i Naskah 148
OSTONI (OSMOTIN TOBACCO FOR FURNITURE): DIVERSIFIKASI PRODUK TEMBAKAU KUALITAS RENDAH UNTUK MENGATASI
PERMASALAHAN JAMUR PADA FURNITURE
Oleh :
ii Naskah 148
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ...
i ii iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
ABSTRAK ... 1
BAB I : PENDAHULUAN... 3
BAB II : DESKRIPSI IDE... 5
1. Tinjauan Pustaka... 5
2. Esktraksi Osmotin sebagai Anti Jamur... 8
3. Desain Produk ... 9
4. Proses Produksi OSTONI ... 10
BAB III : DAMPAK INOVASI ... 11
1. Nilai Tambah Tembakau Low Grade ... 11
2. Dampak Sosial dan Ekonomi Petani Tembakau ... 12
3. Dampak bagi Konsumen ... 12
BAB IV : PELUANG APLIKATIF ... 13
1. Analisis Feasibilitas ... 13
2. Analisis Pasar ... 14
BAB V : KESIMPULAN ... 15
iii Naskah 148
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penerimaan Cukai Hasil Tembakau (Triliun Rupiah) ... 4
iv Naskah 148
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Inhibisi pertumbuhan spora jamur akibat osmotin. ... 8
Gambar 2. Logo Produk OSTONI... 10
Naskah 148
ABSTRAK
Ostoni (Osmotin Tobacco for Furniture): Diversifikasi Produk Tembakau Kualitas Rendah untuk Mengatasi Permasalahan Jamur pada Furniture
Perubahan iklim yang mengakibatkan kemarau basah di Indonesia
menjadi masalah bagi petani tembakau. Tingginya curah hujan selama
musim kemarau berimplikasi pada penurunan kualitas tembakau hasil
panen. Tembakau low grade yang dihasilkan sebagai akibat perubahan iklim
ini memiliki nilai jual yang relatif rendah, bahkan sulit untuk menembus
industri rokok dan menimbulkan kerugian bagi petani tembakau sehingga
dibutuhkan suatu cara diversifikasi produk agar petani tembakau tidak
mengalami kerugian terus-menerus.
Tanaman tembakau memiliki kandungan senyawa bioaktif yang
disebut osmotin. Osmotin telah terbukti efektif dalam mengeliminasi serta
mencegah pertumbuhan jamur. Jamur seringkali muncul pada kondisi
kelembapan udara yang tinggi dan menjadi masalah tersendiri bagi
manusia salah satunya dengan menyebabkan kerusakan pada furniture
rumah tangga yang terbuat dari kayu. Berbasis penelitian sebelumnya,
osmotin diketahui efektif dalam membunuh beberapa spesies jamur kayu.
OSTONI merupakan produk anti jamur yang diproduksi dari
tembakau low grade. Produk ini dikembangkan melalui produksi senyawa
aktif dari tembakau melalui ekstraksi dengan buffer fosfat dilanjutkan
dengan fraksinasi menggunakan amonium sulfat. Pengembangan OSTONI
diharapkan dapat menjadi alternatif teknik diversifikasi tembakau low grade
Naskah 148
2
kualitas tembakau yang diproduksi. Dengan tagline “Care Your Furniture”,
OSTONI menawarkan kapabilitas yang tinggi dalam membasmi jamur dari
furniture kayu.
Ketersediaan bahan baku yang melimpah, kemudahan proses
produksi, serta permintaan pasar yang tinggi mendorong pengembangan
untuk mengaplikasikan ide ini pada industri skala besar. OSTONI akan
menjadi solusi efektif untuk mengatasi masalah jamur pada perabotan
rumah tangga dengan harga yang kompetitif serta dapat meningkatkan
nilai ekonomi dari tembakau low grade menuju penghidupan petani
tembakau yang lebih baik.
