• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Low Power Pada Embedded System Untuk Mendeteksi Kondisi Kebakaran Dalam Ruangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Low Power Pada Embedded System Untuk Mendeteksi Kondisi Kebakaran Dalam Ruangan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

6644

Implementasi

Low Power

Pada

Embedded System

Untuk Mendeteksi

Kondisi Kebakaran Dalam Ruangan

Rinaldi Albert Soritua1, Mochammad Hannats Hanafi Ichsan2, Gembong Edhi Setyawan3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1rinaldialbs@gmail.com, 2hanas.hanafi@ub.ac.id, 3gembong@ub.ac.id

Abstrak

Kebakaran merupakan sebuah peristiwa yang disebabkan oleh api yang tidak terkawal oleh manusia. Kebakaran dapat menimbulkan bermacam-macam kerugian mulai dari harta benda sampai korban jiwa. Berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan sebuah sistem yang dapat mendeteksi terjadinya kebakaran berdasarkan kadar asap, suhu ruangan, dan keberadaan sumber api. Dalam penerapannya dibutuhkan kinerja low power untuk menghemat konsumsi daya ketika sistem tidak mendeteksi adanya kebakaran. Output dari sistem berupa status kondisi didalam ruangan yaitu tidak kebakaran, berasap, berapi asap sedikit, dan berapi asap banyak.Output ditampilkan pada LCD dan bunyi dari Buzzer. Mikrokontoller Arduino Mega 2560 ditanamkan logika fuzzy sugeno sebagai pemberi keputusan output berdasarkan hitungan fuzzy. Apabila sistem mendeteksi tidak ada kebakaran maka sistem akan beralih kedalam mode sleep, namun jika sistem mendeteksi adanya output berupa berasap, berapi asap sedikit, dan berapi asap banyak sistem akan menampilkan pada LCD dan bunyi dari buzzer. Fitur yang digunakan yakni sleep mode power down dimana sistem mematikan beberapa sub sistem yang ada. Pada pengujian sistem dapat berjalan sesuai dengan prinsip kerjanya Rata-rata waktu eksekusi sistem adalah ±33284,2 ms. Pada konsumsi daya perangkat mampu menekan arus sebesar 40mA dari 245mA dengan penerapan sleep mode power down.

Kata kunci:Kebakaran, Low Power, Fuzzy Sugeno.

Abstract

Fire is an event caused by unrestrained fire by human. Fire could cause various losses from treasures to casualties. Based from that problem needed a system that able to detect fire based on smoke level, room temperature, dan existence fire source. In implementation needed low power to save power consumption when system not detect a fire. The output of the system is current condition which is no fire, fire and smoky little, fire smoky and lot that shown on LCD and sound from buzzer. Arduino Mega 2560 implanted fuzzy logic as output decision based on fuzzy calculation. If system not detect a fire then system will switch to sleep mode, yet if system detect an output which is smoky, fire and smoky little, fire smoky lot it will shown on LCD and sound from buzzer. The used feature is sleep mode power down to turn off some sub-system. Testing resulted system is running accordance with the principles of it works. The average system execution is ±33284,2 ms. On the power consumption of the device is able pressed for 40mA from 245mA to 205mA with implementation sleep mode power down.

Keywords:Fire, Low Power, Fuzzy Sugeno.

1. PENDAHULUAN

Kebakaran merupakan suatu peristiwa yang disebabkan oleh api dan pembakaran tidak terkawal yang membahayakan nyawa manusia, bangunan dan sekitarnya.

Didalam kebakaran terdapat 3 elemen yatu bahan bakar, suhu/panas, dan oksigen yang kemudian akan membentuk api, 3 elemen tersebut disebut dengan segitiga api (fire

(2)

sistem dengan efisiensi daya yang lebih hemat. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian dilakukan.

