• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA KULTIVAR CABAI(Capsicum sp.) DI YOGYAKARTA BERDASAR PADA KARAKTERISASI MORFOLOGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA KULTIVAR CABAI(Capsicum sp.) DI YOGYAKARTA BERDASAR PADA KARAKTERISASI MORFOLOGI."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

MOTTO

“...kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan (juga) burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui

(cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”

(QS An-Nur:41)

“The future belongs to those who give the next generation reason for hope”

(Hitam Putih)

“Orang yang tidak pernah berbuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah melakukan sesuatu”

(Albert Einstein)

“Jalani hidup ini dengan kerja keras, kerja ikhlas dan kerja cerdas. Karena suatu saat nanti sejarah akan mencatat dengan tinta emasnya tntang dirimu”

(5)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati Tugas Akhir Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Ayah dan ibu beserta keluarga besar yang saya sayangi, terimakasih atas

doa, motivasi, dukungan dan bantuan yang tak ada hentinya selama ini.

Semoga kesehatan, limpahan rahmat serta karunia selalu Allah curahkan

kepada kita semua. Amin.

3. Sahabat saya, Triyono, Ita Ermala Lestari, dan Tantin Nurhidayah yang

telah menemani, membantu serta memberikan semangat selama

menempuh studi S1 ini.

4. Sahabat-sahabat saya Anis Anya, Dwi Nurhayati, Wiwit Nurhidayah yang

selalu memberi dukungan dan semangat kepada saya.

5. Teman-teman Biologi B 2013 atas bantuan dan motivasi yang selalu

(6)

HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA KULTIVAR CABAI (Capsicum sp.) DI YOGYAKARTA BERDASAR PADA KARAKTERISASI

MORFOLOGI Oleh Triana NIM 13308141008

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan hubungan kekerabatan beberapa kultivar cabai (Capsicum sp.) di Yogyakarta berdasar pada karakter morfologi bagian vegetatif, generatif, vegetatif dan generatif, serta pada bagian buahnya.

Penelitian dilakukan di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta pada bulan Januari sampai bulan Juni 2016. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan cara survey langsung atau metode observasi`.

Hubungan kekerabatan karakter morfologi bagian vegetatif terdekat dimiliki oleh kultivar Jemprit Toboyo (C1) dan Besar Toboyo (C2), kultivar Teropong (C3) dan Cabai Merah (C4), kultivar Jemprit (C7) dan Rawit (C8) serta kultivar Kencana (C9) dan Giko (C10), sedangkan kekerabatan terjauh dimiliki oleh C6. Hubungan kekerabatan terdekat bagian generatif dimiliki oleh kultivar Cabai Panjang (C5) dan Kencana (C9), sedangkan Jemprit Toboyo (C1) memiliki kemiripan yang paling jauh. Hubungan kekerabatan bagian vegetatif dan generatif terdekat dimiliki oleh kultivar Besar Toboyo (C2) dan Cabai Merah (C4), serta kultivar Teropong (C3) dan Giko (C10) sedangkan kultivar C1 atau Jemprit Toboyo merupakan kultivar yang memiliki kemiripan paling jauh. Hubungan kekerabatan bagian buah terdekat dimiliki oleh kultivar Besar Toboyo (C2) dan Cabai Merah (C4), sedangkan kultivar Jemprit Toboyo (C1) dan Cabai Jemprit (C7) memiliki kemiripan yang paling jauh.

(7)

THE RELATIONSHIP OF SOME CULTURE CHILI (Capsicum sp.) IN YOGYAKARTA BASED ON MORPHOLOGY CHARACTERISTIC

Triana NIM 13308141008

ABSTRACT

The purpose of this research is for find out the characteristic and relationship of some cultivar chili (Capsicum sp.) in Yogyakarta based on the morphologycally character in part of vegetative, generatif, vegetative and generatif, part of fruit.

This research had been in a fried of BPTP Yogyakarta started from January until Juny 2016. The method of this research was doing by observed, because it has a description characteristic.

The result from the analysis morphologically characteristic relationship in part of vegetative are Jemprit Toboyo cultivar (C1) and Besar Toboyo (C2), Teropong cultivar (C3) and Red Chili cultivar (C4), Jemprit cultivar (C7) and Rawit cultivar (C8), Kencana (C9) and Giko (C10), where as the Green Rawit (C6) has different characteristic from another. Generatif part has same characteristic in a relationship are Long Chili cultivar (C5) and Kencana (C9), meanwile Jemprit Toboyo (C1) has different characteristic from both of them. Vegetatif and Generatif part has same characteristic in a relationship are C2 and C4, C3 and C10, meanwile C1 has different characteristic from both of them. Fruit part has same characteristic in a relationship are C2 and C4, meanwile Jemprit Toboyo (C1) and Jemprit cultivar (C7) has different characteristic from both of them.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya terpanjatkan kepada Allah SWT atas segala

rahmat-Nya. Shalawat dan salam tak akan pernah terhenti kepada baginda

Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan pengikutnya. Suatu

kebahagiaan dan kebanggan yang luar biasa bagi penulis karena skripsi yang berjudul “ Hubungan Kekerabatan Beberapa Kultivar Cabai (Capsicum sp.) Di Yogyakarta Berdasar Pada Karakterisasi Morfologi ” telah terselesaikan dengan baik.

Penelitian dan penyusunan Tugas Akhir Semester (TAS) ini tidak dapat

terlaksana dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Hartono,M.Si selaku Dekan FMIPA UNY atas pemberian fasilitas dan

bantuannya untuk memperlancar administrasi tugas akhir.

2. Dr. Paidi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini

selaku Kajurdik Biologi.

3. Dr. Tien Aminatun, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi Universitas

Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan skripsi

ini.

4. Budiwati, M.Si dan Sudarsono M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah

rela meluangkan waktu di sela-sela kesibukan dan memberikan bimbingan

selama penelitian berlangsung hingga terselesaikannya naskah skripsi ini

dengan sebaik-baiknya. Terimaksaih untuk waktu dan semangat yang

selalu diberikan.

5. Kedua orangtua dan keluarga besar yang selalu memberikan semangat doa

(9)

6. Semua Dosen Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY yang senantiasa

memberikan ilmu yang bermanfaat.

7. Dr. Ir. Kristamtini M.Si yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan

skripsi di BPTP Yogyakarta.

8. Bp. Sutarno, bu Endang, dan mbak Adik S.Si yang telah membantu dalam

pelaksanaan penelitian ini.

9. Sahabat saya Triyono, Ita Ermala Lestari yang juga melaksanakan

penelitian di BPTP.

10.Sahabat- sahabat saya yang selalu memeberi dukungan dan semangat pada

saya.

11.Teman-teman Biologi B 2013 yang selalu memberikan motivasi dan

dukungan.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan naskah skripsi ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap kritik dan

saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk pnyempurnaan

lebih lanjut. Semoga naskah skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis khususnya, dan dapat menambah wawasan pembaca pada

umumnya.

Yogyakarta, 18 April 2017

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ...i

PERNYATAAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ...iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Batasan Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Sejarah Tanaman Cabai ... 7

2. Botani Tanaman Cabai ... 8

3. Morfologi Tanaman Cabai ... 8

4. Jenis- jenis Buah Cabai ... 12

5. Kandungan Gizi dan Manfaat Tanaman Cabai ... 13

(11)

7. Fase Pertumbuhan Tanaman Cabai ... 16

8. Budidaya Tanaman Cabai ... 17

9. Karakterisasi dan Kultivar ... 18

10.Hubungan Kekerabatan ... 20

B. Kerangka Berfikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel ... 24

D. Objek Penelitian ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Prosedur Kerja ... 26

G. Teknik Pengumpulan Data ... 29

H. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Bagian Vegetatif Tanaman Cabai ... 32

B. Karakterisasi Bagian Generatif Tanaman Cabai ... 39

C. Analisis Hubungan Kekerabatan 1. Hasil Analisis Bagian Vegetatif Tanaman Cabai ... 53

2. Hasil Analisis Bagian Generatif Tanaman Cabai ... 57

3. Hasil Analisis Bagian Vegetatif dan Generatif Tanaman Cabai .... 61

4. Hasil Analisis Bagian Buah Cabai ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan gizi buah cabai ... 13

Tabel 2. Daftar kultivar cabai ... 26

Tabel 3. Daftar pengamatan morfoogi tanaman cabai ... 28

Tabel 4. Hasil pengukuran klimatik lingkungan tanaman cabai ... 31

Tabel 5. Tinggi tanaman, nodus, jumlah bunga per nodus, warna daun, lebardaun, panjang helaian daun ... 32

Tabel 6. Bentuk daun, bentuk tepi daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkaldaun. ... 35

Tabel 7. Panjang batang, warna batang, bentuk batang, tipe tumbuh ... 37

Tabel 8. Posisi tangkai bunga, umur 50% berbunga, sudut bunga dan tangkai bunga dan jumlah helai mahkota bunga ... 39

Tabel 9. Warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, warna tangkai putik, dan warna kepala putik ... 42

Tabel 10. Warna tangkai sari, warna kepala sari ... 43

Tabel 11. Panjang tangkai buah, panjang buah, diameter buah, rasio panjang : diameter buah... 44

Tabel 12. Permukaan buah, lekukan buah, bentuk ujung buah, bentuk pangkalbuah, posisi buah... 46

Tabel 13. Bentuk tepi kelopak, kelopak buah, warna buah sebelum matang, Intensitas warna buah sebelum matang ... 47

(13)

Tabel 15. Bentuk penampang melintang buah, jumlah lokul, bentuk penampang membujur buah ... 50

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Panjang helaian daun cabai ... 33

Gambar 2. Warna daun cabai ... 34

Gambar 3. Pengamatan morfologi daun cabai ... 36

Gambar 4. Bentuk ujung daun dan bentuk pangkal daun ... 36

Gambar 5. Warna batang ... 38

Gambar 6. Posisi tangkai bunga ... 40

Gambar 7. Sudut antara bunga dan tangkai bunga ... 41

Gambar 8. Jumlah helai mahkota bunga ... 41

Gambar 9. Morfologi bunga cabai ... 42

Gambar 10. Warna kepala sari ... 43

Gambar 11. Permukaan buah ... 46

Gambar 12. Lekukan buah ... 47

Gambar 13. Warna buah sebelum matang ... 48

Gambar 14. Intensitas warna buah sebelum matang ... 48

Gambar 15. Intensitas warna buah matang ... 49

Gambar 16. Bentuk penampang membujur buah ... 50

Gambar 17. Dendogram hasil analisis vegetatif tanaman cabai ... 54

(15)

Gambar 19. Dendogram hasil analisis vegetatif dan generatif cabai ... 61

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai ... 71

Lampiran 2. Dokumentasi penelitian ... 84

Lampiran 3. SK Penguji Skripsi

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi

penting di Indonesia dan menjadi salah satu komoditas rempah-rempah yang menyokong

kebutuhan pangan masyarakat. Kebutuhan bahan pangan cabai akan terus meningkat

sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita

akibat peningkatan pendapatan. Cabai selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga

mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri,

memiliki peluang ekspor, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C.

Di Indonesia, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta keanekaragaman cabai

cukup tinggi, namun banyak yang belum diketahui karakteristiknya, begitu juga dengan

beberapa kultivar cabai yang ditanamn di lahan BPTP Yogyakarta. Untuk menunjang

perakitan kultivar unggul cabai yang merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan

produktivitas cabai, baik untuk konsumsi segar maupun olahan, perlu dilakukan

karakterisasi serta menganalisis hubungan kekerabatannya.

Pada tahun 2016 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta

menanam beberapa kultivar cabai di antaranya Jemprit Lokal Toboyo Timur, Besar

Toboyo Timur, Teropong, Merah Lokal, Besar Panjang, Rawit Hijau, Rawit Pak Semi,

Kencana, dan Giko.

Kultivar cabai yang ditanam merupakan koleksi dari Balai Pengkajian Teknologi

(18)

lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta di antaranya cabai lokal Gunung Kidul, dan cabai

dari Kota Yogyakarta.

Karakterisasi bertujuan untuk melihat keanekaragaman morfologi dan genetik

diantara genotip-genotip cabai yang diuji,sehingga nantinya dapat diketahui hubungan

kekerabatan. Analisis keragaman kultivar dan hubungan kekerabatan dapat memberikan

informasi kedekatan hubungan antar genotip secara biologis.

Pendataan masing-masing kultivar sangat penting dilakukan agar dapat diketahui

informasi dan deskripsi mengenai kultivar tersebut. Setiap kultivar yang diuji memiliki

persamaan dan perbedaan karakter yang diamati. Adanya persamaan dan perbedaan

karakter tersebut dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan

kekerabatan antara kultivar cabai yang ditanam di lahan Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Yogyakarta.

Untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson tumbuhan

dapat dilakukan dengan menentukan kesamaan antara takson tumbuhan dengan

menggunakan sifat-sifat morfologi, karena sifat morfologis dapat digunakan untuk

(19)

Hubungan kekerabatan beberapa kultivar cabai dapat di lihat berdasarkan

hasilpengamatan karakterisasi morfologi secara kualitatif dan kuantitatif. Karakterisasi

morfologi yang diamati untuk mengetahui sifat atau karakter kultivar unggul dilakukan

pada fase pertumbuhan vegetatif dan generatif cabai. Dengan mengetahui hasil

karakterisasi morfologi masing-masing kultivar cabai maka dapat diketahui hubungan

kekerabatan antar kultivar cabai baik pada fase vegetatif, generatif, keduanya (vegetatif

dan generatif), serta hubungan kekerabatan antar kultivar yang dilihat dari karakter

buahnya.

Berdasarkan uraian di atas, deskripsi mengenai suatu kultivar atau hasil

karakterisasi sangat penting dilakukan karena dapat digunakan untuk mengetahui

informasi atau karakter morfologi masing-masing kultivar, menunjang perakitan kultivar

unggul cabai, untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar kultivar cabai yang diuji

dan sebagai sumber bahan genetik dalam proses pemuliaan tanaman. Hasil analisis

hubungan kekerabatan juga dapat digunakan untuk memperbaiki karakter kultivar dan

pengembangan spesies lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian

mengenai “ Hubungan Kekerabatan Beberapa Kultivar Cabai (Capsicum sp.) Di

(20)

B. Identifikasi Masalah

Di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta tersedia beberapa kultivar cabai

(Capsicum sp.) namun baru diketahui secara terbatas informasi mengenai hasil

karakterisasi beberapa kultivar cabai yang tersedia. Bagaimana karakterisasi

masing-masing kultivar secara keseluruhan?

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini di lakukan karakterisasi morfologi beberapa kultivar cabai

(Capsicum sp.) di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta.

Karakterisasi morfologi yang diamati meliputi bagian batang, daun, bunga, dan buah.

D. Perumusan Masalah

Secara lebih rinci permasalahan yang akan di ungkap adalah bagaimana hasil

karakterisasi dan hubungan kekerabatan kultivar cabai di Yogyakarta berdasar pada :

1. karakter morfologi bagian vegetatif (batang dan daun)?

2. karakter morfologi bagian generatif (bunga dan buah)?

3. karakter morfologi bagian vegetatif dan generatif?

(21)

E. Tujuan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakterisasi dan hubungan kekerabatan

kultivar cabaidi Yogyakarta berdasar pada :

1. karakter morfologi bagian vegetatif (batang dan daun).

2. karakter morfologi bagian generatif (bunga dan buah).

3. karakter morfologi bagian vegetatif dan generatif.

4. karakter morfologi bagian buah.

F. Manfaat

1. Manfaat Praktis:

Hasil penelitian sebagai bahan untuk menambah wawasan secara umum mengenai

hasil karakterisasi kultivar serta analisis hubungan kekerabatannya.

2. Bagi Peneliti Lain:

Sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya mengenai karakterisasi dan hubungan

kekerabatan kultivar cabai di Yogyakarta.

3. Bagi Petani:

Digunakan sebagai acuan dalam perakitan kultivar unggul sehingga dapat

meningkatkan produktivitas cabai di Yogyakarta.

4. Bagi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta :

Sebagai bahan pertimbangan bagi BPTP Yogyakarta dalam menentukan langkah

terhadap masalah karakterisasi maupun hasil analisis hubungan kekerabatan beberapa

kultivar cabai di Yogyakarta.

(22)

1. Karakterisasi morfologi adalah kegiatan untuk melihat karakter yang dimiliki oleh

suatu tanaman yang diuji, sehingga nantinya dapat diketahui hubungan

kekerabatannya (Situmeang, 2013: 26). Zhongwen (1991: 39-40), menyatakan bahwa

karakterisasi didefinisikan sebagai kegiatan menilai sifat-sifat yang mudah dideteksi

dan memiliki nilai pewarisan yang tinggi. Ciri morfologi yang sering dipergunakan

sebagai pembeda kultivar cabai adalah karakter kualitatif dan kuantitatif tanaman

cabai.

2. Hubungan kekerabatan adalah suatu gambaran hubungan organisme yang satu

dengan yang lain yang bisa dilihat dari persamaan dan perbedaan sifat atau karakter

yang dimilikinya (Saanin, 1984: 112).

3. Pertumbuhan fase vegetatif adalah fase yang dimulai sejak perkecambah biji,

pembentukan daun-daun yang pertama sampai tanaman membentuk primordial bunga

(Lakitan, 1995: 16-18).

4. Pertumbuhan fase generatif adalah fase yang ditandai dengan lebih pendeknya

pertumbuhan ranting dan ruas, lebih pendeknya jarak antar daun pada pucuk tanaman,

dan pertumbuhan pucuk terhenti (Lakitan, 1995: 16-18).

5. Kultivar adalah sekelompok tumbuhan yang bila dibudidayakan akan menurunkan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Sejarah Tanaman Cabai

Tanaman cabai berasal dari Meksiko, kemudian menyebar ke Eropa pada abad

ke-15.Pada abad ke-8 tanaman cabai mulai dikenal di Amerika Selatan dan Amerika

Tengah.Masuknya cabai ke Indonesia belum ditemukan keterangan pasti, namun

sudah sejak dahulu kala dibudidayakan di berbagai daerah baik di dataran rendah, di

dataran menengah maupun di dataran tinggi. Di Indonesia, tanaman cabai tersebar

luas di berbagai daerah, pusat penyebaran cabai di antaranya Purworejo, Kebumen,

Tegal, Pekalongan, Pati, Padang, Bengkulu, dan daerah lain (Sunaryono, 1999: 61).

2. Botani Tanaman Cabai

Sistematika Tanaman cabai dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)

Genus : Capsicum

(24)

Menurut Jumin (2011: 53-54), tanaman cabai merupakan tanaman tahunan

yang tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Ketinggian

tanaman cabai bisa mencapai 120 cm dengan lebar tajuk tanaman samapai 90 cm,

pada umumnya daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada

varietasnya, bentuk buah ada yang bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung

meruncing. Bunganya berbentuk terompet yang terdiri dari kelopak bunga, benang

sari, dan putik.Bunga cabai tergolong berkelamin dua karena benang sari dan putik

terdapat dalam satu tangkai, biasanya bunga cabai keluar dari ketiak daun.

3. Morfologi Tanaman Cabai

Bagian – bagian utama tanaman cabai meliputi akar, batang, cabang, daun,

bunga, buah, dan biji.

a. Akar

Akar tanaman cabai merupakan akar tunggang yang sangat kuat, terdiri

atas akar utama (primer) dan lateral (sekunder). Akar tersier merupakan

serabut-serabut akar yang keluar dari akar lateral. Panjang akar primer biasanya sekitar

35-50 cm dan akar lateral 35-45 cm.

b. Batang

Batang pada tanaman cabai pada umumnya berwarna hijau tua dan

berkayu, panjang batang berkisar 30-37,5 cm dan diameter 1,5-3 cm. Jumlah

cabangnya antara 7-15 pertanaman. Panjang cabangnya sekitar 5-7 cm dengan

diameter sekitar 0,5-1 cm. Di daerah percabangan terdapat tangkai daun dan

daun. Tangkai daun berfungsi untuk menopang daun. Ukuran tangkai daun

(25)

dengan posisi yang cenderung agak tegak. Warna batang kehijauan sampai

keunguan dengan ruas berwarna hijau atau ungu. Pada batang-batang yang telah

tua (batang paling bawah), akan muncul warna coklat seperti kayu, ini

merupakan kayu semu yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.

Biasanya batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk

banyak percabangan.

c. Daun

Daun cabai merupakan daun tunggal. Daun ini muncul di tunas-tunas

samping yang berurutan di batang utama yang tersusun spiral. Daunnya bervariasi

menurut spesies dan varietasnya, ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan

ada yang lanset. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau,

hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah

umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada

yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 – 11

cm, dengan lebar antara 1-5 cm.

d. Bunga

Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu

tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan

bunga betina dalam waktu yang sama(atau hampir sama), sehingga tanaman dapat

melakukan penyerbukan sendiri. Bunga berbentuk bintang, biasanya tumbuh pada

ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Mahkota

(26)

putih dengan dasar ungu, dan ungu tergantung varietasnya. Diameter bunga antara

5 – 20 mm tiap bunga memiliki 5 daun buah dan 5 – 6 daun mahkota.Posisi bunga

cabai ada yang menggantung, horizontal, dan tegak (Muhammad Syukur, 2012:

42-48).

e. Buah

Suriana (2012: 33), menjelaskan secara morfologi bentuk buah cabai

berbeda–beda dan bervariasi tergantung varietasnya, dari cabai kriting, cabai

besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran ibu jari, cabai rawit kecil–kecil tapi

pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel, dan bentuk–bentuk cabai

hias lain yang banyak ragamnya.Pada dasarnya bentuk buah cabai dibedakan

menjadi panjang, bulat, segitiga, campanulate, dan blocky. Bentuk pangkal, tepi

buah, dan ujung buah cabai juga berbeda.Rasio panjang/ diameter buah dihitung

dari pembagian antara panjang buah dibagi diameter buah.

Rasio P:D buah dibagi menjadi 3 kategori yakni :

1. Rasio A > 1cm artinya panjang > diameter, perspektif buah berbentuk

memanjang.

2. Rasio B = 1cm artinya panjang = diameter, perspektif bentuk buah kotak.

3. Rasio C < 1cm artinya panjang < diameter, perspektif buah berbentuk

memendek atau gepeng.

Buah cabai biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun dengan

posisi buah menggantung. Di dalam buahnya terdapat plasenta yang berfungsi

sebagai tempat perlekatan biji. Daging buah cabai umumnya renyah dan

(27)

f. Biji

Biji cabai terdapat didalam buah dan menempel di sepanjang plasenta.

Warna biji pada cabai juga beragam, mulai dari warna putih hingga kuning

jerami. Bagian terluar dari biji cabai terdapat lapisan keras. Biji inilah yang

(28)

4. Jenis- jenis buah cabai

Jenis- jenis cabai di antaranya sebagai berikut :

a. Cabai Besar (Capsicum annum L)

Cabai besar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1)Cabai Merah besar

Permukaan buah Cabai Merah besar halus dan mengkilat serta mempunyai rasa

pedas.

2)Cabai Merah keriting

Cabai Merah keriting bentuknya lebih ramping dengan cita rasa sangat pedas.

b. Cabai Kecil atau Cabai Rawit (Capsicum frutescens)

Cita rasa Cabai Rawit biasanya sangat pedas, walaupun ada yang tidak pedas.

Variasi warna Cabai Rawit dari kuning, oranye, dan merah.

c. Cabai Hibrida

Keunggulan cabai hibrida tampak dari kemampuan produksi, keseragaman

tumbuh, dan ketahanan terhadap gangguan penyakit.

d. Cabai Hias (Capsicum spp)

Sebagian merupakan tanaman penghias halaman atau ruang depan, tanaman cabai

hias ini berbentuk buah menarik tetapi tidak dikonsumsi oleh manusia (Lakitan,

(29)

5. Kandungan Gizi dan Manfaat Cabai

Cabai mengandung kurang lebih 1,5% (biasanya antara 0,1 – 1%) rasa pedas. Rasa

pedas tersebut terutama disebabkan oleh kandungan kapsaisin dan dihidrokapsaisin

(Setiadi, 2000: 56).

Tabel 1. Kandungan gizi buah cabai

Jenis Cabai Segar Kering

Kandungan Cabai Hijau Besar Cabai Merah Besar Cabai Rawit Cabai Hijau Besar Cabai Merah Besar Cabai Rawit

Kalori (Kal) 23 31 103 - 311 -

Protein (g) 0,7 1 4,7 - 15,9 15

Lemak (g) 0,3 0,3 2,4 - 6,2 11

Karbohidarat

(g) 5,2 7,3 19,9 - 61,8 33

Kalsium (mg) 14 29 45 - 160 150

Fosfor (mg) 23 24 85 - 370 -

Besi (mg) 0,4 0,5 2,5 - 2,3 9

Vit A (Si) 260 470 11,050 - 576 1.000

Vit B1 (mg) 0,05 0,05 70 - 0,04 0,5

Vit C (mg) 84 18 71,2 - 50 10

Air (g) 93,4 90,9 85 - 10 8

b.d.d % 82 85 - 85

(30)

6. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Beberapa syarat tumbuh tanaman Cabai Merah di antaranya adalah kelembaban, suhu

udara, tanahdan air, uraian ketiganya adalah sebagai berikut:

a. Kelembaban

Tanaman Cabai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai

kelembaban udara sedang. Kelembaban udara terlalu rendah akan mengurangi

produksi cabai. Kelembaban yang rendah dan suhu yang tinggi menyebabkan

penguapan yang tinggi, sehingga tanaman akan kekurangan air. Akibatnya kuncup

buah dan bunga yang masih kecil banyak yang gugur (Setiati, 1996: 29-30).

b. Suhu Udara

Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai

berkisar antara 210C – 280C. Suhu harian yang terlalu terik yakni di atas 320C

menyebabkan tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan

pembuahan, sehingga produksi rendah, dan jika suhu malam yang tinggi dapat

menyebabkan pembentukan buah rendah. Bila pada waktu berbunga suhu di bawah

150, pembuahan dan pembijiannya terganggu (Sunaryono, 1999: 63).

c. Tanah

Secara umum cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur

hara.Semua jenis tanah di Indonesia relatif bisa dipakai untuk bertanam cabai.Jenis

tanah yang paling cocok bagi tanaman cabai adalah jenis tanah lempung berpasir

atau tanah ringan yang banyak mengandung bahan organik dan banyak

(31)

yang mempunyai derajat keasaman terlalu tinggi (di atas 7,0) tidak semua unsur

dari pupuk bisa terserap oleh akar.

Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk tanaman cabai adalah

sesuai adalah sesuai dengan tanaman pada umumnya (pH netral) yaitu antara

6,0-7,0, dimana pH ideal berada pada angka 6,5 (Ripangi, 2012: 26-27).

d. Air

Air sangat penting bagi tanaman karena berfungsi sebagai media

translokasi unsur hara dari dalam tanah ke akar untuk selanjutnya dikirim ke

daun.Kekurangan air pada tanaman cabai akan menyebabkan tanaman kerdil, buah

menjadi kecil dan mudah gugur, maka penggunaan air harus dilakukan seefisien

mungkin. Kualitas air harus memenuhi syarat kualitas agar tidak berbahaya bagi

tanaman yang akan diairi, karena dalam jangka panjang dapat mempengaruhi

kualitas hasil.

Menurut Prawirantara (1982: 73-74), meningkatnya tekanan air akan

menyebabkan laju fotosintetis menurun. Karena kelebihan air tersebut

menyebabkan terjadinya perubahan warna daun mudah menjadi kuning, terjadi

klorosis daun, dan akhirnya akan mengering sehingga daun tidak aktif lagi

sebagaiman mestinya, pemanjangan batang akan berkurang, tanaman tumbuhnya

tidak normal dan akhirnya menyebabkan tanaman mati.

Dalam kaitannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman,

diketahui bahwa kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda pada

setiap fase pertumbuhan. Pada masa perkecambahan, membutuhkan air yang

(32)

metabolisme dapat berlangsung guna mendapatkan energi untuk perkecambahan.

Kebutuhan air semakin banyak dengan meningkatnya umur tanaman dan

kebutuhan air maksimum biasanya terjadi pada akhir fase vegetatif sampai masa

pembungaan.Kebutuhan air berkurang pada fase pengisian biji sampai panen. Bila

fase generatif masih banyak hujan, pengisian biji akan terganggu karena hasil

fotosintesis yang mestinya disimpan untuk pengisian biji digunakan untuk

membentuk daun-daun baru (Sunaryono, 1999: 66).

7. Fase Pertumbuhan Tanaman Cabai

Fase pertumbuhan tanaman cabai, terdiri dari :

a. Fase vegetatif

Fase muda/vegetatif adalah fase yang dimulai sejak perkecambah biji,

tumbuh menjadi bibit dan dicirikan oleh pembentukan daun-daun yang pertama

dan berlangsung terus sampai tanaman membentuk primordial bunga.

b. Fase generatif

Fase generatif adalah fase yang ditandai dengan lebih pendeknya

pertumbuhan ranting dan ruas, lebih pendeknya jarak antar daun pada pucuk

tanaman, dan pertumbuhan pucuk terhenti. Pada fase ini terjadi pembentukan dan

perkembangan kuncup bunga, buah, biji dan dan pembentukan struktur

penyimpanan makanan (Lakitan, 1995: 20).

8. Budidaya Tanaman Cabai

Menurut Setiati (1996: 32-34), produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

(33)

a. Pengolahan Tanah

Proses pembalikan tanah dengan cara ditraktor atau dibajak dengan sapi

atau kerbau dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah menjadi gembur

(remah). Pada kondisi tanah gembur akan memudahkan perkembangan akar

tanaman cabai lebih sempurna sehingga tanaman akan tumbuh subur.

b. Benih unggul

Pemakaian benih sabai varietas hibrida merupakan salah satu langkah

maju karena mampu bereproduksi tinggi. Tingkat keragaman dan kualitas buahnya

(34)

c. Pemupukan

Tanah yang ditanami secara terus menerus dapat menyebabkan kandungan

unsur hara tanah menjadi berkurang, oleh karena itu pemberian pupuk kedalam tanah

dalam jumlah cukup masih diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah sehingga

pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih baik.

Pada dasarnya tanaman cabai membutuhkan unsur hara makro dan mikro.

Unsur nitrogen (N) banyak terdapat pada pupuk urea dan pupuk ZA, kandungan

Fosfor banyak terdapat dalam pupuk TSP, dan kandungan Kalium banyak terdapat

pada pupuk KCl. Ketiga unsur tersebut tergolong dalam unsur hara makro dan

biasanya diberikan dalam jumlah besar, sedangkan unsur hara mikro biasanya

diberikan dalam jumlah kecil.

d. Pengairan

Tanaman cabai memerlukan air dalam jumlah besar agar dapat tumbuh

dengan baik, karena pertumbuhan tanaman cabai sangat dipengaruhi oleh jumlah air

yang tersedia di dalam tanah.

9. Karakterisasi dan Kultivar

Zhongwen (1991: 42-43), menyatakan bahwa karakterisasi didefinisikan

sebagai kegiatan menilai sifat-sifat yang mudah dideteksi dan memiliki nilai pewarisan

yang tinggi.Karakterisasi meliputi sifat kualitatif dan kuantitatif. Karakterisasi yang

dilakukan secara morfologi (dilihat dari karakter luar yang teramati) bertujuan untuk

melihat karakter yang dimiliki oleh suatu tanaman yang diuji, sehingga nantinya hasil

karakterisasi dapat digunakan untuk mengetahui hubungan kekerabatannya (Situmeang,

(35)

Ciri morfologi yang sering dipergunakan sebagai pembeda kultivar cabai

adalah, ciri atau karakter kualitatif dan kuantitatif. Metode pengambilan data

karakterisasi dapat dilakukan dengan cara dokumentasi yang dilakukan untuk merekam

dan menyimpan berbagai data dan informasi penting yang dihasilkan dari kegiatan yang

dilakukan di lapang (Kurniawan & Yeli, 2000: 45-46).

Kultivar adalah sekelompok tumbuhan yang apabila dibudidayakan untuk

memperoleh keturunan, akan tetap menurunkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh

induknya seperti bentuk, rasa, buah, warna dan ciri khas lainnya.Kultivar sebagai

kumpulan atas unit tumbuh-tumbuhan yang dibudidayakan dan dibedakan secara nyata

oleh karakter morfologis, fisiologis, sitologis, kimia, maupun sifat yang lain, dan jika

diproduksi secara seksual maupun aseksual sifat tersebut masih dapat dipertahankan

oleh keturunannya.Setiap kultivar cabai memiliki persamaan maupun perbedaan.

Adanya persamaan dan perbedaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui jauh

dekatnya hubungan kekerabatan antara kultivar-kultivar cabai tersebut (Irawan dan

Purbayanti, 2008: 57).

Dalam dunia pertanian, kultivar diartikan sebagai sekelompok tumbuhan yang

telah dipilih/diseleksi untuk suatu atau beberapa ciri tertentu yang khas dan dapat

dibedakan secara jelas dari kelompok lainnya, serta tetap mempertahankan ciri-ciri khas

ini jika diperbanyak dengan cara tertentu, baik secara seksual maupun aseksual

(36)

10. Hubungan Kekerabatan

Hubungan kekerabatan didapatkan dengan dua jalan, yaitu menggunakan

metodefenetik dan filogenetik atau klastidik. Hubungan kekerabatan merupakan suatu

gambaran hubungan organisme yang satu dengan yang lain, baik yang sekarang ada

maupun yang hidup di masa silam selama perkembangan sejarah filogenetiknya.

Dalam sistematika, jauh dekatnya hubungan antarkesatuan taksonomi dapat

ditinjau dari dua sudut, yaitu fenetik dan filogenetik. Kekerabatan fenetik ditentukan oleh

banyaknya persamaan sifat-sifat yang tampak, sedangkan kekerabatan filogenetik

ditentukan berdasarkan asal usul nenek moyang sesuai perkembangan atau proses

evolusi.

Macam-macam hubungan kekerabatan:

a. Kekerabatan Fenetik

Fenetik merupakan studi yang mengklasifikasi berbagai macam organisme

berdasarkan kesamaan atau kemiripan morfologi dan sifat lainnya yang bisa

diobservasi.Jadi dalam analisa fenetik hubungan kekerabatan dilihat berdasarkan

kesamaan atau kemiripan karakter antara organisme yang sedang dipelajari analisis

fenetik merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan

kekerabatan suatu tumbuhan yang didasarkan pada kesamaan karakter atau ciri

morfologi.Sistem fenetik lebih mudah diterapkan. Fenetik merupakan karakter atau

ciri yang dapat diamati secara langsung morfologinya (Saanin, 1984: 112-113).

b. Kekerabatan Filogenetik

Dalam biologi, filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di

(37)

kekerabatan suatu organisme dengan organisme lainnya, yang dikaitkan dengan

proses evolusi yang dianggap mendasarinya.

Hubungan tersebut ditentukan berdasarkan morfologi hingga DNA. Filogeni

sangat diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan penyusunan taksonomi.

Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang berangsur-angsur dari

suatuorganisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi

sendiri merupakan proses adaptasi dari suatu organisme terhadap

lingkungannya.Metode pendekatan yang digunakan dalam sistem filogenetik adalah

(38)

c. Kladistik (Sistematika Filogenetik)

Kladistik yaitu metode klasifikasi untuk mengelompokkan taksa berdasarkan

kemiripan karakteristik yang nantinya akan menghasilkan kladogram atau pohon

evolusi. Analisis kladistik terdiri atas tiga proses yaitu menyeleksi karakter dan

takson, mengkode karakter, dan menentukan kladogram (pohon evolusi).

Filogeni tidak sepenuhnya sama dengan kladistika (sistematika filogenetik),

namun banyak menggunakan metode-metode dan konsep yang dipakai di dalamnya.

Kladistika banyak dipakai untuk merumuskan keterkaitan filogenik dalam bentuk

diagram pohon, namun di dalam filogeni dipelajari pula anatomi perbandingan dari

berbagai organisme. Kladistik merupakan kebalikan dari fenetik yaitu merupakan

studi yang menggelompokkan mahkluk hidup berdasarkan asal evolusinya. Jadi

merupakan suatu studi hipotesis akan evolusi suatu organisme.

d. Ontogeni

Ontogeni adalah sejarah perkembangan organisme dari zigot sampai dewasa.

(39)

B. Kerangka Berpikir

Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi

penting di Indonesia dan menjadi salah satu komoditas rempah-rempah yang menyokong

kebutuhan pangan masyarakat. Di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 10 kultivar

cabai yang merupakan cabai hasil observasi lapangan dari pihak BPTP.Kultivar cabai

tersebut belum diketahui masing-masing karakterisasinya oleh karena itu, perlu dilakukan

pengamatan karakter morfologi tanaman cabai pada fase vegetatif, generatif, keduanya,

dan pada bagian buahnya.

Cabai

10 kultivar cabai di Yogyakarta

Buah Cabai

Vegetatif (Batang dan daun)

Generatif (Bunga dan Buah) Vegetatif dan Generatif

 Karakterisasi masing-masing kultivar  Perakitan kultivar unggul

 Perbaikan karakter kultivar dan pengembangan spesies  Sumber bahan genetik dalam proses pemuliaan tanaman

Karakterisasi Morfologi

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan data yang diperoleh di lakukan melalui

observasi secara langsung. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang

menggambarkan dan mengintepretasikan obyek dengan apa adanya. Penelitian ini pada

umumnya digunakan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik

obyek atau subyek yang diteliti secara tepat.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu

Januari 2016 sampai Juni 2016.

2. Tempat

Lahan pertanaman di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta.Jalan

Stadion Maguwoharjo No 22, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Semua kultivar cabai (Capsicum sp.) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(41)

2. Sampel

Kultivar cabai yang diamati di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

D. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah 10 kultivar cabai di Yogyakarta dan hasil

pengamatan karakter morfologi fase vegetatif (batang dan daun), fase generatif (bunga

dan buah), vegetatif dan generatif, dan karakter morfologi bagian buah.

E. Instrumen Penelitian 1. Alat

a. Alat tulis, buku panduan karakterisasi IPGRI, PVT PPI Cabai.

b. Colour chart.

c. Plastik.

d. Kertas Koran.

e. Kertas label.

f. Kamera.

g. Timbangan analitik.

h. Penggaris/ roll meter.

i. Termometer.

j. Higrometer.

k. Soil tester.

2. Bahan :

a. 10 kultivar cabai dari wilayah Yogyakarta.

b. Pupuk.

(42)
[image:42.612.102.447.98.285.2]

Tabel 2. Daftar kultivar Cabai di Yogyakarta

Nomor Nama varietas Daerah

ditemukan

Kode 1 Jemprit lokal Toboyo Timur Gunung Kidul C1 2 Cabai MerahBesar Toboyo

Timur

Gunung Kidul C2

3 Cabai Teropong Yogyakarta C3

4 Cabai Merah lokal Yogyakarta C4

5 Cabai Besar Panjang Gunung Kidul C5

6 Cabai Rawit Hijau Yogyakarta C6

7 Cabai Jemprit lokal Gunung Kidul C7

8 Cabai Rawit pak semi Gunung Kidul C8

9 Cabai Kencana Yogyakarta C9

10 Cabai Giko Yogyakarta C10

F. Prosedur Kerja

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanaman mulai pindah tanam hingga panen,

pengamatan dilaksanakan pada 10 kultivar cabai saat fase vegetatif dan fase generatif.

Cara kerjanya meliputi :

a. Persemaian benih/ biji cabai : biji yang digunakan merupakan koleksi dari Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta yang merupakan hasil observasi

lapangan di beberapa lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta di antaranya cabai lokal

Gunung Kidul, dan cabai dari Kota Yogyakarta.

b. Persiapan media tanam : lahan disiapkan 1 minggu sebelum pindah tanam. Media

tanah ini ditutup dengan mulsa plastik perak dan dilubangi.

c. Pemindahan media tanam : pemindahan kultivar cabai dari media semai “ polybag ” ke lahan tanam dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari setelah semai. Setiap

lubang berisi 1 tanaman dan setiap kultivar terdapat 6 ulangan.

d. Perawatan :

(43)

2) Penyulaman: penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati.

3) Pengendalian gulma, hama dan penyakit: pengendalian disesuaikan pada

kondisi lapangan, dilakukan apabila terjadi serangan.

e. Pemupukan: pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang dan NPK.

f. Panen : panen dilakukan saat 50% tanaman cabai sudah berbuah dan berwarna merah.

Pada pengamatan ini panen dilakukan 3x dalam seminggu dengan memanen /kultivar.

g. Pengukuran Klimatik-Edafik lahan

Pengukuran dilakukan pada fase vegetatif tanaman, dan fase generatif tanaman.

Pengukuran yang dilaukan meliputi: suhu udara, kelembaban udara, pH tanah, dan

kelembaban tanah.

(44)

Tabel 3. Daftar pengamatan morfoogi tanaman cabai

No Fase Vegetatif Fase Generatif

1 Tinggi tanaman Posisi tangkai bunga

2 Nodus Warna mahkota Bunga

3 Jumlah bunga pernodus Jumlah helai mahkota bunga

4 Warna daun Warna tangkai putik

5 Lebar daun Warna kepala sari

6 Panjang helaian daun Warna kepala putik

7 Bentuk daun Sudut antara bunga dan tangkai bunga 8 Bentuk tepi daun Warna kelopak bunga

9 Bentuk ujung daun Umur 50% berbunga

10 Bentuk pangkal daun Warna buah sebelum matang

11 Panjang batang Intensitas warna buah sebelum matang

12 Warna batang Posisi buah

13 Bentuk batang Warna buah matang

14 Tipe tumbuh Intensitas warna buah matang

15 - Bentuk buah

`16 - Kelopak buah

17 - Bentuk tepi keopak buah

18 - Permukaan buah

19 - Bentuk ujung buah

20 - Bentuk leher didasar buah

21 - Adanya aat tambahan didasar buah

22 - Panjang buah

23 - Diameter buah

24 - Rasio P/D buah

25 - Panjang tangkai buah

26 - lekukan buah

27 - Bentuk penampang membujur

28 - Bentuk penampang melintang

29 - Jumah lokul

30 - Bentuk pangkal buah

32 - Umur 50% berbuah

33 - Rata-rata jumlah buah perpanen

34 - Rata-rata berat buah perpanen

(45)

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengamatn morfologi tanaman cabai dilakukan dengan cara pengamatan kualitatif

dan kuantitatif. Hasil pengamatan dianaisa secara deskriptif (dokumentasi) dan diamati

berdasarkan PVT/PPI (Panduan Pengujian Individual, 2016: 1-19), cabai tahun 2006

dan IPGRI (1995: 23-37), data kemudian diberi skoring. Pengamatan kuantitatif

dilakukan dengan menggunakan penggaris dan timbangan analitik.

H. Teknik Analisis Data

Analisis kluster dilakukan terhadap data karakter morfologi hasil pengamatan

dengan bantuan software SAS versi 9.1.3. Analisis ini digunakan untuk mengetahui

kultivar mana saja yang dapat dikelompokkan menjadi satu golongan yang sama. Hasil

karakterisasi dapat digunakan sebagai panduan untuk mengetahui deskripsi

kultivar-kultivar tersebut sehingga memudahkan apabila akan digunakan sebagai bahan sumber

genetik dalam pemuliaan tanaman. Analisis klustersendiri adalah cara umum untuk

mengelompokkan sebuah objek dalam grup yang mempunyai kemiripan yang sama satu

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP Yogyakarta). Tujuan dari karakterisasi morfologi adalah

mengetahui deskripsi masing-masing kultivar, hasil karakterisasi dapat digunakan

untuk menganalisis hubungan kekerabatan antar kultivar cabai yang diuji pada

fase vegetatif, generatif, vegetatif dan generatif, serta hubungan kekerabatan pada

bagian buahnya.

Peralatan dan bahan yang digunakan pada pengambilan data karakterisasi

yaitu 10 kultivar cabai, tanah/media, pupuk, air, penggaris, rol meter, alat tuis,

kamera, timbangan analitik, jangka sorong, colour chart, kertas koran, kertas

label. Kultivar cabai yang diuji berasal dari Yogyakarta di antaranya; Jemprit

Toboyo (C1), Besar Toboyo (C2), Teropong (C3), Cabai Merah (C4), Cabai

Panjang (C5), Cabai Rawit Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), Cabai Rawit (C8),

Cabai Kencana (C9), Cabai Giko (C10). Pengamatan karakter morfologi 10

kultivar cabai dilakukan secara kualitatif dan kuntitatif baik pada fase vegetatif

maupun fase generatif berdasarkan pada pedoman Tabel Panduan Pengujian

Individua (PPI) cabai, IPGRI (1995: 23-37), dan buku morfologi tumbuhan

(Tjitrosoepomo, 1994: 42-48).

Sifat kuantitatif dapat ditentukan secara teliti dengan pengukuran seperti

panjang, waktu, berat, atau proporsi. Data hasi pengamatan dianaisis dengan

(47)

Sebelum melakukan pengamatan karakter morfologi bagian vegetatif tanaman

cabai perlu dilakukan pengukuran klimatik atau kondisi lingkungan penanaman

tanaman cabai agar dapat diketahui tanaman cabai tersebut berada dalam kondisi

penanaman yang sesuai atau tidak.

Tabel 4. Data sekunder hasil pengukuran klimatik lingkungan tanaman cabai

Fase

pengamatan Ulangan

Suhu udara (0C) Kelembaban udara (%) pH tanah Kelembaban tanah (%) Fase vegetatif

1 32 44% 6,5 10%

2 34 64% 6,9 20%

3 30 40% 6,9 20%

Rata-rata 25,3 49,3% 6,7 16,6%

Fase generatif

1 30 51% 6,5 15%

2 29 52% 6,7 20%

3 31 55% 6,6 20%

Rata-rata 30 52,6% 6,6 18,3%

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa suhu udara rata-rata di lokasi

penanaman cabai sebesar 25,30C pada fase vegetatif dan 300C pada fase

generatif. Suhu udara tersebut merupakan suhu udara yang baik untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai. Suhu yang baik untuk

pertumbuahan dan perkembangan cabai berkisar antara 21-300C .

Ripangi (2012: 26-27), menyatakan bahwa suhu harian yang terlalu tinggi

(di atas 300C) menyebabkan tepung sari pada tanaman cabai tidak berfungsi untuk

melakukan pembuahan. Suhu harian yang terlalu terik juga menyebabkan bunga

dan buahnya terbakar. Apabila suhu rendah di bawah 150C akan menyebabkan

banyak cendawan penyakit daun yang menyerang tanaman cabai. Kelembaban

udara yang diukur pada saat fase vegetatif tanaman sebesar 49,3%, pada fase

(48)

Secara umum tanaman cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur

hara. Tanah yang mempunyai derajat keasaman terlalu tinggi (diatas 7,0) tidak

semua unsur dari pupuk bisa terserap oleh akar. pH tanah yang sesuai untuk

tanaman cabai pada umumnya netral (6,0-7,0) dimana pH ideal berada pada angka

6,5. pH tanah yang diukur pada fase vegetatif sebesar 6,7 dan 6,6 pada fase

generatif. Kedua pH tersebut masih tergolong pH yang aman untuk pertumbuhan

tanaman cabai yaitu masih terdapat pada rentang 6,0-7,0.

A. Karakterisasi Bagian Vegetatif Tanaman

Pengamatan karakter vegetatif dilakukan pada fase yang dimulai ketika

tanaman cabai pindah tanam dari media semai ke lahan hingga pembentukan

daun-daun yang pertama sampai tanaman membentuk primordial bunga.

Pengamatan kuantitatif dan kualitatif pada fase ini di antaranya; tinggi

[image:48.595.95.568.499.702.2]

tanaman, nodus, pengamatan karakter morfologi daun, dan batang.

Tabel 5. Tinggi tanaman, nodus, jumlah bunga pernodus, warna daun, lebar daun, panjang helaian daun

Nama Kultivar Tinggi

(cm) Nodus

Jmlh. bunga/nodus Warna Daun Lebar Daun (cm) Panjang Helaian Daun(cm)

Jemprit Toboyo 87 Ada 1 Hijau gelap 2,8 3,8

Besar Toboyo 80 Ada 1 Hijau gelap 2,4 3,35

Teropong 90 Ada 1 Hijau gelap 2,5 3,76

Cabai Merah 97,3 Ada 1 Hijau gelap 2,3 3,7

Cabai Panjang 84 Ada 1 Hijau gelap 2,5 4,3

Cabai Rawit Hijau 86 Ada 1 Hijau 6,1 5,8

Cabai Jemprit 72,5 Ada 1 Hijau 4 5,35

Cabai Rawit 80 Ada 1 Hijau 4,3 5,35

Kencana 87 Ada 1 Hijau gelap 1,7 4,11

(49)

Pengamatan kuantitatif tanaman terdiri dari tinggi tanaman, lebar daun

dan panjang helaian daun. Tinggi tanaman cabai diukur mulai dari permukaan

tanah sampai dengan ujung tanaman yang paling tinggi, pengukuran tinggi

tanaman dilakukan pada saat tanaman pertama kali berbuah (sebelum

memasuki fase generatif) dikarenakan pada saat tanaman memasuki fase

generatif pertumbuhan tanaman relatif lambat bahkan tanaman tidak

mengalami pertumbuhan tinggi sama sekali, selain itu pada fase tersebut mulai

terbentuk buah (fruit set) sehingga fotosintat tanaman tidak hanya digunakan

untuk pertumbuhan seperti pada fase sebelumnya namun juga ditranslokasikan

ke pembentukan bunga dan buah (Sitompul&Bambang Guritno, 1995: 41-42).

Pada Tabel 8 terlihat bahwa Cabai Merah (C4) merupakan kultivar

cabai yang paling tinggi yaitu 97,3 cm sedangkan kultivar Cabai Jemprit (C7)

merupakan kultivar cabai yang paling pendek dengan ukuran 72,5 cm dengan

rata-rata tinggi tanaman cabai 10 kultivar 85,8cm. Karakter kuantitatif lainnya

yaitu ukuran daun yang terdiri dari panjang helaian dan lebar daun.

Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal helai daun sampai ke ujung daun

dengan menggunakan penggaris.

(a) (b) (c)

(50)

Hasil pengukuran panjang helaian daun dengan menggunakan

penggaris di rata-rata masing-masing kultivar kemudian diberi skoring. Pada

Tabel 5 terlihat bahwa 10 kultivar cabai memiiki rata-rata panjang helaian

daun 3,1 cm. Kultivar Cabai Rawit Hijau (C6) merupakan kultivar yang

memiiki panjang helaian daun terpanjang dengan ukuran 6,1 cm sedangkan

daun terpendek yaitu kultivar Kencana (C9) dengan ukuran 1,7 cm.

Pengukuran lebar daun dilakukan pada bagian terlebar dari helaian

daun. Dari data yang diperoleh, rata-rata lebar daun semua kultivar yaitu 3,8

cm. Cabai Rawit Hijau (C6) merupakan kultivar yang memiiki daun terlebar

yakni 5,8 cm dan cabai Besar Toboyo (C2) memiiki ukuran lebar daun

terpendek dengan ukuran 3,35 cm.

(a) (b) (c)

Gambar 2. Warna daun ; (a) pengamatan warna daun berdasarkan colour chart, (b) warna daun hijau, (c) warna daun hijau gelap

Pengamatan kualitatif pada fase vegetatif berdasarkan Tabel 5 terdiri

dari ada tidaknya nodus, jumlah bunga per nodus, dan warna daun. Nodus

merupakan bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun.

Berdasarkan hasil pengamatan 10 kultivar cabai memiiki nodus atau

(51)

daun (Gambar 2) terdapat 7 kultivar cabai yang berwarna hijau gelap dan 3

kutivar cabai yang berwarna hijau, pengamatan warna daun diamati dengan

menggunakan colour chart. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis.

Warna hijau pada daun berkaitan dengan kandungan korofil, semakin hijau

warna daunnya maka kandungan korofilnya semakin tinggi sehingga proses

fotosintesis semakin efektif. Fotosintat hasil fotosintesis kemudian digunakan

untuk pertumbuhan vegetatif dan juga ditranslokasikan ke buah untuk

pembentukan dan pengisian buah.

Tabel 6. Bentuk daun, bentuk tepi daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun.

Nama Kultivar Bentuk Daun Bentuk Tepi daun Bentuk Ujung Daun Bentuk Pangkal Daun

Jemprit Toboyo Lanset Rata Runcing Runcing

Besar Toboyo Lanset Rata Runcing Runcing

Teropong Lanset Rata Runcing Runcing

Cabai Merah Lanset Rata Runcing Runcing

Cabai Panjang Lanset Rata Runcing Runcing

Cabai Rawit Hijau Bulat telur Bergelombang Meruncing Meruncing Cabai Jemprit Bulat telur Bergelombang Meruncing Runcing

Cabai Rawit Bulat telur Bergelombang Meruncing Meruncing

Kencana Lanset Rata Runcing Runcing

Giko Lanset Rata Runcing Runcing

Karakter kualitatif bentuk daun lebih banyak ditemukan daun yang

berbentuk lanset. Daun cabai dikatakan memiliki daun bangun lanset dan

memanjang apabila letak daun terlebarnya berada ditengah-tengah dengan

perbandingan antara panjang dan lebar daunnya bangun lanset (3-5 : 1) dan

memanjang (2,5-3 : 1). Sedangkan bentuk daun buat telur apabila letak daun

(52)

(a) (b)

Gambar 3. Pengamatan morfologi daun ; (a) bentuk daun lanset tepi rata, (b)bentuk daun bulat telur tepi daun bergelombang

Berdasarkan hasil pengamatan bentuk daun lanset dimiliki 7 kultivar

dan bentuk daun buat telur dimiliki oleh 3 kultivar. Pengamatan kualitatif

lainnya yaitu bentuk tepi daun, bentuk ujung daun, dan bentuk pangkal daun.

Kultivar C1,C2,C3,C4,C5,C9, dan C10 memiliki bentuk tepi daun yang rata

sedangkan kultivar C6,C7,C8 memiliki bentuk tepian daun yang

bergelombang. Sama halnya dengan tepian daun, bentuk ujung daun runcing

dimiliki oleh 7 kultivar dan bentuk ujung daun meruncing dimiliki oleh 3

kultivar cabai.

(a) (b)

Gambar 4. Bentuk ujung daun dan bentuk pangkal daun ; (a) runcing, (b) meruncing

Bentuk ujung daun runcing, apabila kedua tepi daun di kanan kiri ibu

tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak

(53)

meruncing terlihat seperti pada ujung yang runcing tetapi titik pertemuan

kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak

sempit panjang dan runcing . Pada Tabel 6 bentuk pangkal daun hampir semua

kultivar berbentuk runcing kecuali pada kultivar Cabai Rawit Hijau (C6) dan

Cabai Rawit (C8) yang memiliki bentuk pangkal daun meruncing.Bentuk

pangkal daun runcing biasanya terdapat pada daun bangun yang memanjang,

lanset, dan belah ketupat, sedangkan bentuk pangkal daun yang meruncing

biasanya terdapat pada bangun bulat telur atau bangun sudip (Tjitrosoepomo,

[image:53.595.115.525.360.590.2]

1994: 44).

Tabel 7. Panjang batang, warna batang, bentuk batang, tipe tumbuh.

Nama Kultivar

Panjang Batang

(cm)

Warna Batang Bentuk Batang

Tipe tumbuh Jemprit Toboyo 26 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak

Besar Toboyo 29 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak

Teropong 34 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak

Cabai Merah 30 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak

Cabai Panjang 22 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak

Cabai Rawit Hijau 27 Hijau Silinder Agak tegak

Cabai Jemprit 25 Hijau Silinder Agak tegak

Cabai Rawit 26 Hijau Silinder Agak tegak

Kencana 20 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak

Giko 24 Hijau bergaris ungu Silinder Agak tegak

Hasil pengamatan batang dapat dilihat pada Tabel 7.Panjang batang

diukur dari permukaan tanah sampai titik Y pada pangkal percabangan

tanaman cabai. Data hasil pengamatan panjang batang 10 kultivar cabai

(54)

C3 dengan ukuran 34 cm, sedangkan panjang batang terpendek dimiliki oleh

kultivar Kencana (C9) dengan ukuran 20 cm. Panjang batang diduga memiliki

hubungan dengan kegenjahan. Tanaman yang batang utamanya lebih tinggi

biasanya berumur dalam, sedangkan tanaman yang batang utamanya pendek

biasanya berumur lebih genjah (Setiati, 1996: 30).

(a) (b)

Gambar 5. Warna batang ; (a) hijau, (b) hijau bergaris ungu

Pengamatan warna batang menunjukkan bahwa 7 kultivar cabai

memiliki warna batang hijau bergaris ungu, sedangkan 3 kultivar Cabai Rawit

Hijau (C6), Cabai Jemprit (C7), dan Cabai Rawit (C8) memiliki warna batang

hijau. Warna ungu pada batang cabai menandakan adanya sintesis dan

akumulasi antosianin.Semakin banyak garis ungu yang terlihat, maka

kandungan antosianinpada batang semakin tinggi (Prawirantara, 1982: 76).

Semua kultivar cabai yang diuji memiliki bentuk batang silinder dan

tipe tumbuh agak tegak. Tipe tumbuh dikatakan tegak apabila sudut antara

batang dan cabang amat kecil, sedangkan pertumbuhan condong ke atas atau

agak tegak apabila cabang dengan batang pokoknya membentuk sudut 450

(55)

B. Karakterisasi Bagian Generatif Tanaman

Fase generatif adalah fase yang ditandai dengan lebih pendeknya

pertumbuhan ranting dan ruas, lebih pendeknya jarak antar daun pada pucuk

tanaman, dan pertumbuhan pucuk terhenti. Pada fase ini terjadi pembentukan

dan perkembangan kuncup bunga, buah, biji dan dan pembentukan struktur

penyimpanan makanan (Lakitan, 1995: 20). Pengamatan pada fase ini di

antaranya : pengamatan batang, buah, berat buah, dan serangan hama.

Tabel 8. Posisi tangkai bunga, umur 50% berbunga, sudut bunga dan tangkai bunga dan jumlah helai mahkota bunga.

Nama Kultivar Posisi Tangkai Bunga Umur 50%berbunga (hst) Sudut bunga dan Tangkai bunga Jumlah helai mahkota bunga

Jemprit Toboyo Tegak 38 90 5

Besar Toboyo Semi tegak 35 >90 5

Teropong Semi tegak 40 >90 5

Cabai Merah Semi tegak 31 >90 6

Cabai Panjang Semi tegak 50 >90 5

Cabai Rawit Hijau Tegak 47 90 5

Cabai Jemprit Tegak 31 90 6

Cabai Rawit Tegak 37 90 5

Kencana Tidak tegak 45 90 5

Giko Semi tegak 30 >90 6

Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif tanaman. Morfologi

bunga dapat digunakan untuk menentukan apakah tanaman tersebut menyerbuk

sendiri atau menyerbuk silang. Posisi tangkai bunga yang tegak dengan kepala

putik yang lebih tinggi dibandingkan kotak sari menyebabkan serbuk sari tidak

dapat langsung jatuh di kepala putik, sedangkan tangkai bunga yang semi tegak

bunga akan menunduk ke bawah sehingga peluang jatuhnya serbuk sari ke

(56)

(a) (b) (c)

Gambar 6. Posisi tangkai bunga ; (a) tegak, (b) semi tegak, (c) tidak tegak

Berdasarkan hasil pengamatan posisi tangkai bunga semi tegak dimiliki

oleh 5 kultivar cabai, posisi tangkai bunga tegak dimiliki oleh 4 kultivar dan

posisi tangkai bunga tidak tegak dimiliki oleh 1 kultivar cabai yaitu jenis cabai

Kencana (C9). Umur 50% berbunga didapat dari 50% atau setengah bagian

populasi dalam satu ulangan yang telah berbunga. Pengamatan umur berbunga

dilakukan pada semua tanaman dan diamati setiap hari setelah pindah tanam.

Dari hasi pengamatan kode kultivar yang paling cepat memunculkan

bunga yaitu C10 atau kultivar Giko dengan waktu mulai berbunga 30 hst.

Sedangkan kode kultivar yang memunculkan bunga paling lama ialah Cabai

Panjang yaitu 50 hst. Tanaman yang berbunga lebih awal atau genjah akanlebih

menguntungkan karena lebih cepat membentuk buah dibandingkan dengan

tanaman yang lama membentuk bunga. Karakter umur 50% berbunga awal

(genjah) merupakan salah satu karakter unggul dari suatu tanaman. Kegenjahan

pada tanaman cabai dapat dilihat dari umur awal berbunga atau umur awal

(57)

(a) (b)

Gambar 7. Sudut antara bunga dan tangkai bunga ;(a) 900, (b) <900

Sudut antara bunga dan tangkai bunga 900 dimiliki oleh kultivar C1,C6,C7,C8

dan C9. Posisi sudut antara bunga dan tangkai buang >900 dimiliki oleh

kultivar C2,C3,C4,C5, dan C10. Jumlah helai mahkota bunga 10 kultivar cabai

dominan berjumlah 5 helai, namun ada juga yang berjumlah 6 helai yaitu

kultivar C4,C7, dan C10.

(a) (b)

(58)

Tabel 9. Warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, warna tangkai putik, dan warna kepala putik

Nama Kultivar

Warna kelopak

bunga

Warna mahkota

bunga

Warna tangkai Putik

Warna kepala putik

Jemprit Toboyo Hijau Putih Putih Kuning

Besar Toboyo Hijau Putih Putih Kuning

Teropong Hijau Putih Putih Kuning

Cabai Merah Hijau Putih Putih Kuning

Cabai Panjang Hijau Putih Putih Kuning

Cabai Rawit Hijau Hijau Putih Putih Kuning

Cabai Jemprit Hijau Putih Putih Kuning

Cabai Rawit Hijau Putih Putih Kuning

Kencana Hijau Putih Putih Kuning

[image:58.595.115.507.132.539.2]

Giko Hijau Putih Putih Kuning

Gambar 9. Morfologi bunga cabai

Pada Tabel 9 terlihat bahwa semua bagian bunga cabai tidak memiliki

perbedaan dari kultivar satu dengan kultivar yang lainnya. Semua kultivar

memiliki warna kelopak bunga hijau, warna mahkota bunga putih, warna

(59)
[image:59.595.113.481.118.482.2]

Tabel 10. Warna tangkai sari, warna kepala sari

Nama Kultivar Warna tangkai sari

Warna kepala sari

Jemprit Toboyo Putih Putih

Besar Toboyo Putih Ungu

Teropong Putih Ungu

Cabai Merah Putih Kuning

Cabai Panjang Putih Ungu

Cabai Rawit Hijau Putih Kuning

Cabai Jemprit Putih Ungu

Cabai Rawit Putih Ungu

Kencana Putih Ungu

Giko Putih Ungu

(a) (b) (c)

Gambar 10. Warna kepala sari ; (a) putih, (b) kuning, (c) ungu

Tabel 10 merupakan tabel hasil pengamatan karakter kualitatif warna

tangkai sari dan warna kepala sari. Pengamatan ini dilakukan ketika serbuk sari

belum pecah. Semua warna tangkai sari kultivar cabai yang diuji berwarna putih.

Warna kepala sari putih (C1), kuning (C4), (C6) dan 7 kultivar lainnya berwarna

(60)

Tabel 11. Panjang tangkai buah, panjang buah, diameter buah, rasio P/D buah Nama Kultivar Panjang tangkai buah(cm) Panjang Buah (cm) Diameter Buah(cm) Rasio P/D(cm)

Jemprit Toboyo 1,4 2,7 0,4 6,75

Besar Toboyo 1,9 8,7 1,2 7,25

Teropong 1,5 10,5 1,6 6,5

Cabai Merah 1,4 8,75 1,2 7,29

Cabai Panjang 1,5 6,7 0,9 7,6

Cabai Rawit Hijau 1,4 2,0 0,4 3,3

Cabai Jemprit 1,9 2,4 0,3 8

Cabai Rawit 1,8 1,75 0,5 3,5

Kencana 1,6 7,25 1,0 7,25

Giko 1,7 7,65 1,1 6,95

Informasi tentang morfologi buah sangat penting karena bagian

tanaman cabai yang dikonsumsi adalah bagian buahnya. Morfologi buah sangat

menentukan kualitas cabai untuk dapat diterima oleh konsumen. Pada tabel 11,

karakter kuantitatif 10 kultivar cabai di antaranya; panjang tangkai buah,

panjang buah, diameter buah, dan rasio panjang/ diameter buah yang diukur

dengan satuan cm.

Tangkai buah terpanjang dimiliki oleh kultivar Besar Toboyo (C2) dan

Cabai Jemprit (C7) dengan panjang 1,9 cm, sedangkan tangkai buah terpendek

dimiliki oleh kultivar Jemprit Toboyo (C1), Cabai Merah (C4), dan Cabai

Rawit Hijau (C6) berukuran 1,4cm. Panjang buah diukur dengan menggunakan

penggaris mulai dari pangkal buah hingga ujung buah tanpa tangkai buah.Buah

terpanjang yaitu cabai Teropong (C3) dengan ukuran 10.5cm dan buah

terpendek Cabai Rawit (C8) dengan ukuran 1,75 cm.

(61)

Nama Kultivar Permukaan buah

Lekukan buah

Bentuk ujung

buah

Bentuk pangkal

buah

Posisi Buah

Jemprit Toboyo Rata Tidak ada Runcing Tumpul Tegak

Besar Toboyo Mengkerut Sedang Runcing Tumpul Menggantung

Teropong Rata Dangkal TumpuI Tumpul Menggantung

Cabai Merah Mengkerut Sedang Runcing Tumpul Menggantung

Cabai Panjang Mengkerut Sedang Runcing Tumpul Menggantung Cabai Rawit Hijau Rata Tidak ada Runcing Tumpul Tegak

Cabai Jemprit Rata Tidak ada TumpuI Tumpul Tegak

Cabai Rawit Rata Tidakada TumpuI Tumpul Tegak

Kencana Rata Sedang TumpuI Tumpul Menggantung

Giko Rata Dangkal TumpuI Tumpul Menggantung

[image:61.595.115.563.100.473.2]

(a) (b) (c)

Gambar 11. Permukaan buah ; (a) rata, (b) agak bergerigi, (c) bergerigi

Terdapat 7 kultivar yang memiliki permukaan buah rata kecuali pada

kultivar Besar Toboyo (C2), Cabai Merah (C4), dan Cabai Panjang (C5) yang

memiliki permukaan buah mengkerut. Hasil pengamatan karakter ada tidaknya

lekukan pada buah sangat bervariasi, cabai kultivar C1, C6, C7 dan C8

merupakan kultivar yang tidak terdapat lekukan pada permukaan buahnya.

Permukaan buah seda

Gambar

Tabel 2. Daftar kultivar Cabai di Yogyakarta
Tabel 5. Tinggi tanaman, nodus, jumlah bunga pernodus, warna daun, lebar daun, panjang helaian daun
Tabel 7. Panjang batang, warna batang, bentuk batang, tipe tumbuh.
Gambar 9. Morfologi bunga cabai
+7

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN Hasil persilangan antara induk betina kerapu macan dan jantan kerapu batik menghasilkan ikan kerapu hibrida cantik yang mempunyai pertumbuhan larva dan benih, serta

Hasil penelitian pertama, berdasarkan tahap analisis terhadap strategi yang tepat dilakukan oleh pengelola dalam memasarkan Rumah Produksi dan Promosi Sasando

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas setiap kasih dan rahmat-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

Alat ini terdiri dari sensor ultrasonik yang mengukur ketinggian permukaan air, ATMega8 sebagai kontroler, modem RS485 sebagai sistem kendali jarak jauh, PC

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembayaran tagihan rekening Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

Karena nilai C.R = 14,500 &gt;1,96 maka H 0 ditolak pada taraf signifikan 5%, yang berarti budaya organisasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Namun dari studi pendahuluan yang dilakukan nampaknya masih adanya beberapa kelemahan atau permasalahan yang berkaitan dengan pengangkatan pejabat struktural pada

tentang Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan cerpen, menyajikannya sesuai dengan model pembelajaran Inquiry serta menginformasikan kriteria penilaian. Pada siklus