gahwa”, sedangkan di India kapulaga banyak digunakan sebagai campuran makanan seperti dalam kari, acar dan puding (ITCP New Delhi, 2013). Minyak atsiri kapulaga lokal dapat digunakan sebagai pestisida nabati anti cendawan untuk mencegah penyakit busuk buah (Prasasty et al., 2003).

Sekali tanam panen berkali-kali 5.

Budidaya kapulaga mempunyai banyak keunggulan salah satunya adalah penanaman kapulaga cukup dilakukan sekali, selanjutnya tanaman kapulaga akan memperbanyak diri membentuk rumpun, sehingga hasil kapulaga pada umumnya akan semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya jumlah rumpun (sekali tanam panen berkali-kali). Berbeda dengan tanaman herbal lainnya seperti kunyit, jahe, kencur

(33)

dan sebagainya yang setelah panen maka perlu dilakukan penanaman kembali. Kapulaga memiliki siklus hidup yang panjang di mana produksi buah setelah melewati panen pertama kegiatan panen dapat dilakukan 4 kali dalam setahun. Setiap tahun, jumlah buah yang di panen juga akan terus meningkat (Badan litbang Pertanian, 2020).

Mempunyai nilai lingkungan tinggi 6.

Kapulaga adalah tanaman yang membutuhkan naungan selama hidupnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapulaga minimal melibatkan dua jenis atau dua strara tajuk yaitu tajuk pohon penaung serta di bawahnya adalah tanaman kapulaga. Pola tanam yang melibatkan tanaman berkayu (pohon, perdu) dan tidak berkayu (kapulaga) dalam suatu bidang lahan yang sama, yang dilakukan dengan pengaturan ruang (spasial) maupun dengan pergiliran waktu (rotasi) dikenal sebagai pola tanam agroforestri. Sistem agroforestri memiliki ciri penting, antara lain (Nair, 1993):

Tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih, salah satunya adalah a.

tumbuhan berkayu,

Siklus dalam sistem agroforestri lebih dari satu tahun, b.

Adanya interaksi biofisik dan ekonomi antara tanaman berkayu dan c.

tak berkayu;

Multi produk: pakan, ternak, kayu bakar, buah, obat-obatan, dll; d.

Minimal memiliki salah satu fungsi pelayanan jasa; pelindung angin, e.

penaung, dll; Low input (terutama di daerah tropis), tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa;

Sistem agroforestri yang paling sederhana pun lebih kompleks dari f.

sistem budidaya monokultur.

Kapulaga adalah tanaman rumpun dimana dari satu batang akan muncul tunas-tunas baru disekitar batang awal seperti bambu. Selain itu, pemanenan kapulaga tidak harus memangkas tanamannya sehingga tidak menyebabkan tanah terbuka. Buah kapulaga cukup dipetik. Pertumbuhan dalam bentuk rumpun ini menyebabkan kapulaga mempunyai keunggulan secara ekologis, karena dapat mengurangi erosi

(34)

permukaan tanah serta sangat sesuai untuk dikembangkan di sepanjang daerah aliran sungai (Ruhnayat dan Emmyzar, 1994), seperti terlihat pada Gambar 5.

Kapulaga pada daerah bertebing

Gambar 5.

Kapulaga mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Hampir setiap daerah mempunyai tradisi untuk menggunakan kapulaga baik sebagai bahan baku jamu, obat, bumbu masakan maupun pelengkap upacara tradisi suatu daerah. Sebagai tanaman asli Indonesia, penggunaan tanaman kapulaga sebagai obat dan rempah-rempah berhubungan dengan senyawa metabolit sekunder dan kandungan minyak esensial dari tanaman tersebut (Silalahi, 2017). Kandungan senyawa metabolit sekunder kapulaga diantaranya alkaloid, tanin, polifenol, flavonoid, terpenoid, steroid dan saponin (Khatri et al., 2017). Kapulaga dapat dimanfaatkan untuk mengobati gastritis (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Kapulaga adalah salah satu rempah termahal dan paling harum di dunia (setelah kunyit dan vanila). Kapulaga digunakan sebagai bumbu dapur, bumbu masak, pewangi, kosmetik, obat tradisional, farmasi, makanan dan minuman. Masyarakat Indonesia memanfaatkan A. compactum untuk beragam tujuan

(35)

antara lain sebagai bumbu masak, minuman kesehatan, obat tradisional, dan aroma terapi. Sebagai bumbu masak, buah A. compactum menjadi salah satu bumbu utama untuk masakan rendang, kari dan gulai (Setyawan et al., 2014). Buah kapulaga memberikan aroma khas pada makanan dan menjadikannya lebih tahan lama/awet. Di samping itu, A. compactum juga dimanfaatkan sebagai bahan obat. Pemanfaatan buah A. compactum di Malaysia adalah sebagai obat batuk dan demam, sedangkan di China dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti gangguan pencernaan, gangguan lambung, emmenagogues (merangsang aliran menstruasi dan memungkinkan untuk tujuan aborsi) dan sebagai penurun panas/antipiretik (de Padua et al., 1999).

Beberapa manfaat kapulaga di beberapa daerah di Indonesia disajikan pada Tabel 6.

Pemanfaatan Kapulaga di Indonesia

Tabel 6.

No Daerah/ bidang PemanfaatanJenis Cara Pemanfaatan Sumber

1 Banyumas Obat sakit tenggorokan dan obat urut, Penyedap masakan

Sakit tenggorokan: buah direbus sampai mendidih kemudian air rebusannya diminum Obat urut:

Umbi kapulaga diparut/ditumbuk kemudian diperas. Air perasannya digunakan untuk memijat. Buah kapulaga yang dikeringkan dimasukan ke dalam masakan yang bersantan Suparman et al., (2012), Apriliani et al (2014)

(36)

No Daerah/ bidang PemanfaatanJenis Cara Pemanfaatan Sumber 2 Yogyakarta Jamu cekok

untuk obat perut kembung dan batuk Dicampur dengan empon-empon lainnya seperti temulawak, kunyit, temuireng, brotowali dan daun pepaya

Limananti dan Triratnawati (2003)

3 Kutai

Kartanegara Jamu untuk mengobati rematik

bersama kencur dan ginseng bahan-bahan yang sudah kering selanjutnya direbus/diseduh untuk selanjutnya diminum 2 kali sehari hingga sembuh. Widowati & murniwati (2009) 4 Sumatera Utara (Batak Karo) Sauna tradisional untuk pasca melahirkan dan berbagai jenis penyakit Bersama 15 bahan rempah yang lain direbus,selanjutnya uap yang keluar dihirup.

Simarmata & Sembiring (2015) 5. Sumatera

Barat Sebagai bumbu masakan Digunakan untuk membuat rendang, kari dan gulai

Setyawan et al., 2014 6. Pangandaran,

Jawa Barat Obat masuk angin Buah ditumbuk kemudian diremas dan diambil airnya

Nisyapuri, et al. (2018) 7. Banjarnegara,

Jawa Tengah Penguat rasa, mengatasi mulas, kejang usus, nafsu makan, batuk, infeksi, sakit tenggorokan, sembelit.

Dalam bentuk cairan, serbuk, teh maupun biji utuh

Sarno (2019) Tabel 6. Pemanfaatan Kapulaga di Indonesia (lanjutan)

(37)

No Daerah/ bidang PemanfaatanJenis Cara Pemanfaatan Sumber 8. Peternakan obat meningkatkan libido sapi pejantan Kapulaga 35 gram dicampur dengan temu kunci 100 gram dan 250 ml selanjutnya diminumkan ke sapi sebagai jamu.

Hartati et al., (2010)

Fachiriyah dan Sumardi (2007) mengemukakan bahwa kapulaga dapat bermanfaat bagi wanita khususnya untuk mencegah osteoporosis. Babu et al. (2012) menyatakan bahwa kapulaga dapat digunakan untuk mengobati batuk, radang renggorokan, sakit perut, rematik, penurun panas dan penambah stamina.

(38)

AGROKLIMAT KAPULAGA

Budidaya kapulaga memiliki persyaratan tumbuh yang tidak terlalu sulit. Namun, agar kapulaga memiliki produktivitas yang tinggi, maka petani perlu memperhatikan beberapa persyaratan untuk memulai usaha budidaya kapulaga. Bab ini menguraikan tentang persyaratan tempat tumbuh kapulaga, pohon penaung dan pemeliharaan pohon penaung untuk menghasilkan produktivitas kapulaga yang maksimal.

Persyaratan Tempat Tumbuh

A.

