MOTTO
“...kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan (juga) burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui
(cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
(QS An-Nur:41)
“The future belongs to those who give the next generation reason for hope”
(Hitam Putih)
“Orang yang tidak pernah berbuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah melakukan sesuatu”
(Albert Einstein)
“Jalani hidup ini dengan kerja keras, kerja ikhlas dan kerja cerdas. Karena suatu saat nanti sejarah akan mencatat dengan tinta emasnya tntang dirimu”
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati Tugas Akhir Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Ayah dan ibu beserta keluarga besar yang saya sayangi, terimakasih atas
doa, motivasi, dukungan dan bantuan yang tak ada hentinya selama ini.
Semoga kesehatan, limpahan rahmat serta karunia selalu Allah curahkan
kepada kita semua. Amin.
3. Sahabat saya, Triyono, Ita Ermala Lestari, dan Tantin Nurhidayah yang
telah menemani, membantu serta memberikan semangat selama
menempuh studi S1 ini.
4. Sahabat-sahabat saya Anis Anya, Dwi Nurhayati, Wiwit Nurhidayah yang
selalu memberi dukungan dan semangat kepada saya.
5. Teman-teman Biologi B 2013 atas bantuan dan motivasi yang selalu
HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA KULTIVAR CABAI (Capsicum sp.) DI YOGYAKARTA BERDASAR PADA KARAKTERISASI
MORFOLOGI Oleh Triana NIM 13308141008
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan hubungan kekerabatan beberapa kultivar cabai (Capsicum sp.) di Yogyakarta berdasar pada karakter morfologi bagian vegetatif, generatif, vegetatif dan generatif, serta pada bagian buahnya.
Penelitian dilakukan di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta pada bulan Januari sampai bulan Juni 2016. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan cara survey langsung atau metode observasi`.
Hubungan kekerabatan karakter morfologi bagian vegetatif terdekat dimiliki oleh kultivar Jemprit Toboyo (C1) dan Besar Toboyo (C2), kultivar Teropong (C3) dan Cabai Merah (C4), kultivar Jemprit (C7) dan Rawit (C8) serta kultivar Kencana (C9) dan Giko (C10), sedangkan kekerabatan terjauh dimiliki oleh C6. Hubungan kekerabatan terdekat bagian generatif dimiliki oleh kultivar Cabai Panjang (C5) dan Kencana (C9), sedangkan Jemprit Toboyo (C1) memiliki kemiripan yang paling jauh. Hubungan kekerabatan bagian vegetatif dan generatif terdekat dimiliki oleh kultivar Besar Toboyo (C2) dan Cabai Merah (C4), serta kultivar Teropong (C3) dan Giko (C10) sedangkan kultivar C1 atau Jemprit Toboyo merupakan kultivar yang memiliki kemiripan paling jauh. Hubungan kekerabatan bagian buah terdekat dimiliki oleh kultivar Besar Toboyo (C2) dan Cabai Merah (C4), sedangkan kultivar Jemprit Toboyo (C1) dan Cabai Jemprit (C7) memiliki kemiripan yang paling jauh.
THE RELATIONSHIP OF SOME CULTURE CHILI (Capsicum sp.) IN YOGYAKARTA BASED ON MORPHOLOGY CHARACTERISTIC
Triana NIM 13308141008
ABSTRACT
The purpose of this research is for find out the characteristic and relationship of some cultivar chili (Capsicum sp.) in Yogyakarta based on the morphologycally character in part of vegetative, generatif, vegetative and generatif, part of fruit.
This research had been in a fried of BPTP Yogyakarta started from January until Juny 2016. The method of this research was doing by observed, because it has a description characteristic.
The result from the analysis morphologically characteristic relationship in part of vegetative are Jemprit Toboyo cultivar (C1) and Besar Toboyo (C2), Teropong cultivar (C3) and Red Chili cultivar (C4), Jemprit cultivar (C7) and Rawit cultivar (C8), Kencana (C9) and Giko (C10), where as the Green Rawit (C6) has different characteristic from another. Generatif part has same characteristic in a relationship are Long Chili cultivar (C5) and Kencana (C9), meanwile Jemprit Toboyo (C1) has different characteristic from both of them. Vegetatif and Generatif part has same characteristic in a relationship are C2 and C4, C3 and C10, meanwile C1 has different characteristic from both of them. Fruit part has same characteristic in a relationship are C2 and C4, meanwile Jemprit Toboyo (C1) and Jemprit cultivar (C7) has different characteristic from both of them.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya terpanjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat-Nya. Shalawat dan salam tak akan pernah terhenti kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan pengikutnya. Suatu
kebahagiaan dan kebanggan yang luar biasa bagi penulis karena skripsi yang berjudul “ Hubungan Kekerabatan Beberapa Kultivar Cabai (Capsicum sp.) Di Yogyakarta Berdasar Pada Karakterisasi Morfologi ” telah terselesaikan dengan baik.
Penelitian dan penyusunan Tugas Akhir Semester (TAS) ini tidak dapat
terlaksana dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Hartono,M.Si selaku Dekan FMIPA UNY atas pemberian fasilitas dan
bantuannya untuk memperlancar administrasi tugas akhir.
2. Dr. Paidi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY
yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini
selaku Kajurdik Biologi.
3. Dr. Tien Aminatun, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi Universitas
Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan skripsi
ini.
4. Budiwati, M.Si dan Sudarsono M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
rela meluangkan waktu di sela-sela kesibukan dan memberikan bimbingan
selama penelitian berlangsung hingga terselesaikannya naskah skripsi ini
dengan sebaik-baiknya. Terimaksaih untuk waktu dan semangat yang
selalu diberikan.
5. Kedua orangtua dan keluarga besar yang selalu memberikan semangat doa
6. Semua Dosen Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY yang senantiasa
memberikan ilmu yang bermanfaat.
7. Dr. Ir. Kristamtini M.Si yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan
skripsi di BPTP Yogyakarta.
8. Bp. Sutarno, bu Endang, dan mbak Adik S.Si yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini.
9. Sahabat saya Triyono, Ita Ermala Lestari yang juga melaksanakan
penelitian di BPTP.
10.Sahabat- sahabat saya yang selalu memeberi dukungan dan semangat pada
saya.
11.Teman-teman Biologi B 2013 yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan naskah skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk pnyempurnaan
lebih lanjut. Semoga naskah skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya, dan dapat menambah wawasan pembaca pada
umumnya.
