• Tidak ada hasil yang ditemukan

Multigravida with History of Caesarean Section on Indication of Cephalopelvic Disproportion with Lung Tumor, Chronic Energy Deficiency and Severe Anemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Multigravida with History of Caesarean Section on Indication of Cephalopelvic Disproportion with Lung Tumor, Chronic Energy Deficiency and Severe Anemia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Kekurangan Energi Kronik Dan Anemia Berat

Multigravida dengan Riwayat Seksio Sesarea atas Indikasi Disproporsi

Kepala Panggul dengan Penyerta Tumor Paru, Kekurangan Energi Kronik

dan Anemia Berat

Iqbal Reza Pahlavi, Ratna Dewi Puspita Sari, Nora Ramkita

Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak

Distosia adalah persalinan abnormal atau sulit yang ditandai dengan terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Disproporsi kepala panggul (DKP) merupakan ketidakseimbangan antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak bisa keluar melalui vagina. Pada kasus ini kami melaporkan seorang wanita berusia 30 tahun datang dengan keluhan utama hamil cukup bulan dengan panggul sempit dan sesak napas. Pasien memiliki riwayat operasi seksio sesarea karena DKP. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, nadi 89x/menit, laju pernapasan 28x/menit, dan suhu 36,3oC,

tinggi badan 125 cm, berat badan 32 kg, IMT 16, LILA 16,1 cm. Pada Leopold I didapatkan TFU 2jbpx (32 cm), bokong, leopold II didapatkan bagian kanan punggung, bagian kiri teraba ekstremitas, leopold III kepala, dan leopold IV didapatkan konvergen, U: 5/5. Denyut Jantung Janin (DJJ) 150x/menit, tidak terdapat his, dan Osborn tes positif. Pada pemeriksaan dalam didapatkan hasil Portio lunak, posterior, pendatan serviks 0%, pembukaan 0 cm, penurunan kepala Hodge I, masih terdapat selaput ketuban. Pada pemeriksaan panggul didapatkan hasil promontorium teraba, linea inominata teraba, conjugata diagonalis (CD) sebesar 9 cm, conjugata vera (CV) sebesar 7,5 cm. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan nilai Hemoglobin (Hb) sebesar 6,3 g/dL, pada foto rontgen menunjukan kesan terdapat massa padat pada kedua hemithorax. Pasien dalam kasus ini didiagnosis G2P1A0 hamil 39 minggu belum inpartu dengan riwayat seksio sesarea atas indikasi DKP + Tumor paru + Anemia Berat, Janin tunggal hidup, presentasi kepala, dan direncakan seksio sesarea.

Kata kunci: disproporsi kepala panggul (DKP), distosia, seksio sesarea

Multigravida with History of Caesarean Section on Indication of Cephalopelvic

Disproportion with Lung Tumor, Chronic Energy Deficiency and Severe

Anemia

Abstract

Dystocia is an abnormal or difficult labor characterized by too late labor progress. The cephalopelvic disproportion (CPD) is an imbalance between the fetal head and the mother's pelvis so the fetus can not escape through the vagina. In this case we reported a 30-year-old woman coming with a major complaint of months pregnant with a narrow and tight pelvis. The patient had a history of caesarean section surgery because of CPD. On physical examination, awareness of compost mentis, pulse 89x/minute, breathing rate 28x/minute, and temperature 36,3oC, height 125 cm, weight 32 kg, IMT 16, LILA 16,1 cm.

Leopold I obtained TFU 2jbpx (32 cm), buttocks, leopold II obtained right back, left side palpable limb, leopold III head, and leopold IV were converged, U: 5/5. Fetal Heart Rate 150x/ minute, there is no his, and positive Osborn test. On vaginal toucher examination the results obtained soft and posterior portio, 0% cervix density, opening 0 cm, Hodge I, And Intact membrane. On pelvic examination, the results of promontory are palpable, line inominata palpable, Conjugata Diagonalis (CD) of 9 cm, Conjugata Vera (CV) of 7.5 cm. On thesupporting examination found the value of Hemoglobin (Hb) of 6.3 g/dL, the X-ray shows the impression there is a solid mass on both hemithorax. Patients in this case were diagnosed G2P1A0 39 weeks pregnant with history of caesarean section for DKP + Lung Tumor + Severe Anemia, Single live fetus, head presentation, and caesarean section plan.

