PENILAIAN PENGENDALIAN INTERN DALAM PEMERIKSAAN PAJAK
Heru Nurhadi
Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Islam Indonesia email : heru2011@gmail.com
A. Jenis- Jenis Audit
Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Dari definisi tersebut, jenis audit dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Audit laporan keuangan
Audit laporan keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Audit kepatuhan
Audit kepatuhan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu.
3. Audit operasional
Audit operasional berkaitan dengan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
Secara ringkas, perbedaan tiga jenis audit tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Jenis Audit Sifat Asersi Kriteria Sifat Laporan Auditor
Laporan keuangan
Data laporan keuangan Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
Pendapat atas kewajaran Kepatuhan Klaim atau data berkenaan
dengan kepatuhan kepada
B. Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pemeriksaan pajak merupakan salah satu bentuk dari audit kepatuhan.
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP,
2. Terdapat keterangan lain berupa data konkret sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a Undang-Undang KUP,
3. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, selain yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP,
4. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak,
5. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) yang menyatakan rugi, 6. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi,
pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-Iamanya.
7. Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap,
8. Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis risiko, atau
9. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis risiko.
Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dengan menelusuri kebenaran Surat Pemberitahuan (SPT), pembukuan atau pencatatan, dan pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya dari Wajib Pajak.
Selain itu, pemeriksaan dapat juga dilakukan untuk tujuan lain, di antaranya: 1. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan,
2. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
5. pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, 6. pencocokan data dan/atau alat keterangan,
7. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil,
8. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai, 9. pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak,
10. penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan, atau 11. pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B).
C. Pengendalian Intern
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
1. keandalan pelaporan keuangan, 2. efektivitas dan efisiensi operasi, dan
3. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini: 1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
2. Penaksiran risiko
Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
3. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
4. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
5. Pemantauan
Pengendalian yang berkaitan dengan tujuan kepatuhan mungkin relevan dengan suatu audit jika tujuan tersebut berkaitan dengan data yang dievaluasi dan digunakan auditor dalam prosedur audit. Sebagai contoh, pengendalian yang berkaitan dengan data nonkeuangan yang digunakan oleh auditor dalam prosedur analitik, seperti statistik, atau yang berkaitan dengan pendeteksian ketidakpatuhan dengan hukum dan peraturan yang kemungkinan mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan, seperti pengendalian atas kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan yang digunakan untuk menentukan utang pajak penghasilan, mungkin relevan dengan audit.
D. Penilaian Pengendalian Intern dalam Pemeriksaan Pajak
Penilaian pengendalian intern diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-25/PJ.54/1988 tentang Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Pemeriksaan (Seri Pemeriksaan - 39) sebagai berikut:
Dalam mengadakan pemeriksaan kadang-kadang oleh pemeriksa perlu diadakan
penilaian terhadap sistem pengendalian intern perusahaan, karena dari sistem pengendalian intern perusahaan dapat diketahui kelemahan dalam pelaksanaan
manajemen perusahaan.
Pelaksanaan penilaian atas sistem pengendalian intern perusahaan, tidak perlu dilakukan seperti pada Kantor Akuntan Publik, yang dalam rangka menentukan ruang
lingkup pemeriksaan melakukan pengujian secara mendalam di lapangan.
Khususnya apabila terhadap Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan untuk pertama
kali, gambaran atau informasi mengenai sistem pengendalian perusahaan sangat langka. Oleh karena itu berdasarkan informasi yang diperoleh dari SPT dalam berkas, maka
pemeriksa harus mencoba memperoleh gambaran tentang sistem pengendalian intern perusahaan.
Apabila terhadap Wajib Pajak telah dilakukan pemeriksaan untuk beberapa kali, maka dari informasi dalam berkas Wajib Pajak pada umumnya akan dapat diketahui