Yogyakarta, 18 April 2017
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ...i
PERNYATAAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ...iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ...vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
G. Batasan Operasional ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Sejarah Tanaman Cabai ... 7
2. Botani Tanaman Cabai ... 8
3. Morfologi Tanaman Cabai ... 8
4. Jenis- jenis Buah Cabai ... 12
5. Kandungan Gizi dan Manfaat Tanaman Cabai ... 13
7. Fase Pertumbuhan Tanaman Cabai ... 16
8. Budidaya Tanaman Cabai ... 17
9. Karakterisasi dan Kultivar ... 18
10.Hubungan Kekerabatan ... 20
B. Kerangka Berfikir ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
C. Populasi dan Sampel ... 24
D. Objek Penelitian ... 25
E. Instrumen Penelitian ... 25
F. Prosedur Kerja ... 26
G. Teknik Pengumpulan Data ... 29
H. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Bagian Vegetatif Tanaman Cabai ... 32
B. Karakterisasi Bagian Generatif Tanaman Cabai ... 39
C. Analisis Hubungan Kekerabatan 1. Hasil Analisis Bagian Vegetatif Tanaman Cabai ... 53
2. Hasil Analisis Bagian Generatif Tanaman Cabai ... 57
3. Hasil Analisis Bagian Vegetatif dan Generatif Tanaman Cabai .... 61
4. Hasil Analisis Bagian Buah Cabai ... 64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan gizi buah cabai ... 13
Tabel 2. Daftar kultivar cabai ... 26
Tabel 3. Daftar pengamatan morfoogi tanaman cabai ... 28
Tabel 4. Hasil pengukuran klimatik lingkungan tanaman cabai ... 31
Tabel 5. Tinggi tanaman, nodus, jumlah bunga per nodus, warna daun, lebardaun, panjang helaian daun ... 32
Tabel 6. Bentuk daun, bentuk tepi daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkaldaun. ... 35
Tabel 7. Panjang batang, warna batang, bentuk batang, tipe tumbuh ... 37
Tabel 8. Posisi tangkai bunga, umur 50% berbunga, sudut bunga dan tangkai bunga dan jumlah helai mahkota bunga ... 39
Tabel 9. Warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, warna tangkai putik, dan warna kepala putik ... 42
Tabel 10. Warna tangkai sari, warna kepala sari ... 43
Tabel 11. Panjang tangkai buah, panjang buah, diameter buah, rasio panjang : diameter buah... 44
Tabel 12. Permukaan buah, lekukan buah, bentuk ujung buah, bentuk pangkalbuah, posisi buah... 46
Tabel 13. Bentuk tepi kelopak, kelopak buah, warna buah sebelum matang, Intensitas warna buah sebelum matang ... 47
Tabel 15. Bentuk penampang melintang buah, jumlah lokul, bentuk penampang membujur buah ... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Panjang helaian daun cabai ... 33
Gambar 2. Warna daun cabai ... 34
Gambar 3. Pengamatan morfologi daun cabai ... 36
Gambar 4. Bentuk ujung daun dan bentuk pangkal daun ... 36
Gambar 5. Warna batang ... 38
Gambar 6. Posisi tangkai bunga ... 40
Gambar 7. Sudut antara bunga dan tangkai bunga ... 41
Gambar 8. Jumlah helai mahkota bunga ... 41
Gambar 9. Morfologi bunga cabai ... 42
Gambar 10. Warna kepala sari ... 43
Gambar 11. Permukaan buah ... 46
Gambar 12. Lekukan buah ... 47
Gambar 13. Warna buah sebelum matang ... 48
Gambar 14. Intensitas warna buah sebelum matang ... 48
Gambar 15. Intensitas warna buah matang ... 49
Gambar 16. Bentuk penampang membujur buah ... 50
Gambar 17. Dendogram hasil analisis vegetatif tanaman cabai ... 54
Gambar 19. Dendogram hasil analisis vegetatif dan generatif cabai ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai ... 71
Lampiran 2. Dokumentasi penelitian ... 84
Lampiran 3. SK Penguji Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi
penting di Indonesia dan menjadi salah satu komoditas rempah-rempah yang menyokong
kebutuhan pangan masyarakat. Kebutuhan bahan pangan cabai akan terus meningkat
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita
akibat peningkatan pendapatan. Cabai selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga
mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri,
memiliki peluang ekspor, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C.
Di Indonesia, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta keanekaragaman cabai
cukup tinggi, namun banyak yang belum diketahui karakteristiknya, begitu juga dengan
beberapa kultivar cabai yang ditanamn di lahan BPTP Yogyakarta. Untuk menunjang
perakitan kultivar unggul cabai yang merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan
produktivitas cabai, baik untuk konsumsi segar maupun olahan, perlu dilakukan
karakterisasi serta menganalisis hubungan kekerabatannya.
Pada tahun 2016 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta
menanam beberapa kultivar cabai di antaranya Jemprit Lokal Toboyo Timur, Besar
Toboyo Timur, Teropong, Merah Lokal, Besar Panjang, Rawit Hijau, Rawit Pak Semi,
Kencana, dan Giko.
Kultivar cabai yang ditanam merupakan koleksi dari Balai Pengkajian Teknologi
lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta di antaranya cabai lokal Gunung Kidul, dan cabai
dari Kota Yogyakarta.
Karakterisasi bertujuan untuk melihat keanekaragaman morfologi dan genetik
diantara genotip-genotip cabai yang diuji,sehingga nantinya dapat diketahui hubungan
kekerabatan. Analisis keragaman kultivar dan hubungan kekerabatan dapat memberikan
informasi kedekatan hubungan antar genotip secara biologis.
Pendataan masing-masing kultivar sangat penting dilakukan agar dapat diketahui
informasi dan deskripsi mengenai kultivar tersebut. Setiap kultivar yang diuji memiliki
persamaan dan perbedaan karakter yang diamati. Adanya persamaan dan perbedaan
karakter tersebut dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antara kultivar cabai yang ditanam di lahan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta.
Untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson tumbuhan
dapat dilakukan dengan menentukan kesamaan antara takson tumbuhan dengan
menggunakan sifat-sifat morfologi, karena sifat morfologis dapat digunakan untuk
Hubungan kekerabatan beberapa kultivar cabai dapat di lihat berdasarkan
hasilpengamatan karakterisasi morfologi secara kualitatif dan kuantitatif. Karakterisasi
morfologi yang diamati untuk mengetahui sifat atau karakter kultivar unggul dilakukan
pada fase pertumbuhan vegetatif dan generatif cabai. Dengan mengetahui hasil
karakterisasi morfologi masing-masing kultivar cabai maka dapat diketahui hubungan
kekerabatan antar kultivar cabai baik pada fase vegetatif, generatif, keduanya (vegetatif
dan generatif), serta hubungan kekerabatan antar kultivar yang dilihat dari karakter
buahnya.
Berdasarkan uraian di atas, deskripsi mengenai suatu kultivar atau hasil
karakterisasi sangat penting dilakukan karena dapat digunakan untuk mengetahui
informasi atau karakter morfologi masing-masing kultivar, menunjang perakitan kultivar
unggul cabai, untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar kultivar cabai yang diuji
dan sebagai sumber bahan genetik dalam proses pemuliaan tanaman. Hasil analisis
hubungan kekerabatan juga dapat digunakan untuk memperbaiki karakter kultivar dan
pengembangan spesies lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian
mengenai “ Hubungan Kekerabatan Beberapa Kultivar Cabai (Capsicum sp.) Di
B. Identifikasi Masalah
Di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta tersedia beberapa kultivar cabai
(Capsicum sp.) namun baru diketahui secara terbatas informasi mengenai hasil
karakterisasi beberapa kultivar cabai yang tersedia. Bagaimana karakterisasi
masing-masing kultivar secara keseluruhan?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini di lakukan karakterisasi morfologi beberapa kultivar cabai
(Capsicum sp.) di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta.
Karakterisasi morfologi yang diamati meliputi bagian batang, daun, bunga, dan buah.
D. Perumusan Masalah
Secara lebih rinci permasalahan yang akan di ungkap adalah bagaimana hasil
karakterisasi dan hubungan kekerabatan kultivar cabai di Yogyakarta berdasar pada :
1. karakter morfologi bagian vegetatif (batang dan daun)?
2. karakter morfologi bagian generatif (bunga dan buah)?
3. karakter morfologi bagian vegetatif dan generatif?
E. Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakterisasi dan hubungan kekerabatan
kultivar cabaidi Yogyakarta berdasar pada :
1. karakter morfologi bagian vegetatif (batang dan daun).
2. karakter morfologi bagian generatif (bunga dan buah).
3. karakter morfologi bagian vegetatif dan generatif.
4. karakter morfologi bagian buah.
F. Manfaat
1. Manfaat Praktis:
Hasil penelitian sebagai bahan untuk menambah wawasan secara umum mengenai
hasil karakterisasi kultivar serta analisis hubungan kekerabatannya.
2. Bagi Peneliti Lain:
Sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya mengenai karakterisasi dan hubungan
kekerabatan kultivar cabai di Yogyakarta.
3. Bagi Petani:
Digunakan sebagai acuan dalam perakitan kultivar unggul sehingga dapat
meningkatkan produktivitas cabai di Yogyakarta.
4. Bagi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta :
Sebagai bahan pertimbangan bagi BPTP Yogyakarta dalam menentukan langkah
terhadap masalah karakterisasi maupun hasil analisis hubungan kekerabatan beberapa
kultivar cabai di Yogyakarta.
1. Karakterisasi morfologi adalah kegiatan untuk melihat karakter yang dimiliki oleh
suatu tanaman yang diuji, sehingga nantinya dapat diketahui hubungan
kekerabatannya (Situmeang, 2013: 26). Zhongwen (1991: 39-40), menyatakan bahwa
karakterisasi didefinisikan sebagai kegiatan menilai sifat-sifat yang mudah dideteksi
dan memiliki nilai pewarisan yang tinggi. Ciri morfologi yang sering dipergunakan
sebagai pembeda kultivar cabai adalah karakter kualitatif dan kuantitatif tanaman
cabai.
2. Hubungan kekerabatan adalah suatu gambaran hubungan organisme yang satu
dengan yang lain yang bisa dilihat dari persamaan dan perbedaan sifat atau karakter
yang dimilikinya (Saanin, 1984: 112).