Naskah 148
BAB I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris dengan sumber daya alam yang
sangat melimpah. Dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB), sektor
pertanian menyumbang 15.3% pada tahun 2010. Nilai tersebut mengalami
penurunan selama 5 tahun terakhir yang disebabkan oleh pertumbuhan
sektor industri yang massif. Meskipun demikian, sektor pertanian
merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Sektor pertanian
dapat menyerap tenaga kerja hingga 21 juta jiwa (Ditjen Perkebunan, 2009)
sehingga sektor pertanian berpengaruh besar terhadap pengurangan angka
pengangguran di Indonesia. Jika dilihat dari besarnya angka PDB dan
tenaga kerja di bidang pertanian, sektor pertanian seharusnya menerima
pendapatan yang memadai untuk hidup sejahtera. Namun kenyataannya,
pendapatan petani sendiri berada di bawah angka kemiskinan sehingga
sektor pertanian sudah seharusnya mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah.
Salah satu pendorong perekonomian Indonesia di sektor pertanian
adalah komoditas tembakau. Tembakau merupakan komoditas
perdagangan penting tidak hanya di Indonesia bahkan di dunia. Indonesia
saat ini merupakan negara penghasil tembakau yang cukup besar dan
berkembang terlihat dari semakin berkembangnya industri rokok baik
nasional maupun multinasional. Peningkatan industri rokok tersebut juga
diakibatkan adanya peningkatan cukai dan devisa negara dari tembakau.
Pemasukkan negara dari cukai hasil tembakau mengalami peningkatan
signifikan yaitu sebesar Rp 32,6 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 65,4
4
Naskah 148
Tabel 1. Penerimaan Cukai Hasil Tembakau (Triliun Rupiah)
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pemasukan 32,6 37,1 43,5 49,9 53,3 63,2 65,4
Sumber : Ditjen Perkebunan
Tembakau memiliki peran penting dalam sektor industri rokok
sehingga kualitas tembakau menjadi faktor utama dalam proses produksi.
Tembakau terbagi menjadi berbagai kelas atau grade. Klasifikasi ini sangat
penting untuk mengetahui mutu dan menunjang citarasa rokok yang
dihasilkan. Kualitas tembakau sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca. Cuaca
buruk berefek pada penurunan kualitas tembakau dan berakibat pada
berkurangnya daya jual tembakau di pasaran. Berdasarkan data dari badan
meteorologi klimatologi dan geofisika (BMKG) pada tahun 2016 terjadi
kemarau basah di Indonesia yang ditandai dengan curah hujan lebih tinggi
dibandingkan pola musim kemarau normal. Musim kemarau basah akan
meningkatkan kelembapan tanah dan mempengaruhi kualitas tembakau
yang dihasilkan.
Tanaman tembakau low grade memiliki harga jual yang rendah pula.
Beberapa perusahaan produsen rokok bahkan menolak menerima
tembakau low grade sehingga petani dapat mengalami kerugian besar akibat
masalah ini. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah inovasi diversifikasi
produk yang dapat diaplikasikan untuk memanfaatkan tanaman tembakau
low grade yang ada sehingga petani tetap dapat menjual tembakau low grade
dan tetap memperoleh keuntungan. Salah satu ide yang dapat dilakukan
adalah dengan mengembangkan senyawa anti jamur berbasis tembakau
low grade.
Tembakau memiliki kandungan senyawa bioaktif yang disebut
5
Naskah 148
pertahanan terhadap kondisi lingkungan yang buruk dan serangan jamur.
Jamur merupakan organisme heterotrofik yang dapat menguraikan
senyawa organik sisa untuk memperoleh makanan. Jamur berkembang
biak secara vegetatif dan generatif dengan membentuk spora. Pada kondisi
lingkungan yang menguntungkan, spora yang dihasilkan dapat tumbuh
menjadi jamur kembali (Campbell, et al., 2003).
Secara umum pertumbuhan jamur dipengaruhi oleh kelembapan,
keberadaan sumber nutrisi, dan suhu tempat tumbuh jamur. Jamur tumbuh
subur pada ruangan yang memiliki kelembapan udara yang tinggi dan
kurangnya paparan sinar matahari sehingga peralatan rumah tangga
seperti lemari yang terbuat dari kayu menjadi tempat yang sesuai bagi
pertumbuhan jamur. Saat dibersihkan, jamur dapat tumbuh kembali
sehingga menyebabkan peralatan menjadi mudah rapuh.
Cara yang umum digunakan untuk mengatasi dan mencegah
pertumbuhan jamur pada furnitur adalah melapisi bahan dengan pernis.
Pernis merupakan bahan finishing yang biasa digunakan pada kayu untuk
melindungi permukaan dari kerusakan. Pernis mengandung resin yang
dicampur dalam pelarut yang dapat berupa minyak pengering yang dapat
mempercantik warna kayu dan menghindari pertumbuhan jamur. Namun
penggunaan pernis kurang efisien dalam mengendalikan pertumbuhan
jamur. Berkaca dari hal tersebut, penggunaan osmotin dari tembakau
sebagai anti jamur untuk furnitur rumah potensial untuk dikaji lebih lanjut.
Selain menyelesaikan masalah jamur pada furnitur, pemanfaatan osmotin
dari tembakau low grade akan menyelesaikan masalah petani sekaligus
Naskah 148
BAB II. DESKRIPSI IDE
1. Tinjauan Pustaka
Osmotin merupakan senyawa bioaktif yang dapat ditemukan pada sel
tanaman tembakau. Isolasi osmotin pertama kali dilakukan pada tahun
1987 oleh Singh et al. Keberadaan senyawa osmotin pada tembakau terkait
dengan sistem pertahanan tanaman dalam menghadapi gangguan akibat
perubahan tekanan osmotik yang disebabkan oleh kadar garam (NaCl),
suhu ekstrim, hingga perubahan kadar air yang ekstrim (terlalu sedikit
maupun terlalu banyak) (Viktorova et al., 2017).
Sebagai senyawa yang tergolong protein phatogenesis related (PR),
osmotin juga berperan dalam pertahanan tembakau dalam menghadapi
ancaman spesies-spesies jamur karena sifat antifungal yang dimilikinya.
Pengujian secara in vitro maupun in vivo telah menunjukkan kapabilitas
osmotin dalam memproteksi tanaman dari infeksi jamur. Kemampuan
osmotin sebagai zat anti jamur sangat terkait dengan karakteristiknya yang
mampu mendegradasi dinding sel jamur (Abad et al, 1996).
Kinerja osmotin dalam mengeliminasi jamur terjadi melalui dua
mekanisme utama:
Pertama, osmotin akan meningkatkan tingkat permeabilitas membran sel
jamur dan mengakibatkan ion-ion positif lebih mudah untuk menembus
membran sel jamur dan mengganggu kemampuan sel untuk
mempertahankan gradien pH. Kegagalan dalam mempertahankan gradien
pH ini akan berujung pada degradasi membran sel jamur.
Kedua, keberadaan osmotin akan menghambat proses germinasi spora
jamur sehingga tidak tumbuh kembali pada media tersebut.
7
Naskah 148
merugikan telah diuji melalui beberapa penelitian terdahulu. Perbandingan
kemampuan osmotin dalam menginhibisi pertumbuhan jamur diberikan
pada Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Perbandingan inhibisi yang dialami berbagai jamur
Spesies Jamur Dosis
30 μg 60 μg 100 μg
Alternaria solani 1 2 2
Aspergillus flavus 1 2 2
Aspergillus parasitica 0 1 2
Bipolaris maydis 1 2 2
Cercospora zeae-maydis 2 2 3
Cladosporium cucumerinum 1 1 2
Fusarium graminearum 1 2 2
Fusarium moniliforme 1 1 2
Phytophthora infestans 0 1 2
Phytophthora parasitica 1 1 2
Trichoderma longibrachiatum 2 3 3
Verticillium dahliae 2 2 2
Colletotrichum laginarium 1 2 2
Colletotrichum sublineolum 1 2 2
Kabatiella zeae 1 1 2
Ganoderma sp. 1 2 2
Candida parapsilosis 0 1 2
Grosmannia clavigera 0 1 2
Sumber: Abad et al, 1996
Skala 0, 1, 2, dan 3 yang ditunjukkan pada Tabel 2 merujuk pada efek
inhibisi akibat penambahan osmotin pada media tumbuh jamur: skala 0
menunjukkan tidak ada inhibisi, skala 1 menunjukkan inhibisi ringan, skala
2 menunjukkan tidak adanya pertumbuhan jamur dan adanya zona inhibisi
yang tidak terlalu luas, sementara skala 3 menunjukkan tidak adanya
8
Naskah 148
Selain mampu mengatasi jamur yang sudah tumbuh, osmotin juga
terbukti mampu menghambat pertumbuhan spora seperti terlihat pada
Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Inhibisi pertumbuhan spora jamur akibat osmotin.
Berdasarkan data-data yang dihimpun dari penelitian-penelitian
sebelumnya, osmotin terbukti dapat mengeliminasi keberadaan jamur dan
menginhibisi pertumbuhan jamur pada suatu media. Tingkat inhibisi
osmotin bervariasi tergantung pada spesies jamur. Data-data yang ada
menunjukkan bahwa osmotin dapat menghambat serta mengeliminasi
spesies-spesies jamur kayu seperti Ganoderma sp., Grosmannia clavigera, dan
beberapa spesies dari genus Aspergillus. Oleh karena itu, osmotin potensial
untuk dimanfaatkan sebagai zat anti jamur untuk furniture rumah tangga.
2. Ekstraksi Osmotin sebagai Anti Jamur
Osmotin tersimpan sebagai produk intraseluler dalam sel tembakau
sehingga dibutuhkan proses cell disruption atau homogenisasi untuk
9
Naskah 148
secara mekanis maupun kimiawi. Pada proses mekanis, sel akan
mengalami perusakkan akibat getaran atau gangguan mekanis. Alat yang
umum digunakan adalah sonicators dan frech press (Shuler, 2002).
Meskipun relatif sederhana, proses homogenisasi secara mekanis
memiliki kelemahan yaitu kebutuhan energi yang tinggi. Selain itu,
perusakkan sel secara mekanis berpeluang merusak komponen bioaktif
yang akan diambil apabila komponen tersebut tidak tahan pada gangguan
mekanis. Pemberian perlakuan mekanis pada proses ekstraksi osmotin
dikhawatirkan dapat mendenaturasi struktur protein tersebut sehingga
cara kimiawi lebih dipilih untuk proses ekstraksi senyawa osmotin dari sel
tembakau.
Proses homogenisasi secara kimiawi dilakukan dengan penambahan
zat kimia disekitar sel yang dapat mengganggu tekanan osmotik dalam sel
atau pun mencerna dinding sel dan membran sel organisme secara
langsung. Sebagai agen homogenisasi pada proses ekstraksi osmotin
digunakan larutan buffer fosfat. Keberadaan buffer fosfat akan memicu
rusaknya dinding sel tembakau sehingga berujung pada lisisnya sel.
Setelah dilakukan homogenasi, campuran larutan disentrifugasi dan
difraksinasi dengan penambahan amonium sulfat.
3. Desain Produk
OSTONI (Osmotin Tobacco for Furniture) merupakan sebuah inovasi
produk anti jamur berbasis tembakau low grade. OSTONI dikembangkan
dengan proses sederhana yaitu ekstraksi osmotin dan pencampuran
lanjutan dengan senyawa aktif lainnya untuk memperoleh produk yang
dapat mengendalikan pertumbuhan jamur secara efektif dan cepat serta
10
Naskah 148
dikemas dalam bentuk semprot. Logo produk OSTONI serta desain
kemasan ditampilkan pada Gambar 2 dan Gambar 3 sebagai berikut.
Gambar 2. Logo Produk OSTONI. Gambar 3. Kemasan Produk.
Nama OSTONI (osmotin tobacco for furniture) sendiri terinspirasi dari
osmotin, senyawa antifungi yang terdapat dari tembakau (tobacco).
Senyawa ini dapat menghilangkan jamur pada furniture. Warna hijau dan
kuning terinspirasi dari warna daun tembakau yang siap panen. Daun
tembakau di sebelah kiri juga melambangkan bahwa produk ostoni produk
turunan tembakau. Ostoni dikemas dalan bentuk larutan spray sehingga
mudah dan praktis digunakan. Ostoni memiliki tagline dan komitmen
untuk "care your furniture".
4. Proses Produksi OSTONI
Untuk proses produksi skala besar, dibutuhkan beberapa tahapan
simultan yaitu persiapan bahan baku, ekstraksi dan purifikasi osmotin,
serta pencampuran osmotin dengan bahan aktif lainnya sehingga diperoleh
formulasi cairan yang dapat mengeliminasi serta mencegah pertumbuhan
jamur.
1. Unit Persiapan Bahan Baku
Pada tahapan ini, tanaman tembakau low grade mengajami pencucian
Naskah 148
proses purifikasi produk. Selain itu, tanaman dicacah dengan crusher
sehingga ukurannya menjadi lebih kecil.
2. Unit Produksi dan Finishing
Proses utama yang dilakukan adalah proses ekstraksi senyawa osmotin
dari sel tembakau. Osmotin diambil melalui proses homogenisasi
dengan penambahan larutan buffer fosfat pada tangki pencampuran (M-
01) kemudan disentrifugasi dan difraksinasi. Setelah homogenisasi dan
purifikasi selesai, campuran ditambahkan dengan senyawa-senyawa
lain sesuai formulasi pada sebuah tangki berpengaduk (M-02). Produk
yang telah jadi kemudian dikemas dan siap dipasarkan.
BAB III. DAMPAK INOVASI
1. Nilai Tambah Tembakau Low grade
Pengolahan tembakau low grade menjadi ostoni (produk specialty
cleaning agent) dapat meningkatkan nilai ekonomi dari tembakau itu
sendiri. Pasar utama tembakau pada dasarnya adalah industri rokok.
Namun sayangnya, tembakau low grade tidak memenuhi kualitas untuk
dapat digunakan sebagai bahan baku rokok, sehingga pada umumnya
dijual murah atau dibiarkan tidak termanfaatkan.
Dengan mengekstraksi osmotin pada tembakau low grade, dapat
meningkatkan nilai ekonomi tembakau low grade mengingat osmotin dapat
dimanfaatkan lebih lanjut sebagai anti-fungi pada makanan, benda, dan
lain-lain. Selain itu, ide ini akan memberikan dampak ekonomis dan pilihan
Naskah 148
12
2. Dampak Sosial dan Ekonomi Petani Tembakau
Pemanfaatan tembakau low grade untuk diekstraksi kandungan
osmotinnya sebagai bahan aktif penghilang jamur pada furniture memiliki
berbagai dampak positif kepada kehidupan sosial dan ekonomi petani
tembakau. Petani selama ini mengalami kerugian akibat rendahnya harga
jual dari tembakau low grade, atau bahkan tidak terjualnya tembakau low
grade karena kualitasnya tidak memenuhi standar untuk digunakan dalam
industri rokok. Dengan cara ini, maka petani dapat tetap memperoleh
keuntungan dari hasil penjualan tembakau low grade untuk ekstraksi
osmotin.
Dengan meningkatnya pendapatan dari petani tembakau, maka taraf
hidup keluarga petani tembakau akan meningkat pula. Peningkatan taraf
hidup petani akan selaras dengan meningkatnya kesejahteraan dari
komunitas petani tembakau.
3. Dampak bagi Konsumen
Selama ini, permasalahan tumbuhnya jamur pada furniture terutama
pada musim hujan (akibat tingkat kelembaban udara yang tinggi) masih
belum memiliki solusi yang efektif untuk mengatasinya. Kebanyakan
masyarakat mengatasinya dengan membersihkan secara manual, memberi
pewangi ataupun menggunakan anti-moisture. Namun, cara ini kurang
efektif karena tidak membunuh dan membasmi jamur secara menyeluruh,
melainkan hanya mencegah tumbuhnya jamur.
Produk OSTONI mengandung osmotin dari daun tembakau yang
memiliki sifat anti-fungi. Kemampuan anti-fungi ini dapat digunakan
untuk membunuh jamur pada furniture. Dengan adanya produk ini, jamur
Naskah 148
BAB IV. PELUANG APLIKATIF
Untuk menjustifikasi peluang diterapkannya ide ini, dilakukan
analisis feasibilitas terkait dengan kemudahan proses produksi disertai
analisis ekonomi sekaligus analisis kebutuhan pasar untuk memprediksi
potensi pengembangan ide ini lebih lanjut.
1. Analisis Feasibilitas
a. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah tanaman tembakau low grade.
Perubahan iklim global yang mengakibatkan intensitas hujan yang
cukup tinggi sepanjang tahun menurunkan kualitas tembakau hanya
sampai level C atau B. Tembakau kelas tersebut seringkali ditolak oleh
perusahaan produsen rokok karena kualitas rokok yang dihasilkan akan
lebih rendah. Oleh karena itu, penggunaan tembakau untuk realisasi ide
ini tidak terlalu bersaing dengan perusahaan rokok dalam masalah
perolehan bahan baku. Selain, itu ketersediaan bahan baku lain seperti
buffer fosfat, amonium fosfat dapat diperoleh dengan mudah dari
industri petrokimia dalam negeri. Sebagai tambahan, essence yang akan
digunakan untuk bahan pencampur diperoleh dari bahan-bahan lokal
alami sehingga dapat diperoleh dengan mudah.
b. Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan untuk produksi zat anti jamur yang
siap untuk dipasarkan relatif mudah dan sederhana. Proses dan reaksi
kimia yang digunakan hanya ekstraksi dan pencampuran untuk proses
formulasi sehingga proses produksi secara keseluruhan akan sangat
aman dan tidak membutuhkan banyak peralatan kendali proses untuk
Naskah 148
14
2. Analisis Pasar
Furniture berbahan baku kayu merupakan salah satu barang yang
hampir ditemukan dimana-mana, sebut saja meja, kursi, lemari, dll.
Tingginya jumlah produk furniture kayu yang dimiliki oleh masyarakat saat
ini membuka peluang besar bagi produk OSTONI. Perabotan rumah
tangga berbahan baku kayu sangat rentan ditumbuhi oleh jamur terutama
saat kondisi udara yang lembab. Keberadaan jamur dapat merusak
keindahan furniture dan yang paling utama adalah menjadikan furniture
kayu cepat lapuk dan rusak. Masyarakat pada umumnya mengatasi jamur
pada furniture kayu hanya dengan membersihkan, menggunakan pewangi,
atau menggunakan senyawa anti-moisture. Namun, metode-metode
tersebut tidak menyelesaikan masalah jamur secara tuntas sehingga
permintaan akan senyawa anti jamur yang efektif cukup tinggi.
Saat ini, produk-produk anti jamur untuk furniture kayu sudah
banyak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tinggi.
Namun, produk-produk anti jamur yang ada cenderung kurang aman bagi
konsumen karena kandungan senyawa aktif berbahaya di dalamnya seperti
organotin. Selain itu, harga produk anti jamur kayu yang beredar di
pasaran relatif tinggi, misal ENBORER, zat anti jamur dan rayap ini dijual
seharga Rp 470.000,00 per liternya atau ENTIBLU yang dikenal sebagai anti
jamur blue stain dijual seharga Rp 320.000,00 per liter. Angka tersebut
terbilang cukup besar untuk ukuran pembasmi jamur. OSTONI memiliki
peluang besar untuk bersaing di pasaran karena bahan bakunya yang
relatif murah serta proses produksinya yang sederhana sehingga
diperkirakan harga jual OSTONI dapat lebih murah dibanding produk
Naskah 148
BAB V. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya serta
dengan mempertimbangkan hasil analisis dan sintesis data serta informasi
yang diperoleh, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Osmotin dari tembakau low grade dapat dijadikan sebagai zat anti jamur
pada furniture rumah tangga karena kemampuannya untuk
mengeliminasi jamur dan menghambat pertumbuhan spora.
2. Pemanfaatan osmotin dari tembakau low grade dapat meningkatkan nilai
ekonomi dari bahan baku dan menyelamatkan petani tembakau dari
kerugian akibat rendahnya kualitas tembakau hasil panen.
3. Produksi OSTONI (Osmotin Tobacco for Furniture) potensial untuk
dikembangkan lebih lanjut karena ketersediaan bahan baku yang cukup
tinggi, kemudahan dalam proses produksi, dan pangsa pasar yang luas.
DAFTAR PUSTAKA
Abad, L.R., et al., 1996. Antifungal activity of tobacco osmotin has specificity and involves plasma membrane permeabilization. Plant Science, 118(1), pp.11–23.
Campbell. N.A., Reece, J.B., dan Nitchel, L.G. (2003). Biologi: Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik perkebunan Indonesia 2008-2010. Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.
Shuler, M.L. and Kargi, F. 2002. Bioprocess Engineering Basic Concepts. 2nd ed. New Jersey: Prentice Hall PTR.
Singh, N.K., et al., 1987. Characterization of Osmotin. Plant physiology, 85(2), pp.529–536.
Viktorova, J., et al., 2017. New findings in potential applications of tobacco osmotin. Protein Expression and Purification, 129, pp.84–93.