Budidaya kapulaga tidak terlalu sulit. Namun untuk meningkatkan keberhasilan penanaman dan memperoleh hasil yang maksimal, maka pemilihan lokasi penanaman menjadi kunci utama. Oleh karena itu bagi masyarakat yang akan menanam kapulaga perlu mengetahui kelas kesesuaian lahan. Kapulaga akan tumbuh baik pada kelas sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2), sebaliknya penanaman kurang berhasil apabila ditanam pada kelas lahan sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk budidaya kapulaga disajikan pada Tabel 7.

Kesesuaian Lahan Budidaya Kapulaga

Tabel 7.

Persyaratan S1 Kelas Kesesuaian Lahan S2 S3 N

Temperatur rerata

harian (°C) 20-30 18-32 18-32 >32 atau <18 Curah Hujan (mm) 2.000-4.100 4.100-7.000

(39)

Persyaratan S1 Kelas Kesesuaian Lahan S2 S3 N

Lama masa kering (bln) <3 3-4 4-6 >6

Drainase Tanah baik, sedang agak

terhambat terhambat, agak cepat terhambat, sangat cepat

Tekstur agak kasar,

sedang, agak halus, halus agak kasar, sedang, agak halus, halus kasar, sangat halus kasar Bahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55 Kedalaman tanah (cm) >50 >50 25-50 <25 Gambut - Ketebalan (cm) <50 50-100 100-200 >200

-Kematangan Saprik saprik,hemik hemik fibrik

Retensi Hara - KTK tanah (cmol) >16 5-16 <5 - Kejenuhan basa (%) >50 35-50 <35 - pH H2O 5,0-7,0 4,0-5,0 / 7,0-7,5 <4,0 / >7,5 - C organik (%) >0,4 <0,4 Hara Tersedia

-N total Sedang rendah sangat

rendah -P2O5 (mg/100 g) Sedang rendah sangat rendah -K2O (mg/100 g) Timggi sedang sangat rendah

Salinitas (dS/m) <5 10-15 8-10 >10

Alkalinitas <10 10-15 15-20 >20

Bahaya erosi

- Lereng (%) <3 3-8 8-15 >15

- Bahaya erosi sangat

ringan ringan-sedang berat-sangat berat Tabel 7. Kesesuaian Lahan Budidaya Kapulaga (lanjutan)

(40)

Persyaratan S1 Kelas Kesesuaian Lahan S2 S3 N Bahaya Banjir - Tinggi - -- Lama (hari) - - 25 >25 Permukaan Lahan <7 >7 - Batuan di permukaan <5 5-15 15-40 >40 - Singkapan batuan <5 5-15 15-25 >25

Sumber: Emmyzar et al. (1998) dalam Ritung et al. (2011)

Kapulaga dapat tumbuh secara optimal pada kelas S1. FAO (1976) menyatakan bahwa kelas kesesuaian lahan S1 artinya lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan berkelanjutan, atau hanya mempunyai faktor pembatas yang sangat minor dan tidak mereduksi produktivitas lahan secara nyata. Lahan tipe ini sudah sangat sulit ditemukan di sekitar kita. Hal ini disebabkan sebagian besar lahan kita dalam kondisi mengalami penurunan kesuburan atau sebagian besar dalam kondisi kelas kesesuaian lahan S2. Pada kelas lahan S2 artinya lahan mempunyai faktor pembatas yang mempengaruhi produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Tanah dengan jenis lempung berdebu serta dengan bahan organik yang rendah serta terlalu kering pada saat musim kemarau dapat menyebabkan produktivitas kapulaga yang rendah (Winarba, 2000).

Faktor pembatas tersebut umumnya dapat diatasi oleh petani, misalnya kesuburan tanah yang rendah dapat diatasi dengan cara pemupukan terutama pupuk organik. Kapulaga tumbuh baik pada daerah dengan iklim A,B dan C. Curah hujan yang dikehendaki rata-rata 2.500-4.000 mm per tahun. Daerah dengan hujan yang terlalu tinggi akan menyebabkan buah mudah busuk sedangkan pada daerah yang terlalu kering akan menyebabkan pembuahan kapulaga tidak optimal (sedikit). Kapulaga menyukai iklim yang kering namun sejuk (suhu 20-30 ºC) dengan intensitas sinar matahari yang cukup (30-70%) dan tidak terlalu tinggi. Kapulaga menghendaki naungan sepanjang siklus hidupnya, sehingga sangat cocok dikembangkan secara agroforestri.

(41)

Kapulaga adalah jenis yang relatif mudah dalam budidayanya, karena tidak membutuhkan persyaratan jenis tanah yang khusus. Hampir semua daerah di Indonesia dapat ditanami dengan jenis ini. Kapulaga dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah latosol, andosol, podsolik merah kuning dan mediteran, namun kapulaga tidak menyukai kondisi tanah yang tergenang dengan pH tanah 5,6-6,8. Kapulaga menyukai tanah dengan kandungan organik tinggi, sehingga apabila kandungan organik tanah rendah maka perlu dilakukan penambahan bahan organik berupa pemberian pupuk organik. Petani diharapkan secara rutin memberikan pupuk organik karena pemberian pupuk organik selain menyediakan nutrisi bagi tanaman juga dapat memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah.

Pohon Penaung

B.

Kapulaga adalah jenis yang membutuhkan naungan selama siklus hidupnya, sehingga jenis ini sesuai apabila dibudidayakan secara agroforestri. Apabila akan menanam kapulaga, sebaiknya minimal 1 tahun sebelum penanaman kapulaga dilakukan penanaman tanaman penaung. Jenis-jenis tanaman penaung untuk kapulaga tidak terlalu spesifik, karena kapulaga mampu tumbuh di bawah berbagai macam jenis tanaman penaung. Tanaman kapulaga yang tidak ternaungi terutama pada musim kemarau pada umumnya pertumbuhannya merana dan pucuk daunnya terbakar (Winarba, 2000). Namun, karena tumbuh di bawah pohon lain maka air dan nutrisi dalam tanah harus dikelola dengan baik agar produktivitas kapulaga optimal (Nair, 2011).

Prasetyo (2004) menyebutkan bahwa kapulaga tumbuh baik di bawah sengon pada intensitas naungan 30-70% tumbuh lebih baik jika dibandingkan dengan kapulaga yang ditanam tanpa naungan. Secara umum kapulaga tidak membutuhkan jenis penaung dari pohon tertentu, sehingga hampir di semua jenis pohon penaung kapulaga dapat tumbuh dengan baik. Beberapa jenis penaung kapulaga disajikan pada Tabel 8.

(42)

Jenis Pohon Penaung Kapulaga

Tabel 8.

No Jenis Penaung Daerah Hasil dari tanaman penanung

1 Manggis (Garciana mangostana),

Manglid (Magnolia champaca) Tasikmalaya Buah, kayu 2 Sengon (Falcataria mollucana) Ciamis Kayu 3 Bambu tali (Gigantlochoa apus) Ciamis Bambu 4 Pinus (Pinus merkusii) Purworejo Kayu, getah

5 Campuran Kulonprogo,

Ciamis Kayu, buah-buahan, kayu bakar Sumber:

Nuraeni et al (2014), Selisiyah (2011), Wijayanto dan Nurunnajah (2012), Hani et al. (2019)

Performa kapulaga yang ditanam di bawah tanaman kayu-kayuan, kapulaga yang ditanam di bawah tanaman perkebunan dan kapulaga yang ditanam di bawah berbagai jenis pohon penaung disajikan pada Gambar 6, 7 dan 8 di bawah ini.

Kapulaga di bawah pohon penghasil kayu

(43)

(a) (b)

Kapulaga di bawah tanaman perkebunan (a) kopi dan (b) karet

Gambar 7.

Kapulaga di bawah berbagai jenis pohon

Gambar 8.

Budidaya kapulaga di bawah sengon banyak ditemukan di sebagian besar sentra-sentra budidaya sengon di Pulau Jawa seperti di Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Wonosobo. Sengon adalah komoditas utama hutan rakyat di Pulau Jawa. Departemen Kehutanan (2004) menyatakan bahwa tanaman sengon di Jawa mencapai 83,69% atau dengan luas 1,2 juta hektar dari hutan tanaman rakyat. Keuntungan tanaman sengon sebagai penaung karena tajuknya tidak terlalu berat sehingga masih

(44)

memungkinkan cahaya matahari bisa masuk sampai lantai hutan. Tanaman sengon umur 3-5 tahun dengan jarak tanaman 3 x 3 m memiliki intensitas naungan 10-80% (Wijayanto dan Pratiwi, 2011).