3. Pertumbuhan fase vegetatif adalah fase yang dimulai sejak perkecambah biji,
pembentukan daun-daun yang pertama sampai tanaman membentuk primordial bunga
(Lakitan, 1995: 16-18).
4. Pertumbuhan fase generatif adalah fase yang ditandai dengan lebih pendeknya
pertumbuhan ranting dan ruas, lebih pendeknya jarak antar daun pada pucuk tanaman,
dan pertumbuhan pucuk terhenti (Lakitan, 1995: 16-18).
5. Kultivar adalah sekelompok tumbuhan yang bila dibudidayakan akan menurunkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Sejarah Tanaman Cabai
Tanaman cabai berasal dari Meksiko, kemudian menyebar ke Eropa pada abad
ke-15.Pada abad ke-8 tanaman cabai mulai dikenal di Amerika Selatan dan Amerika
Tengah.Masuknya cabai ke Indonesia belum ditemukan keterangan pasti, namun
sudah sejak dahulu kala dibudidayakan di berbagai daerah baik di dataran rendah, di
dataran menengah maupun di dataran tinggi. Di Indonesia, tanaman cabai tersebar
luas di berbagai daerah, pusat penyebaran cabai di antaranya Purworejo, Kebumen,
Tegal, Pekalongan, Pati, Padang, Bengkulu, dan daerah lain (Sunaryono, 1999: 61).
2. Botani Tanaman Cabai
Sistematika Tanaman cabai dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Menurut Jumin (2011: 53-54), tanaman cabai merupakan tanaman tahunan
yang tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Ketinggian
tanaman cabai bisa mencapai 120 cm dengan lebar tajuk tanaman samapai 90 cm,
pada umumnya daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada
varietasnya, bentuk buah ada yang bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung
meruncing. Bunganya berbentuk terompet yang terdiri dari kelopak bunga, benang
sari, dan putik.Bunga cabai tergolong berkelamin dua karena benang sari dan putik
terdapat dalam satu tangkai, biasanya bunga cabai keluar dari ketiak daun.
3. Morfologi Tanaman Cabai
Bagian – bagian utama tanaman cabai meliputi akar, batang, cabang, daun,
bunga, buah, dan biji.
a. Akar
Akar tanaman cabai merupakan akar tunggang yang sangat kuat, terdiri
atas akar utama (primer) dan lateral (sekunder). Akar tersier merupakan
serabut-serabut akar yang keluar dari akar lateral. Panjang akar primer biasanya sekitar
35-50 cm dan akar lateral 35-45 cm.
b. Batang
Batang pada tanaman cabai pada umumnya berwarna hijau tua dan
berkayu, panjang batang berkisar 30-37,5 cm dan diameter 1,5-3 cm. Jumlah
cabangnya antara 7-15 pertanaman. Panjang cabangnya sekitar 5-7 cm dengan
diameter sekitar 0,5-1 cm. Di daerah percabangan terdapat tangkai daun dan
daun. Tangkai daun berfungsi untuk menopang daun. Ukuran tangkai daun
dengan posisi yang cenderung agak tegak. Warna batang kehijauan sampai
keunguan dengan ruas berwarna hijau atau ungu. Pada batang-batang yang telah
tua (batang paling bawah), akan muncul warna coklat seperti kayu, ini
merupakan kayu semu yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.
Biasanya batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk
banyak percabangan.
c. Daun
Daun cabai merupakan daun tunggal. Daun ini muncul di tunas-tunas
samping yang berurutan di batang utama yang tersusun spiral. Daunnya bervariasi
menurut spesies dan varietasnya, ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan
ada yang lanset. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau,
hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah
umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada
yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 – 11
cm, dengan lebar antara 1-5 cm.
d. Bunga
Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu
tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan
bunga betina dalam waktu yang sama(atau hampir sama), sehingga tanaman dapat
melakukan penyerbukan sendiri. Bunga berbentuk bintang, biasanya tumbuh pada
ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Mahkota
putih dengan dasar ungu, dan ungu tergantung varietasnya. Diameter bunga antara
5 – 20 mm tiap bunga memiliki 5 daun buah dan 5 – 6 daun mahkota.Posisi bunga
cabai ada yang menggantung, horizontal, dan tegak (Muhammad Syukur, 2012:
42-48).
e. Buah
Suriana (2012: 33), menjelaskan secara morfologi bentuk buah cabai
berbeda–beda dan bervariasi tergantung varietasnya, dari cabai kriting, cabai
besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran ibu jari, cabai rawit kecil–kecil tapi
pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel, dan bentuk–bentuk cabai
hias lain yang banyak ragamnya.Pada dasarnya bentuk buah cabai dibedakan
menjadi panjang, bulat, segitiga, campanulate, dan blocky. Bentuk pangkal, tepi
buah, dan ujung buah cabai juga berbeda.Rasio panjang/ diameter buah dihitung
dari pembagian antara panjang buah dibagi diameter buah.
Rasio P:D buah dibagi menjadi 3 kategori yakni :
1. Rasio A > 1cm artinya panjang > diameter, perspektif buah berbentuk
memanjang.
2. Rasio B = 1cm artinya panjang = diameter, perspektif bentuk buah kotak.
3. Rasio C < 1cm artinya panjang < diameter, perspektif buah berbentuk
memendek atau gepeng.
Buah cabai biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun dengan
posisi buah menggantung. Di dalam buahnya terdapat plasenta yang berfungsi
sebagai tempat perlekatan biji. Daging buah cabai umumnya renyah dan
f. Biji
Biji cabai terdapat didalam buah dan menempel di sepanjang plasenta.
Warna biji pada cabai juga beragam, mulai dari warna putih hingga kuning
jerami. Bagian terluar dari biji cabai terdapat lapisan keras. Biji inilah yang
4. Jenis- jenis buah cabai
Jenis- jenis cabai di antaranya sebagai berikut :
a. Cabai Besar (Capsicum annum L)
Cabai besar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1)Cabai Merah besar
Permukaan buah Cabai Merah besar halus dan mengkilat serta mempunyai rasa
pedas.
2)Cabai Merah keriting
Cabai Merah keriting bentuknya lebih ramping dengan cita rasa sangat pedas.
b. Cabai Kecil atau Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
Cita rasa Cabai Rawit biasanya sangat pedas, walaupun ada yang tidak pedas.
Variasi warna Cabai Rawit dari kuning, oranye, dan merah.
c. Cabai Hibrida
Keunggulan cabai hibrida tampak dari kemampuan produksi, keseragaman
tumbuh, dan ketahanan terhadap gangguan penyakit.
d. Cabai Hias (Capsicum spp)
Sebagian merupakan tanaman penghias halaman atau ruang depan, tanaman cabai
hias ini berbentuk buah menarik tetapi tidak dikonsumsi oleh manusia (Lakitan,
5. Kandungan Gizi dan Manfaat Cabai
Cabai mengandung kurang lebih 1,5% (biasanya antara 0,1 – 1%) rasa pedas. Rasa
pedas tersebut terutama disebabkan oleh kandungan kapsaisin dan dihidrokapsaisin
(Setiadi, 2000: 56).
Tabel 1. Kandungan gizi buah cabai
Jenis Cabai Segar Kering
Kandungan Cabai Hijau Besar Cabai Merah Besar Cabai Rawit Cabai Hijau Besar Cabai Merah Besar Cabai Rawit
Kalori (Kal) 23 31 103 - 311 -
Protein (g) 0,7 1 4,7 - 15,9 15
Lemak (g) 0,3 0,3 2,4 - 6,2 11
Karbohidarat
(g) 5,2 7,3 19,9 - 61,8 33
Kalsium (mg) 14 29 45 - 160 150
Fosfor (mg) 23 24 85 - 370 -
Besi (mg) 0,4 0,5 2,5 - 2,3 9
Vit A (Si) 260 470 11,050 - 576 1.000
Vit B1 (mg) 0,05 0,05 70 - 0,04 0,5
Vit C (mg) 84 18 71,2 - 50 10
Air (g) 93,4 90,9 85 - 10 8
b.d.d % 82 85 - 85
6. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Beberapa syarat tumbuh tanaman Cabai Merah di antaranya adalah kelembaban, suhu
udara, tanahdan air, uraian ketiganya adalah sebagai berikut:
a. Kelembaban
Tanaman Cabai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai
kelembaban udara sedang. Kelembaban udara terlalu rendah akan mengurangi
produksi cabai. Kelembaban yang rendah dan suhu yang tinggi menyebabkan
penguapan yang tinggi, sehingga tanaman akan kekurangan air. Akibatnya kuncup
buah dan bunga yang masih kecil banyak yang gugur (Setiati, 1996: 29-30).
b. Suhu Udara
Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai
berkisar antara 210C – 280C. Suhu harian yang terlalu terik yakni di atas 320C
menyebabkan tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan
pembuahan, sehingga produksi rendah, dan jika suhu malam yang tinggi dapat
menyebabkan pembentukan buah rendah. Bila pada waktu berbunga suhu di bawah
150, pembuahan dan pembijiannya terganggu (Sunaryono, 1999: 63).
c. Tanah
Secara umum cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur
hara.Semua jenis tanah di Indonesia relatif bisa dipakai untuk bertanam cabai.Jenis
tanah yang paling cocok bagi tanaman cabai adalah jenis tanah lempung berpasir
atau tanah ringan yang banyak mengandung bahan organik dan banyak
yang mempunyai derajat keasaman terlalu tinggi (di atas 7,0) tidak semua unsur
dari pupuk bisa terserap oleh akar.
Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk tanaman cabai adalah
sesuai adalah sesuai dengan tanaman pada umumnya (pH netral) yaitu antara
6,0-7,0, dimana pH ideal berada pada angka 6,5 (Ripangi, 2012: 26-27).
d. Air
Air sangat penting bagi tanaman karena berfungsi sebagai media
translokasi unsur hara dari dalam tanah ke akar untuk selanjutnya dikirim ke
daun.Kekurangan air pada tanaman cabai akan menyebabkan tanaman kerdil, buah
menjadi kecil dan mudah gugur, maka penggunaan air harus dilakukan seefisien
mungkin. Kualitas air harus memenuhi syarat kualitas agar tidak berbahaya bagi
tanaman yang akan diairi, karena dalam jangka panjang dapat mempengaruhi
kualitas hasil.
Menurut Prawirantara (1982: 73-74), meningkatnya tekanan air akan
menyebabkan laju fotosintetis menurun. Karena kelebihan air tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan warna daun mudah menjadi kuning, terjadi
klorosis daun, dan akhirnya akan mengering sehingga daun tidak aktif lagi
sebagaiman mestinya, pemanjangan batang akan berkurang, tanaman tumbuhnya
tidak normal dan akhirnya menyebabkan tanaman mati.
Dalam kaitannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
diketahui bahwa kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda pada
setiap fase pertumbuhan. Pada masa perkecambahan, membutuhkan air yang
metabolisme dapat berlangsung guna mendapatkan energi untuk perkecambahan.
Kebutuhan air semakin banyak dengan meningkatnya umur tanaman dan
kebutuhan air maksimum biasanya terjadi pada akhir fase vegetatif sampai masa
pembungaan.Kebutuhan air berkurang pada fase pengisian biji sampai panen. Bila
fase generatif masih banyak hujan, pengisian biji akan terganggu karena hasil
fotosintesis yang mestinya disimpan untuk pengisian biji digunakan untuk
membentuk daun-daun baru (Sunaryono, 1999: 66).
7. Fase Pertumbuhan Tanaman Cabai
Fase pertumbuhan tanaman cabai, terdiri dari :
a. Fase vegetatif
Fase muda/vegetatif adalah fase yang dimulai sejak perkecambah biji,
tumbuh menjadi bibit dan dicirikan oleh pembentukan daun-daun yang pertama
dan berlangsung terus sampai tanaman membentuk primordial bunga.
b. Fase generatif
Fase generatif adalah fase yang ditandai dengan lebih pendeknya
pertumbuhan ranting dan ruas, lebih pendeknya jarak antar daun pada pucuk
tanaman, dan pertumbuhan pucuk terhenti. Pada fase ini terjadi pembentukan dan
perkembangan kuncup bunga, buah, biji dan dan pembentukan struktur
penyimpanan makanan (Lakitan, 1995: 20).
8. Budidaya Tanaman Cabai
Menurut Setiati (1996: 32-34), produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
a. Pengolahan Tanah
Proses pembalikan tanah dengan cara ditraktor atau dibajak dengan sapi
atau kerbau dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah menjadi gembur
(remah). Pada kondisi tanah gembur akan memudahkan perkembangan akar
tanaman cabai lebih sempurna sehingga tanaman akan tumbuh subur.
b. Benih unggul
Pemakaian benih sabai varietas hibrida merupakan salah satu langkah
maju karena mampu bereproduksi tinggi. Tingkat keragaman dan kualitas buahnya
c. Pemupukan
Tanah yang ditanami secara terus menerus dapat menyebabkan kandungan
unsur hara tanah menjadi berkurang, oleh karena itu pemberian pupuk kedalam tanah
dalam jumlah cukup masih diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah sehingga
pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih baik.
Pada dasarnya tanaman cabai membutuhkan unsur hara makro dan mikro.
Unsur nitrogen (N) banyak terdapat pada pupuk urea dan pupuk ZA, kandungan
Fosfor banyak terdapat dalam pupuk TSP, dan kandungan Kalium banyak terdapat
pada pupuk KCl. Ketiga unsur tersebut tergolong dalam unsur hara makro dan
biasanya diberikan dalam jumlah besar, sedangkan unsur hara mikro biasanya
diberikan dalam jumlah kecil.
d. Pengairan
Tanaman cabai memerlukan air dalam jumlah besar agar dapat tumbuh
dengan baik, karena pertumbuhan tanaman cabai sangat dipengaruhi oleh jumlah air
yang tersedia di dalam tanah.
9. Karakterisasi dan Kultivar
Zhongwen (1991: 42-43), menyatakan bahwa karakterisasi didefinisikan
sebagai kegiatan menilai sifat-sifat yang mudah dideteksi dan memiliki nilai pewarisan
yang tinggi.Karakterisasi meliputi sifat kualitatif dan kuantitatif. Karakterisasi yang
dilakukan secara morfologi (dilihat dari karakter luar yang teramati) bertujuan untuk
melihat karakter yang dimiliki oleh suatu tanaman yang diuji, sehingga nantinya hasil
karakterisasi dapat digunakan untuk mengetahui hubungan kekerabatannya (Situmeang,
Ciri morfologi yang sering dipergunakan sebagai pembeda kultivar cabai
adalah, ciri atau karakter kualitatif dan kuantitatif. Metode pengambilan data
karakterisasi dapat dilakukan dengan cara dokumentasi yang dilakukan untuk merekam
dan menyimpan berbagai data dan informasi penting yang dihasilkan dari kegiatan yang
dilakukan di lapang (Kurniawan & Yeli, 2000: 45-46).
Kultivar adalah sekelompok tumbuhan yang apabila dibudidayakan untuk
memperoleh keturunan, akan tetap menurunkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh
induknya seperti bentuk, rasa, buah, warna dan ciri khas lainnya.Kultivar sebagai
kumpulan atas unit tumbuh-tumbuhan yang dibudidayakan dan dibedakan secara nyata
oleh karakter morfologis, fisiologis, sitologis, kimia, maupun sifat yang lain, dan jika
diproduksi secara seksual maupun aseksual sifat tersebut masih dapat dipertahankan
oleh keturunannya.Setiap kultivar cabai memiliki persamaan maupun perbedaan.
Adanya persamaan dan perbedaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui jauh
dekatnya hubungan kekerabatan antara kultivar-kultivar cabai tersebut (Irawan dan
Purbayanti, 2008: 57).
Dalam dunia pertanian, kultivar diartikan sebagai sekelompok tumbuhan yang
telah dipilih/diseleksi untuk suatu atau beberapa ciri tertentu yang khas dan dapat
dibedakan secara jelas dari kelompok lainnya, serta tetap mempertahankan ciri-ciri khas
ini jika diperbanyak dengan cara tertentu, baik secara seksual maupun aseksual
10. Hubungan Kekerabatan
Hubungan kekerabatan didapatkan dengan dua jalan, yaitu menggunakan
metodefenetik dan filogenetik atau klastidik. Hubungan kekerabatan merupakan suatu
gambaran hubungan organisme yang satu dengan yang lain, baik yang sekarang ada
maupun yang hidup di masa silam selama perkembangan sejarah filogenetiknya.
Dalam sistematika, jauh dekatnya hubungan antarkesatuan taksonomi dapat
ditinjau dari dua sudut, yaitu fenetik dan filogenetik. Kekerabatan fenetik ditentukan oleh
banyaknya persamaan sifat-sifat yang tampak, sedangkan kekerabatan filogenetik
ditentukan berdasarkan asal usul nenek moyang sesuai perkembangan atau proses
evolusi.
Macam-macam hubungan kekerabatan:
a. Kekerabatan Fenetik
Fenetik merupakan studi yang mengklasifikasi berbagai macam organisme
berdasarkan kesamaan atau kemiripan morfologi dan sifat lainnya yang bisa
diobservasi.Jadi dalam analisa fenetik hubungan kekerabatan dilihat berdasarkan
kesamaan atau kemiripan karakter antara organisme yang sedang dipelajari analisis
fenetik merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan
kekerabatan suatu tumbuhan yang didasarkan pada kesamaan karakter atau ciri
morfologi.Sistem fenetik lebih mudah diterapkan. Fenetik merupakan karakter atau
ciri yang dapat diamati secara langsung morfologinya (Saanin, 1984: 112-113).
b. Kekerabatan Filogenetik
Dalam biologi, filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di
kekerabatan suatu organisme dengan organisme lainnya, yang dikaitkan dengan
proses evolusi yang dianggap mendasarinya.
Hubungan tersebut ditentukan berdasarkan morfologi hingga DNA. Filogeni
sangat diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan penyusunan taksonomi.
Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang berangsur-angsur dari
suatuorganisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi
sendiri merupakan proses adaptasi dari suatu organisme terhadap
lingkungannya.Metode pendekatan yang digunakan dalam sistem filogenetik adalah
c. Kladistik (Sistematika Filogenetik)
Kladistik yaitu metode klasifikasi untuk mengelompokkan taksa berdasarkan
kemiripan karakteristik yang nantinya akan menghasilkan kladogram atau pohon
evolusi. Analisis kladistik terdiri atas tiga proses yaitu menyeleksi karakter dan
takson, mengkode karakter, dan menentukan kladogram (pohon evolusi).
Filogeni tidak sepenuhnya sama dengan kladistika (sistematika filogenetik),
namun banyak menggunakan metode-metode dan konsep yang dipakai di dalamnya.
Kladistika banyak dipakai untuk merumuskan keterkaitan filogenik dalam bentuk
diagram pohon, namun di dalam filogeni dipelajari pula anatomi perbandingan dari
berbagai organisme. Kladistik merupakan kebalikan dari fenetik yaitu merupakan
studi yang menggelompokkan mahkluk hidup berdasarkan asal evolusinya. Jadi
merupakan suatu studi hipotesis akan evolusi suatu organisme.
d. Ontogeni
Ontogeni adalah sejarah perkembangan organisme dari zigot sampai dewasa.
B. Kerangka Berpikir
Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi
penting di Indonesia dan menjadi salah satu komoditas rempah-rempah yang menyokong
kebutuhan pangan masyarakat. Di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 10 kultivar
cabai yang merupakan cabai hasil observasi lapangan dari pihak BPTP.Kultivar cabai
tersebut belum diketahui masing-masing karakterisasinya oleh karena itu, perlu dilakukan
pengamatan karakter morfologi tanaman cabai pada fase vegetatif, generatif, keduanya,
dan pada bagian buahnya.
Cabai
10 kultivar cabai di Yogyakarta
Buah Cabai
Vegetatif (Batang dan daun)
Generatif (Bunga dan Buah) Vegetatif dan Generatif
Karakterisasi masing-masing kultivar Perakitan kultivar unggul
Perbaikan karakter kultivar dan pengembangan spesies Sumber bahan genetik dalam proses pemuliaan tanaman
Karakterisasi Morfologi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan data yang diperoleh di lakukan melalui
observasi secara langsung. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang
menggambarkan dan mengintepretasikan obyek dengan apa adanya. Penelitian ini pada
umumnya digunakan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik
obyek atau subyek yang diteliti secara tepat.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu
Januari 2016 sampai Juni 2016.
2. Tempat
Lahan pertanaman di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta.Jalan
Stadion Maguwoharjo No 22, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Semua kultivar cabai (Capsicum sp.) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
2. Sampel
Kultivar cabai yang diamati di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.
D. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah 10 kultivar cabai di Yogyakarta dan hasil
pengamatan karakter morfologi fase vegetatif (batang dan daun), fase generatif (bunga
dan buah), vegetatif dan generatif, dan karakter morfologi bagian buah.
E. Instrumen Penelitian 1. Alat
a. Alat tulis, buku panduan karakterisasi IPGRI, PVT PPI Cabai.
b. Colour chart.
c. Plastik.
d. Kertas Koran.
e. Kertas label.
f. Kamera.
g. Timbangan analitik.
h. Penggaris/ roll meter.
i. Termometer.
j. Higrometer.
k. Soil tester.
2. Bahan :
a. 10 kultivar cabai dari wilayah Yogyakarta.
b. Pupuk.
Tabel 2. Daftar kultivar Cabai di Yogyakarta
Nomor Nama varietas Daerah
ditemukan
Kode 1 Jemprit lokal Toboyo Timur Gunung Kidul C1 2 Cabai MerahBesar Toboyo
Timur
Gunung Kidul C2
3 Cabai Teropong Yogyakarta C3
4 Cabai Merah lokal Yogyakarta C4
5 Cabai Besar Panjang Gunung Kidul C5
6 Cabai Rawit Hijau Yogyakarta C6
7 Cabai Jemprit lokal Gunung Kidul C7
8 Cabai Rawit pak semi Gunung Kidul C8
9 Cabai Kencana Yogyakarta C9
10 Cabai Giko Yogyakarta C10
F. Prosedur Kerja
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanaman mulai pindah tanam hingga panen,
pengamatan dilaksanakan pada 10 kultivar cabai saat fase vegetatif dan fase generatif.
Cara kerjanya meliputi :
a. Persemaian benih/ biji cabai : biji yang digunakan merupakan koleksi dari Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta yang merupakan hasil observasi
lapangan di beberapa lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta di antaranya cabai lokal
Gunung Kidul, dan cabai dari Kota Yogyakarta.
b. Persiapan media tanam : lahan disiapkan 1 minggu sebelum pindah tanam. Media
tanah ini ditutup dengan mulsa plastik perak dan dilubangi.
c. Pemindahan media tanam : pemindahan kultivar cabai dari media semai “ polybag ” ke lahan tanam dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari setelah semai. Setiap
lubang berisi 1 tanaman dan setiap kultivar terdapat 6 ulangan.
d. Perawatan :
2) Penyulaman: penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati.
3) Pengendalian gulma, hama dan penyakit: pengendalian disesuaikan pada
kondisi lapangan, dilakukan apabila terjadi serangan.
e. Pemupukan: pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang dan NPK.
f. Panen : panen dilakukan saat 50% tanaman cabai sudah berbuah dan berwarna merah.
Pada pengamatan ini panen dilakukan 3x dalam seminggu dengan memanen /kultivar.
g. Pengukuran Klimatik-Edafik lahan
Pengukuran dilakukan pada fase vegetatif tanaman, dan fase generatif tanaman.
Pengukuran yang dilaukan meliputi: suhu udara, kelembaban udara, pH tanah, dan
kelembaban tanah.
Tabel 3. Daftar pengamatan morfoogi tanaman cabai
No Fase Vegetatif Fase Generatif
1 Tinggi tanaman Posisi tangkai bunga
2 Nodus Warna mahkota Bunga
3 Jumlah bunga pernodus Jumlah helai mahkota bunga
4 Warna daun Warna tangkai putik
5 Lebar daun Warna kepala sari
6 Panjang helaian daun Warna kepala putik
7 Bentuk daun Sudut antara bunga dan tangkai bunga 8 Bentuk tepi daun Warna kelopak bunga
9 Bentuk ujung daun Umur 50% berbunga
10 Bentuk pangkal daun Warna buah sebelum matang
11 Panjang batang Intensitas warna buah sebelum matang
12 Warna batang Posisi buah
13 Bentuk batang Warna buah matang
14 Tipe tumbuh Intensitas warna buah matang
15 - Bentuk buah
`16 - Kelopak buah
17 - Bentuk tepi keopak buah
18 - Permukaan buah
19 - Bentuk ujung buah
20 - Bentuk leher didasar buah
21 - Adanya aat tambahan didasar buah
22 - Panjang buah
23 - Diameter buah
24 - Rasio P/D buah
25 - Panjang tangkai buah
26 - lekukan buah
27 - Bentuk penampang membujur
28 - Bentuk penampang melintang
29 - Jumah lokul
30 - Bentuk pangkal buah
32 - Umur 50% berbuah
33 - Rata-rata jumlah buah perpanen
34 - Rata-rata berat buah perpanen
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengamatn morfologi tanaman cabai dilakukan dengan cara pengamatan kualitatif
dan kuantitatif. Hasil pengamatan dianaisa secara deskriptif (dokumentasi) dan diamati
berdasarkan PVT/PPI (Panduan Pengujian Individual, 2016: 1-19), cabai tahun 2006
dan IPGRI (1995: 23-37), data kemudian diberi skoring. Pengamatan kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan penggaris dan timbangan analitik.
H. Teknik Analisis Data
Analisis kluster dilakukan terhadap data karakter morfologi hasil pengamatan
dengan bantuan software SAS versi 9.1.3. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
kultivar mana saja yang dapat dikelompokkan menjadi satu golongan yang sama. Hasil
karakterisasi dapat digunakan sebagai panduan untuk mengetahui deskripsi
kultivar-kultivar tersebut sehingga memudahkan apabila akan digunakan sebagai bahan sumber
genetik dalam pemuliaan tanaman. Analisis klustersendiri adalah cara umum untuk
mengelompokkan sebuah objek dalam grup yang mempunyai kemiripan yang sama satu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta
dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP Yogyakarta). Tujuan dari karakterisasi morfologi adalah
mengetahui deskripsi masing-masing kultivar, hasil karakterisasi dapat digunakan
untuk menganalisis hubungan kekerabatan antar kultivar cabai yang diuji pada
fase vegetatif, generatif, vegetatif dan generatif, serta hubungan kekerabatan pada
bagian buahnya.
Peralatan dan bahan yang digunakan pada pengambilan data karakterisasi
yaitu 10 kultivar cabai, tanah/media, pupuk, air, penggaris, rol meter, alat tuis,
kamera, timbangan analitik, jangka sorong, colour chart, kertas koran, kertas
label. Kultivar cabai yang diuji berasal dari Yogyakarta di antaranya; Jemprit
Toboyo (C1), Besar Toboyo (C2), Teropong (C3), Cabai Merah (C4), Cabai
Panjang (C5), Cabai Rawit Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), Cabai Rawit (C8),
Cabai Kencana (C9), Cabai Giko (C10). Pengamatan karakter morfologi 10
kultivar cabai dilakukan secara kualitatif dan kuntitatif baik pada fase vegetatif
maupun fase generatif berdasarkan pada pedoman Tabel Panduan Pengujian
Individua (PPI) cabai, IPGRI (1995: 23-37), dan buku morfologi tumbuhan
(Tjitrosoepomo, 1994: 42-48).
Sifat kuantitatif dapat ditentukan secara teliti dengan pengukuran seperti
panjang, waktu, berat, atau proporsi. Data hasi pengamatan dianaisis dengan
Sebelum melakukan pengamatan karakter morfologi bagian vegetatif tanaman
cabai perlu dilakukan pengukuran klimatik atau kondisi lingkungan penanaman
tanaman cabai agar dapat diketahui tanaman cabai tersebut berada dalam kondisi
penanaman yang sesuai atau tidak.
Tabel 4. Data sekunder hasil pengukuran klimatik lingkungan tanaman cabai
Fase
pengamatan Ulangan
Suhu udara (0C) Kelembaban udara (%) pH tanah Kelembaban tanah (%) Fase vegetatif
1 32 44% 6,5 10%
2 34 64% 6,9 20%
3 30 40% 6,9 20%
Rata-rata 25,3 49,3% 6,7 16,6%
Fase generatif
1 30 51% 6,5 15%
2 29 52% 6,7 20%
3 31 55% 6,6 20%
Rata-rata 30 52,6% 6,6 18,3%
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa suhu udara rata-rata di lokasi
penanaman cabai sebesar 25,30C pada fase vegetatif dan 300C pada fase
generatif. Suhu udara tersebut merupakan suhu udara yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai. Suhu yang baik untuk
pertumbuahan dan perkembangan cabai berkisar antara 21-300C .
Ripangi (2012: 26-27), menyatakan bahwa suhu harian yang terlalu tinggi
(di atas 300C) menyebabkan tepung sari pada tanaman cabai tidak berfungsi untuk
melakukan pembuahan. Suhu harian yang terlalu terik juga menyebabkan bunga
dan buahnya terbakar. Apabila suhu rendah di bawah 150C akan menyebabkan
banyak cendawan penyakit daun yang menyerang tanaman cabai. Kelembaban
udara yang diukur pada saat fase vegetatif tanaman sebesar 49,3%, pada fase
Secara umum tanaman cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur
hara. Tanah yang mempunyai derajat keasaman terlalu tinggi (diatas 7,0) tidak
semua unsur dari pupuk bisa terserap oleh akar. pH tanah yang sesuai untuk
tanaman cabai pada umumnya netral (6,0-7,0) dimana pH ideal berada pada angka
6,5. pH tanah yang diukur pada fase vegetatif sebesar 6,7 dan 6,6 pada fase
generatif. Kedua pH tersebut masih tergolong pH yang aman untuk pertumbuhan
tanaman cabai yaitu masih terdapat pada rentang 6,0-7,0.
A. Karakterisasi Bagian Vegetatif Tanaman
Pengamatan karakter vegetatif dilakukan pada fase yang dimulai ketika
tanaman cabai pindah tanam dari media semai ke lahan hingga pembentukan
daun-daun yang pertama sampai tanaman membentuk primordial bunga.
Pengamatan kuantitatif dan kualitatif pada fase ini di antaranya; tinggi
[image:48.595.95.568.499.702.2]tanaman, nodus, pengamatan karakter morfologi daun, dan batang.
Tabel 5. Tinggi tanaman, nodus, jumlah bunga pernodus, warna daun, lebar daun, panjang helaian daun
Nama Kultivar Tinggi
(cm) Nodus
Jmlh. bunga/nodus Warna Daun Lebar Daun (cm) Panjang Helaian Daun(cm)
Jemprit Toboyo 87 Ada 1 Hijau gelap 2,8 3,8
Besar Toboyo 80 Ada 1 Hijau gelap 2,4 3,35
Teropong 90 Ada 1 Hijau gelap 2,5 3,76
Cabai Merah 97,3 Ada 1 Hijau gelap 2,3 3,7
Cabai Panjang 84 Ada 1 Hijau gelap 2,5 4,3
Cabai Rawit Hijau 86 Ada 1 Hijau 6,1 5,8
Cabai Jemprit 72,5 Ada 1 Hijau 4 5,35
Cabai Rawit 80 Ada 1 Hijau 4,3 5,35
Kencana 87 Ada 1 Hijau gelap 1,7 4,11
Pengamatan kuantitatif tanaman terdiri dari tinggi tanaman, lebar daun
dan panjang helaian daun. Tinggi tanaman cabai diukur mulai dari permukaan
tanah sampai dengan ujung tanaman yang paling tinggi, pengukuran tinggi
tanaman dilakukan pada saat tanaman pertama kali berbuah (sebelum
memasuki fase generatif) dikarenakan pada saat tanaman memasuki fase
generatif pertumbuhan tanaman relatif lambat bahkan tanaman tidak
mengalami pertumbuhan tinggi sama sekali, selain itu pada fase tersebut mulai
terbentuk buah (fruit set) sehingga fotosintat tanaman tidak hanya digunakan
untuk pertumbuhan seperti pada fase sebelumnya namun juga ditranslokasikan
ke pembentukan bunga dan buah (Sitompul&Bambang Guritno, 1995: 41-42).
Pada Tabel 8 terlihat bahwa Cabai Merah (C4) merupakan kultivar
cabai yang paling tinggi yaitu 97,3 cm sedangkan kultivar Cabai Jemprit (C7)
merupakan kultivar cabai yang paling pendek dengan ukuran 72,5 cm dengan
rata-rata tinggi tanaman cabai 10 kultivar 85,8cm. Karakter kuantitatif lainnya
yaitu ukuran daun yang terdiri dari panjang helaian dan lebar daun.
Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal helai daun sampai ke ujung daun
dengan menggunakan penggaris.
(a) (b) (c)
Hasil pengukuran panjang helaian daun dengan menggunakan
penggaris di rata-rata masing-masing kultivar kemudian diberi skoring. Pada
Tabel 5 terlihat bahwa 10 kultivar cabai memiiki rata-rata panjang helaian
daun 3,1 cm. Kultivar Cabai Rawit Hijau (C6) merupakan kultivar yang
memiiki panjang helaian daun terpanjang dengan ukuran 6,1 cm sedangkan
daun terpendek yaitu kultivar Kencana (C9) dengan ukuran 1,7 cm.
Pengukuran lebar daun dilakukan pada bagian terlebar dari helaian
daun. Dari data yang diperoleh, rata-rata lebar daun semua kultivar yaitu 3,8
cm. Cabai Rawit Hijau (C6) merupakan kultivar yang memiiki daun terlebar
yakni 5,8 cm dan cabai Besar Toboyo (C2) memiiki ukuran lebar daun
terpendek dengan ukuran 3,35 cm.
(a) (b) (c)
Gambar 2. Warna daun ; (a) pengamatan warna daun berdasarkan colour chart, (b) warna daun hijau, (c) warna daun hijau gelap
Pengamatan kualitatif pada fase vegetatif berdasarkan Tabel 5 terdiri
dari ada tidaknya nodus, jumlah bunga per nodus, dan warna daun. Nodus
merupakan bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun.
Berdasarkan hasil pengamatan 10 kultivar cabai memiiki nodus atau
daun (Gambar 2) terdapat 7 kultivar cabai yang berwarna hijau gelap dan 3
kutivar cabai yang berwarna hijau, pengamatan warna daun diamati dengan
menggunakan colour chart. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis.
Warna hijau pada daun berkaitan dengan kandungan korofil, semakin hijau
warna daunnya maka kandungan korofilnya semakin tinggi sehingga proses
fotosintesis semakin efektif. Fotosintat hasil fotosintesis kemudian digunakan
untuk pertumbuhan vegetatif dan juga ditranslokasikan ke buah untuk
pembentukan dan pengisian buah.
Tabel 6. Bentuk daun, bentuk tepi daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun.
Nama Kultivar Bentuk Daun Bentuk Tepi daun Bentuk Ujung Daun Bentuk Pangkal Daun
Jemprit Toboyo Lanset Rata Runcing Runcing
Besar Toboyo Lanset Rata Runcing Runcing
Teropong Lanset Rata Runcing Runcing
Cabai Merah Lanset Rata Runcing Runcing
Cabai Panjang Lanset Rata Runcing Runcing
Cabai Rawit Hijau Bulat telur Bergelombang Meruncing Meruncing Cabai Jemprit Bulat telur Bergelombang Meruncing Runcing
Cabai Rawit Bulat telur Bergelombang Meruncing Meruncing
Kencana Lanset Rata Runcing Runcing
Giko Lanset Rata Runcing Runcing
Karakter kualitatif bentuk daun lebih banyak ditemukan daun yang
berbentuk lanset. Daun cabai dikatakan memiliki daun bangun lanset dan
memanjang apabila letak daun terlebarnya berada ditengah-tengah dengan
perbandingan antara panjang dan lebar daunnya bangun lanset (3-5 : 1) dan
memanjang (2,5-3 : 1). Sedangkan bentuk daun buat telur apabila letak daun
(a) (b)
Gambar 3. Pengamatan morfologi daun ; (a) bentuk daun lanset tepi rata, (b)bentuk daun bulat telur tepi daun bergelombang
Berdasarkan hasil pengamatan bentuk daun lanset dimiliki 7 kultivar
dan bentuk daun buat telur dimiliki oleh 3 kultivar. Pengamatan kualitatif
lainnya yaitu bentuk tepi daun, bentuk ujung daun, dan bentuk pangkal daun.
Kultivar C1,C2,C3,C4,C5,C9, dan C10 memiliki bentuk tepi daun yang rata
sedangkan kultivar C6,C7,C8 memiliki bentuk tepian daun yang
bergelombang. Sama halnya dengan tepian daun, bentuk ujung daun runcing
dimiliki oleh 7 kultivar dan bentuk ujung daun meruncing dimiliki oleh 3
kultivar cabai.
(a) (b)
Gambar 4. Bentuk ujung daun dan bentuk pangkal daun ; (a) runcing, (b) meruncing
Bentuk ujung daun runcing, apabila kedua tepi daun di kanan kiri ibu
tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak
meruncing terlihat seperti pada ujung yang runcing tetapi titik pertemuan
kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak
sempit panjang dan runcing . Pada Tabel 6 bentuk pangkal daun hampir semua
kultivar berbentuk runcing kecuali pada kultivar Cabai Rawit Hijau (C6) dan
Cabai Rawit (C8) yang memiliki bentuk pangkal daun meruncing.Bentuk
pangkal daun runcing biasanya terdapat pada daun bangun yang memanjang,
lanset, dan belah ketupat, sedangkan bentuk pangkal daun yang meruncing
biasanya terdapat pada bangun bulat telur atau bangun sudip (Tjitrosoepomo,
[image:53.595.115.525.360.590.2]1994: 44).
Tabel 7. Panjang batang, warna batang, bentuk batang, tipe tumbuh.
Nama Kultivar
Panjang Batang
(cm)
Warna Batang Bentuk Batang
Tipe tumbuh Jemprit Toboyo 26 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak
Besar Toboyo 29 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak
Teropong 34 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak
Cabai Merah 30 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak
Cabai Panjang 22 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak
Cabai Rawit Hijau 27 Hijau Silinder Agak tegak
Cabai Jemprit 25 Hijau Silinder Agak tegak
Cabai Rawit 26 Hijau Silinder Agak tegak
Kencana 20 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak
Giko 24 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak
Hasil pengamatan batang dapat dilihat pada Tabel 7.Panjang batang
diukur dari permukaan tanah sampai titik Y pada pangkal percabangan
tanaman cabai. Data hasil pengamatan panjang batang 10 kultivar cabai
C3 dengan ukuran 34 cm, sedangkan panjang batang terpendek dimiliki oleh
kultivar Kencana (C9) dengan ukuran 20 cm. Panjang batang diduga memiliki
hubungan dengan kegenjahan. Tanaman yang batang utamanya lebih tinggi
biasanya berumur dalam, sedangkan tanaman yang batang utamanya pendek
biasanya berumur lebih genjah (Setiati, 1996: 30).
(a) (b)
Gambar 5. Warna batang ; (a) hijau, (b) hijau bergaris ungu
Pengamatan warna batang menunjukkan bahwa 7 kultivar cabai
memiliki warna batang hijau bergaris ungu, sedangkan 3 kultivar Cabai Rawit
Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), dan Cabai Rawit (C8) memiliki warna batang
hijau. Warna ungu pada batang cabai menandakan adanya sintesis dan
akumulasi antosianin.Semakin banyak garis ungu yang terlihat, maka
kandungan antosianinpada batang semakin tinggi (Prawirantara, 1982: 76).
Semua kultivar cabai yang diuji memiliki bentuk batang silinder dan
tipe tumbuh agak tegak. Tipe tumbuh dikatakan tegak apabila sudut antara
batang dan cabang amat kecil, sedangkan pertumbuhan condong ke atas atau
agak tegak apabila cabang dengan batang pokoknya membentuk sudut 450
B. Karakterisasi Bagian Generatif Tanaman
Fase generatif adalah fase yang ditandai dengan lebih pendeknya
pertumbuhan ranting dan ruas, lebih pendeknya jarak antar daun pada pucuk
tanaman, dan pertumbuhan pucuk terhenti. Pada fase ini terjadi pembentukan
dan perkembangan kuncup bunga, buah, biji dan dan pembentukan struktur
penyimpanan makanan (Lakitan, 1995: 20). Pengamatan pada fase ini di
antaranya : pengamatan batang, buah, berat buah, dan serangan hama.
Tabel 8. Posisi tangkai bunga, umur 50% berbunga, sudut bunga dan tangkai bunga dan jumlah helai mahkota bunga.
Nama Kultivar Posisi Tangkai Bunga Umur 50%berbunga (hst) Sudut bunga dan Tangkai bunga Jumlah helai mahkota bunga
Jemprit Toboyo Tegak 38 90 5
Besar Toboyo Semi tegak 35 >90 5
Teropong Semi tegak 40 >90 5
Cabai Merah Semi tegak 31 >90 6
Cabai Panjang Semi tegak 50 >90 5
Cabai Rawit Hijau Tegak 47 90 5
Cabai Jemprit Tegak 31 90 6
Cabai Rawit Tegak 37 90 5
Kencana Tidak tegak 45 90 5
Giko Semi tegak 30 >90 6
Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif tanaman. Morfologi
bunga dapat digunakan untuk menentukan apakah tanaman tersebut menyerbuk
sendiri atau menyerbuk silang. Posisi tangkai bunga yang tegak dengan kepala
putik yang lebih tinggi dibandingkan kotak sari menyebabkan serbuk sari tidak
dapat langsung jatuh di kepala putik, sedangkan tangkai bunga yang semi tegak
bunga akan menunduk ke bawah sehingga peluang jatuhnya serbuk sari ke
(a) (b) (c)
Gambar 6. Posisi tangkai bunga ; (a) tegak, (b) semi tegak, (c) tidak tegak
Berdasarkan hasil pengamatan posisi tangkai bunga semi tegak dimiliki
oleh 5 kultivar cabai, posisi tangkai bunga tegak dimiliki oleh 4 kultivar dan
posisi tangkai bunga tidak tegak dimiliki oleh 1 kultivar cabai yaitu jenis cabai
Kencana (C9). Umur 50% berbunga didapat dari 50% atau setengah bagian
populasi dalam satu ulangan yang telah berbunga. Pengamatan umur berbunga
dilakukan pada semua tanaman dan diamati setiap hari setelah pindah tanam.
Dari hasi pengamatan kode kultivar yang paling cepat memunculkan
bunga yaitu C10 atau kultivar Giko dengan waktu mulai berbunga 30 hst.
Sedangkan kode kultivar yang memunculkan bunga paling lama ialah Cabai
Panjang yaitu 50 hst. Tanaman yang berbunga lebih awal atau genjah akanlebih
menguntungkan karena lebih cepat membentuk buah dibandingkan dengan
tanaman yang lama membentuk bunga. Karakter umur 50% berbunga awal
(genjah) merupakan salah satu karakter unggul dari suatu tanaman. Kegenjahan
pada tanaman cabai dapat dilihat dari umur awal berbunga atau umur awal
(a) (b)
Gambar 7. Sudut antara bunga dan tangkai bunga ;(a) 900, (b) <900
Sudut antara bunga dan tangkai bunga 900 dimiliki oleh kultivar C1,C6,C7,C8
dan C9. Posisi sudut antara bunga dan tangkai buang >900 dimiliki oleh
kultivar C2,C3,C4,C5, dan C10. Jumlah helai mahkota bunga 10 kultivar cabai
dominan berjumlah 5 helai, namun ada juga yang berjumlah 6 helai yaitu
kultivar C4,C7, dan C10.
(a) (b)
Tabel 9. Warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, warna tangkai putik, dan warna kepala putik
Nama Kultivar
Warna kelopak
bunga
Warna mahkota
bunga
Warna tangkai Putik
Warna kepala putik
Jemprit Toboyo Hijau Putih Putih Kuning
Besar Toboyo Hijau Putih Putih Kuning
Teropong Hijau Putih Putih Kuning
Cabai Merah Hijau Putih Putih Kuning
Cabai Panjang Hijau Putih Putih Kuning
Cabai Rawit Hijau Hijau Putih Putih Kuning
Cabai Jemprit Hijau Putih Putih Kuning
Cabai Rawit Hijau Putih Putih Kuning
Kencana Hijau Putih Putih Kuning
[image:58.595.115.507.132.539.2]Giko Hijau Putih Putih Kuning
Gambar 9. Morfologi bunga cabai
Pada Tabel 9 terlihat bahwa semua bagian bunga cabai tidak memiliki
perbedaan dari kultivar satu dengan kultivar yang lainnya. Semua kultivar
memiliki warna kelopak bunga hijau, warna mahkota bunga putih, warna
Tabel 10. Warna tangkai sari, warna kepala sari
Nama Kultivar Warna tangkai sari
Warna kepala sari
Jemprit Toboyo Putih Putih
Besar Toboyo Putih Ungu
Teropong Putih Ungu
Cabai Merah Putih Kuning
Cabai Panjang Putih Ungu
Cabai Rawit Hijau Putih Kuning
Cabai Jemprit Putih Ungu
Cabai Rawit Putih Ungu
Kencana Putih Ungu
Giko Putih Ungu
(a) (b) (c)
Gambar 10. Warna kepala sari ; (a) putih, (b) kuning, (c) ungu
Tabel 10 merupakan tabel hasil pengamatan karakter kualitatif warna
tangkai sari dan warna kepala sari. Pengamatan ini dilakukan ketika serbuk sari
belum pecah. Semua warna tangkai sari kultivar cabai yang diuji berwarna putih.
Warna kepala sari putih (C1), kuning (C4), (C6) dan 7 kultivar lainnya berwarna
Tabel 11. Panjang tangkai buah, panjang buah, diameter buah, rasio P/D buah Nama Kultivar Panjang tangkai buah(cm) Panjang Buah (cm) Diameter Buah(cm) Rasio P/D(cm)
Jemprit Toboyo 1,4 2,7 0,4 6,75
Besar Toboyo 1,9 8,7 1,2 7,25
Teropong 1,5 10,5 1,6 6,5
Cabai Merah 1,4 8,75 1,2 7,29
Cabai Panjang 1,5 6,7 0,9 7,6
Cabai Rawit Hijau 1,4 2,0 0,4 3,3
Cabai Jemprit 1,9 2,4 0,3 8
Cabai Rawit 1,8 1,75 0,5 3,5
Kencana 1,6 7,25 1,0 7,25
Giko 1,7 7,65 1,1 6,95
Informasi tentang morfologi buah sangat penting karena bagian
tanaman cabai yang dikonsumsi adalah bagian buahnya. Morfologi buah sangat
menentukan kualitas cabai untuk dapat diterima oleh konsumen. Pada tabel 11,
karakter kuantitatif 10 kultivar cabai di antaranya; panjang tangkai buah,
panjang buah, diameter buah, dan rasio panjang/ diameter buah yang diukur
dengan satuan cm.
Tangkai buah terpanjang dimiliki oleh kultivar Besar Toboyo (C2) dan
Cabai Jemprit (C7) dengan panjang 1,9 cm, sedangkan tangkai buah terpendek
dimiliki oleh kultivar Jemprit Toboyo (C1), Cabai Merah (C4), dan Cabai
Rawit Hijau (C6) berukuran 1,4cm. Panjang buah diukur dengan menggunakan
penggaris mulai dari pangkal buah hingga ujung buah tanpa tangkai buah.Buah
terpanjang yaitu cabai Teropong (C3) dengan ukuran 10.5cm dan buah
terpendek Cabai Rawit (C8) dengan ukuran 1,75 cm.
Nama Kultivar Permukaan buah
Lekukan buah
Bentuk ujung
buah
Bentuk pangkal
buah
Posisi Buah
Jemprit Toboyo Rata Tidak ada Runcing Tumpul Tegak
Besar Toboyo Mengkerut Sedang Runcing Tumpul Menggantung
Teropong Rata Dangkal TumpuI Tumpul Menggantung
Cabai Merah Mengkerut Sedang Runcing Tumpul Menggantung
Cabai Panjang Mengkerut Sedang Runcing Tumpul Menggantung Cabai Rawit Hijau Rata Tidak ada Runcing Tumpul Tegak
Cabai Jemprit Rata Tidak ada TumpuI Tumpul Tegak
Cabai Rawit Rata Tidakada TumpuI Tumpul Tegak
Kencana Rata Sedang TumpuI Tumpul Menggantung
Giko Rata Dangkal TumpuI Tumpul Menggantung
[image:61.595.115.563.100.473.2](a) (b) (c)
Gambar 11. Permukaan buah ; (a) rata, (b) agak bergerigi, (c) bergerigi
Terdapat 7 kultivar yang memiliki permukaan buah rata kecuali pada
kultivar Besar Toboyo (C2), Cabai Merah (C4), dan Cabai Panjang (C5) yang
memiliki permukaan buah mengkerut. Hasil pengamatan karakter ada tidaknya
lekukan pada buah sangat bervariasi, cabai kultivar C1, C6, C7 dan C8
merupakan kultivar yang tidak terdapat lekukan pada permukaan buahnya.
Permukaan buah seda