Keywords: caesarean section, chepalopelvic disproportion (CPD), dystocia

Korespondensi: Iqbal Reza Pahlavi, S.Ked, alamat Jl. Abdul Muis 8 No. 9A Gedung Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung, HP 08127224012 e-mail Rezapahlavi10@gmail.com

Pendahuluan

Terdapat empat penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir yakni perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsia/eklamsia, serta persalinan macet (distosia). Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan

persalinan ini menurut American College of Obstretician and Gynaecologist (ACOG) dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir (passage).2 Kelainan jalan lahir merupakan

(2)

Kekurangan Energi Kronik Dan Anemia Berat

Disproporsi kepala panggul merupakan keadaan yang menggambarkan ketidak-seimbangan antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak bisa keluar melalui vagina. Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar atau keduanya.

Cephalopelvic Disproportion (CPD) merupakan diagnosa medis digunakan ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Dalam obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis, lebih penting lagi ialah panggul sempit secara fungsionil artinya perbandingan antara kepala dan panggul.2

Dalam banyak kasus ukuran dan bentuk panggul yang abnormal dideteksi pada primigravida dengan mengukur tinggi badan (wanita dengan tinggi kurang dari 150 cm mungkin mempunyai panggul kecil) dan dengan melakukan pemeriksaan panggul pada kehamilan minggu ke 36-38, terutama jika diameter biparietal kepala janin belum masuk dalam panggul ibu.3

Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum, ruptur uteri mengancam serta resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama antara kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada os parietalis.2,3

Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang yaitu sakrum, coccygis dan dua os coxae, dan dua tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis. Tulang-tulang inominata bersendi dengan sakrum pada sinkondrosis sakroiliaka dan bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di simfisis pubis. Dalam obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis, lebih penting lagi ialah panggul sempit secara fungsionil artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Kesempitan panggul dibagi atas beberapa jenis yaitu kesempitan pintu atas panggul, kesempitan bidang tengah panggul, kesempitan pintu bawah panggul, kombinasi kesempitan pintu atas

panggul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.4,5

Pintu atas panggul dianggap sempit bila konjugata vera kurang dari 10 cm atau bila diameter transversa kurang dari 12 cm. Konjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ±9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa konjugata vera yang kurang dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan, kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter anteroposterior maupun diameter transversa sempit.6,7

Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor antaranya bentuk panggul, ukuran panggul, jadi derajat kesempitan, kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul, besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala, presentasi dan posisi kepala, dan his. Pada studi ini dilaporkan sebuah kasus multigravida dengan riwayat seksio sesarea atas indikasi disproporsi kepala panggul dengan penyerta tumor paru, kekurangan energi kronik dan anemia berat.7,8

Anemia pada kehamilan, yang didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) <11 g / L, mempengaruhi lebih dari 56 juta wanita di seluruh dunia, dua pertiganya berasal dari Asia. Beberapa faktor menyebabkan anemia pada kehamilan, anemia kekurangan zat besi gizi menjadi yang paling umum. Anemia kekurangan zat besi gizi Kondisi inflamasi yang mendasari, hemodilusi fisiologis dan beberapa faktor yang mempengaruhi status Hb dan zat besi pada kehamilan menyebabkan kesulitan dalam menetapkan diagnosis definitif. Anemia kekurangan zat besi gizi dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan perinatal, dan efek samping jangka panjang pada bayi baru lahir. Anemia dengan kadar hemoglobin kurang dari 6 gr/dl dikaitkan dengan hasil kehamilan yang buruk. Prematuritas, aborsi spontan, berat lahir rendah, dan kematian janin adalah komplikasi anemia ibu berat.9

(3)

Kekurangan Energi Kronik Dan Anemia Berat

paru-paru adalah tipe kanker kedua yang paling umum pada wanita tapi juga paling mematikan. Kanker paru-paru sel non-kecil (NSCLC) adalah jenis histologis yang paling umum untuk 80-85% dari semua gestasi kanker paru-paru, 10-15% adalah kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan lebih sedikit 5% adalah karsinoid paru-paru. Merokok terkait dengan sekitar 90% kasus kanker paru-paru, namun ada penyebab lain yang diketahui dengan baik seperti radon, asbes, kromium, riwayat keluarga, dan faktor makanan. Penyakit ini terjadi pada orang tua dengan kejadian puncak setelah berusia 65 tahun dan hanya 2% kasus yang akan menyerang orang berusia di bawah 45 tahun.10

Kasus

Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek dengan keluhan utama hamil cukup bulan dengan panggul sempit dan sesak. Keluhan tersebut disertai lemas, letih, lesu, dan tidak nafsu makan.

Keluhan ini tidak disertai perut mules yang

menjalar ke pinggang, hilang timbul, makin lama makin sering, keluar darah dan lendir, serta keluar air-air. Pasien mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan. Pada persalinan anak pertama pasien memiliki riwayat operasi seksio sesarea di Rumah Sakit karena adanya penyulit berupa disproporsi kepala panggul (DKP). Saat kontrol ke bidan pasien dikatakan memiliki panggul yang sempit. Pasien mengatakan sesak nafas sejak ±1 tahun yang lalu semakin lama semakin memberat. Pasien juga merasakan tubuhnya menjadi semakin lemas, dan tidak nafsu makan.

Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, nadi 89x/menit, laju pernapasan 28x/menit, dan suhu 36,3oC, tinggi

badan 125 cm, berat badan 32 kg, IMT 16, LILA 16,1 cm. Pada status generalis dalam batas normal, pada status lokalis didapatkan konjungtiva pucat pada kedua mata, abdomen terdapat bekas operasi seksio sesarea, perut tampak menggantung. Pada Leopold I didapatkan TFU 2 jari dibawah processus xiphoideus (32 cm), bulat, lunak, tidak melenting (bokong), pada leopold II didapatkan keras memanjang pada bagian kanan (punggung), pada bagian kiri terba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas), pada lopold III didapatkan bulat, keras, melenting (kepala), dan pada leopold IV didapatkan konvergen, U: 5/5. Tafsiran Berat Janin (TBJ) 2.945 gram, Denyut Jantung Janin

(DJJ) 150x/menit, dan tidak terdapat his. Dilakukan pemeriksaan Osborn tes dan hasilnya positif. Pada pemeriksaan dalam didapatkan hasil portio lunak, posterior, pendatan serviks 0%, pembukaan 0 cm, penurunan kepala Hodge I, masih terdapat selaput ketuban. Pada pemeriksaan panggul dalam didapatkan hasil promontorium teraba, linea inominata teraba, conjugata diagonalis (CD) sebesar 9 cm,

conjugata vera (CV) sebesar 7,5 cm. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan nilai hemoglobin (Hb) sebesar 6,3 g/dL. Serta pada foto rontgen menunjukan kesan terdapat massa padat pada kedua hemithorax.

Pasien dalam kasus ini didiagnosis G2P1A0

hamil 39 minggu belum inpartu dengan riwayat seksio sesarea atas indikasi DKP + Tumor paru + Anemia Berat, Janin tunggal hidup, presentasi kepala. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah observasi TVI, His, DJJ, IVFD RL gtt xx/menit, O2 4L/menit, cek laboratorium (Darah rutin, Analisa Gas Darah), pasang kateter menetap, nifedipin 4 x 10 mg, rencana transfusi PRC, rencana seksio sesarea elektif, rencana konsul bedah, rencana konsul paru.

Pembahasan

Pasien datang dengan keluhan utama hamil cukup bulan dengan panggul sempit dan sesak. Keluhan disertai Keluhan tersebut disertai lemas, letih, lesu, dan tidak nafsu makan. Ketika dimintai keterangan lebih lanjut, pasien mengaku Keluhan ini tidak disertai perut mules yang menjalar ke pinggang, hilang timbul, makin lama makin sering, keluar darah dan lendir, dan keluar air-air. Pada persalinan anak pertama os memiliki riwayat operasi seksio sesarea atas indikasi DKP. Pasien mengatakan sesak nafas sejak ±1 tahun yang lalu semakin lama semakin memberat dan juga merasakan tubuhnya menjadi semakin lemas, dan tidak nafsu makan.

(4)

Kekurangan Energi Kronik Dan Anemia Berat

positif. Pada pemeriksaan dalam didapatkan hasil portio lunak, posterior, pendatan serviks 0%, pembukaan 0 cm, penurunan kepala Hodge I, masih terdapat selaput ketuban. Pada pemeriksaan panggul dalam didapatkan hasil promontorium teraba, linea inominata teraba,

conjugata diagonalis (CD) sebesar 9 cm,

conjugata vera (CV) sebesar 7,5 cm. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan nilai hemoglobin (Hb) sebesar 6,3 g/dL. Serta pada foto rontgen menunjukan kesan terdapat massa padat pada kedua hemithorax.

Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang diatas, pasien didiagnosis sebagai G2P1A0 hamil 39 minggu

belum inpartu dengan riwayat seksio sesarea atas indikasi DKP + Tumor paru + Anemia Berat, janin tunggal hidup, presentasi kepala. Hal ini diperkuat dengan pasien memiliki riwayat operasi sesar pada kehamilan sebelumnya karena adanya panggul sempit, anak dengan berat badan lahir 3.100 gram, riwayat penyakit sebelumnya pasien merasakan sesak ±1 tahun yang lalu, nafsu makan menurun.

Disproporsi kepala panggul merupakan keadaan yang menggambarkan ketidak-seimbangan antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak bisa keluar melalui vagina. Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar atau keduanya. Pintu atas panggul dianggap sempit bila conjugata vera kurang dari 10 cm atau bila diameter transversa kurang dari 12 cm.

Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ±9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa

conjugata vera yang kurang dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan, kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter anteroposterior maupun diameter transversa sempit.1,6,7

Pada pemeriksaan dalam yang di evaluasi antara lain, promontorium, linea inominata, spina ischiadica, dinding samping, kurvatura sacrum, ujung sacrum, dan arcus pubis. Dinilai apakah promontorium teraba, lalu diukur CD

dan CV, linea innominata teraba seluruhnya atau tidak, spina ischiadica dan lain-lain.8

Gambar 1. Cara mengukur konjugata diagonalais

pada pemeriksaan dalam.6

Gambar 2. Cara mengukur konjugata diagonalis

dengan mengukur panjangnya jari tengah. 6

Gambar 3. Gambaran tiga diameter anteroposterior

pintu atas panggul. 6

Penatalaksanaan pada kasus ini dilakukan secara operatif. Seksio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder yakni setelah persalinan berlangsung selama beberapa waktu. Seksio sesaria elektif direncanakan lebih dahulu dan

(5)

Kekurangan Energi Kronik Dan Anemia Berat

Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada faktor-faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami infertilitas yang lama, penyakit jantung, dan lain-lain. Seksio sesaria sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau karena timbul komplikasi untuk menyelesaikan persalinan sesegera mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum dipenuhi.1,12

Persalinan percobaan ialah percobaan untuk persalinan pervaginam pada wanita-wanita dengan panggul yang relatif sempit. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letaklainnya. Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah anak lahir pervaginam. Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forseps atau vakum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.1,2,12

Persalinan percobaan dapat dihentikan jika pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya, keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik, kalau ada lingkaran retraksi yang patologis, setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban kepala dalam 2 jam tidak mau masuk kedalam rongga panggul walaupun his cukup baik, dan forsep yang gagal.Kurang energi kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya. Terhadap ibu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Terhadap persalinan pengaruhnya pada persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan. Terhadap janin menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). 1,2,12,13

