• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN PEWARNA TENUN IKAT DI DESA KALIUDA KECAMATAN PAHUNGA LODU KABUPATEN SUMBA TIMUR Weaving Cloth Coloring Plant Identification In Kaliuda Village Pahunga Lodu East Sumba Yanete Wori Hana, Lusia Sulo Marimpan dan Wilhelmina Seran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN PEWARNA TENUN IKAT DI DESA KALIUDA KECAMATAN PAHUNGA LODU KABUPATEN SUMBA TIMUR Weaving Cloth Coloring Plant Identification In Kaliuda Village Pahunga Lodu East Sumba Yanete Wori Hana, Lusia Sulo Marimpan dan Wilhelmina Seran"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN PEWARNA TENUN IKAT DI DESA KALIUDA

KECAMATAN PAHUNGA LODU KABUPATEN SUMBA TIMUR

Weaving Cloth Coloring Plant Identification In Kaliuda Village Pahunga Lodu East Sumba

Yanete Wori Hana, Lusia Sulo Marimpan dan Wilhelmina Seran

Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Jln. Adisucipto Penfui-Kupang, NTT 85001

ABSTRAK

Pembuatan kain tenun ikat di Sumba Timur menggunakan zat pewarna alam yang berasal dari bagian tumbuhan penghasil warna (kulit kayu, batang, daun, akar, dan daging buah) dan merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi jenis tanaman pewarna tenun ikat di Desa Kaliuda Kecamatan Pahunga Lodu Kabupaten Sumba Timur, (2) Mengetahui bentuk pemanfaatan dan upaya Konservasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret di Desa Kaliuda, Kecamatan Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur menggunakan metode studi kepustakaan, wawancara dan pengamatan (observasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengrajin tenun ikat menggunakan 5 spesies. Spesies tersebut berhasil teridentifikasi terdiri dari 4 famili yakni Fabaceae, Rubiaceae, Symplocaceae, dan Euphorbiaceae. Dari kelima jenis tanaman pewarna yang digunakan sebagai pewarna tenun ikat yaitu tanaman Nila (Indigofera tinctoria L.), Mengkudu (Morinda citrifolia L.), Loba (Symplocos sp.), Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.) dan Dadap (Erythrina variegata L.). Habitus tanaman pewarna yang paling banyak ditemukan adalah habitus pohon dengan 4 spesies. Bagian tanaman pewarna yang paling banyak digunakan adalah daun dan kulit batang/cabang. Tanaman pewarna diperoleh paling banyak yaitu dari kebun, dimana tanaman tersebut sudah dibudidayakan oleh masyarakat. Tanaman pewarna tenun ikat tumbuh di ketinggian mulai dari 0-250 mdpl s/d 750-1000 mdpl dan tingkat kemiringan mulai dari daerah datar s/d daerah landai.

Kata Kunci : Hasil Hutan Bukan Kayu, Identifikasi , Tanaman Pewarna, Tenun Ikat

ABSTRACT

The making of woven cloth in East Sumba is use a natural essence dye from a part of plants that can product color like bark, stem, routs, and leaft and is a part of non-wood forest prodact. The purpose of this reseach is 1. To identification a kind of plants that can use to coloring a cloth in Kaliuda village, sub-disrict Pahunga Lodu East Sumba. 2. To Know about a kind of usage of that plants and eforts like conservation to fill the local people necessary of this plants. This research was conducted in Februari-march in Kaliuda Village, with using literature stud method, interviews, and observation. The result of this reseaerch is craftima of te moven clothing using species already identification which is from 4 family like Fabaceae, Rubiaceae, Symplocaceae, and Euphorbiaceae. From the species that can coloring the cloth is Nila, Mengkudu, Loba, Kemiri and Dadap. The habitat of this plants that found the most is a tree habitat with 4 species. The part of plants that using the most is leaft and bark or stems. The plants is found most in the garden of local people, and the plants is already cultivation by the comunity there. This plants is grow in elevated place start from 0-250 meters above the sea until 750-100 above the sea, and with the elevation start from flat teritory until slope teritory.

