• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBAN EKONOMI AKIBAT PERTUMBUHAN TRANSPO (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BEBAN EKONOMI AKIBAT PERTUMBUHAN TRANSPO (3)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BEBAN EKONOMI AKIBAT PERTUMBUHAN TRANSPORTASI DI KOTA BATAM

DISUSUN OLEH :

FITRI DIAN NILA SARI 117032164

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

MAGISTER KESEHATAN LINGKUNGAN INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Beban Ekonomi Akibat Pertumbuhan Transportasi di Kota Batam”.

Saya menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof.Ramli selaku dosen yang telah memberikan tugas makalah ini dan telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan materi ini. Amin.

Medan, 4 Mei 2012

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara bersih yang dibutuhkan untuk kehidupan di bumi merupakan gas yang tidak nampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, khususnya di daerah yang banyak industri. Kebutuhan akan udara bersih semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di dunia, hal ini perlu diantisipasi agar tidak krisis udara yang sehat oleh karena itu udara perlu dijaga dan diperhatikan kesehatannya. Udara dikatakan normal dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya terdiri dari sekitar 78% nitrogen; 20% oksigen; 0,93% argon; 0,03% karbon dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen (H2). Apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka udara dikatakan sudah tercemar.

Kegiatan manusia seiring dengan kebutuhan dasar manusia dengan manusia lainnya atau system kebutuhan lainnya seperti alat perhubungan yang disebut dengan alat transportasi. Dengan adanya alat transportasi, maka pergerakan lalu lintas menjadi lebih cepat, aman, nyaman dan terintegrasi. Sarana transportasi (alat angkut) berkembang mengikuti fenomena yang timbul akibat penggalian sumberdaya seperti penemuan teknologi baru, perkembangan struktur masyarakat, dan peningkatan pertumbuhan.

(4)

jarak perjalanan lalu lintas kendaraan, bahan bakar yang digunakan, dan pengaturan serta pembinaan terhadap kendaraan bermotor dan kendaraan angkutan umum.

Tingkat kepadatan lalu lintas di kota-kota sampai saat ini masih menjadi masalah khususnya pada upaya pengendalian pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor. Pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi di kota-kota besar ini tidak saja menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas tetapi juga menimbulkan masalah lain seperti kecelakaan lalu lintas, polusi udara, dan kebisingan. Sekitar 87 % kontribusi pencemaran udara berasal dari sektor transportasi. Saat ini jumlah dan penggunaan kendaraan bermotor bertambah dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 12% per tahun. Komposisi terbesar adalah sepeda motor (73% dari jumlah kendaraan pada tahun 2002-2003 dan pertumbuhannya mencapai 30% dalam 5 tahun terakhir). Rasio jumlah sepeda motor dan penduduk diperkirakan 1:8 pada akhir tahun 2005.

Program pengendalian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus mendapat tata laksana sesuai standar, dengan demikian penemuan angka kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Jumlah kasus ISPA di masyarakat diperkirakan sebanyak 10% dari populasi. Target cakupan program ISPA nasional pada balita sebesar 76% dari perkiraan jumlah kasus, namun pada tahun 2008 cakupan penemuan kasus baru mencapai 18,81% (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia karena menyebabkan kematian yang cukup tinggi dengan proporsi 3,8% untuk penyebab kematian di semua umur, sementara prevalensi nasional ISPA sebesar 25,5%.Untuk angka kunjungan pasien ke rumah sakit dengan penyakit gangguan sistem pernafasan berada di peringkat pertama yaitu sebesar 18,6% (Ditjen Bina Yanmedik, 2009). Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Batam Tahun 2010 Jenis penyakit No.1 yang diderita penduduk kota Batam adalah ISPA (Infeksi Saluran Napas Akut) yaitu sebanyak 2696 orang..

(5)

besar. Kebutuhan ini diupayakan dalam rangka menurunkan tingkat emisi dan konsumsi bahan bakar.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah yaitu : bagaimana dampak pembangunan industrilisasi terhadap beban ekonomi terutama beban ekonomi yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kesehatan akibat dampak industrialisasi tersebut.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain:

1. Untuk melihat sejauh mana dampak kepadatan transportasi terhadap beban ekonomi pada masyarakat.

2. Untuk mengestimasi nilai kerugian masyarakat akibat peningkatan volume lalu lintas.

3. Untuk mengestimasi biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dalam mengatasi dampak negatif transportasi terhadap lingkungan.

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini antara lain:

1. Sebagai informasi kepada para pembaca dalam mengatasi dampak kepadatan transportasi terhadap beban ekonomi pada masyarakat.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Transportasi

Pengertian transportasi berasal dari kata Latin, yaitu transportare, di mana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau suatu tempat ke tempat lainnya. Transportasi dapat didefinisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ahmad Munawar mendefinisikan transportasi hampir sama dengan Rustian Kamaluddin, beliau mendefinisikan transportasi sebagai kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.

Untuk setiap bentuk transportasi terdapat empat unsur pokok transportasi, yaitu: jalan, kendaraan dan alat angkutan, tenaga penggerak, dan terminal. Ahmad Munawar (Kadir, 2006) menjelaskan dalam bukunya bahwa ada lima unsur pokok dalam sistem transportasi yaitu:

(7)

Polutan (bahan pencemar) yang ada di udara–seperti gas buangan CO (karbon monoksida)– lambat laun telah memengaruhi komposisi udara normal di atmosfer. Hal ini dapat memengaruhi kondisi lingkungan dengan adanya dampak perubahan iklim. Ketidakpastian masih banyak dijumpai dalam “model prediktif” yang ada sekarang, antara lain mengenai respons alam terhadap kenaikan temperatur bumi sendiri, serta disagregasi perubahan iklim global ke tingkat regional, dan sebagainya.

Dalam sebuah bukunya tentang pencemaran udara (2001), Dr, Ir. Moestikahadi Soedomo, M.Sc, DEA, menyebutkan tentang pengaruh pencemaran udara bagi lingkungan–khususnya bagi terjadinya pemanasan global dalam setengah abad mendatang– diperkirakan akan meliputi kenaikan permukaan laut, perubahan pola angin, penumpukan es dan salju di kutub. Selain itu juga akan terjadi peningkatan badai atmosferik, bertambahnya populasi dan jenis organisme penyebab penyakit dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, perubahan pola curah hujan, dan perubahan ekosistem hutan, daratan serta ekosistem lainnya. Adapun dampak negatif bagi kesehatan masyarakat, diketahui kontak antara manusia dengan CO, misalnya, pada konsentrasi yang relatif rendah, yakni 100 ppm (mg/lt) akan berdampak pada gangguan kesehatan. Hal ini perlu diketahui terutama dalam hubungannya dengan masalah lingkungan karena konsentrasi CO di udara umumnya memang kurang dari 100 ppm. Senyawa CO dapat menimbulkan reaksi pada hemoglobin (Hb) dalam darah.

Adapun faktor penting yang menentukan pengaruh COHb terdapat dalam darah, makin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin fatal pengaruhnya terhadap kesehatan manusia.

2.3. ISPA

(8)

paru-paru) dan organ adneksanya saluran pernapasan. Sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI, 2002).

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah/kedalam (Depkes RI, 2002).

2.4. Sistem Transportasi Ramah Lingkungan

Perencanaan sistem transportasi harus disertai dengan pengadaan prasarana yang sesuai dan memenuhi persyaratan dan kriteria transportasi antara lain volume penampungan, kecepatan rata-rata, aliran puncak, keamanan pengguna jalan. Selain itu harus juga memenuhi persyaratan lingkungan yang meliputi jenis permukaan, pengamanan penghuni sepanjang jalan, kebisingan, pencemaran udara, penghijauan, dan penerangan.

Dalam mencapai sistem transportasi yang ramah lingkungan dan hemat energi, persyaratan spesifikasi dasar prasarana jalan yang digunakan sangat menentukan. Permukaan jalan halus, misalnya, akan mengurangi emisi pencemaran debu akibat gesekan ban dengan jalan. Tabir akustik atau tunggul tanah dan jalur hijau sepanjang jalan raya akan mereduksi tingkat kebisingan lingkungan pemukiman yang ada di sekitar dan sepanjang jalan, dan juga akan mengurangi emisi pencemar udara keluar batas jalan kecepatan tinggi.

