• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Perkembangan daya Manusia do

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Perkembangan daya Manusia do"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Praktikum Struktur Perkembangan Hewan

PERKEMBANGAN EMBRIO PADA MANUSIA

Disusun Oleh :

YULI HARDIYANTI 4122220013

BIOLOGI NONDIK A 2012

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “Perkembangan Embrio pada Manusia” dalam kajian Biologi sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata kuliah Praktikum Struktur Perkembangan Hewan oleh Ibu Dra. Meida Nugrahalia, M.Sc

Adapun makalah ini berisi 3 Bab yakni Bab 1 berupa pendahuluan dari pembuatan makalah, Bab 2 beupa pembahasan mengenai perkembangan embrio pada manusia mulai dari organ reproduksi pada jantan dan betina, fertilisasi,

gametogenesis, organogenesis, kembar siam, kembar normal dan kelainan perkembangan embrio, dan Bab 3 yang berisi kesimpulan berupa ringkasan dari makalah ini.

Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Akhir kata, semoga segala informasi yang terdapat di dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 30 April 2014

(3)

DAFTAR ISI

2.1.1 Organ Reproduksi Pria 1

2.1.2 Organ Reproduksi Wanita 4

2.2 Gametogenesis 7

2.5 Kembar Normal dan Kembar Siam 19

2.6 Kelainan pada Embrio 22

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan 27

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Organ Reproduksi Pria 1

Gambar 2.2 Saluran Reproduksi Pria 2

Gambar 2.3 Sebuah Sperma 3

Gambar 2.4 Organ Reproduksi Wanita 4

Gambar 2.5 Siklus Menstruasi 6

Gambar 2.6 Spermatogenesis 8

Gambar 2.7 Oogenesis pada Manusia 8

Gambar 2.8 Tahapan Pra-Ovulasi 9

Gambar 2.9 Tahapan Ovulasi 10

Gambar 2.10 Tahapan Pasca-Ovulasi 11

Gambar 2.11 Fase Penembusan Zona Pelusida 12

Gambar 2.12 Penyatuan Oosit dan Membran Sel Sperma 13

Gambar 2.13 Morula 15

Gambar 2.14 Blastula dan Bagian-bagiannya 16

Gambar 2.15 Gastrula 17

Gambar 2.16 Lapisan pada Gastrula 18

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada hampir semua makhluk hidup suatu generasi baru dimulai dari suatu telur yang telah difertilisasi (dibuahi) atau zigot yaitu suatu sel yang dibentuk sebagai hasil bersatunya sel telur induk betina dengan spermatozoa dari yang jantan.

Perkembangan merupakan suatu totalitas proses dimana sifat ini akan dicapai dan perubahan-perubahannya menjelang dan sepanjang fase dewasa, tua dan akhirnya mati. Struktur utama yang dicpai oleh organisme ini adalah yang berhubungan dengan ukuran, bentuk dan konstruksi sel-sel, jaringan-jaringan, dan organ-organnya secara keseluruhan membangun bentuk dari organisme yang bersangkutan.

Makalah ini akan membicarakan masalah perkembangan embrio khususnya pada manusia, dimulai dari sistem reproduksi, gametogenesis dan sampai ke

perkembangan embrio mulai dari 0 hari sampai menjadi embrio dan beberapa kelainan pada embrio.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana organ reproduksi manusia baik pria maupun wanita? 2. Bagaimana mekanisme gametogenesis pada manusia?

3. Bagaimana tahapan perkembangan embrio pada manusia? 4. Bagaimana kelainan – kelainan yang terjadi pada embrio?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui organ reproduksi manusia baik pria maupun wanita. 2. Mengetahui mekanisme gametogenesis pada manusia.

(6)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Organ Reproduksi

Kerja sistem reproduksi pada manusia, erat kaitannya dengan proses

kedewasaan, baik pada manusia atau organisme lainnya. Anda juga dapat mengamati perubahan yang terjadi pada diri Anda sendiri, yaitu perubahan yang terjadi pada saat Anda memasuki masa kematangan seksual. Masyarakat umum menyebut hal ini sebagai pubertas. Pubertas merupakan kejadian yang normal pada manusia. Ketika memasuki tahap ini, Anda diberi isyarat bahwa Anda telah memasuki masa subur atau aktif reproduksi. Adapun sistem reproduksi terdiri atas organ reproduksi baik pria maupun wanita.

2.1.1 Organ Reproduksi pada Pria

Organ reprduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan luar. Sel sperma diproduksi di bagian testis yang terlindung oleh sebuah jaringan ikat berbentuk kantung yang disebut skrotum. Tempat tersebut cukup nyaman bagi testis untuk melakukan perkembangan sel sperma.

(7)

Di dalam testis, terdapat kumparan tempat sel sperma diproduksi yang disebut tubulus seminiferus. Jika direntangkan, panjang saluran tersebut dapat mencapai 20 meter. Di antara tubulus-tubulus tersebut, terdapat sel interstitial (sel Leydig) yang menyintesis hormon testosteron. Di dalam dinding tubulus seminiferus terdapat bakal sel sperma yang disebut spermatogonia. Selain itu, terdapat juga sel yang berukuran lebih besar yang disebut dengan sel sertoli. Sel ini bertugas memberikan pasokan nutrisi untuk pertumbuhan spermatogonia. Untuk menjadi sel sperma, spermatogonia yang diploid harus mengalami beberapa kali pembelahan sel hingga akhirnya

menghasilkan 4 sel sperma yang haploid, proses ini disebut spermatogenesis

Gambar 2.2 Saluran Reproduksi Pria

(8)

tersebut, terdapat mekanisme yang mengatur pembuangan urine dan berfungsi juga dalam penyaluran sel sperma. Uretra berujung di penis. Proses keluarnya sel sperma dari penis disebut ejakulasi. Penis merupakan organ reproduksi eksternal yang berfungsi dalam senggama untuk mengantarkan sperma ke dalam tubuh wanita.

Gambar 2.3 Sebuah Sperma

Sperma keluar tidak hanya dalam bentuk sel sperma saja, tetapi diikuti cairan yang mengakomodasi pergerakan sel sperma di dalam saluran reproduksi pria

ataupun saluran reproduksi wanita. Sel sperma dan cairan yang diejakulasikan ini disebut semen. Terdapat tiga buah kelenjar aksesoris yang berfungsi dalam pembentukan cairan dalam semen, yaitu sebagai berikut.

a. Vesikula seminalis, menghasilkan cairan sebagai sumber energi untuk sperma. b. Kelenjar prostat, memberikan suasana basa pada cairan semen.

(9)

2.1.2 Organ Reproduksi pada Wanita

Organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar. Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran kelamin). Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina. Sedangkan organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva.

Gambar 2.4 Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita dimulai dari tempat pembentukan sel telur yang disebut ovarium. Ovarium ada sepasang dan setiap bulannya bergantian

menghasilkan sel telur. Pada manusia, sel telur berkembang di sebuah kantung khusus yang disebut folikel de Graaf. Di kantung ini, sel telur mengalami pertumbuhan hingga akhirnya dikeluarkan dari ovarium. Proses keluarnya sel telur dari ovarium disebut ovulasi.

(10)

tidak terjadi pembuahan, dinding endometrium rahim akan meluruh sehingga

terjadilah menstruasi pada wanita. Proses tersebut dipengaruhi oleh hormon-hormon yang saling bekerja sama untuk mempersiapkan kehamilan.

Vagina merupakan saluran dengan dinding tebal, tempat masuknya sperma dan keluarnya bayi ketika dilahirkan. Proses masuknya sel sperma didahului dengan masuknya penis pada lubang vagina. Proses ini dinamakan dengan coitus atau senggama. Vagina memiliki beberapa aksesoris yang terdiri atas klitoris, bagian kulit penutup vagina, serta selaput dara (hymen). Bagian kulit penutup bagian luar dengan kulit yang lebih tebal dinamakan labia mayor dan bagian kulit penutup di bagian dalam disebut labia minor. Selaput dara merupakan jaringan kulit tipis yang

melindungi vagina pada saat membuka. Bagian tersebut mudah sekali terkoyak oleh gesekan, baik oleh benda keras maupun proses senggama. Sebelum memasuki rahim, terdapat saluran reproduksi yang disebut leher rahim (cervix). Pada bagian ini, disekresikan cairan yang berguna mencegah masuknya bakteri dan kuman lainnya penyebab infeksi. Pada masa ovulasi, cairan ini akan sangat kondusif terhadap pergerakan sperma. Namun, setelah masa ovulasi cairan tersebut biasanya akan mengental untuk mencegah masuknya sel sperma.

Menstruasi

Pada siklus ovulasi, sel telur yang tidak dibuahi harus dikeluarkan dari dalam tubuh bersamaan dengan pendukung implantasi bayi di dinding rahim, yaitu

endometrium. Proses peluruhan dinding rahim dan dibuangnya sel telur yang tidak dibuahi ini, disebut menstruasi.

Secara hormonal, proses ini diawali dengan diproduksinya hormone

(11)

ovulasi. Estrogen yang dihasilkan akan berpengaruh pada perkembangan folikel, merangsang pembentukan endometrium, serta merangsang diproduksinya FSH dan LH lebih banyak. Hormon FSH dan LH yang melimpah di hari ke-12 siklus

menstruasi akan memengaruhi masa meiosis II hingga terjadi ovulasi. Ovulasi terjadi di hari ke-14 dan pada waktu ini seorang wanita dikatakan berada dalam keadaan subur. Masa subur tersebut berlangsung selama lebih kurang 24 jam saja. Folikel yang telah ditinggalkan oleh sel telur disebut badan kuning atau corpus luteum yang menghasilkan hormon estrogen serta progesteron. Kedua hormon ini bekerja menghambat sintesis FSH dan LH sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit. Selain itu, mengakibatkan penghambatan pematangan folikel lain di ovarium. Estrogen dan progesteron bersama-sama mempersiapkan kehamilan dengan mempertebal dinding endometrium hingga mencapai ketebalan 5 mm. Jika tidak terjadi kehamilan atau fertilisasi, corpus luteum akan berdegenerasi sehingga produksi estrogen dan progesteron menurun. Jika kedua hormon ini menurun, tidak ada lagi yang mempertahankan keberadaan endometrium sehingga endometrium mengalami degenerasi. Proses ini terjadi di hari ke-27 atau 28 dan terjadilah menstruasi.

(12)

Gametogenesis adalah suatu proses yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk kemudian menjadi individu baru. Proses ini pada individu jantan disebut spermatogenesis dan pada betina disebut oogenesis.

Secara umum gametogenesis terdiri atas 4 tahapan yakni :

 Asal dan migrasi bakal sel kelamin ke gonad.

 Perbanyakan bakal sel kelamin secara mitosis didalam gonad.

 Reduksi jumlah kromosom sel kelamin menjadi setengah secara meiosis di dalam gonad.

 Pemasakan dan differensiasi gamet menjadi sperma atau ovum.

2.2.1 Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses sel sperma di dalam testis. Sel sperma yang berfungsi dalam reproduksi, harus mengalami perkembangan dan pembelahan. Proses pembelahan tersebut terjadi secara mitosis dan meiosis. Sebagai alat reproduksi, sel sperma harus haploid sehingga setelah pembuahan, akan tetap dihasilkan individu yang diploid. Begitu juga halnya dengan pembentukan sel telur yang haploid.

(13)

Gambar 2.6 Spermatogenesis

2.2.2 Oogenesis

Oogenesis merupakan awal dari proses ovulasi. Oogenesis adalah proses pembentukan ovum di dalam ovarium dan di dalam ovarium terdapat oogonium atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Kemudian oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit sekunder dan badan polar I (polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II dan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.

(14)

a. Fase pra-ovulasi

Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon

gonadotropin yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi juga di sebut sebagai fase poliferasi.

Gambar 2.8 Tahapan Pra-Ovulasi b. Fase ovulasi

(15)

pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi dan umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14.

Gambar 2.9 Ovulasi

c. Fase pasca-ovulasi

Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau

(16)

selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.

Gambar 2.10 Pasca Ovulasi

2.3 Fertilisasi

Fertilisasi peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk.

Namun, pada fertilisasi mencakup 3 fase yakni sebagai berikut :

o Fase 1: Penembusan korona radiata. Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan

membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.

(17)

akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan

perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.

Gambar 2.11 Fase Penembusan Zona Pelusida

(18)

Gambar 2.12 Penyatuan

Oosit dan Membran Sel

Sperma

Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.

Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:

Hialuronidase

Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.

Akrosin

Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.

Antifertilizin

Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :

a. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat. b. Menarik sperma secara kemotaksis positif.

c. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang berbeda :

(19)

b. Zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan penetrasi sperma dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.

2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive. Kromosomnya (22 + X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita.

3. Penggiatan metabolik sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.

(20)

2.4 Perkembangan Embrio

Pertumbuhan dan perkembangan embrionik adalah fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.

2.4.1 Morula

2.13 Morula

Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil yang membentuk dua lapisan sel. Pada saat ini ukuran sel mulai beragam. Sel membelah secara melintang dan mulai membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada kutup anima. Stadium morula berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer. Blastomer kemudian memadat menjadi blastodisk kecil membentuk dua lapis sel.

Pada akhir pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel-sel utama (blastoderm), yang meliputi sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam (inner mass cells),fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua adalah

kelompok sel-sel pelengkap, yang meliputi trophoblast, periblast, dan EeepingEu cells. Fungsinya melindungi dan menghubungi antara embryo dengan induk atau

(21)

Tropoblast melekat pada dinding uterus. Sel-selnya memperbanyak diri dengan cepat dan memasuki EeepingEum uterus pada tahap awal

implantasi. Setelah 9 hari, seluruh blastokista tertahan dalam dinding uterus. Sewaktu ini berlangsung, sel-sel yang berada disebelah bawah dari masa sel dalam menyusun diri menjadi suatu lapisan yang disebut endoderm primer yang akan membentuk saluran pencernaan makanan. Sel-sel sisa dari masa sel dalam memipihmembentuk suatu Eeeping yaitu Eeeping embrio.Antara Eeeping embrio dantropoblast yang menutupi timbulnya suatu rongga (rongga amnion) berisi carian.Dinding rongga yaitu amnion, menyebar mengelilingi embrio dan dikelilingi bantalan yaitu cairan amnion.

2.4.2 Blastula

Gambar 2.14 Blastula dan Bagian-bagiannya

Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal,

notochordal,mesodermal, dan endodermal yang merupakan bakal pembentuk organ-organ.Dicirikan dua lapisan yang sangat nyata dari sel-sel datar membentuk

(22)

membentuk organ-organ tertentu seperti sel saluran pencernaan, notochord syaraf eksoderm, ectoderm, mesoderm, dan endoderm.

Pada manusia, hasil pembelahan berbentuk suatu bola padat (morulla).Lapisan luar dari blastula ini membentuk lapisan yang mengelilingi embriosebenarnya, sedangkan embrio dibentuk dari bagian morulla (inner cells mass ataumasa sel dalam)./lapisan luar (tropoblast) pada satu sisi masa sel dalammelepaskan diri, membentuk suatu bentuk yang mirip suatu blastula dan struktur ini disebut

sebagai blastokista embrio akan menempel dan menetap pada dinding uterus untuk periode waktu tertentu, ditempat dimana embrio akan mendapatkan makanan sampai dilahirkan

2.4.3 Gastrula

Gambar 2.15 Gastrula

(23)

blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut dengan gastrula. Saat blastula terimplantasi di uterus, masa sel bagian dalam membentuk cakram pipih dengan lapisan sel bagian atas (epiblast) dan lapisan sel bagian bawah (hipoblast). Lapisan-lapisan ini homolog dengan Lapisan-lapisan pada cakram embrio burung.

Seperti pada burung, embrio manusia akan berkembang secara keseluruhan dari sel-sel epiblast, sementara sel-sel hipoblast membentuk kuning telur (yolk sac). Gastrulasi terjadi melalui pergerakan ke arah dalam sel-sel lapisan atas melalui primitive streak untuk membentuk mesoderm dan endoderm.

Gambar 2.16 Lapisan pada Gastrula

2.4.4 Organogenesis

Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.

Contohnya :

a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.

(24)

Pada mammalia, embrionya memiliki selaput embrio, yaitu amnion, korion, sakus vitelinus, dan alantois. Selaput embrio berfungsi melindungi embrio terhadap kekeringan, goncangan, membantu pernapasan, ekskresi, serta fungsi penting lainnya selama berada di dalam rahim induknya.

2.5 Kembar Normal dan Kembar Siam

Kehamilan multifetus atau ganda atau kembar adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau embrio atau lebih dalam satu gestasi. Kehamilan dengan dua janin disebut kehamilan kembar, tiga janin disebut triplet, empat janin disebut kuadriplet dan lima janin disebut quintuplet.

Janin yang kembar lebih sering terjadi akibat fertilisasi dua buah ovum yang terpisah (ovum ganda, kembar dizigot atau kembar "fraternal"). Sekitar sepertiga di antara kehamilan kembar berasal dari ovum tunggal yang dibuahi, dan selanjutnya membagi diri menjadi dua buah struktur serupa, masing-masing dengan kemampuan untuk berkembang menjadi ovum tunggal tersendiri (kehamilan monozigot atau kembar "identik"). Salah satu atau kedua proses dapat terlibat dalam pembentukan fetus dengan jumlah yang lebih besar. Faktor resiko untuk kemungkinan terjadinya kehamilan kembar dapat dibagi menjadi secara natural dan hasil induksi. Secara natural faktor resiko tersebut adalah riwayat keluarga yang merupakan kembar dizigotik, ras, bertambahnya paritas dan usia maternal, dan ukuran fisik ibu. Sedangkan yang secara induksi adalah induksi ovulasi dan fertilisasi in vitro.

(25)

masing-masing dengan kemampuan untuk berkembang menjadi ovum tunggal tersendiri (kehamilan monozigot atau kembar identik).

Kembar identik atau kembar monozigot terjadi saat 1 telur yang dibuahi membelah selama 2 minggu pertama setelah konsepsi yang akan menghasilkan bayi dengan rupa yang sama atau bayangan cermin dimana mata, kuping, gigi, rambut, kulit dan ukuran antropologik pun sama. Satu bayi kembar mungkin kidal dan yang lainnya kanan karena lokasi daerah motorik di korteks serebri pada kedua bayi berlawanan. Jenis kembar monozigotik berhubungan dengan waktu terjadinya faktor penghambat dalam segmentasi atau pembelahan, misalnya hambatan dalam tingkat segmentasi (2-4 hari), hambatan dalam tingkat blastula (4-7 hari)serta hambatan setelah amnion dibentuk tapi sebelum primitif streak.

Kembar identik atau kembar monozigot timbul dari pembelahan ovum yang sudah dibuahi pada berbagai tahap perkembangan awal sebagai berikut :

1. Bila pembelahan terjadi sebelum inner cell mass terbentuk. dan lapisan luar blastokist belum berubah menjadi korion, yaitu dalam 72 jam pertama setelah fertilisasi, maka akan terbentuk dua embrio dengan dua amnion dan dua korion. Keadaan ini menghasilkan kehamilan kembar monozigot dengan diamnion dan dikorion. Bisa terdapat dua plasenta yang berbeda atau satu plasenta. Sekitar sepertiga dari kembar monozigotik memiliki 2 amnion 2 korion dan 2 plasenta yang kadangkadang 2 plasenta tersebut menjadi satu. Keadaan ini tidak dapat dibedakan dengan kembar dizigotik.

2. Jika pembelahan terjadi antara hari keempat dan kedelapan setelah inner cell mass dibentuk dan sel-sel yang akan menjadi korion sudah mengalami differensiasi namun sel-sel yang akan menjadi amnion belum, maka akan terbentuk dua buah embrio, masing-masing dalam kantong ketuban yang terpisah. Kedua kantong ketuban akhirnya akan diseubungi oleh satu karion bersama, sehingga terjadi kehamilan kembar identik diamnion, monokorion. Sekitar 70% kembar indentik seperti itu cara pembelahannya.

(26)

ketuban bersama atau mengakibatkan kehamilan kembar identik monoamnion, monokarion.

4. Bila pembelahan terjadi lebih belakangan lagi yaitu sesudah diskus embrionik terbentuk, pada hari ke 9 sampai 12 setelah fertilisasi maka akan timbul 1 korion 1 amnion. Pembelahan berlangsung tidak lengkap dan akan terbentuk kembar siam. Kembar siam dapat dibagi atas beberapa jenis sesuai dengan lokasi anatomis menjadi satu bagian tubuh yakni torakopagus (40%),

sifoomfalopagus (34%), pigopagus (18%), iskiopagus (6%) dan kraniopagus (2%).

Kembar siam biasanya diklasifikasikan berdasarkan pada bagian tubuh yang menyatu dengan penambahan akhiran pagus.5,6 Berdasarkan dari sisi tubuh dimana penyatuan terjadi, maka secara garis besar kembar siam dibagi menjadi tiga:

(27)

Gambar 2.17 Kembar Siam cephalothoraco omphalophagus

Pada kasus ini bayi menyatu dari bagian kepala, thorax dan abdomen. Ada satu kepala yang menyatu dengan 2 pasang telinga (Sepasang dibagian belakang kepala, gambar 6A), sepasang ekstremitas superior dan sepasang ekstremitas inferior. Pada literatur, disebutkan kembar siam yang terjadi pada kepala dan thorax dapat disebut dengan janiceps. Kasus ini berdasarkan anatomi bersatunya bagian tubuh yang menyatu maka ini adalah kembar siam cephalothoraco omphalophagus. Placenta pada kasus ini satu placenta, dengan 2 tali pusat, dimana salah satunya dengan insersi velamentosa, dan pada bagian umbilicus janin ada 2, dengan letak yang bersebelahan.

2.6 Kelainan pada Embrio

Tidak semua janin dapat berkembang dengan sempurna, ada kalanya terjadi kelainan-kelainan pada janin, Kelainan-kelainan pada janin dapat terjadi melalui tiga cara yaitu:

a. Pengaruh bahan berbahaya dari lingkungan luar selama periode awal perkembangan

b. Penerusan abnormalitas genetik dari induknya.

c. Aberasi kromosom yang terdapat pada salah satu gamet atau yang timbul pada pembelahan pertama.

Kelainan-kelainan pada janin diantaranya adalah : a. Teratoma

(28)

b. Sindrom Down

Sindrom down merupakan kelainan fisik janin dengan ciri - ciri yang khas seperti retardsi mental, kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia), leukimia, hingga gangguan penglihatan dan pendengaran,. Kelainan ini terjadi karena kelainan pada kromosom yaitu pada kromosom 21. Pada penderita ini memiliki tiga unting kromosom 21 (Corebima, 1997).

c. Sindrom Edward

Sindrom Edward adalah kelainan pada janin karena kromosom janin mengalami kelainan. Kelainan ini terjadi karena kromosom 18 nya mengalami

kelebihan yaitu terdapat tiga untai kromosom 18. ciri kelaian janin ini adalah retardasi mental berat, gangguan pertumbuhan, ukuran kepala dan pinggul kecil, kelaianan pada tangan dan kaki.

d. Sindrom Patau

Nama lain dari kelaianan janin ini adalah trisomi 13. hal ini karena terjadi kelainan pada kromosom ke13 dari pendeita tersebut, yaitu memiliki tiga untai kromosom 13. Ciri dari kelainan ini adalah bibir sumbing, ganggaun berat pada perkembangan otak, jantung, ginjal, tangan dan kaki.biasanya jika gejalanya sangat berat janin akan mati setelah beberapa saat dari kelahiran.

e. Talasemia

Talasemia adalah salah satu kelainan pada janin. Talasemia ini memiliki ciri dimana tubuh kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga penderita mengalami anemia berat akibatnya harus transfusi darah seumur hidup.

(29)

Fenilketinoria adalah gangguan metabolisme salah satu jenis asam amino pembentuk protein yaitu fenilalanin yang menyebabkan hambatan atau radiasi mental. Kelainan ini jika dideteksi sejak dini dapat diminimalkan dengan cara

memberi asupan fenilalanin yang banyak terdapat pada keju, susu, telur, ikan, daging, pemberian obat atau vitamin tertentu.

g. Hipotiroid Konginetal

Merupakan penyakit yang dibawa sejak janin atau bisa disebut dengan kelainan janin. Hal ni karena tubuh tidak mampu atau hanya mampu sedikit

memproduksi hormon tiroid. Karena hormon tiroid adalah hormon petumbuhan maka jika kekurangan hormon ini maka pertumbuhan fisik dan mental akan terganggu. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberi suplemen tiroid sejak dini.

h. Fokomelia

Cacat pada lengan, merupakan cacat yang disebabkan oleh Thalidomide. 10 % dari wanita hamil yang memakan obat ini periode sensitive akan melahirkan bayi cacat

i. Selosomi

Kelainan pada waktu menutupnya dinding perut. Organ-organ visceral dan terdapat di luar rongga perut

j. Kraniorakiskisis

Kegagalan bumbung neural untuk menutup. Tidak ada rongga kepala, tidak berbentuk lengkung vertebra.

Faktor-Faktor Penyebab Kelainan pada Janin 1. Faktor Internal

(30)

Mutasi : Perubahan pada susunan nukleutida gen (DNA). Mutasi

menimbulkan allel cacat, yang mungkin dominant, kodominan atau resesif. Ada allel cacat yang rangkai kelamin artinya diturunkan bersama-sama dengan karakter jenis kelamin. Contoh : Polydactil, hemofili Aberasi : Perubahan pada susunan kromosom. Contoh : Sindrom Turner, Sindrom Down.

b. Faktor umur ibu

Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis

ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih. c. Faktor hormonal Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.

2. Faktor Eksternal

a. Infeksi Cacat dapat terjadi pada janin induk yang terkena penyakit infeksi terutama oleh virus. Contoh cacar air dan campak. Dikenal pula sitomegalovirus (CMV) yang menginveksi ibu yang sedang hamil yang menyebabkan bayinya menjadi tuli, gangguan hati dan mental terbelakang.

(31)

c. Radiasi Ibu hamil yang diradiasi sinar x akan melahirkan bayi cacat pada otak. Ini disebabkan karena mineral radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat dengan lahoir cacat bayi di daerah yang bersangkutan.

d. Defisiensi Ibu yang defisiensi vitamin atau hormone dapat menimbulkan cacat pada janin. Contohnya devisiensi vit. A akan menimbulkan cacat mata.

e. Emosi Sumbing dan Labio palatosciziz (ada celah di langit – langit mulut), kalau terjadi pada minggu ke-7 sampai ke 10 kehamilan orang, dapat disebabkan emosi ibu. Emosi itu mungkkin lewat system hormone. Stress psikis ibu membuat cortex adrenal hyperactive, sehingga penggetahan hydrocortisone tinggi, hormone ini, dapat

menginduksi terjadinya langit-langit pecah. Pengaruh emosi itu mungkin juga lewat otak dulu, terus ke hypothalamus, dan ini merangsang penggetahan

adrenocoriticotropin dari hipofisa, yang akan mendorong korteks adrenal menggetahkan hormon tersebut.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Organ reprroduksi jantan terdiri atas penis, yang merupakan organ reproduksi eksternal yang berfungsi dalam senggama untuk mengantarkan sperma ke dalam tubuh wanita. Organ repduksi lainnya adalah skrotum, testis, epididimis, vas deferens, urethra.

(32)

oviduk, uterus dan vagina. Sedangkan organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva.

Gametogenesis adalah suatu proses yang mengubah plasma germinal menjadi sel-sel kelamin yang sangat terspesialisasi sehingga mampu melakukan fertilisasi untuk kemudian menjadi individu baru, yang terdiri atas oogenesis dan

spermatogenesis.

Fertilisasi merupakan proses peleburan dua gamet, antara gamet jantan dan gamet betina. Beberapa fase dalam fertlisisasi adalah penembusan corona radiata, penembusan zona pellusida, dan terakhir adalah penyautuan ovum dan sel sperma. Adapun tahapan perkembangan embrio setelah fertilisasi adalah :

Morula – Blastula – Gastrula –Fetus

Kembar adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau embrio atau lebih dalam satu gestasi. Janin yang kembar lebih sering terjadi akibat fertilisasi dua buah ovum yang terpisah (ovum ganda, kembar dizigot atau kembar "fraternal"). Sekitar sepertiga di antara kehamilan kembar berasal dari ovum tunggal yang dibuahi, dan selanjutnya membagi diri menjadi dua buah struktur serupa, masing-masing dengan kemampuan untuk berkembang menjadi ovum tunggal tersendiri. Apabila

pembelahan berlangsung tidak lengkap dan akan terbentuk kembar siam. Kembar siam dapat dibagi atas beberapa jenis sesuai dengan lokasi anatomis menjadi satu bagian tubuh yakni torakopagus (40%), sifoomfalopagus (34%), pigopagus (18%), iskiopagus (6%) dan kraniopagus (2%).

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Embriologi. Medan : Universitas Sumatera Utara

Kurniawan, Harry. 2010. Bayi Kembar Siam Cephalothoraco Omphalophagus. Denpasar : Fakultas Kedokteran Udayana

Sagi, Mammed. 1999. Embriologi dalam Model Biologi Terapan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada

Tim Dosen. 2013. Perkembangan Hewan. Medan : FMIPA Unimed

Gambar

Gambar 2.1 Organ Reroduksi Pria
Gambar 2.2 Saluran Reproduksi Pria
Gambar 2.3 Sebuah Sperma
Gambar 2.4 Organ Reproduksi Wanita
+7

Referensi

Dokumen terkait