Pada penelitian pertama yaitu menentukan kondisi didalam ruangan apakah terjadi kebakaran atau tidak dengan menggunakan 3 sensor yaitu sensor DHT11, sensor MQ-2, dan sensor flame. Penelitian tersebut menggunakan logika fuzzy yang berdasarkan parameter suhu, asap, dan api. (Purnomo, 2017)

Penelitian kedua yaitu sebuah sistem berupa monitoring detak jantung manusia melalui wearable device yang diletakkan pada daerah pergelangan tangan. Sistem akan menampilkan detak jantung dalam bentuk beat per minute(bpm) pada sebuah layar yang terdapat pada perangkat dan hasil pembacaan sistem dapat dikirimkan melalui Bluetooth ke smartphone android. Terdapat beberapa state dalam sistem ini dimana sistem akan berada pada dalam keadaan sleep, keadaan standby dan sebagai agar penggunaan daya dapat berkurang. Untuk berpindah dari keadaan sleep sistem menggunaan pembacaan dari sensor gyroscpoe sehingga sistem dapat berpindah state menjadi wake (Ihsannurrahim, 2017).

Penelitian ketiga, Sistem berupa monitoring kelembapan tanah, dimana sistem akan bekerja ketika kelembapan tanah dan suhu didalam tanah melebihi ambang dengan mengaktifkan keran air. Kemudian sistem akan mengirimkan pemberitahuan melalui sms dan GPS kepada pengguna (Nallani & Hency, 2015).

Dari ketiga penelitian yang dilakukan sebelumnya, penulis menawarkan sebuah ide untuk membuat embedded system yang dapat melakukan monitoring kebakaran didalam ruangan dengan memiliki mekanisme low power dimana sistem akan berada pada sleep mode jika tidak mendeteksi adanya kebakaran didalam ruangan dan sistem akan wake jika sistem mendeteksi adanya kebakaran didalam ruangan dan akan menampilkannya pada LCD dan bunyi pada buzzer.

2. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

Pada tahap perancangan system terbagi menjadi dua bagian, yaitu perancangan sistem perangkat keras dan perancangan sistem perangkat lunak.

Gambar 1 Alur Perancangan Sistem

Berdasarkan pada alur perancangan pada Gambar 1, perancangan perangkat keras meliputi perancang prototipe sistem, sedangkan pada perancangan perangkat lunak meliputi perancangan low power dan perancangan fuzzy.

Gambar 2 Perancangan Sistem

Dalam perancangan sistem yang terdapat pada Gambar 2, terdapat 3 buah input yaitu input dari sensor DHT11, sensor MQ-2 dan sensor Flame. Pembacaan input akan di proses oleh Arduino dimana terdapat fungsi Low Power dan Fuzzy Sugeno. Kemudian hasil perhitungan dari fuzzy akan ditampilkan berupa status ruangan pada LCD 2x16 dan bunyi dari buzzer.

2.1 Perancangan dan Implementasi Sistem Perangkat Keras

Dalam melakukan perancangan prototipe sistem dibutuhkan sebuah skema dalam membuat prototipe untuk memudahkan pada saat implementasi sistem.

Gambar 3 Skema Perancangan Prototipe Sistem

(3)

ruangan dimana mikrokontroller yang digunakan adalah Arduino Mega 2560 sebagai otak proses data input. Input yang digunakan dalam sistem pendeteksi kebakaran berupa suhu menggunakan sensor DHT11, mendeteksi asap menggunakan sensor MQ-2, dan mendeteksi api dengan menggunakan sensor flame.

Gambar 4 Tampilan Prototipe Tampak Depan

Gambar 5 Tampilan Prototipe Tampak Dalam

Gambar 4 dan Gambar 5 merupakan tampilan dari skema perancangan prototipe sistem ketika di implementasikan.

Koneksi setiap pin yang digunakan dalam sistem ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Koneksi Pin

Pin

2.2 Perancangan Perangkat Lunak 2.2.1 Perancangan perangkat lunak sistem

Pada bagian ini merupakan perancangan perangkat lunak pada sistem secara keseluruhan. Perancangan yang dibuat yaitu dengan menerapkan logika fuzzy sebagai pengambil keputusan output berdasarkan 3 input yaitu dari sensor DHT11 untuk mengetahui kondisi suhu ruangan, sensor MQ-2 untuk mengetahui intensitas asap didalam ruangan, dan sensor flame untuk mengetahui keberadaan api didalam ruangan. Serta program low power sebagai perubahan state apabila sistem tidak mendeteksi adanya keberadaan api didalam ruangan. Data input dari 3 sensor akan disimpan dalam bentuk variabel yang akan di proses menggunakan fuzzy untuk menentukan output melalui himpunan fuzzy dari masing-masing variabel.

Dalam implementasi fuzzy akan dibuat suatu variabel array yang berfungsi untuk menyimpan hasil fuzzyfikasi dari setiap variabel yaitu, suhu, asap, dan api. Selain variabel untuk fuzzifikasi, terdapat variabel untuk inferensi logika fuzzy dan defuzzifikasi. Inferensi logika fuzzy dilakukan dengan menggunakan metode min untuk menentukan output dari tiap rule. Sedangkan variabel defuzzifikasi menggunakan metode max untuk perhitungan terhadap himpunan tegas (crisp) sehingga didapatkan output dari sistem. Output dari sistem ini merupakan buzzer dan LCD berfungsi menampilkan kondisi hasil dari defuzzifikasi.

2.2.2 Perancangan perangkat lunak sensor flame sebagai interrupt

Interrupt pada sistem ini menggunakan sensor flame untuk membuat sistem berpindah dari state SLEEP menjadi WAKE. Pengaturan pin interrupt yang digunakan yaitu dengan memanfaatkan pembacaan digital dari sensor flame. Berikut merupakan flowchart program untuk Interrupt sensor flame dapat dilihat pada Gambar 7.

(4)

Gambar 6 Flowchart perancangan perangkat lunak sistem

Gambar 7 Perancangan sensor flame sebagai interrupt

2.2.3 Perancangan Logika Fuzzy

Dalam proses perancangan fuzzy membutuhkan beberapa proses sehingga terbentuknya suatu keputusan output sesuai dengan perhitungan logika fuzzy. Proses tersebut antara lain, fuzzifikasi, pembuatan rule, inferensi, dan defuzzifikasi.

Gambar 8 Flowchart perancangan fuzzy

2.2.4 Fuzzifikasi

Fuzzifikasi adalah suatu pengubahan nilai tegas/real kedalam fungsi keanggotaan fuzzy. Gambar 7, sub-proses fuzzifikasi akan menerima proses input dari sensor DHT11 yang berfungsi untuk input data suhu, sensor MQ-2 yang berfungsi untuk input data asap, dan sensor flame yang berfungsi untuk input data api. Fungsi dari sub-proses fuzzifikasi adalah merubah nilai tegas ke dalam fungsi keanggotaan (membership function).

2.2.5 Variabel Suhu

Pada perancangan variable suhu terdapat 4 himpunan yaitu dingin, sejuk, hangat dan panas. Berikut ini perancangan himpunan fuzzy suhu dilihat pada Gambar 8.

Gambar 9 Fungsi Keanggotaan Suhu

0 1

0 10 20 30 40 50

Suhu

Dingin Sejuk

(5)

2.2.6 Variabel Asap

Pada pembacaan input asap menggunakan nilai keluaran berupa ppm (part per million) dimana dalam perancangan terdapat 3 himpunan yaitu renggang, sedang dan pekat. Berikut ini perancangan himpunan fuzzy asap dilihat pada Gambar 9.

Gambar 10 Fungsi Keanggotaan Asap

2.2.7 Variabel Api

Pada pembacaan input api terbagi atas 4 jarak yaitu, dekat dengan sensor dengan rentang (≤ 25 𝑐𝑚), agak dekat dengan sensor (50cm), api jauh dari sensor (>50 – 100cm), dan tidak ada api. Berikut ini perancangan himpunan fuzzy api dilihat pada Gambar 10.

Gambar 11 Fungsi Keanggotaan Api

2.2.8 Inferensi

Rule based suatu bentuk aturan relasi/implikasi if-then. Fungsi implikasi adalah menyusun baris aturan berupa implikasi fuzzy yang menyatakan relasi antara variabel input dan output. Pada metode sugeno, fungsi implikasi yang digunakan adalah min. Pada pembuatan aturan, penulis akan membuat dengan menggunakan “IF” dan “AND” dan menghasilkan perintah “THEN”.

. Setelah nilai α diketahui pada setiap aturan/rule, selanjutnya tiap variable kondisi akan melakukan evaluasi pada setiap rule/aturan dengan mencari nilai terbesarnya(MAX). Setelah nilai setiap variabel kondisi diketahui, maka nilai dari masing-masing kondisi

dibandingkan untuk mencari nilai terbesar dimana hasil perbandingan akan menjadi output dari sistem.

3. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

Dalam sistem ini terdapat pengujian dari sensor MQ-2 untuk mendapatkan pembacaan data intensitas asap, akuisisi data sensor DHT11 untuk mendapatkan pembacaan data suhu, sensor flame untuk mendapatkan pembacaan data api, pengujian fuzzifikasi, pengujian low power, dan pengujian eksekusi waktu. Pengujian dalam sistem ini ditunjukkan pada .

Gambar 12 Pohon Pengujian dan Analisis

3.1. Pengujian Sensor MQ-2

Tujuan dilakukannya pengujian akuisisi data pembacaan intensitas asap dari sensor MQ-2 adalah untuk mengetahui kemampuan pembacaan sensor MQ-2 dalam membaca intensitas asap dalam satuan ppm (part per million) yang merupakan hasil kalibrasi dari pembacaan ADC pada serial monitor Arduino IDE. Pengujian dilakukan dengan membuat asap dari pembakaran kertas. Pengujian asap dibagi menjadi 3 bagian yaitu, ketika tidak ada asap, asap dengan kepekatan yang berbeda, dan ketika asap mulai terurai. Berikut adalah tabel pengujian dari sensor MQ-2.

0 0,5 1

0 25 50 75 100

Asap

Renggang Sedang Pekat

0 0,5 1

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Api

Dekat Agak Dekat

(6)

Tabel 2 Pengujian Sensor MQ-2

No Kondisi Nilai Pembacaan Sensor MQ-2

(ppm)

1 Tidak Ada Asap 0

2 Tidak Ada Asap 0

3 Tidak Ada Asap 0

4 Variasi Intensitas berbeda

8

5 Variasi Intensitas berbeda

12

6 Variasi Intensitas berbeda

32

7 Variasi Intensitas berbeda

99

8 Variasi Intensitas berbeda

195

9 Variasi Intensitas berbeda

262

10 Variasi Intensitas berbeda

398

11 Variasi Intensitas berbeda

622

12 Variasi Intensitas berbeda didekatkan dengan sensor, maka nilai pembacaan dari sensor dalam bentuk ppm mulai naik, yaitu dari 8, 12, 32, 99, 195, dan seterusnya sampai pada nilai 807 ppm. Ketika asap dari kertas dijauhkan nilai pembacaan dari sensor

mulai mengalami penurunan, yaitu dari 807 menjadi 228, 111, 105 dan seterusnya hingga 0 ppm yang berarti tidak ada asap. Dari hasil pengujian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sensor berhasil dalam mendeteksi asap dengan baik dan dapat digunakan untuk akuisisi data sebagai input.

3.2. Pengujian Sensor DHT11

Tujuan melalukan pengujian pada sensor DHT11 adalah untuk mengetahui akurasi pembacaan data dari sensor dengan cara membandingkan nilai yang dihasilkan oleh sensor dengan suhu yang terdeteksi oleh termometer ruangan.

Dari data yang diperoleh dapat dihitung persentase nilai akurasi DHT11.

𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛(%) =𝐻𝑇−𝐻𝑆

𝐻𝑇 𝑥100%

HT : Hasil dari pembacaan termometer HS : Hasil dari pembacaan sensor DHT11

Tabel 3 Pengujian Sensor DHT11

No

Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 4, diketahui hasil pembacaan antara sensor DHT11 dengan thermometer ruangan tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sistem error sebesar 3,0%.

3.3. Pengujian Sensor Flame

(7)

dilakukan dalam melakukan pengujian sensor flame.

Tabel 4 Pengujian Sensor Flame

Percobaan(cm) Nilai Pembacaan Serial

10 28

Berdasarkan pada Tabel 5 pembacaan nilai analog pada sensor flame akan menurun apabila api semakin dekat dengan sensor dan pembacaan analog yang naik ketika api jauh dengan sensor dan tidak ada api.

3.4. Pengujian Proses Fuzzy

Tujuan dilakukan pengujian proses fuzzy adalah untuk mengetahui ketepatan sistem dalam menentukan hasil pembacaan dari sensor yang kemudian dilakukan perhitungan fuzzy.

Tabel 5 Pengujian Proses Fuzzy

No Suhu Asap Api dengan mengambil 10 sampel dengan input dan output yang berbeda yaitu tidak ada kebakaran, berasap, berapi asap sedikit, dan berapi asap banyak. Pengujian dilakukan dengan menganalisis hasil output yang diberikan sistem dengan hasil perhitungan secara manual. Dapat dilihat pada Tabel 6 dari 10 sampel yang di catat, hasil pengujian secara sistem dan secara manual memiliki hasil yang sama.

3.5. Pengujian Proses Low Power

Untuk mengetahui apakah proses low power berjalan sesuai dengan yang diinginkan maka perlu mengetahui konsumsi arus dari purwarupa sistem dan membandingkan pemakaian daya menggunakan low power dengan tidak menggunakan low power. Pengukuran dilakukan ketika dalam keadaan sleep dengan menggunakan multimeter kemudian dibandingkan dengan konsumsi arus ketika sistem dalam keadaan wake.

Tabel 6 Pengujian Proses Low Power

No

Contoh Perhitungan :

Pemakaian daya ketika mendeteksi keadaan

bahaya (wake)

= 6 𝑥 0,245 𝑥

360035

= 0,01429

1667

Pemakaian daya ketika tidak mendeteksi

keadaan bahaya (sleep)

(8)

Hasil dari pengukuran arus menunjukkan ketika sistem dalam keadaan membaca sensor dan menampilkan data, arus yang digunakan sebesar 0,245A atau 245mA dan ketika sistem berpindah ke kondisi sleep penggunaan arus menurun mencapai 0,205A atau 205mA begitupun juga ketika sistem tidak menggunakan low power arus yang digunakan sebesar 245mA. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa konsumsi arus listrik mengalami penurunan sebanyak 0,4A atau 40mA jika dibandingkan dengan sistem ketika tidak menggunakan low power dan juga ketika membaca sensor dan menampilkan data.

3.6. Pengujian Waktu Eksekusi Sistem Pengujian waktu eksekusi sistem bertujuan untuk mengetahui kecepatan sistem dalam menjalan kan pembacaan sensor dan proses perhitungan fuzzy dan waktu yang dibutuhkan untuk wake.

Tabel 7 Pengujian Waktu Eksekusi Sistem

Calibrating

Hasil dari pengujian waktu eksekusi sistem menunjukkan waktu yang diperlukan sistem untuk mengkalibrasi sensor memiliki rata-rata waktu 25,122 detik. Waktu yang dibutuhkan sistem untuk berpindah dari pembacaan data ke status sleep membutuhkan waktu 602,8 milidetik atau 0,602 detik. Sedangkan waktu yang dibutuhkan sistem untuk wake memiliki rata-rata 42,4 atau 0,042 detik. Waktu yang dibutuhkan sistem untuk berpindah dari wake ke pembacaan sistem membutuhkan rata-rata waktu 7517 milidetik. Sehingga total waktu yang dibutuhkan sistem memiliki rata-rata 33284,2 milidetik.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

Dalam perancangan prototipe sistem pendeteksi kebakaran dalam ruangan dapat disimpulkan bahwa perancangan telah berhasil dimana Arduino Mega 2560 sebagai mikrokontroller, sedangkan untuk membaca suhu dalam ruangan menggunakan sensor DHT11, kemudian untuk mendeteksi kadar asap dalam duangan menggunakan sensor MQ-2, dan juga untuk mendeteksi keberadaan api didalam ruangan.

Dari hasil perancangan dan implementasi low power sistem telah berjalan dengan semestinya sesuai dengan yang di harapkan. Dimana perancangan low power menggunakan mode power down sleep dengan external interrupt untuk berpindah pada kondisi sleep menjadi wake yang telah di implementasikan kedalam sistem telah berjalan dengan yang diharapkan.

Dari hasil pengujian performa yang dilakukan pada sistem yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa kinerja sistem telah berjalan sesuai yang di harapkan. Pada saat tidak ada kenaikan kondisi dari tidak ada kebakaran sistem akan pada sleep dan ketika terjadi interrupt sistem akan wake. Ketika sistem tidak mendeteksi adanya keadaan berbahaya, sistem memakai daya sebanyak 0,245A dan ketika sistem tidak mendeteksi adanya keadaan berbahaya, sistem memakay daya sebanyak, 0,205A. Pada pengujian waktu sleep sistem membutuhkan waktu 602,8ms. Sedangkan waktu wake pada sistem membutuhkan 40,2ms.

5. DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, M. H., Setiawan, E., & Hamidi, M. A. (2016). Implementasi Logika Fuzzy Pada Sistem Berbasis Field Programmable Gate Array(FPGA). Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer.

Homautomaion. (2014, April 3). Homautomaion. Retrieved from Homautomaion:

www.homautomation.org/2014/04/03/b

est-ways-to-power-a-arduino-according-to-your-need/

(9)

Power Wearable Device Sebagai Heart Rate Monitor Dengan Metode State Machine . Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer.

Kusumadewi, S. (2003). Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kusumadewi, S., & Hartati, S. (2006). Neuro-Fuzzy: Integrasi Sistem Fuzzy dan Jaringan Syaraf. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nallani, S., & Hency, V. B. (2015). Low Power Cost Effective Automatic Irrgiation System. Indian Journal of Science and Technology.

Nurromianto, I. (2015). RANCANGAN PROTOTIPE PENDETEKSIAN DINI LOKASI KEBAKARAN BERBASIS WIRELESS DENGAN FUZZY LOGIC DAN PEMBERITAHUAN VIA SMS. JEMBER.

Pacific, S. (2017, Agustus 3). Saberindo Pacific. Retrieved from Saberindo Pacific: http://saberindo.co.id/2017/08/03/teori-segitiga-api/

Prayogi, S., Yamin, M., & Ramadhan, R. (2016). Perancangan Dan Implementasi Prototipe Sistem Pendeteksi Asap Dan Panas Pada Ruangan Tertutup Menggunakan Logika Fuzzy Metode Sugeno. 2.

Gambar

Gambar 1 Alur Perancangan Sistem
Gambar 4 Tampilan Prototipe Tampak Depan
Gambar 7, sub-proses fuzzifikasi akan menerima
Gambar 12 Pohon Pengujian dan Analisis
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, perlu diketahui kondisi ketersediaan air tanah berdasarkan dinamika neraca air dalam tanah salah satunya dengan metode Thronthwaite-Matter berdasarkan data curah hujan

2) Pada wanita tertentu terdapat rasa gatal yang menyertainya, biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan koordinasi fasilitator ekonomi dengan PT BRI setempat Sesuai dengan kebijakan dari PMU P2KP, saat ini sudah dimobilisasi 59 fasilitator

Dengan memanfaatkan Twitter sebagai salah satu media sosial yang populer di seluruh penjuru dunia, para penyerang dunia maya ( attacker ) mengambil peluang dengan

1 Hasil wawancara penulis dengan salah satu Polisi Lalu Lintas terungkap penyebab utama terjadinya kecelakaan Lalu Lintas yang dilakukan oleh anak di wilayah

1) Anak-anak yang ikut bermain melakukan hompimpah untuk menentukan siapa yang mendapat giliran jaga.. 2) Anak yang jaga memejamkan mata atau menghadap ke tembok,

yang digunakan melibatkan keaktifan peserta pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa metoda yang.. digunakan sudah tepat sehingga harus tetap dipertahankan. Metoda ini

carambolae yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa imago betina yang tidak diperlakukan dengan PH, tidak meletakkan telur sama sekali, baik imago betina yang dikawinkan