Keywords : Non-Wood Forest Prodact, Identification , Woven Cloth

PENDAHULUAN

(2)

zat warna alami yang berasal dari tanaman ataupun hewan.

Pembuatan kain tenun ikat Sumba Timur menggunakan zat pewarna alam yang berasal dari bagian tumbuhan penghasil pewarna (kulit kayu, batang, daun, akar, dan daging buah) dan merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Zat pewarna alam ini diperoleh dengan ekstraksi atau perebusan secara tradisional. Bagian-bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk zat pewarna alam adalah kulit kayu, batang, daun, akar dan daging buah.

Desa Kaliuda merupakan satu-satunya desa di Kabupaten Sumba Timur penghasil kain tenun ikat yang mempunyai motif yang unik, warna yang lebih cemerlang dan juga merupakan salah satu sentra produksi kain tenun ikat yang menggunakan pewarna alam di Kabupaten Sumba Timur. Dinamakan tenun ikat karena sebelum diberi warna, benang yang akan ditenun diikat dengan tali rafia atau kalita pada bagian-bagian tertentu, kemudian dicelupkan ke dalam cairan pewarna alam (biru atau merah). Bagian yang diikat tersebut setelah dibuka tetap berwarna putih, sedangkan bagian yang tidak diikat menjadi berwarna sesuai dengan warna cairan. Saat ditenun benang-benang tersebut akan membentuk pola ragam hias dengan warna tertentu (Langgar, 2014

Tanaman pewarna tenun ikat yang digunakan oleh masyarakat ada yang sudah dikenal dan ada pula yang belum dikenal dalam ilmu pengetahuan yang dapat berfungsi sebagai bahan baku pewarna alam tetapi telah dimanfaatkan oleh pengrajin tenun ikat sebagai bahan baku pewarna tenun ikat. Salah satu pekerjaan yang harus dilakukan sebelum penyebarluasan pemanfaatan tanaman pewarna adalah pengenalan tanaman pewarna tenun ikat. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi tanaman pewarna tenun ikat secara khusus yang digunakan masyarakat pengrajin tenun ikat, selain untuk mendekatkan masyarakat pengrajin tenun ikat kepada pemanfaatan tanaman pewarna tenun ikat sekaligus juga berfungsi sebagai sarana untuk mengikutsertakan masyarakat dalam upaya konservasi untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuaan mengidentifikasi jenis tanaman pewarna tenun ikat di desa kaliuda kecamatan pahunga lodu kabupaten sumba timur, mengetahui bentuk pemanfaatan dan upaya konservasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Kaliuda Kecamatan Pahunga Lodu Kabupaten Sumba Timur, yang berlangsung dari bulan Februari – Maret 2018.

(3)

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis Laptop, kamera, kantong plastik, perekam suara, Global Positioning System (GPS), software Quantum GIS versi 2.12.2, software SAGA GIS versi 6.0, dan bahan yang digunakan adalah tanaman pewarna dan Data Elevation Model (DEM).

Pada penelitian ini dikumpulkan dua jenis data yaitu data sekunder dan data primer. Data primer yang dikumpulkan meliputi jenis-jenis tanaman penghasil warna yang digunakan, bagian yang digunakan, cara pengolahan, warna yang dihasilkan, lokasi tanaman, tipe habitus dan upaya konservasi yang dilakukan, serta data karakteristik responden (Nama, Jenis Kelamin, Usia, Mata Pencaharian, Penghasilan Dan Pendidikan) yang diwawancarai. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan pengamatan langsung. Data-data yang diambil antara lain kondisi umum lokasi penelitian berupa letak kawasan dan kondisi biofisik lokasi penelitian serta kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di lokasi penelitian.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang berprofesi sebagai pengrajin kain tenun ikat di Desa Kaliuda. Populasi terdiri atas 60 orang pengrajin tenun ikat di Desa Kaliuda. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 52 orang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Studi Kepustakaan

Data kepustakaan atau data sekunder ini bertujuan memperoleh konsep-konsep yang bersifat membantu sebagai landasan teoritis.

2. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan responden menggunakan panduan kuesioner. Wawancara dilakukan dengan menggali informasi tentang pengetahuan responden mengenai jenis tumbuhan sebagai pewarna tenun ikat, bagian yang digunakan, cara pengolahan, tempat tumbuhan tersebut ditemukan, habitus, dan upaya konservasi tanaman pewarna tenun ikat. yang belum diketahui nama jenisnya dibuatkan spesimen herbarium guna diidentifikasi.

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif menggunakan statistika untuk mengetahui Frekuensi dan Persentase tanaman pewarna sedangkan pengolahan data secara kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi tanaman pewarna dalam nama umum, nama lokal, nama ilmiah, famili/suku, bagian yang digunakan, cara pengolahan, warna yang dihasilkan dan tindakan konservasi yang dilakukan oleh masyarakat. Sedangkan untuk mengetahui lokasi penyebaran, elevasi, kelerengan, dan vegetasi spesies tanaman pewarna tenun ikat yang dimanfaatkan oleh pengrajin tenun ikat di Desa Kaliuda di analisis menggunakan software GIS dan software SAGA.

HASIL DAN PEMBAHASAN Letak dan Luas Wilayah

Secara administratif Desa Kaliuda termasuk dalam Kecamatan Pahunga Lodu Kabupaten sumba Timur yang memiliki 8 RW dan 16 RT. Desa Kaliuda terletak 3 km sebelum kantor Camat Tandening Kabupaten Sumba Timur. Luas wilayah Desa Lambakara adalah 10.100 m2 dengan batas-batas antara lain :

(4)

Jenis-Jenis Tanaman Pewarna Tenun Ikat

Hasil wawancara dan diketahui bahwa pengamatan yang dilakukan di lapangan, jenis tanaman pewarna yang digunakan oleh pengrajin tenun ikat, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Tanaman Pewarna Tenun Ikat Yang Digunakan Oleh Pengrajin Tenun Ikat Desa Kaliuda

No. Nama Lokal Nama Umum Nama Ilmiah Famili

1. Wora Nila Indigofera tinctoria L Fabaceae

2. Kombu Mengkudu Morinda citrifolia L Rubiaceae

3. Loba Loba Symplocos Sp Symplocaceae

4. Kawalu Kemiri Aleurites moluccana L Euphorbiaceae

5. Walakari Dadap Erythrina variegata L Fabaceae

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2018

Tanaman pewarna yang ditemukan dan digunakan oleh pengrajin tenun ikat di Desa Kaliuda berjumlah 5 Spesies. Spesies tersebut berhasil teridentifkasi terdiri dari 4 famili yakni Fabaceae, Rubiaceae, Symplocaceae, dan Euphorbiaceae. Berdasarkan Peraturan Menteri No. P35/ Menhut-II/ 2007, kelima jenis tanaman pewarna tenun ikat diantaranya berupa hasil hutan bukan kayu (HHBK), dimana bagian yang dimanfaatkan adalah buah, akar dan kulit kayu (pepagan).

Jenis Nila (Indigofera tinctoria) umumnya dipungut pengrajin di kebun atau di pekarangan. Menurut Lemmens &Wulijarni-Soetjipto (1999), marga Indigofera mencakup perdu, perdu kecil dan terna (yang kemudian berkayu di pangkal batangnya), tingginya bervariasi 1 sampai 3 m, dapat tumbuh dari 0 sampai 1.650 m dpl. Jenis-jenis Indigofera tumbuh di tempat terbuka dengan sinar matahari penuh. Dari pengamatan di lapangan, jenis yang umumnya digunakan sebagai bahan pewarna biru atau hitam di Desa Kaliuda adalah Nila (Indigofera tinctoria L)., berupa semak/terna dengan tinggi sampai satu meter.

Akar Mengkudu (Morinda citrifolia) dipungut pengrajin dari pohon yang tumbuh di pekarangan, kebun dan hutan. Menurut Lemmens &Wulijarni-Soetjipto (1999), Morinda citrifolia L. Adalah tumbuhan berupa perdu atau pohon kecil yang bengkok-bengkok dengan tajuk merunjung, tinggi 3–10 m, memiliki akar tunggang yang tertancap dalam, pepagannya berwarna cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuningan. Pepagan akar mengkudu mengandung bahan pokok pewarna morinda yang merupakan bentuk hidrolisis (merah) dari glikosida morindin.

Symplocos Sp. berupa perdu sampai pohon. Menurut Hadi (2013), terdapat dua jenis Loba (Symplocos Sp) yaitu Loba manu (Symplocos fasciculata) dan Loba wawi (Symplocos chochichinensis). Kedua jenis tumbuhan tersebut hidup pada ketinggian 600–1.200 m dpl terutama di Pulau Sumba dan Flores. Loba manu (S. fasciculata) kebanyakan dijumpai berupa perdu, dengan tinggi maksimal 14 meter, diameter batang mencapai 30 cm. menunjukan luasan tutupan mangrove meningkat sebanyak 50% menjadi 175,70 ha.

Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.) berupa pohon besar, tinggi mencapai 40 m. Pepagannya berwarna abu-abu dan sedikit kasar. Perbanyakan kemiri dilakukan dengan menggunakan biji. Daging buah kemiri digunakan untuk bumbu masak, obat-obatan, bahan baku cat, sabun, kosmetik dan juga sebagai bahan pewarna tenun ikat.

(5)

Kulit batang Dadap (Erythrina variegata) mengandung saponin, flavonoid dan polifenol yang berperan dalam pewarnaan kain. Disamping itu kulit batangnya juga mengandung alkaloida Cunningham dalam Takandjanji (2015).

Bentuk Pemanfaatan Tanaman Pewarna

Bagian tanaman pewarna tenun ikat yang dimanfaatkan adalah daun, kulit batang/cabang, akar dan daging buah. Cara pengolahan dilakukan dengan 2 cara yaitu direndam dan ditumbuk, warna yang dihasilkan adalah Merah, Kuning, Biru dan Hitam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 2. Bentuk Pemanfaatan Tanaman Pewarna Tenun Ikat

Pengolahan tanaman pewarna tenun ikat untuk menghasilkan warna biru yaitu dengan menggunakan daun Nila (Indigofera tinctoria L), 1 kg daun Nila (Indigofera tinctoria L) segar direndam dengan 5 liter air, diberi pemberat agar daun tetap terendam biasanya memakan waktu 24-48 jam setelah itu, masukkan ± 30 g bubuk kapur. Setelah proses di atas, benang yang sudah di ikat siap untuk proses pewarnaan. Proses pencelupan atau perendaman berlangsung selama 2 hari dan pencelupan dapat diulangi kembali apabila warna yang dihasilkan dirasa kurang terang sebanyak 4 kali perendaman. Sedangkan untuk menghasilkan warna hitam benang yang sudah proses perendaman warna biru dilanjutkan dengan perendaman menggunakan akar tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia

L) dan Kulit batang/cabang dan daun kering tanaman Loba (Symplocos Sp).

Pengolahan tanaman pewarna tenun ikat untuk menghasilkan warna Merah yaitu dengan menggunakan akar tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L) 2 karung (20 kg) dan kulit batang/cabang dan daun kering tanaman Loba (Symplocos Sp) 20 ikat (10 kg) . Sebelum akar tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L) dan kulit batang/cabang dan daun kering tanaman Loba (Symplocos Sp) terlebih dahulu dipotong kecil-kecil lalu ditumbuk secara terpisah, setelah akar tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L) dan kulit batang/cabang dan daun kering tanaman Loba (Symplocos Sp) ditumbuk, dicampurkan air secukupnya. Benang yang sudah diikat siap untuk proses perendaman selama 2 hari.

(6)

Sebaran Tanaman Pewarna Tenun Ikat

Pengambilan tanaman pewarna tenun ikat berasal dari berbagai lokasi, yakni dari lokasi penelitian, Desa Lambakara, Desa Mbrukullu, Desa Lulundilu, Desa Wairara, dan Desa Karipi. Data lokasi sebaran tanaman pewarna tenun ikat yang dimanfaatkan oleh pengrajin tenun ikat di Desa Kaliuda dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Penyebaran Jenis Tanaman Pewarna

Pengambilan tanaman pewarna tenun ikat dengan lokasi yang paling jauh yaitu tanaman Loba (Symplocos sp) yang berlokasi di Desa Karipi Kecamatan Matawai La pau yang berjarak 36 km, sedangkan tanaman yang mudah dijangkau yaitu tanaman Nila (Indigofera tinctoria L), Mengkudu (Morinda citrifolia L), Dadap (Erythrina variegata L) dan Kemiri (Aleurites moluccana L) yang berada di Desa penelitian dan ada juga di Desa lainnya seperti Desa Lambakara 3 km, Desa Mburukulu 8 km, Desa Lulundilu 14 km, Desa Wairara 16 km. Bahan baku pewarna alam yang berasal dari hasil hutan buka kayu, beberapa jenis tumbuhan umumnya diambil atau dipungut dari alam. Sedangkan Kulit batang dan daun Loba (Symplocos Sp) sebagai bahan campuran pewarna, diperoleh pengrajin dengan cara membelinya dari pedagang atau pemungut.

Sebaran Spasial Tanaman Pewarna Tenun Ikat Berdasarkan Tipe Vegetasi

(7)

Gambar 2. Sebaran Spasial Tanaman Pewarna Tenun Ikat Berdasarkan Tipe Vegetasi

Berdasarkan Gambar 2 di atas lokasi tanaman pewarna tenun ikat rata-rata yang bervegetasi semak belukar, rumput, area pertanian dan hutan lahan dengan status areal penggunaan lain (APL) atau hak hutan.

Sebaran Spasial Tanaman Pewarna Tenun Ikat Berdasarkan Elevasi

Tanaman pewarna tenun ikat yang dimanfaatkan oleh pengrajin tenun ikat berada pada ketinggian yang berbeda-beda, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Sebaran Spasial Tanaman Pewarna Tenun Ikat Berdasarkan Ketinggian

(8)

(Aleurites moluccana L) juga tumbuh di ketinggian 250-500 mdpl dan juga 500-750 mdpl. Sedangkan tanaman Loba (Symplocos Sp) dapat tumbuh pada ketinggian 750-1000 mdpl.

Sebaran Spasial Tanaman Pewarna Tenun Ikat Berdasarkan Kelerengan

Sebaran tanaman pewarna tenun ikat yang dimanfaatkan oleh pengrajin tenun ikat di Desa kaliuda bervariasi menurut tingkat kemiringan lahan. Kelas lereng 0-8 % daerah datar, kelas lereng 9-15% daerah landai, kelas lereng 16-25% daerah agak curam, 26-40% curam, > 41% sangat curam, dapat dilihat pada Gambar 4.

(9)

Tanaman pewarna yang dimanfaatkan oleh pengrajin tenun ikat di Desa kaliuda ditemukan pada kelerengan 0-8% dan 8-15%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tanaman Nila (Indigofera tinctoria L), Mengkudu (Morinda citrifolia L), Dadap (Erythrina variegata L) dan Kemiri (Aleurites moluccana L) dapat tumbuh di daerah datar, Kemiri (Aleurites moluccana L) juga dapat tumbuh kelas daerah landai. Demikian halnya dengan tanaman Loba (Symplocos sp) dapat tumbuh di daerah yang landai.

PENUTUP Simpulan

1. Tanaman pewarna yang merupakan hasil hutan bukan kayu yang terindentifikasi digunakan oleh pengrajin tenun ikat di Desa Kaliuda sebanyak 5 spesies dari 4 famili tanaman pewarna yaitu Nila (Indigofera tinctoriaL), Loba (Symplocos Sp), Kemiri (Aleurites moluccana L), Mengkudu (Morinda citrifolia L), dan Dadap (Erythrina variegata L).

2. Pemanfaatan tanaman pewarna paling dominan bagian daun dan kulit batang yang berhabitus pohon dan semak. Tanaman tersebut ditemukan di Pekarangan, Kebun, Tepi Jalan, Hutan dan Padang/savana. Tanaman yang paling banyak dimanfaatkan yang berasal dari budidaya oleh masyarakat sebanyak 5 Spesies yaitu Nila (Indigofera tinctoriaL), Loba (Symplocos Sp), Kemiri (Aleurites moluccana L), Mengkudu (Morinda citrifolia L), dan Dadap (Erythrina variegata L) sedangkan tanaman yang masih tumbuh liar 3 spesies seperti Loba (Symplocos Sp), Mengkudu (Morinda citrifolia L), dan Dadap (Erythrina variegata L).

3. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penyebab tanaman Loba (Symplocos Sp) tidak bisa tumbuh di Desa Kaliuda.

2. Perlu di rancang upaya budidaya tanaman penghasil warna yang merupakan hasil hutan bukan kayu untuk menunjang industri tenun ikat yang berkelanjutan di Desa Kaliuda, melalui pelatihan teknik budidaya jenis-jenis tanaman penghasil warna dan penyediaan bibitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Langgar, A. (2014). Kain tenun NTT, selayang pandang. Diunduh 22 Mei 2017 dari http://www.adhylanggar.info/id/kain-tenunNTT-selayang-pandang.

Lemmens, R.M.H.J, N.W Soetjipto, R.P van der Zwan, dan M.Parren. 1999. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 3 Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. PROSEA Indonesia. Bogor.

Hadi, D.S. (2013). Loba (Symplocos Sp.) sebagai bahan mordan pewarnaan alami pada tenun tradisional di Nusa Tenggara Timur . Prosiding Gelar Teknologi Hasil Penelitian Iptek untuk Kesejahteraan Masyarakat Sumba Barat (pp. 31-40). Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi.

Gambar

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1. Jenis Tanaman Pewarna Tenun Ikat Yang Digunakan   Oleh Pengrajin Tenun Ikat Desa Kaliuda
Tabel 2. Bentuk Pemanfaatan Tanaman Pewarna Tenun Ikat
Gambar 1. Peta Penyebaran Jenis Tanaman Pewarna
+3

Referensi

Dokumen terkait

Saya dapat menyelesaikan tugas dengan komputer jika ada yang mengajari saya untuk memulai.. Saya dapat menyelesaikan tugas dengan software di komputer jika diberi banyak waktu

sekitar Pulau Rakit Kecamatan Tarano, sekitar perairan Pulau Meriam, Pulau Lipan dan perairan Teluk Santong Kecamatan Plampang, sekitar Pulau Dangar Besar, Pulau Ngali,

Data dan informasi yang terkait dengan penelitian berasal dari hasil wawancara dengan informan penelitian dan hasil dokumentasi terkait dengan perilaku konsumsi

Puji Syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala berkat luar biasa yang telah diberikan kepada peneliti dari awal penelitian hingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka fenomena-fenomena yang terjadi adalah hasil penelitian atas lima perusahaan terbesar di Amerika menunjukkan bahwa

Page mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam kelompok kemasyarakatan

Penerapan teknologi informasi dan komunikasi yang secara menyeluruh di instansi pemerintah dan swasta khususnya lembaga perguruan tinggi sangat membutuhkan suatu

e) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang