• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGUPAS TUNTAS SEBAB SEBAB PERGANTIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENGUPAS TUNTAS SEBAB SEBAB PERGANTIAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

“MENGUPAS TUNTAS SEBAB-SEBAB PERGANTIAN AUDITOR DI TANAH AIR”

Pengantar

Dalam menjaga sikap professional dan etis dalam hal ini independensi seorang auditor, maka auditor diharapkan tidak memiliki hubungan yang lebih dalam hal pekerjaan. Hubungan yang lebih ini mengacu pada sikap tidak independen karena telah merasa dekat setelah mengaudit selama sekian tahun dan akhirnya berpengaruh pada pemberian opini audit yang tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya. Untuk itu perlu adanya suatu regulasi mengenai kewajiban pergantian KAP.

Pada pertemuan sebelumnya, kita telah membahas bagaimana kebangkrutan Enron corporation serta dibubarkannya KAP Arthur Anderson. Dampak dari kasus tersebut, yaitu salah satunya adalah dikeluarkannya undang-undang Sarbanes-Oxley (SOX). Dampak tersebut juga mempengaruhi kebijakan di Indonesia. Pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 disebutkan bahwa perusahaan diwajibkan untuk mengganti Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah mendapat penugasan mengaudit selama lima tahun berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbarui dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 dengan kewajiban mengganti KAP setelah melaksanakan audit selama enam tahun berturut-turut.

Adanya regulasi baru ini berawal dari kasus KAP Arthur Andersen dari Amerika Serikat di tahun 2001 yang gagal mempertahankan independensinya dengan kliennya yaitu Enron. Berkaca dari kasus ini, banyak negara termasuk Indonesia yang mulai memperbaiki struktur pengawasan terhadap KAP dengan menerapkan rotasi audit baik KAP maupun auditornya. Pemerintah telah mengatur kewajiban rotasi auditor ini dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 359/KMK.06/2003 pasal II tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikelurkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Langkah ini diharapkan mampu menjaga independensi seorang auditor dan menanggulangi berulangnya kasus Enron.

Namun, pergantian auditor yang terlalu sering dan bukan karena bersifat mandatory tentu akan memberikan efek yang tidak baik. Terlalu seringnya berpindah KAP yang dilakukan oleh perusahaan tentu menimbulkan kesan bahwa KAP tidak cukup professional dalam menjalankan kewajibannya. Fenomena pergantian KAP telah ditemukan memiliki implikasi terhadap kredibilitas nilai laporan keuangan dan biaya monitoring aktivitas manajemen (Sinarwati, 2010). Terhadap pergantian KAP ini sebenarnya oleh pihak KAP dan BAPEPAM dianggap mengganggu karena memerlukan monitoring yang lebih serta dipercaya menimbulkan biaya yang lebih besar dibanding dengan manfaat yang didapat. Pihak KAP dan BAPEPAM sendiri tentu mengharapkan alasan yang jelas dibalik fenomena ini. Suatu perusahaan bebas untuk memilih auditor mereka sendiri, sangat penting untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan atas auditor dan keputusan untuk mengganti auditor. Faktor-faktor ini tentunya di luar ketentuan atau regulasi mengenai pergantian auditor. Apabila pergantian KAP didasarkan pada waktu audit yang telah mencapai lima tahun berturut-turut maka hal ini bersifat mandatory dan tidak menimbulkan pertanyaan.

(2)

a. Ukuran perusahaan

Perusahaan besar memiliki kemungkinan akan mengganti perusahaan audit untuk meyesuaikan dengan kebutuhan jasa yang diperlukan. Akan tetapi terdapat kemungkinan hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan pergantian auditor. Hal ini disebabkan karena auditor perlu memahami perusahaan klien. Apabila perusahaan mengganti auditor dengan auditor yang baru maka auditor baru memerlukan waktu untuk memahami keadaan perusahaan klien. Perusahaan besar dianggap memiliki resiko bisnis yang kecil, serta untuk menjaga persepsi di pasar modal. Jika perusahaan mengganti auditor maka masyarakat menduga bahwa perusahaan sedang mengalami masalah kesulitan keuangan (Stocken,2000).

b. Pertumbuhan Perusahaan

Ketika klien memperluas usahanya maka terdapat peningkatan luas, penyebaran secara geografi, dan volume aktivitas. Kuantitas dan kompleksitas transaksi akuntansi semakin meningkat (Johnson dan Lys, 1990). Jika perusahaan klien semakin besar maka reputasi klien juga semakin meningkat. Seiring meningkatnya reputasi perusahaan maka kemungkinan perusahaan

membutuhkan jasa-jasa auditor yang lain juga, sehingga kebutuhan klien akan jasa auditor menjadi semakin luas (Stocken, 2000).

c. Kebangkrutan

Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan memiliki kecenderungan untuk mengganti auditor. Hal ini disebabkan karena perusahaan ingin menjaga reputasi perusahan. Untuk menjaga agar persepsi debitur terhadap kredibilitas perusahaan tetap baik maka perusahaan akan mengganti auditor kepada auditor yang lebih besar, dengan demikian diharapkan debitur memandang perusahaan masih memiliki kemampuan secara finansial (Kida, 1980).

d. Resiko Bisnis Klien

Klien yang memiliki resiko bisnis yang tinggi akan bertindak sekuat tenaga untuk menjaga kredibilitas perusahaan dimata investor untuk meyakinkan mereka bahwa meskipun perusahaan memiliki resiko bisnis yang tinggi akan tetapi perusahaan dapat mengelola resiko tersebut sehingga mereka tetap bisa beroperasi sebagaimana mestinya. Dengan cara berpindah ke Kantor Akuntan Publik yang besar, dengan cara tersebut diharapkan investor akan merasa yakin terhadap operasi perusahaan sebab Kantor Akuntan Publik besar akan menjaga nama besar mereka dengan tidak mengambil resiko menerima klien yang beresiko (Stocken, 2000).

e. Opini Audit

Klien memiliki insentif untuk menggunakan tekanan terhadap auditor agar memberikan opsi pelaporan terhadap laporan keuangan klien yang lebih memuaskan. Tekanan tersebut dimanifestasikan dalam bentuk ancaman untuk mengganti auditor kepada auditor yang baru jika auditor yang mengaudit sekarang mengajukan opini yang tidak memuaskan manajemen (Stocken, 2000).

(3)

dimana klien terus menerus mengancam untuk mengganti auditor untuk menerima opsi pelaporan yang kurang konservatif. Akan tetapi bisa saja manajer tidak berhasil menekan pejabat auditor dan benar-benar mengganti auditor kepada auditor yang lain (dalam kasus opinion shoping eksternal). Apabila manajer tidak berhasil menekan pejabat auditor maka perusahaan akan berusaha mengganti auditor dengan Kantor Akuntan Publik yang lebih besar dan memiliki kredibilitas yang baik dan kemudian akan menekan auditor yang baru tersebut untuk menawarkan perlakuan pelaporan yang memuaskan. Sehingga semakin konservatif auditor akan semakin besar kemungkinan klien mengganti auditor tersebut (Stocken, 2000).

f. Audit Delay

Semakin lama penyampaian pelaporan keaungan perusahaan akan menyebabkan pasar modal menilai perusahaan sedang dalam masalah sehingga akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Lamanya waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan auditnya bisa menyebabkan pada pergantian auditor (Chow dan Rice, 1982).

g. Audit Fee

(4)

Kasus PT BAT dan PT Aqua Golden Mississippi

PT BAT Indonesia hanya memiliki satu auditor yaitu kantor akuntan yang sama dengan yang berafiliasi ke PWC sekarang ini walaupun berganti nama beberapa kali sejak tahun 1979 hingga 2004. Artinya, selama 25 tahun mereka tidak pernah mengganti auditor.

Contoh lain adalah PT Aqua Golden Mississippi. Tahun 1989-2001 (13 tahun) diaudit oleh KAP Utomo dan KAP Prasetio Utomo kedua KAP ini adalah KAP yang sama. Tahun 2002 mereka pindah ke KAP Prasetio, Sarwoko, dan Sanjaya. KAP ini adalah kelanjutan dari KAP Prasetio Utomo yang bubar dan menggabungkan diri ke KAP Sarwoko dan Sanjaya. Sebagian orang berpendapat bahwa KAP yang baru ini (yang berafiliasi ke Ernst & Young) adalah kelanjutan dari KAP yang pertama (Arthur Andersen). Sehingga, bisa dikatakan bahwa selama 14 tahun PT Aqua diaudit oleh satu auditor.

Pertanyaan yang timbul dari kasus di atas adalah : Apakah auditor akan lebih konservatif mengaudit klien baru mereka? Ataukah mereka justru akan lebih longgar demi mempertahankan klien? Tindakan apa yang dapat dilakukan auditor dalam menghadapi kondisi ini? KMK tahun 2008 membolehkan klien kembali lagi ke auditor lama setelah satu tahun. Jika memang klien kembali ke auditor lama mereka setelah satu tahun, apakah pergantian ini disebabkan oleh ketidaksesuaian dengan auditor baru yang lebih konservatif? Ataukah karena auditor lama yang bisa menghasilkan laporan audit yang berkualitas? Apakah juga pergantian selama satu tahun tersebut tidak bisa disebut dengan "peminjaman" klien saja

Solusi dan Rekomendasi

Dengan pembahasan kasus audit umum PT BAT Indonesia dan PT Aqua Golden Mississippi, beberapa pelajaran berharga dapat dipetik dari kasus tersebut, diantaranya adalah :

Pertama, sebaiknya pihak manajemen atau perusahaan mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengganti KAP-nya setelah melakukan penugasan selama 5 tahun. Hal ini selain mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah juga untuk menjaga perilaku dari auditor itu sendiri agar tidak berperilaku menyimpang seperti pada kasus Enron, serta untuk menjaga kualitas dari laporan audit itu sendiri agar laporan tersebut dapat diandalkan, kualitas laporan audit ditentukan oleh perilaku dari auditor maupun klien. Jika auditor dan klien menaati ketentuan-ketentuan maka tingkat keandalan dari laporan tersebut juga tinggi.

Kedua, auditor biasanya akan lebih konservatif dalam mengaudit klien barunya. Hal ini memang biasa terjadi mengingat belum terdapat hubungan yang tidak sehat antara klien dengan auditor. Auditor bisa mengundurkan diri secara sukarela dari penugasan karena berbagai alasan. Salah satunya adalah untuk menghindari risiko litigasi yang melekat pada klien mereka. Auditor akan dengan sukarela mengundurkan diri dari klien jika klien memaksakan pilihan metoda akuntansi yang mereka sukai namun ditentang oleh auditor. Auditor yang mengundurkan diri karena alasan ini dianggap memiliki kebijakan yang konservatif

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perhitungan energi berguna, kinerja kolektor surya dapat dilihat dari nilai efisiensi. Efisiensi merupakan perbandingan antara energi yang berguna dengan

Penelitian tentang aterosklerosis akibat penggunaan OAE golongan fenitoin, carbamazepin, asam valproat sudah banyak dilakukan di beberapa negara dan pada pasien anak-anak,

Kesimpulan program PkM ini adalah sebagai berikut 1) Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah yang mengikuti pelatihan dasar Posbindu PTM sebanyak 45 orang, memiliki peningkatan sikap

Manajemen dan Organisasi memiliki hubungan yang erat, untuk men$apai suatu tujuan maka dibutuhkan kerja team, ibaratkan di suatu perusahaan seorang

Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan yang sekarang sedang dikampanyekan pemerintah kabupaten Bekasi untuk meraih Adipura, sebagai bagian dari masyarakat

Terdapat beberapa masalah yang ada dalam Toko Raharjo Motor ini yaitu persediaan pada Toko Raharjo Motor ini tidak dihitung secara rutin sehingga pemilik tidak mengetahui

menghadirkan wali untuk melihat secara langsung kemajuan anak- anaknya waktu menerima raport hasil belajar). 2) Hubungan kemanusiaan disekolah, tergambar dengan

lebih awal surat edaran dari Pusat ke Daerah sebagai dasar Dinas Kesehatan Provinsi dalam membuat surat edaran ke Kabupaten/Kota - Mensosialisasikan kegiatan seleksi