1
AKUNTABILITAS DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh: Dra. Seriwati Bukit, M.Psi.
Widyaiswara Madya Balai Diklat Keagamaan Medan
Abstrak
Dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling agar terlihat hasilnya baik atau tidak maka kegiatan akuntabilitas harus dikerjakan, dalam pelaksanaan akuntabilitas suatu kegiatan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu: Mengetahui pengertian, Mengetahui stakeholder kegiatan, syarat-syarat, bentuk-bentuk, kriteria, faktor pendukung dan penghambat serta implikasi akuntabilitas disekolah.
Kata Kunci : Akuntabilitas, Bimbingan dan Konseling.
I. PENDAHULUAN.
Seorang konselor yang profesional harus memperhatikan proses akuntabilitas pada saat program kerja sudah selesai. Karena sebelum melakukan berbagai kegiatan guru pembimbing
atau konselor harus memahami proses kerja dan hal-hal yang akan dipertanggung jawabkan, sesuai dengan standar program Bimbingan dan Konseling, dengan demikian diharapkan keberadaan Bimbingan dan Konseling mendapat kepercayaan dari masyarakat luas. Guru pembimbing atau konselor sangat perlu menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan siswa atau masyarakat. Adanya program yang sistematis, memerlukan suatu kondisi tertentu untuk dipertanggung jawabkan, sedangkan kondisi untuk dipertanggung jawabkan memerlukan standar sebagai ukuran keberhasilan atau prestasi yang dicapai oleh guru pembimbing.
2
akuntabilitas atau pertanggung jawaban Bimbingan dan Konseling dilakukan secara periodik dan sesuai dengan ketentuan atau aturan yang berlaku, tentu saja keberadaan dari Bimbingan dan Konseling merupakan kebutuhan pokok yang harus diprioritaskan dalam kehidupan sekolah pada khususnya dan masyarakat pada umum.
II.PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Konsep
Secara harafiah konsep akuntabilitas atau accountability berasal dari dua kata yaitu “ account” (rekening, laporan atau catatan ) dan “ability” (kemampuan). Akuntabilitas bisa diartikan sebagai kemampuan menunjukkan laporan atau catatan yang dapat dipertanggungjawabkan (Suharto,2006). Akuntabilitas berasal dari bahasa inggris “ Accountability “ artinya keadaan untuk dipertanggung jawabkan. Akuntabilitas disebut juga unjuk kerja (Prayitno 1987), kemudian Gibson & Mitchell dalam Munandir (1996:299), mendefenisikan “akuntabilitas sebagai pertanggung jawaban untuk sesuatu kepada seseorang dengan konsekwensi yang dapat diramalkan demi kinerja yang dikehendaki dan dapat dipahami dari apa yang dipertanggung jawabkan ”.
Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas menejerial pada tiap tingkatan dalam suatu organisasi, yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada tiap bagian, Tiap unit pada suatu organisasi, walaupun yang kecil sekalipun bertanggung jawab atas setiap kegiatan yang di laksanakan pada bagiannya. Mereka mempunyai beban tugas kegiatan tertentu dan perlu mempertanggung jawabkan kepada pemberi tugas kegiatan tersebut.
Akuntabilitas tidak sama dengan responsibilitas. Akuntabilitas lebih mengacu pada pertanggung jawaban keberhasilan atau kegagalan pencapaian hasil organisasi. Bila dikaitkan
dengan profesi Bimbingan dan Konseling sebagai tenaga professional konselor adalah penyandang profesi pendidik yang menguasasi dan mewujudkan praktik keprofesionalaanya
3
B. Stakeholder (Pelanggan)
Pemilik (stakeholder) pelayanan Bimbingan dan Konseling disekolah, (Dirjen Dikdasmen 2004:46) yaitu:
1. Siswa;
2. Orang tua siswa; 3. Personil sekolah;
4. Masyarakat, termasuk organisasi profesi (ABKIN); 5. Pemerintah.
C. Syarat Akuntabilitas
Menurut A.Yusuf (2002), manajemen dalam suatu organisasi akan dikatakan akuntabel apabila kegiatan pelaksanaanya telah:
1. Menentukan tujuan yang tepat.
2. Mengembangkan standar yang dibutuhkan untuk pencapai tujuan tersebut. 3. Secara efektif mempromosikan penerapan pemakaian standar.
4. Mengembangkan standar organisasi dan operasi secara efektif,ekonomis,dan efisien.
D. Bentuk - bentuk Akuntabilitas.
Untuk menjamin terciptanya akuntabilitas yang baik maka dalam akuntabilitas itu sendiri wajib memiliki :
1. Akuntabilitas program.
Akuntabilitas program yaitu mengacu pada pertanggung jawaban berkenaan dari hasil kegiatan-kegiatan BK yang telah dilaksanakan. Hal ini akan berkaitan erat dengan rencana program yang disusun sebelumnya dan juga akan menampilkan akuntabilitas
proses yang berhubungn dengan proses pelaksanaan kegiatan. 2. Akuntabilitas manajemen.
4
E. Kriteria Akuntabilitas.
Agar sistem akuntabilitas bimbingan membawa hasil yang di kehendaki ada tujuh kriteria yang menurut Krumboltz 1974 (dalam munandir,1996;300). Ketujuh kriteria itu adalah :
1. Agar bisa merumuskan apa saja yang menjadi tanggung jawab konselor, dan tujuh umum konseling harus disepakati oleh semua pihak yang berkepentingan.
2. Apa yang dikerjakan dan dicapai konselor harus dinyatakan dalam rumusan perubahan tingkah laku klien yang penting dapat diamati.
3. Kegiatan yang di lakukan konselor harus dinyatakan sebagai biaya bukan sebagai kerja dan capaiannya.
4. Sistem akuntabilitas harus dibangun dengan tujuan untuk memajukan keefektifan profesional dan untuk melakukan perbaikan oleh diri sendiri, bukan untuk menunjukan kesalahan atau menghukum kinerja yang buruk.
5. Agar laporan dapat dibuat sebenar-benarnya, laporan mengenai kegagalan dan hasil yang tidak diketahui hendaknya tidak dilarang.
6. Semua pengguna sistem akuntabilitas harus diikut sertakan (diwakili) dalam merancang sistem itu.
7. Sistem akuntabilitas itu sendiri harus dinilai dan bisa diubah.
F. Faktor Pendukung dan Penghambat.
1. Faktor Pendukung.
Kepemimpinan yang memberi teladan.
Mendiskusikan program-program yang akan dilaksanakan dengan benar dan tuntas. Sehingga dapat ditentukan dengan jelas apa tujuan yang akan dicapai dan apa pula
indikator kinerjanya.
a. Ciptakan koordinasi yang baik inter dan antar unit terkait.
b. Rumuskan standar kerja yang jelas.
c. Komunikasikan pada semua pihak tujuan dan makna akuntabilitas. 2. Faktor Penghambat.
Kegagalan implementasi akuntabilitas banyak ditentukan oleh : a. Rendahnya kesadaran tentang akuntabilitas.
5 d. Faktor budaya.
e. Rendahnya kualitas petugas/pejabat. f. Krisis lingkungan.
g. Kelemahan hukum tentang akuntabilitas.
h. Usangnya teknologi. Rendahnya standar hidup masyarakat
G. Implikasi Pelaksanaan Akuntabilitas dan Pengawasan
Akuntabilitas Bimbingan dan Konseling akan dapat diimplementasikan dengan baik
apabila sejak dini kondisi seperti yang telah dikemukakan diatas (faktor penghambat) dapat di miniminalkan dan beberapa faktor yang mendukung yang telah di kemukakan diatas terselenggara, akuntabilitas dalam BK melalui pelayanan hasil dan penilaian proses, serta program pengawasan keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling dipertanggung jawabkan kepada stakeholder pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah (siswa, orang tua siswa, personil sekolah, masyarakat dan pemerintahan).
Pelaksanaan akuntabilitas yang baik akan menciptakan implikasi yang positif terhadap diri konselor dan sekolah tempat konselor bekerja, hal ini dapat dilihat dari penatalaksanaan organisasi dan manajemen yang lebih sehat dan kompetitif. Akuntabilitas berarti konselor sekolah dapat mempertanggung jawabkan dokumen pekerjaan yang dilakukan terhadap stakeholder.
Lebih lanjut Gibson dan Mitchel, 1981 mengungkapkan bahwa dengan melaksanakan akuntabilitas konselor belajar bagaimana untuk membantu klien lebih efektif dan efesien, konselor akan mendapatkan:
1. Banyak masalah yang penyelesaiannya dilakukan berdasarkan kecakapan/kopetensi yang mendorong adanya pengakuan dari penerima layanan;
2. Meningkatnya dukungan keuangan;
3. Lebih dalam hubungan kerja dengan profesi lainnya;
4. Diakui berdiri propesional dan;
5. Tingkat kepuasan terhadap layanan terus menerus dilakukan yang diarahkan pada sasaran perbaikan (program dan pelkasanaannya) dan adanya penghargaan yang lebih mantap.
III. PENUTUP
6
yang terurai didalam program mingguan sampai program tahunan dapat dilihat terlaksana atau tidak terlaksana, dan dapat dilihat juga faktor-faktor penghambat serta faktor-faktor pendukung yang dapat dievaluasi untuk kegiatan tahun berikutnya. Seorang konselor yang propesional diharapkan didalam pelaksanaan tugasnya harus selalu menyertakan kegiatan akuntabilitas disetiap akhir dari kegiatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Diknas, Bimbingan dan Konseling 2004: Jakarta
Djumhur I. Dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.Bandung : Pustaka Ilmu. Dewa Ketut Sukardi. 1990. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Ee Ah Meng. 1997. Pekhidmatan Bimbingan dan Konseling. Shah Alam : Siri Pendidikan Fajar Bakhi.