Kejadian tumor paru yang disesuaikan usia di seluruh dunia sekitar 2/100. 000 orang. Hanya sedikit kasus kehamilan dengan tumor paru yang ditemukan di asia maupun eropa. Efek tumor paru pada kehamilan tidak jelas, maupun efek

kehamilan pada tumor. Hal tersebut dapat menimbulkan komplikasi berupa keguguran spontan, kematian intrauterin yang tidak dapat dijelaskan dan abrupsio plasenta tentang efek kehamilan yang dipersulit oleh tumor paru. Penyebab komplikasi ini tidak dipahami secara jelas, namun diperkirakan karena ada interaksi tumor paru dengan sistem kehamilan berkaitan dengan hal biokimia dan hormonal. Manifestasi klinis tumor paru meliputi batuk, hemoptisis dan gejala obstruksi bronkial. Namun, beberapa pasien dengan tumor paru perifer tidak menunjukkan gejala.10

Pengaruh tumor paru pada kehamilan pada umumnya tidak mempengaruhi janin, kecuali pada stadium lanjut yang dapat bermetastasis secara transplasenta, namun sesak nafas yang berat dan dapat menyebabkan hipoksemia ibu sehingga berefek pada janin. Hipoksia janin terjadi sebelum hipoksia ibu terjadi. Tumor paru pada kehamilan berdampak penting bagi ibu dan janin selama kehamilan dan persalinan. Dampak yang terjadi dapat berupa kelahiran prematur, usia kehamilan muda, anemia pada kehamilan, abrupsio plasenta, korioamnionitis, dan pertumbuhan janin terhambat yang nantinya dapat menyebabkan kematian janin.14

Komplikasi pada kehamilan dengan DKP ada adalah pada kehamilan muda rahim yang bertambah besar dapat tertahan/terhalang keluar dari true pelvic, jarang dijumpai kecuali pada panggul sempit absolut. Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh bagian terbawah janin, menyebabkan fundus uteri tetap tinggi dengan keluhan sesak, sulit bernafas, terasa penuh diulu hati dan perut besar. Perut seperti abdomen pendulus (perut gantung), malpresentasi dan malposisi, tali pusat terkemuka dan menumbung, kepala tidak turun kedalam rongga panggul pada trimester terakhir, biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi rata-rata.1,10,15

(6)

Kekurangan Energi Kronik Dan Anemia Berat

karena tertahan pada pintu atas panggul, karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering terjadi tali pusat menumbung, Moulage kepala berlangsung lama, inertia uteri sekunder. Pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inertia uteri primer. Partus yang lama akan menyebabkan peregangan pada segmen bawah rahim (SBR) dan bila berlarut-larut, dan apabila his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul yang sempit dapat terjadi ruptur uteri. Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi nekrotik dan terjadilah fistula.2,10,16,17

Komplikasi pada janin yang akan timbul adalah partus yang lama misalnya yang lebih lama dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya akan menyebabkan kematian janin intrapartal, prolapsus foeniculi dapat menimbulkan kematian anak, moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan intrakranial, terutama kalau diameter biparietal berkurang lebih dari ½ cm. Selain dari itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan, terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietale) malahan dapat terjadi fraktur impressi, kaput suksadaneum dan sefalohematoma yang besar, robekan pada tentorium serebri karena moulage yang hebat dan lama, fraktur pada tulang kepala oleh karena tekanan yang hebat dari his.2,16,17

Prognosis pasien yang menderita disproporsi kepala panggul dapat dikatakan buruk apabila CV <8½ cm (kesempitan berat), dan dapat dikatakan baik apabila CV 8½ cm-10 cm (kesempitan ringan).5,18

Simpulan

Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir (passage). Disproporsi kepala panggul merupakan keadaan yang menggambarkan ketidak-seimbangan antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak bisa keluar melalui vagina. Persalinan percobaan ialah percobaan untuk persalinan pervaginam pada wanita-wanita dengan panggul sempit relatif. Sedangkan seksio sesaria dapat dilakukan pada

wanita-wanita yang memiliki panggul sempit absolut.

Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010.

2. Rusleena T, Kasemsri S, Theera T. Short stature as an independent risk factor for cephalopelvic disproportion in a country of relatively small-sized mothers. Arch Gynecol Obstet. 2012; 285(6); 1513-6.

3. Carol KB, Nina C, Jennifer T. The challenging pelvic examination. J Gen Intern Med. 2011; 26(6):651-7.

4. Stalberg K, Bodestedt A, Lyrenäs S & Axelsson O. A narrow pelvic outlet increases the risk for emergency cesarean section. Acta Obstet Gynecol Scand. 2006; 85(7):821-4.

5. Sastrawinata SR. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Jakarta: EGC; 2013.

6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC. Spong CY. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013. 7. Andrew M, Alfred O, Ruth D, Stephen EH &

Amanda IP. Fetal head circumference, operative delivery, and fetal outcomes: a multi-ethnic population-based cohort study. 2013; 13(1): 106-12.

8. Lorie M, Harper MD, David M, Stamilio, Anthony O, George AM. Vaginal birth after cesarean for cephalopelvic disproportion: effect of birth-weight difference on success. Obstet Gynecol. 2011; 117(1):343-8. during pregnancy: a narrative review. Cairo University: Journal of Advances Research.

2016; 7(1):571-4.

11. Nicholson JM, Kellar LC. The active management of impending cephalopelvic disproportion in nulliparous women at term: a case series. J Pregnancy. 2010; 70(8):615-20.

(7)

Kekurangan Energi Kronik Dan Anemia Berat

cephalopelvic disproportion. J Med Assoc Thai. 2006; 89(6): 735-40.

13. Janna LM & Timothy RHR. Nutrition in pregnancy: optimising maternal diet and fetal adaptations to altered nutrient supply. nutritients. 2016; 8(6): 324-9

14. Fariba Binesh, Mohammad Samet, and Taghi Roshan Bovanlu. A case of pulmonary carcinoid tumour in a pregnant woman successfully treated with bronchoscopic (electrocautery) therapy. BMJ Case Rep. 2013; 10(11): 1-4.

15. Maharaj D. Assessing cephalopelvic disproportion: back to the basics. Obstet Gynecol Surv. 2010; 65(6): 387-95.

16. Tsvieli O, Sergienko R, Sheiner E. Risk factors and perinatal outcome of pregnancies complicated with cephalopelvic disproportion: a population-based study. Arch Gynecol Obstet. 2012; 285(4): 931-6. 17. Julia T, Uma MR, Chun-Chih H, Rita WD,

Helain JL, Kathrine L. Obstetric complications, neonatal morbidity, and indications for cesarean delivery by maternal age. Obstet Gynecol. 2013; 122(6): 1184-95.

Gambar

Gambar 1. Cara mengukur konjugata diagonalais

Referensi

Dokumen terkait

Nilai TPT, kadar protein dan persentase protein pada kalus dari empat komposisi media, tunas in vitro, daun dan akar dari tanaman di lapang seperti terlihat

Untuk menentukan viskositas cairan digunakan metode Ostwald berdasarkan hukum Heagen Poiseuille dengan prinsipnya didasarkan pada waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah

- Sistem informasi dan monitoring zakat - Sistem informasi dan monitoring wakaf - Penguatan sosialisasi - Kerjasama kelembagaan (Baznas, BWI, dll) - Kerangka aturan sektor

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang ritel RALS melalui department store Ramayana beroperasi di segmen pakaian dan aksesoris dan melalui segmen supermarket Spar

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Sumber Daya Manusia, Prasarana dan Lingkungan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai Kopertis Wilayah I di Medan..

Dalam hal perhitungan melalui bobot masing-masing jenis kegiatan maka barchat dapat dilengkapi dengan suatu kurva yang dikenal dengan Kurva “S”, yang merupakan fungsi

Melalui contoh gambar yang diberikan guru siswa dapat menyebutkan contoh-contoh perubahan pada daratan dengan benara. Melalui contoh gambar yang diberikan guru, siswa dapat

pelaksanaan ataupun akibat adanya kesalahan perencanaan yang sebelumnya tidak terdeteksi. Struktur direncanakan dengan metode-metode khusus, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan