• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Ektrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di SD Tahun 2018.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Panduan Ektrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di SD Tahun 2018.pdf"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua.

egala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah Tuhan Yang Mahakuasa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. Usaha membangun pendidikan senantiasa kita upayakan dari berbagai lini dan berbagai cara-cara yang dibenarkan untuk mencapainya. Penguatan pendidikan karakter yang menjadi urgensi pendidikan nasional selalu kita dorong percepatannya melalui berbagai program Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Salah satunya adalah dengan menerbitkan panduan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler bagi sekolah dasar.

Berkat usaha yang sungguh-sungguh, buku panduan Penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan yang selama ini masih penuh problematika dalam pelaksanaannya telah direviu dan siap disebarluaskan. Semua itu tiada lain untuk dapat memacu kompetensi anak-anak kita dalam proses belajar di sekolah dasar.

Kompetensi peserta didik yang utuh, terintegrasi, dan menyeluruh dapat digunakan peserta didik dalam menjalani kehidupan secara nyata. Kelak dewasa, peserta didik akan lebih siap dalam menghadapi perkembangan dunia dengan senjata kompetensi utuh yang dimilikinya. Hal tersebut merupakan harapan Indonesia sebagai bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi generasi muda agar kelak mampu mengisi kehidupan yang berkarakter kuat, berkebangsaan Indonesia yang kokoh, dan berkecakapan yang mantap.

Untuk itulah, diperlukan penanganan pendidikan yang berkualitas melalui aspek kurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan nonkurikuler dalam Kurikulum 2013. Salah satu aspek tersebut adalah ekstrakurikuler, yang perlu diimplementasikan secara nyata. Ekstrakurikuler dilaksanakan melalui dua pola yang berkaitan, yakni pola wajib dan pilihan. Semua peserta didik wajib mengikuti ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan dan peserta didik bebas memilih ekstrakurikuler pilihan sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan dalam pelaksanaannya perlu diatur dan dipandu agar dapat dengan mudah dijalankan di sekolah.

(4)

Buku Panduan ini diharapkan dapat (1) memberikan gambaran Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan secara nyata agar dapat diimplementasikan dengan baik oleh pemangku pendidikan, baik unsur Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan; (2) memberikan pedoman yang jelas dan mudah dijalankan; (3) merupakan acuan bagi pelaksana Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan.

Pada buku ini, hanya pola Blok dan Aktualisasi yang dikembangkan secara rinci termasuk contoh-contohnya. Untuk pelaksanaan pola Reguler, terdapat Buku Panduan Penerapan tersendiri yang khusus membahas kepramukaan di Gugus Depan sekolah dasar dan pelaksanaan pendidikan kepramukaan yang sesuai dengan aturan Gerakan Pramuka.

Sebagus apapun sebuah panduan, jika tidak pernah diimplementasikan, keberhasilan atau kekurangannya tidak akan pernah diketahui secara faktual. Untuk itu, hendaknya panduan ini diimplementasikan dengan baik dan benar agar diperoleh hasil yang nyata. Kemudian, dari hasil itu tentu akan dilakukan perbaikan untuk penyempurnaan panduan ini berdasarkan evaluasi dari pihak-pihak terkait.

Semoga buku ini benar-benar dapat menjadi panduan dalam mengimplementasikan pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib, khususnya di satuan pendidikan sekolah dasar.

Jakarta, Juni 2018

Direktur Pembinaan Sekolah Dasar,

Dr. Khamim, M.Pd.

(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi iii

BAB I

PENDAHULUAN 1

A. Dasar Pemikiran 1

B. Dasar Pelaksanaan 3

C. Tujuan Panduan 3

D.Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib dalam

Kurikulum 2013 4

E. Pengelola Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di

Sekolah Dasar 9

F. Daya Dukung Keterlaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai

Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah Dasar 14

BAB II

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

KEPRAMUKAAN 19

A. Konsep Dasar Metode Kepramukaan 19

B. Belajar Sambil Melakukan (Learning by Doing) sebagai Inti Metode

Kepramukaan 25

C. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Sistem Among sebagai Pondasi

Metode Kepramukaan 29

BAB III

MENYUSUN DAN MENERAPKAN MODEL BLOK 33

A. Konsep Dasar Model Blok 33

B. Sifat dan Bentuk Kegiatan EWPK Model Blok 34

C. Pengorganisasian dan Konten Kegiatan Model Blok 34

D.Tahapan Menyusun Model Blok 34

BAB IV

MENYUSUN DAN MENERAPKAN MODEL AKTUALISASI 47

A. Konsep Dasar Model Aktualisasi 47

B. Sifat dan Bentuk Kegiatan EWPK Model Aktualisasi 48

(6)

D.Tahapan Menyusun Model Aktualisasi 49

BAB V

PENILAIAN EKSTRAKURIKULER PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN 61

A. Cakupan Penilaian 61

B. Teknik Penilaian 61

C. Media Penilaian 61

D.Proses Penilaian 62

BAB VI

PENUTUP 63

(7)

BAB

I

PENDAHULUAN

A.

DASAR PEMIKIRAN

Sejak digulirkan tahun 2014, Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di Sekolah Dasar dan Menengah mengalami berbagai problematika dalam penerapannya. Hal ini secara umum disebabkan oleh kesalahan persepsi pengelola satuan pendidikan dalam memahami isi Permendikbud Nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

Persepsi yang dimaksud antara lain:

1. Anggapan yang salah apabila sekolah telah menerapkan salah satu model kegiatan antara blok, aktualisasi, dan reguler dianggap sudah menerapkan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan. Yang benar adalah sekolah menerapkan ketiga model tersebut.

2. Anggapan yang salah apabila pembina pramuka menjadi penanggungjawab pelaksanaan secara teknis dalam melaksanakan ekstrakulikuler wajib baik blok, aktualisasi maupun reguler di sekolah, sehingga guru kelas menyerahkan sepenuhnya ke pembina yang bersangkutan. Yang benar adalah guru kelas bertanggungjawab terhadap pelaksanaan secara teknis ekstrakurikuler wajib model blok dan aktualisasi. Sedangkan pembina pramuka hanya bertanggungjawab pada pelaksanaan pendidikan kepramukaan dengan model reguler. Dengan demikian nilai siswa menjadi tanggungjawab guru kelas. 3. Anggapan yang salah apabila Permendikbud nomor 63 tahun 2014 belum

mengatur secara teknis penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di sekolah. Yang benar adalah penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan telah diatur secara teknis melalui tiga model yaitu model blok, aktualisasi dan reguler.

(8)

Pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagaimana dimaksud dalam kurikulum 2013 tersebut dapat diwujudkan melalui integrasi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik dapat menemukan dan mengembangkan potensinya, serta memberikan manfaat sosial yang besar dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Disamping itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat memfasilitasi bakat, minat, dan kreativitas peserta didik yang berbeda-beda.

Pedoman pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di satuan pendidikan telah diatur dalam Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014. Kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana yang dimaksud dalam Permendikbud ini dikelompokkan menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Kegiatan ekstrakurikuler wajib adalah kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik, yakni Ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler pilihan meliputi kegiatan yang mengacu pada minat, bakat, serta kemampuan peserta didik sesuai pilihannya.

Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan bertujuan agar peserta didik kuat karakter spiritual dan sosial, mantap kebangsaan dan kenegaraan Indonesia, dan kokoh kecakapan diri sehingga peserta didik kelak mampu hidup di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, EWPK juga dilaksanakan untuk Penguatan Pendidikan Karakter bagi peserta didik.

Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti dijelaskan bahwa pembiasaan merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan yang baik dan membentuk generasi berkarakter positif. Salah satu tujuan dari penumbuhan budi pekerti antara lain adalah menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan penanganan yang serius dalam keterlaksanaan penumbuhan budi pekerti di sekolah. Penumbuhan budi pekerti memerlukan pembina yang bertanggung jawab, konsisten, berkomitmen, dan tangguh sehingga diperoleh keberhasilan pelaksanaan di sekolah. Pembina tersebut harus mempunyai metode, media, dan cara berkomunikasi yang pas sesuai dengan pola penumbuhan budi pekerti yang diinginkan.

(9)

Keberhasilan dari pembelajaran di sekolah selain dipengaruhi oleh empat aspek kompetensi tersebut, faktor lingkungan sekolah juga sangat menentukan. Lingkungan sekolah yang nyaman dan inspiratif merupakan faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan. Kenyamanan ini akan didukung oleh pembiasaan sikap dan perilaku positif yang seharusnya menjadi bagian dari proses belajar dan budaya setiap sekolah sebagai wujud pencerminan nilai-nilai Pancasila. Pembiasaan tersebut dapat dilaksanakan ke dalam implementasi Ekstrakuriluler Wajib Pendidikan Kepramukaan.

Berdasarkan latar belakang itulah, pelaksanaan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan senantiasa memerhatikan aspek yang dicanangkan ke dalam tujuh nilai dalam penumbuhan budi pekerti untuk mengkristalisasi lima nilai penguatan pendidikan karakter yaitu religius, integritas, nasionalis, mandiri, dan gotong royong. Oleh karenanya, perlu dibuat sebuah panduan yang lebih bersifat praktis dan sistematis dalam upaya menerapkan pendidikan kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah Dasar dengan nafas Penumbuhan Budi Pekerti untuk penguatan pendidikan karakter.

B.

DASAR PELAKSANAAN

Dasar yang digunakan dalam penyusunan panduan ini antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

4. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.

5. Permendikbud Nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD-MI.

6. Permendikbud Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

7. Permendikbud Nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah Dasar dan Menengah.

8. Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

C.

TUJUAN PANDUAN

(10)

D.

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI EKSTRAKURIKULER WAJIB

Istilah yang digunakan dalam Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 adalah Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan. Bukan Ekstrakurikuler Pramuka, dan bukan pula Ekstrakurikuler Gerakan Pramuka. Hal ini bermakna proses dalam pendidikan kepramukaan yang diperankan sebagai wahana inti penguatan nilai-nilai sikap dan keterampilan dalam Kurikulum 2013 melalui aktivitas kepramukaan, bukan mewajibkan peserta didik menjadi pramuka atau anggota Gerakan Pramuka.

Pendidikan Kepramukaan dinilai sangat penting untuk mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana amanat Sisdiknas. Melalui pendidikan kepramukaan dengan kekhasan metodenya, akan timbul rasa memiliki, saling tolong menolong, mencintai tanah air, dan mencintai alam. Karenanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewajibkan setiap sekolah melaksanakan Ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan melalui tiga kemasan model yang terintegrasi, yakni model blok, aktualisasi, dan reguler dengan rambu-rambu yang ditentukan.

(11)

Gambar 1.1 Skema Pengelolaan Kegiatan Ekstrakrikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan dalam Konteks Implementasi Kurikulum 2013.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolah (intramural) dan di luar sekolah (ekstramural) sebagai upaya memperkuat proses pembentukan karakter bangsa yang berbudi pekerti luhur.

Gambar 1.2 Area Pengembangan Sikap dan Keterampilan Kurikulum 2013.

Proses pembentukan karakter peserta didik akan lebih cepat terwujud manakala mereka mendapatkan lebih banyak pengalaman dalam proses pembelajaran yang senyatanya. Nyata dalam sisi konteks ruang, waktu, dan isi, serta pemaknaan dari pembelajaran yang dilakukan. Semua itu dapat diwujudkan melalui aktivitas di luar kelas dalam kondisi yang sebenarnya seperti, praktik langsung, bersosialisasi dalam kelompok, menghargai prestasi, dalam suasana menarik dan menyenangkan, dilandasi norma belajar yang kokoh, target-target yang terskenario, menghormati gender, dan dengan guru sebagai orang dewasa yang mampu menguatkan makna semua proses pembelajaran.

(12)

Gambar 1.3 Skema Penerapan Model Blok dan Aktualisasi melalui Metode Kepramukaan.

KI 1, KI 2, dan KI 4 yang konsisten dan koheren/berkaitan diaktualisasikan melalui metode kepramukaan dalam kegiatan blok dan aktualisasi. Model blok bersifat wajib, berbentuk perkemahan, dan terdapat penilaian yang bersifat umum. Model aktualisasi bersifat wajib, dilaksanakan rutin setiap minggu di luar jam pelajaran, dan terdapat penilaian formal.

KI-KD mata pelajaran yang belum tuntas di kelas, dikuatkan di luar kelas dengan kemasan metode kepramukaan. Dengan kalimat lain, metode kepramukaan sebagai pembungkus aktivitas pembelajaran dalam kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan.

(13)

Sebagai ilustrasi, KD dari beberapa muatan mata pelajaran diaktualisasikan melalui ragam teknik kepramukaan. Misal, KD muatan IPA, IPS, dan Bahasa diaktulisasikan melalui kegiatan penjelajahan.

Gambar 1.5. Contoh Skema Penerapan KI-KD melalui Teknik Kepramukaan.

Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di sekolah dasar dilaksanakan melalui tiga model berikut:

1) Model Blok; 2) Model Aktualisasi;

3) Model Reguler di Gugus Depan;

No. Nama Model Sifat Pengorganisasian Kegiatan

1. Model Blok

Wajib, setahun sekali, berlaku bagi seluruh peserta didik, terjadwal, penilaian umum

Kolaboratif

Bersifat intramural atau ekstramural (di luar

Wajib, rutin, terjadwal, berlaku untuk seluruh peserta didik dalam setiap kelas,

penjadwalan, dan penilaian formal

Guru

Pembina Pramuka

Bersifat intramural (dalam lingkungan satuan Gugus Depan Pramuka pada satuan pendidikan.

(14)

Secara lebih rinci untuk masing-masing model penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di sekolah dasar dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Model Blok memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Diikuti oleh seluruh peserta didik.

b. Dilaksanakan pada setiap awal tahun pelajaran.

c. Peserta didik Kelas I diintegrasikan di dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

d. Dilaksanakan selama 18 Jam.

e. Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Sekolah selaku Ketua Mabigus. f. Pembina kegiatan adalah Guru Kelas/Guru Mata pelajaran selaku Pembina

Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu Pembina (Instruktur Muda/Instruktur Pramuka).

2. Model Aktualisasi memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Diikuti oleh seluruh peserta didik.

b. Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.

c. Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 120 menit.

3. Model Reguler memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Diikuti oleh peserta didik yang berminat menjadi anggota Gerakan Pramuka di Gugus Depan.

b. Pelaksanaan kegiatan diatur oleh masing-masing Gugus Depan.

(15)

Dengan demikian, sekolah sebagai satuan pendidikan memiliki dua tanggung jawab. Tanggung jawab pertama, melaksanakan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan melalui model blok dan model aktualisasi. Tanggung jawab kedua, menjalankan pembinaan pramuka melalui satuan Gugus Depan yang berpangkalan di satuan pendidikan. Guru sebagai pengampu mata pelajaran berkewajiban menguatkan sikap dan keterampilan peserta didik melalui ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan secara sistematis dan terencana.

E.

PENGELOLA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER WAJIB PENDIDIKAN

KEPRAMUKAAN DI SEKOLAH DASAR

Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan dikelola oleh guru dan Pembina pramuka di satuan pendidikan dibawah tanggung jawab kepala sekolah sebagai Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan (Kamabigus). Guru berperan sebagai Pembina ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan (blok dan aktualisasi), sedangkan Pembina pramuka sebagai Pembina satuan dan pengelola Gugus Depan (reguler) yang berpangkalan di sekolah dasar.

1. Kompetensi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Satuan Pendidikan dan Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan (Kamabigus).

Dalam penerapan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap keterlaksanaan Kurikulum 2013 melalui pendidikan Kepramukaan.

(16)

Berikut uraian kompetensi Kepala Sekolah dalam penerapan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib:

1) Minimal mempunyai sertifikat kursus orientasi dan/atau berijasah Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD).

2) Memahami peran kepala sekolah selaku Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan Gerakan Pramuka di sekolahnya.

3) Mengelola Gugus Depan dengan baik dan benar.

4) Memberikan bimbingan dan bantuan yang bersifat moral, organisatoris, material, finansial, dan konsultatif kepada pembina pramuka, guru, peserta didik, dan Gugus Depan di sekolahnya.

5) Memecahkan masalah-masalah organisatoris, moral, mental, psikologis, finansial yang terjadi dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan Gugus Depan yang berpangkalan di satuan pendidikan.

6) Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana, dan sumber belajar dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan.

7) Menyerap aspirasi masyarakat untuk pengembangan pendidikan kepramukaan di sekolahnya.

8) Mengadakan hubungan koordinasi, kerjasama dan saling memberi informasi dengan pemangku kebijakan, Gugus Depan dan kwartir ranting/cabang.

9) Memberikan laporan pelaksanaan ekstrakurikuler pendidikan Kepramukaan kepada orang tua melalui raport peserta didik dan lembaga lain yang terkait secara periodik maupun secara insidentil.

10) Menghadiri musyawarah Gugus Depan, musyawarah kwartir ranting dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Gugus Depan atau di tingkat kwartir.

2. Kompetensi Guru Kelas/Guru Mata pelajaran sebagai Pembina Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan.

(17)

Gambar 1.9. Tanggung Jawab Guru dalam Penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan

Gambar 1.10 Tangung Jawab Guru sebagai Pembina Pramuka dalam Penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan

Berikut uraian kompetensi Guru dalam penerapan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib:

1) Memahami pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolahnya dan wahana penguatan sikap serta keterampilan peserta didik. 2) mengaktualisasikan materi pembelajaran dengan pendidikan Kepramukaan. 3) Memiliki kemampuan membina peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan

kepramukaan yang dibuktikan dengan sertifikat sekurang-kurangnya KMD. 4) Menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta

(18)

5) Mengikuti perkembangan kegiatan kepramukaan bernuansa kekinian (up to date), bermanfaat bagi peserta didik, dan masyarakat lingkungannya, serta tetap berada dalam koridor ketaatan terhadap Kode Kehormatan Pramuka. 6) Memerankan diri sebagai:

a) Orang tua yang dapat memberi penjelasan, nasihat, pengarahan, dan bimbingan.

b)Guru yang mengajarkan berbagai keterampilan dan pengetahuan.

c) Kakak yang dapat melindungi, mendampingi, dan membimbing adik-adiknya, yang memberi kesempatan untuk memimpin dan mengelola. d)Mitra, teman yang dapat dipercaya, bersama-sama menggerakkan

kegiatan-kegiatan agar menarik, menyenang-kan dan penuh tantangan sesuai usia golongan Pramuka.

e) Konsultan, tempat bertanya, dan berdiskusi tentang berbagai masalah. f) Motivator, memotivasi untuk meningkatkan kualitas diri dengan

berkreativitas, berinovasi, dan aktualisasi diri, dan membangun semangat untuk maju.

g) Fasilitator, memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan peserta didik.

3. Kompetensi Pembina Pramuka sebagai Pembina Satuan Gugus Depan.

Pembina Pramuka adalah anggota dewasa yang memiliki komitmen tinggi terhadap Prinsip Dasar Kepramukaan, secara sukarela bergiat bersama peserta didik, sebagai mitra yang peduli terhadap kebutuhan peserta didik, dengan penuh kesabaran memotivasi, membimbing, membantu, serta memfasilitasi kegiatan pembinaan peserta didik.

Berikut uraian kompetensi Pembina Pramuka dalam penerapan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib:

1) Mempunyai kemampuan membina yang dibuktikan dengan sekurang-kurangnya berijasah KMD.

2) Memahami kebutuhan Kurikulum 2013 dalam menjalankan sikap dan keterampilan yang harus dimiliki peserta didik.

(19)

Gambar 1.11 Tanggung Jawab Pembina Pramuka dalam Penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan

4) Memberikan pembinaan agar peserta didik:

a) memiliki berkepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani dan rohani.

b)menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan Negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan.

5) Menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta Sistem Among dalam proses pembinaan.

6) Memberi pengayaan dengan mengikuti perkembangan sehingga kegiatan kepramukaan bernuansa kekinian (up to date), bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat lingkungannya, serta tetap berada dalam koridor ketaatan terhadap Kode Kehormatan Pramuka.

7) Menghidupkan, membesarkan Gugus Depan dengan selalu memelihara kerjasama yang baik dengan orang tua/wali anggota Pramuka dan masyarakat.

8) Melaporkan hasil pendidikan kepramukaan kepada orang tua/wali dan masyarakat melalui nilai rapor ekstrakurikuler wajib.

9) Mempunyai tanggung jawab terhadap:

a) Terselenggaranya kepramukaan yang teratur dan terarah sesuai dengan visi dan misi Gerakan Pramuka.

b)Terjaganya pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan pada semua kegiatan Pramuka.

(20)

d) Terwujudnya peserta didik yang berkepribadian, berwatak, berbudi pekerti luhur, dan sebagai warga yang setia, patuh dan berguna bagi bangsa dan negaranya.

e) Dalam pengabdiannya, Pembina Pramuka bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, Masyarakat, Gugus Depan, dan diri pribadinya. 10) Memerankan diri sebagai:

a) Orang tua yang dapat memberi penjelasan, nasehat, pengarahan dan bimbingan.

b)Guru yang mengajarkan berbagai keterampilan dan pengetahuan.

c) Kakak yang dapat melindungi, mendampingi dan membimbing adik-adiknya, yang memberi kesempatan untuk memimpin dan mengelola satuannya.

d)Mitra, teman yang dapat dipercaya, bersama-sama menggerakkan kegiatan agar menarik, menyenangkan, dan penuh tantangan sesuai usia golongan Pramuka.

e) Konsultan, tempat bertanya, dan berdiskusi tentang berbagai masalah f) Motivator, memotivasi untuk meningkatkan kualitas diri dengan

berkreativitas, berinovasi, aktualisasi diri, dan membangun semangat. g) Fasilitator, memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan peserta didik.

F.

DAYA DUKUNG KETERLAKSANAAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN

Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di sekolah dasar akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan aspek-aspek berikut:

1. Pengembangan dan Penyegaran Kompetensi Pengelola

Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan kepramukaan di satuan pendidikan, diperlukan upaya peningkatan kemampuan kepala sekolah, guru, dan pembina dalam mengelola pendidikan kepramukaan.Peningkatan kemampuan tersebut dapat dilaksanakan melalui pola pengembangan dan penyegaran kompetensi yang terarah, terpadu, terus menerus, dan berkesinambungan. Mengikuti kursus-kursus yang dilakukan Gerakan Pramuka.

2. Pemenuhan Sarana Prasarana

(21)

Sarana dan prasarana adalah unsur penunjang dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan di Gugus Depan. Sarana dan prasarana tersebut memerlukan sistem pengelolaan yang mencakup perencanaan, pengadaan, pendataan, pemanfaatan, pemeliharaan, penghapusan, serta pemutahiran. Gugus Depan harus memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan dan pedoman tentang sistem klasifikasi, inventarisasi dan infromasi keberadaannya.

Merujuk pada standar sarana dan prasarana Gugus Depan sebagaimana dipersyaratkan dalam akreditasi Gugus Depan, idealnya Gugus Depan memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut.

Perlengkapan Perindukan Siaga:

1. Sanggar Gugus Depan. 2. Bendera Merah Putih. 3. Bendera Gudep. 4. Peluit.

5. Tongkat dengan standar bendera. 6. Tali Pramuka.

7. Tenda.

8. Alat kebersihan. 9. Alat dan Kotak P3K. 10. Kotak/Peti Perindukan. 11. Kantong Barung.

12. Perpustakaan dan buku-buku kepramukaan

Perlengkapan Pasukan Penggalang:

1. Sanggar Gugus Depan. 2. Bendera Merah Putih. 3. Bendera Gudep.

12. Tenda (termasuk tenda dapur). 13. Alat kebersihan.

14. Alat dan kotak P3K.

(22)

3. Pemenuhan Sumber Belajar

Pendidikan Kepramukaan diharapkan mendukung pembentukan kompetensi sosial peserta didik. Di samping itu juga dapat digunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya. Pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan yang terdiri atas:

1. Iman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Peduli terhadap bangsa, tanah air, sesama hidup, dan alam seisinya. 3. Peduli terhadap diri sendiri

4. Taat kepada kode kehormatan Pramuka.

Oleh karena hal tersebut alam merupakan sumber belajar dalam pendidikan Kepramukaan.

Pembina Pramuka sebagai pendidik wajib memahami bahwa semua kegiatan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik merupakan pencerminan dari prinsip dasar kepramukaan. Selain itu Pembina Pramuka wajib memahami: (1) Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang merupakan ciri khas pembeda pendidikan Kepramukaan dengan pendidikan lainnya dan (2) Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan merupakan dua unsur proses pendidikan terpadu yang harus diterapkan dalam setiap kegiatan.