Dalam konteks ini, untuk mencapai sistem transportasi darat tersebut, ada beberapa hal yang perlu dijalankan, di antaranya (Walhi, 2007):

1. Rekayasa lalu lintas.

(9)

seterusnya. pola berkendara (driving pattern/cycle) pada dasarnya dapat direncanakan melalui rekayasa lalu lintas.

Data mengenai pola dan siklus berkendaraan yang tepat di Indonesia belum tersedia hingga saat ini. Dalam perencanaan, pertimbangan utama diterapkan adalah bahwa aliran lalu lintas berjalan dengan selancar mungkin, dan dengan waktu tempuh yang sekecil mungkin, seperti yang dapat di uji dengan model asal-tujuan (origin-destination). Dengan meminimumkan waktu tempuh dari setiap titik asal ke titik tujuannya masing-masing akan dapat dicapai efisiensi bahan bakar yang maksimum, dan reduksi pencemar udara yang lebih besar. 2. Pengendalian pada sumber (mesin kendaraan).

Jenis kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi merupakan bagian di dalam sistem transportasi yang akan memberikan dampak bagi lingkungan fisik dan biologi akibat emisi pencemaran udara dan kebisingan. Kedua jenis pencemaran ini sangat ditentukan oleh jenis dan kinerja mesin penggerak yang digunakan. Persyaratan pengendalian pencemaran seperti yang diterapkan Amerika Serikat (AS) telah terbukti membawa perubahan-perubahan besar dalam perencanaan mesin kendaraan bermotor yang beredar di dunia sekarang ini.

Sejak tahun 1970, bersamaan dengan krisis energi dan fenomena pencemaran udara di Los Angeles Smog, dikeluarkan persyaratan-persyaratan yang ketat oleh pemerintah Federal untuk mengendalikan emisi kendaraan bermotor dan efisiensi bahan bakar. Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam rencana mesin, meliputi pemasangan (katup) PCV palse sistem karburasi, sistem pemantikan yang memungkinkan pembakaran lebih sempurna, sirkulasi uap bahan bakar minyak (BBM) untuk mengurangi emisi tangki BBM, dan after burner untuk menurunkan emisi. Sedangkan teknologi retrofit disyaratkan dengan pemasangan alat Retrofit Catalitic Converter untuk mereduksi emisi HC dan NOX dan debu (TSP). Teknologi ini membawa implikasi yang besar terhadap sistem BBM, karena TEL tidak dapat lagi ditambahkan dalam BBM.

3. Energi transportasi.

(10)

BBM yang digunakan. Seperti halnya penggunaan LPG, akan memungkinkan pembakaran sempurna dan efisiensi energi yang tinggi. Selain itu dalam rangka upaya pengendalian emisi gas buang, bila peralatan retrofit digunakan, diperlukan syarat bahan bakar, khusus yaitu bebas timbal.

2.5. Perwujudan Transportasi Ramah Lingkungan

Upaya mewujudkan transportasi yang ramah lingkungan pada dasarnya dapat dilakukan dengan upaya mencegah terjadinya perjalanan yang tidak perlu (unnecessary mobility) atau dengan penggunaan teknologi angkutan yang dapat mengurangi dampak lingkungan akibat kendaraan bermotor.

Bentuk-bentuk yang terkait dengan upaya pencegahan atau pengurangan jumlah perjalanan yang tidak perlu dapat berupa pengembangan kawasan terpadu yang masuk kategori compact city seperti kawasan super-block, kawasan mix-used zone, maupun transit-oriented development. Selain itu, pengurangan jumlah perjalanan dapat dilakukan dengan melakukan manajemen kebutuhan transport (TDM- Transport Demand Management).