Hasil studi lainnya, intensitas naungan tanaman sengon umur 1- 6 tahun dengan jarak tanam 1,5 x 1,5 m dan 1,5 x 2 m memiliki intensitas naungan 28-87%, dengan tingkat naungan tertinggi pada saat umur sengon 3-4 tahun (Octavia, 2010). Selain itu, tanaman sengon merupakan jenis legum yang mempunyai kelebihan dalam mengikat nitrogen bebas (N2) di udara melalui bakteri Rhizobium yang umumnya hidup pada bintil akar sengon, yang kemudian oleh bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter diubah menjadi ion nitrat (NO3-) yang siap pakai oleh tanaman (Bernhard, 2010). Lebih lanjut,

daun sengon yang jatuh dapat berfungsi sebagai pupuk hijau bagi tanaman kapulaga. Serasah sengon yang terdekomposisi menambah ketersediaan unsur hara terutama nitrogen yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman. Hasil studi analisis serasah sengon membuktikan bahwa kandungan N total serasah sengon tergolong sedang yaitu 1,8 %. Pemberian serasah sengon 105 g setara dengan pemberian 4,1 g urea (Octavia, 2010).

Sengon (Falcataria moluccana) adalah salah satu jenis tanaman penaung yang paling banyak digemari oleh petani karena beberapa alasan:

Cepat tumbuh, 1.

Sengon adalah jenis yang memiliki pertumbuhan tercepat. Sengon siap tebang pada umur 5 (lima) tahun untuk kebutuhan kayu pertukangan dengan diameter antara 20 – 30 cm, namun saat ini sengon umur 3 (tiga) tahun dengan diameter 15 cm sudah banyak dicari untuk memenuhi kebutuhan industri palet. Sengon yang akan digunakan sebagai tanaman penaung sebaiknya tidak ditebang selama tanaman kapulaga masih produktif. Apabila dilakukan penebangan pada saat kapulaga masih produktif dikhawatirkan akan merusak tanaman kapulaga akibat tertimpa batang sengon yang ditebang.

Mudah dibudidayakan, 2.

Sengon adalah jenis yang mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan persyaratan khusus serta mudah diperoleh benih maupun bibit. Sengon yang telah berumur di atas 2 (dua) tahun tidak

(45)

perlu dilakukan pemeliharaan yang intensif hanya perlu dilakukan pengaturan kerapatan tajuk dengan cara dilakukan pemangkasan (prunning).

Pemasaran mudah 3.

Pemasaran kayu sengon sangatlah mudah. Hal ini disebabkan karena sengon banyak dibutuhkan oleh industri gergajian rakyat untuk kebutuhan bahan bangunan maupun industri besar untuk diolah menjadi veneer, kayu lapis, palet maupun joint laminated.

Harga jual tinggi 4.

Harga jual kayu sengon dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sehingga dengan membiarkan tanaman sengon sebagai penaung, selama kapulaga semakin produktif maka nilai pohon sengon sebagai penaung akan semakin meningkat.

Tajuk tidak terlalu berat sehingga naungan tidak terlalu rapat, 5.

Sengon memiliki daun yang berukuran kecil sehingga sengon memiliki tajuk yang tidak terlalu rapat. Tajuk yang tidak terlalu rapat memungkinkan cahaya matahari masuk ke bagian bawah yang selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh tanaman kapulaga untuk proses fotosintesis.

Sengon adalah jenis legum yang membantu memelihara kesuburan 6.

tanah.

Bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar sengon mampu mengikat nitrogen bebas (N2) di udara sehingga meningkatkan ketersediaan ion nitrat (NO3-) yang siap pakai oleh tanaman. Daun dari jenis legum

umumnya mempunyai kandungan nitrogen yang tinggi, selain itu daun yang jatuh mudah terdekomposisi sehingga dalam waktu yang relatif cepat dapat menjadi nutrisi bagi tanaman kapulaga.

Kapulaga adalah jenis tanaman yang membutuhkan naungan sepanjang hidupnya. Kapulaga yang ditanam di areal yang terlalu terbuka mempunyai resiko kematian pada saat musim kemarau. Kapulaga dapat mengalami kekeringan di musim kemarau (Gambar 9). Hal ini menyebabkan harga kapulaga umumnya naik cukup tinggi pada saat musim kemarau.

(46)

Kapulaga yang kering pada saat kemarau

Gambar 9.

Pemeliharaan Pohon Penaung

C.

Pohon penaung kapulaga perlu dipelihara sehingga dapat mempertahankan produktivitas kapulaga. Pemeliharaaan pohon penaung meliputi pengaturan tajuk untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk dibawah tajuk serta pengaturan ruang tumbuh. Kegiatan pemeliharaan pohon penaung antara lain:

Pengaturan kerapatan tegakan melalui penjarangan (

1. thinning)

Pohon penaung perlu diatur jumlahnya sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman kapulaga. Pengaturan dapat dilakukan dengan cara melakukan penjarangan pohon. Penjarangan dapat dilakukan pada:

Pohon dewasa yang sudah mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga a.

dapat sebagai sumber penghasilan petani.

Pohon yang mempunyai pertumbuhan batang yang kurang baik: b.

bengkok, banyak cabang, kerdil.

Pohon yang rusak karena adanya hama atau penyakit. c.

(47)

Pemangkasan tajuk 2.

Cahaya matahari merupakan kebutuhan utama bagi tanaman untuk proses fotosintesis. Setiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan cahaya yang berbeda-beda. Kapulaga membutuhkan intensitas cahaya matahari berkisar antara 30-10%. Sitompul (2003) serta Purnomo dan Sitompul (2006) menyebutkan bahwa tajuk pohon pinus yang dipangkas 1/3 pada bagian bawahnya akan meningkatkan intensitas cahaya yang masuk sebesar 30%, sedangkan pemangkasan sebesar 50% bagian bawah tajuk akan menghasilkan penetrasi cahaya yang masuk sebesar 70-90%. Pengaturan akar pohon

3.

Kegiatan pengaturan pertumbuhan akar pohon dapat dilakukan dengan cara menggali parit pohon misalnya dengan jarak 1 m dari batang pohon dengan kedalaman 50 cm. Tujuannya agar perakaran pohon di bagian permukaan tidak menyebar di sekitar tanaman kapulaga, sehingga dapat mengurangi persaingan tempat tumbuh dan kompetisi akar dalam memperoleh nutrisi dan air (Gambar 10).

Pengaturan kompetisi akar dengan membuat parit

Gambar 10.

Parit juga berfungsi untuk menampung dan menyimpan air hujan sehingga tidak menggenangi lahan. Lahan yang sering tergenang mempunyai aerasi dan drainase yang kurang baik. Kondisi ini dapat menyebabkan mudahnya penyebaran penyakit terutama yang bersumber dari jamur.

(48)

TEKNIK BUDIDAYA KAPULAGA

Petani sudah melakukan budidaya kapulaga cukup lama, namun sifatnya masih tradisional. Pengetahuan budidaya kapulaga hanya bersifat turun temurun dengan sedikit inovasi, sehingga upaya peningkatan produktivitas kapulaga seringkali tidak tercapai, selain itu masih ada petani yang menghadapi kegagalan dalam berbudidaya kapulaga terutama pada saat musim kemarau. Petani yang mengetahui teknik budidaya kapulaga yang intensif masih sangat rendah hanya berkisar 10%-13,3%, namun setelah dilakukan pelatihan, petani yang mengalami peningkatan kapasitas budidaya kapulaganya mencapai 60%-66,67% (Diniyati & Achmad, 2016). Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya kapulaga agar memperoleh produktivitas yang optimal dan lestari, antara lain:

Penyediaan Bibit Kapulaga

A.

Produksi kapulaga yang baik dapat diperoleh jika diawali dari pemilihan bibit yang tepat. Kapulaga yang banyak di masyarakat umumnya ada 2 (dua) jenis yaitu kapulaga lokal dan kapulaga sabrang. Pemilihan jenis antara lokal dan sabrang sangat menentukan keberhasilan tanaman. Apabila tempat tumbuh kurang dari 700 m dpl sebaiknya memilih kapulaga lokal, sedangkan pada daerah yang mempunyai ketinggian di atas 700 m dpl maka jenis yang dipilih sebaiknya adalah kapulaga sabrang. Kesalahan dalam pemilihan jenis berdasarkan tempat tumbuh dapat menyebabkan kegagalan tanaman kapulaga untuk berbuah, sehingga apabila ini terjadi maka petani akan mengalami kerugian biaya penanaman dan waktu menunggu.

(49)

Masyarakat pada umumnya menggunakan bibit kapulaga yang berasal dari anakan yang tumbuh secara berumpun. Bibit diambil dari sebagian rumpun dengan memilih bibit yang tidak terlalu tua maupun terlalu muda (umur 10-12 bulan), kondisi bibit hijau segar, sehat serta daun minimal 5-8 daun (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2011). Contoh bibit kapulaga ditampilkan pada Gambar 11.

Bibit kapulaga siap tanam

Gambar 11.

Pengambilan anakan kapulaga yang akan digunakan untuk bibit harus dilakukan secara hati-hati. Pengambilan bibit harus diupayakan tidak merusak rumpun tanaman kapulaga serta menghasilkan bibit dengan kondisi perakaran (rhizome) yang tidak rusak. Bibit kapulaga yang telah diperoleh sebaiknya segera dibawa ke lokasi penanaman untuk segera ditanam di lapangan sehingga mengurangi resiko kematian karena kekeringan. Upaya untuk mencegah bibit kekeringan adalah dengan mengikat beberapa batang bibit dalam satu ikatan selanjutnya bagian akar ditutup menggunakan pelepah pisang atau karung goni yang basah. Harga bibit kapulaga di pasaran berkisar antara Rp. 1000,00- Rp. 1.500,00, bergantung pada banyak sedikitnya ketersediaan tanaman kapulaga yang ada di daerah.

Pengadaan bibit sebaiknya setelah lahan penanaman telah siap sehingga bibit yang sudah datang dapat segera ditanam di lubang tanam untuk mengurangi resiko kekeringan di tempat penyimpanan. Bibit yang sudah ditanam dikurangi daunnya untuk mengurangi penguapan sehingga bibit tidak mengalami kekeringan. Setiap lubang ditanami bibit yang terdiri dari dua batang dengan kondisi perakaran yang tidak rusak. Hal ini bertujuan

(50)

untuk mengurangi resiko bibit mati. Bibit dengan dua batang tanaman yang telah ada umumnya akan lebih cepat terbentuk rumpun dari anakan/tunas yang baru.

Persiapan Lahan

B.

Persiapan lahan berupa pembersihan lahan dari rumput dan gulma yang akan mengganggu sehingga lahan siap ditanam kapulaga. Selain itu, jenis-jenis tanaman yang tidak mempunyai nilai ekonomi tinggi dapat dihilangkan untuk mengurangi persaingan. Pembersihan lahan dapat dilakukan secara manual dengan cara pembabatan maupun dengan bantuan mesin pemotong rumput. Kondisi lingkungan yang dibutuhkan kapulaga adalah intensitas naungan antara 30-70%. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan meningkatkan resiko kematian pada saat musim kemarau, sedangkan naungan yang terlalu rapat dapat mengganggu proses pembungaan dan pembuahan.

Pohon penaung yang terlalu rapat dapat diberi perlakuan penjarangan atau pemangkasan cabang dan ranting. Pengolahan tanah tidak membutuhkan olah tanah total, namun cukup dilakukan di lubang tanam sehingga dapat menghemat biaya penanaman sekaligus mengurangi resiko erosi dan aliran permukaan.

Penentuan Jarak Tanam

C.

Pengajiran diperlukan untuk menentukan jarak tanam kapulaga. Jarak tanam kapulaga pada umumnya 2 x 2 m atau 2.500 tanaman per hektar maupun 2 x 3 m atau 1666 tanaman per hektar. Studi lain (Evizal, 2013) menyebutkan bahwa jarak tanam kapulaga lokal adalah 1,5 x 1,5 m sedangkan jarak tanam kapulaga sabrang lebih lebar yaitu 2 x 2 m. Jarak tanam yang terlalu rapat akan menyebabkan tanaman cepat saling bersentuhan, karena tanaman dari satu batang tanaman kapulaga akan tumbuh menjadi banyak batang dalam satu rumpunnya. Selain itu jarak tanam juga tergantung pada kondisi lahan petani. Jika lahan petani sudah banyak ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanam kapulaga dapat diperlebar. Namun apabila lahan petani masih menyisakan ruang bawah tegakan yang cukup luas, maka jarak tanam dapat lebih rapat.

(51)

Jarak tanam yang rapat akan berdampak pada biaya penanaman yang tinggi, sehingga pada umumnya petani akan mempertimbangkan ketersediaan modal sebagai penentuan jarak tanam kapulaga.

Fungsi ajir selain untuk menentukan jarak tanam juga berfungsi untuk mengikat tanaman kapulaga yang baru ditanam. Pengikatan bertujuan agar bibit yang baru tanam tidak mudah goyah karena tertiup angin (Gambar 12). Bibit yang goyah karena angin maka mempunyai resiko kematian yang tinggi karena rusaknya akar.

Pengikatan kapulaga pada ajir

Gambar 12.

Pembuatan Lubang Tanam

D.

Lubang tanam untuk penanaman kapulaga mempunyai ukuran panjang x lebar x kedalaman (tinggi) yaitu 40 cm x 40 cm x 40 cm. Semakin lebar ukuran lubang tanam maka akan semakin memberikan kondisi yang menguntungkan bagi munculnya tunas-tunas baru. Hal ini disebabkan karena tanah yang dicangkul untuk pembuatan lubang tanam akan menjadi gembur (Gambar 13).

(52)

Pembuatan lubang tanam

Gambar 13.

Pemberian Pupuk Dasar

E.

Kapulaga adalah tanaman yang menyukai kandungan bahan organik tanah yang tinggi, sehingga pemberian pupuk dasar berupa pupuk organik sangat diperlukan (Gambar 14). Pupuk organik dapat berupa pupuk kandang, pupuk kompos maupun pupuk hijau. Kualitas pupuk akan semakin meningkat apabila telah dilakukan proses pengomposan, sehingga pupuk telah terdekomposisi dengan baik serta unsur-unsur hara yang ada di dalamnya telah tersedia bagi tanaman. Pupuk organik yang diberikan sebanyak 2-5 kg per lubang tanam (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2011). Apabila satu lubang tanam diberikan 4 kg pupuk kandang, maka dalam satu hektar dibutuhkan 10-18 ton pupuk per tahun. Pemupukan dapat dikombinasikan dengan penggunaan pupuk buatan, antara lain urea (100-140 kg), TSP (75-100 kg/ha) dan KCl (100-160 kg) per hektar (Evizal, 2018).

Pupuk kandang sebagai pupuk dasar

(53)

Penanaman

F.

Penanaman bibit kapulaga dilakukan pada awal musim hujan, sehingga tanaman akan memperoleh cukup air pada saat proses adaptasi di lapangan (Gambar 15). Waktu yang terbaik penanaman yaitu pada pagi hari atau sore hari sehingga bibit tidak langsung terkena terik panas matahari.

Kapulaga setelah tanam

Gambar 15.

Pemeliharaan

G.

Pemeliharaan menjadi faktor utama untuk menghasilkan produktivitas kapulaga yang tinggi. Tanaman kapulaga yang tidak dipelihara dengan baik pada umumnya produksi buahnya akan rendah. Kegiatan pemeliharaan meliputi: penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pengaturan intensitas cahaya dan pengendalian hama dan penyakit. Pembumbunan adalah penimbunan tanah di pangkal rumpun tanaman yang bertujuan untuk menopang dan memperkokoh tegaknya tanaman, memperbaiki sifat fisik tanah serta memacu munculnya tunas-tunas baru. Pemangkasan daun yang menguning juga merupakan bagian dari pemeliharaan (Gambar 16). Tanaman kapulaga sabrang membutuhkan pemeliharaan yang lebih intensif dari pada kapulaga lokal dalam hal pemupukan. Pupuk yang diperlukan untuk kapulaga sabrang lebih banyak takarannya dibandingkan dengan kapulaga lokal (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2011).

Gambar

Gambar  1  menunjukkan  bahwa  luas  panen  kapulaga  dari  tahun  2014  sampai 2018 mengalami penurunan yang cukup tinggi dari 4,23 ribu hektar  menjadi 1,15 ribu hektar
Tabel 2.  Perbedaan Kapulaga Lokal dan Kapulaga Sabrang (lanjutan)
Tabel 6.  Pemanfaatan Kapulaga di Indonesia (lanjutan)
Tabel 7.  Kesesuaian Lahan Budidaya Kapulaga (lanjutan)
+3

Referensi

Dokumen terkait