Transit Oriented Development (TOD). Transit Oriented Development adalah upaya revitalisasi kawasan lama atau kawasan terpadu baru yang berlokasi pada jalur-jalur transportasi utama seperti jalur KA, busway, dll, dengan mengembangkan kawasan berfungsi campuran (mixed-use) antara fungsi hunian, komersial dan perkantoran. Dengan akses yang mudah terhadap aktivitas hunian, komersial dan perkantoran serta jaringan transportasi umum yang terpadu dengan fasilitas pedestrian dan jalur sepeda, konsep kawasan TOD diharapkan dapat mengurangi kebutuhan pergerakan transportasi antar kawasan dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi.

(11)

Selain sifatnya yang mixed used, kawasan TDM umumnya dicirikan oleh fasilitas pejalan kaki yang sangat nyaman, penyeberangan, jalan yang tidak terlalu lebar, gradasi kepadatan bangunan ke arah luar. Kawasan ini juga umumnya membatasi jumlah lahan parkir untuk kendaraan pribadi.

Transport Demand Management (TDM) dilakukan melalui penerapan kebijakan dan strategi transportasi untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mendistribusikan beban transportasi yang ada ke dalam moda transport, lokasi dan waktu berbeda.

Upaya ini dianggap merupakan penanganan transportasi yang relatif murah untuk meningkatkan tingkat pelayanan jaringan transportasi. Dengan demikian penerapan TDM juga diharapkan dapat menghasilkan kondisi lingkungan yang lebih baik, meningkatkan kesehatan publik, yang pada akhirnya dapat mendorong kesejahteraan masyarakat dan tingkat kelayakan huni suatu kota.

Beberapa bentuk penerapan TDM yang mungkin dilakukan adalah (Widiantono, 2010):

 Mendorong peningkatan okupansi kendaraan melalui kebijakan ride-sharing, three-in-one, car-pooling dan lain-lain.

 Menyediakan sarana angkutan umum yang cepat, murah dan nyaman yang dapat menjangkau seluruh bagian kota. mengurangi beban lalu lintas pada jam puncak.

 Membatasi penggunaan kendaraan pribadi melalui penerapan pembatasan plat nomor kendaraan yang dapat dioperasikan pada kawasan atau waktu tertentu.

(12)

2.6. Biaya Kesehatan

Nilai kerugian akibat penurunan kualitas udara, diperoleh dengan menghitung biaya kesehatan. Nilai kerugian dapat dihitung dengan mengalikan jumlah masyarakat di kota x yang diduga dapat terkena efek langsung dari lalu lintas (masyarakat yang bermukim dalam jarak 15 meter dari ruas jalan) dengan rataan biaya berobat yang ditanggung masyarakat untuk sekali pengobatan ISPA tanpa Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

(13)

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Peringkat Penyakit di Batam

Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Batam Tahun 2010 Jenis penyakit No.1 yang diderita penduduk kota Batam adalah ISPA (Infeksi Saluran Napas Akut), yaitu:

3.2. Biaya Kesehatan Masyarakat

Biaya kesehatan digunakan untuk menilai kerugian masyarakat akibat peningkatan polusi (debu) jalan. Analisis difokuskan pada penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). ISPA merupakan penyakit yang secara umum diderita oleh masyarakat dan terkait dengan peningkatan konsentrasi debu di udara. Nilai kerugian akibat polusi udara dapat diketahui dengan melihat jumlah warga Kota Batam (Wijayanti, 2011).

Jika rata-rata biaya pengobatan penyakit ISPA adalah sebesar Rp 27.000,00 untuk satu kali berobat dan 60 diasumsikan tiap warga menjalani pengobatan ISPA satu kali dalam satu tahun, maka:

(14)

Jadi total nilai kerugian masyarakat sepanjang jalan raya akibat peningkatan debu jalan per tahun adalah sebesar Rp 20.682.000,00.

3.3. Estimasi Beban Ekonomi Pemerintah

Pemerintah memiliki anggaran khusus untuk biaya pengobatan ISPA pada masyarakat miskin, yaitu melalui jamkesmas. Namun selain itu pemerintah juga perlu melakukan program dan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan lingkungan akibat transportasi, yaitu dalam perbaikan pada sektor transportasi agar lebih ramah lingkungan. Beberapa estimasi perkiraan beban ekonomi yeng ditanggung pemerintah, antara lain :

1. Penanggulangan ISPA.

Jumlah anggaran Rp 13.880.000,00 dengan realisasi keuangan Rp.13.880.000,00 (100 %).

2.Realisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Transportasi. a.Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Program ini mengalokasikan anggaran sebesar Rp 16.000.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp 14.061.0000,00 (87,88 %) dan sisa anggaran sebesar Rp 1.939.000,00 (12,12 %).

b.Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan

Program ini mengalokasikan anggaran sebesar Rp 201.825.100,00 dengan realisasi keuangan Rp 186.288.000,00 (92,30 %) dan sisa anggaran sebesar Rp 15.537.100,00 (7,7 %).

c. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas

Program ini mengalokasikan anggaran sebesar Rp 125.682.000,00 dengan realisasi anggaran sebesar Rp 125.650.000,00 (99,97 %) dan sisa anggaran Rp 32.000,00 (0,03 %).

d.Program Peningkatan Kelayakan Pengoperasian Kendaraan Bermotor

Program ini mengalokasikan anggaran sebesar Rp 46.650.000,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp 46.650.000,00 (100 %).

e.Program Pengembangan dan Pendayagunaan Teknologi

(15)

3.4. Strategi Pemecahan Masalah

Strategi pemecahan masalah transportasi perkotaan kedepan difokuskan dalam 2 hal yaitu konsep “Travel Demand Management (TDM)” dan “Green Transport”.

3.4.1 Travel Demand Management

Travel Demand Management (TDM) atau Manajemen Kebutuhan Transportasi sebagai bagian Sustainable Transport memiliki VISI untuk mengatasi kemacetan dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Tujuan TDM adalah “..to reduce the number of vehicles using the road system while providing a wide variety of mobility options to those who wish to travel..” 1. Atau dengan perkataan lain, TDM berusaha untuk mengurangi kendaraan yang menggunakan sistem jaringan jalan dengan memberikan berbagai pilihan mobilitas.

TDM juga didefinisikan sebagai “measures to reduce transport demand, hence the induces movement under the bearing capacity of social, environment and operational”1. Menurut Ohta, TDM adalah alat untuk mengurangi kebutuhan perjalanan sehingga perjalanan yang dilakukan masih dalam batas-batas lingkungan dan operasional.

Strategi TDM yang dilakukan mencakup 4 buah komponen utama yaitu:

A. PENYUSUNAN KEBIJAKAN TDM

Langkah aksi yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam penyusunan kebijakan TDM antara lain adalah:

 Kementerian Perhubungan menyusun Draft Kebijakan Nasional (White Paper) tentang Pedoman TDM dan Petunjuk Penyelenggaraan TDM untuk Perkotaan di Indonesia.

 Pemerintah Daerah DKI Jakarta menetapkan Draft Kebijakan Perkotaan (City Policy Papers) mencakup strategi secara khusus bagi setiap kota-kota, sesuai Manual White Paper yang disusun pemerintah pusat.

 Kementerian Perhubungan melakukan pembinaan secaar efektif, realistis dan terarah kepada pemerintah daerah.

(16)

 Pemerintah pusat memfasilitas daerah dalam bentuk dukungan subsidi bagi pembangunan fasilitas TDM yang berguna untuk meningkatkan perpindahan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum.

 Pemerintah memberikan reward bagi daerah yang berhasil menurunkan tingkat ketergantungan sistem transportasinya kepada kendaraan pribadi, mengurangi konsumsi bahan bakar dan mengurangi tingkat emisi kendaraan.

B. Pull- PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM MASSAL - BRT

Pengembangan BRT untuk kota-kota besar dan metropolitan dilakukan secara terpadu. Konsep penerapan BRT untuk kota-kota dapat mengacu konsep BRT sebagai “high-quality, customer-oriented transit [system] that delivers fast, comfortable and low-cost urban mobility” (IEA, 2002), dimana prosedur impementasi penerapan BRT dengan mengacu kepada rekomendasi Wright (GTZ, 2009). Rincian pengembangan BRT untuk kota-kota di Indonesia dapat dilihat pada Discussion Paper Public Transport.

C Push-PENGURANGAN KETERSEDIAAN RUANG PARKIR

Keterbatasan ruang parkir kendaraan pada kawasan pusat kota akan menyebabkan kendaraan yang masuk akan memenuhi seluruh akses ruang parkir, sehingga diperlukan upaya untuk membatasi jumalh dan ketersediaan lokasi parkir. Alternative lain adalah dengan meningkatkan tarif parkir pada jam-jam tertentu.

D. Sosialisasi TDM

Penerapan TDM dimulai dari tahap sosialisasi kebijakan dan strategi agar mempunyai akar pemahaman kepada masyarakat.

3.4.2 Green Transport

Green Transport secara umum adalah sistem transportasi yang bersifat ramah lingkungan. Green transport “any means of transport with low impact on the environment, and includes walking and cycling, transit oriented development, green vehicles, Car Sharing, and building or protecting urban transport systems that are fuel-efficient, space-saving and promote healthy lifestyles”. Strategi Green Transport dapat dirangkum dalam 2 hal yaitu:

A PERBAIKAN PRASARANA PEJALAN KAKI DAN SEPEDA

(17)

meningkatkan akses angkutan umum melalui penyediaan jalur khusus sepeda. Sedangkan penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki merupakan upaya untuk memuliakan pengguna jalan yang berjalan menyusur atau menyebarang jalan.

B PERBAIKAN PELAYANAN CAR SHARING

Penggunaan kendaraan secara bersama-sama perlu didorong agar mencegah keterisian kendaraan tunggal (1 orang) dan 2 (dua orang). Fasilitas untuk Car Sharing perlu dibuat terutama pada kawasan perumahan dan stasiun atau terminal.

3.5. Alternatif Pemecahan Masalah 3.5.1 Pengembangan Angkutan Umum a. Pengembangan BRT di Kota Besar

b. Bantuan bus untuk kota Metropolitan dan Kota besar c. Penyusunan KM tentang SPM

d. Penyusunan KM tentang Pedoman BRT e. Pengembangan Terminal Terpadu

3.5.2 Pembatasan Kendaraan Pribadi a. Penyusunan KM tentang Road Pricing

b. PP Menteri Keuangan tentang Pemberlakuan Road Pricing c. PP Menteri Keuangan tentang Ear Marking

d. Pilot Proyek Percontohan Penerapan Road Pricing e. Pembatasan Kawasan Penggunaan Sepeda Motor

3.5.3 Pembatasan Ruang Parkir

(18)

DAFTAR PUSTAKA

http://walhijabar.wordpress.com/2007/12/31/sistem-transportasi-dan-dampak-bagi-lingkungan/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15980/1/wah-apr2006-%20(6).pdf

http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/Topik%20Lain%20Green %20Transport%20edited%201.160509.pdf

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53575

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14161

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Dari data hasil penelitian tentang kepuasan pengguna di Perpustakaan UNIKOM dengan indicator koleksi, fasilitas, jenis layanan, staff perpustakaan, dengan kesimpulan sebagai

Semua variabel independen yang diamati meliputi cuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun, peri- laku BAB (buang air besar), sarana air bersih, perilaku cuci tangan setelah

Kebijakan subsidi ekspor yang dilakukan oleh UE sangat men- distorsi pasar karena ekspor gula dijual dengan harga rendah yang menyebabkan industri gula

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berbelanja di pasar modern.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Yayasan Suaka Rhino Sumatera (SRS) yang telah membantu dalam penyediaan preparat tulang badak Sumatera dan Puslitbang LIPI BOGOR

III Suralaya 1.986 Sub Pusat Pelayanan Kota 2 di sekitar Kawasan Terminal Terpadu Merak - Perumahan - Industri - Pelabuhan &.. pergudangan -

Tulisan ini dimaksudkan untuk menelusuri bagaimana penerapan pendidikan multikultural di bawah naungan kurikulum 2004, dan basis kompetensi apa saja yang harus dikuasai peserta

Namun siswa MF masih salah dalam menentukan hasil akhirnya karena kurang teliti dalam menyelesaikan soal (MFS2012S). Berdasarkan hasil tes yang diperoleh pada siklus II