4. Dukungan Pembiayaan

Agar pengelolaan Gugus Depan dapat berjalan secara berkesinambungan diperlukan suatu pembiayaan Gugus Depan yang tetap. Usaha-usaha pemenuhan pembiayaan Gugus Depan dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain:

a. Iuran Anggota

Iuran anggota dilakukan oleh anggota Gugus Depan (pelaksanaan model reguler). Iuran tersebut merupakan alat pendidikan bagi peserta didik dengan tujuan untuk rasa kebersamaan dan memiliki Gerakan Pramuka. Besar iuran anggota ditentukan di dalam musyawarah Gugus Depan. Iuran anggota dalam kepramukaan diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

b. Penggalangan Dana (fundrising)

(23)

c. Bantuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Bantuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), APBD atau sumber dana lainnya.

d. Wirausaha

Aktivitas usaha yang dilakukan oleh Gugus Depan yang berupa jasa, pembuatan produk, dan/atau kemitraan dengan pihak lain.

5. Dukungan Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan

Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan dan kegiatan kepramukaan di tingkat Gugus Depan, Pembina Gugus Depan perlu mengadakan hubungan dan kerjasama dengan berbagai pihak, antara lain: orang tua, tokoh masyarakat, dan dunia usaha atau dunia industri.

(24)

KEPRAMUKAAN

sebagai sebuah metode pembelajaran sangat

adaptif

dan dapat

diterapkan dalam segala kondisi.

(25)

BAB

II

PENERAPAN PEMBELAJARAN

DENGAN MENGGUNAKAN

METODE KEPRAMUKAAN

A.

KONSEP DASAR METODE KEPRAMUKAAN

Kompetensi peserta didik tidak akan terbangun dengan baik jika pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas saja. Kompetensi peserta didik yang diharapkan oleh Kurikulum 2013 sangat jelas menyatakan bahwa peserta didik diharapkan secara integratif dan holistik menguasai kompetensi sampai pada tingkat penerapan dalam kehidupan nyata.

Harapan Kurikulum 2013 itu menuntut penggunaan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yakni metode saintifik dan metode kepramukaan. Untuk di kelas, guru menggunakan metode saintifik dan untuk di luar kelas guru menggunakan metode kepramukaan.

Penerapan pembelajaran KI 1 dan KI 2, yang berkait dengan spiritual dan sosial dilakukan dengan pola Indirect Learning yaitu pembelajaran yang dijalankan dengan memadukan sebuah aktivitas yang disukai oleh peserta didik.

Pembelajaran di alam terbuka terekam pada peserta didik sehingga akan mudah muncul ketika berhadapan dengan momen tertentu.

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, belajar sambil melakukan (learning by doing) bukanlah sebuah teori baru. Dalam kepramukaan, metode belajar sambil melakukan merupakan keharusan bagi guru dan pembina Pramuka. Melalui metode tersebut, Pramuka dapat mengulang-ulang sebuah keterampilan kepramukaan sampai hafal dan bisa melakukan. Pada akhirnya, perulangan itu menjadi hasil belajar yang melekat kuat dalam diri Pramuka. Pengulangan dan pembiasan secara terstruktur akan menghasilkan perilaku yang berketerampilan penuh.

(26)

Masih banyak guru di sekolah dasar menganggap metode kepramukaan sama dengan metode pembelajaran pendidikan formal. Bahkan, guru di sekolah dasar menganggap ceramah di kelas, menulis pelajaran, dan mengerjakan tugas akan sama juga dilakukan untuk pendidikan kepramukaan.

Belajar sambil melakukan dapat dilihat pada kegiatan kepramukaan, seperti mendirikan tenda, mengecek peralatan pada saat Perkemahan Sabtu Minggu (Persami) dan tidak dibantu atau didirikan pembina. Pembina pramuka hanya mengamati dan hasil pengamatan digunakan sebagai bahan refleksi pendirian tenda ketika malam hari atau di saat santai. Tindakan pembina pramuka yang membantu mendirikan tenda untuk peserta didik,merupakan perbuatan yang tidak sesuai dari jiwa pendidikan kepramukaan. Peserta didik seharusnya mempunyai kesempatan untuk mendirikan tenda sendiri pada saat berkemah.

Penguatan metode kepramukaan secara lengkap dan utuh perlu dilakukan di setiap kursus, pelatihan, atau bentuk pendidikan yang lainnya. Satuan pendidikan dan organisasi yaitu Gugus Depan dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) harus menggunakan metode kepramukaan dalam setiap kegiatan.

Metode belajar sambil melakukan perlu didesain dengan bagus. Metode tersebut bukan diterapkan begitu saja. Pernyataan "Pokoknya berbuat" bukanlah metode belajar sambil melakukan. Metode kepramukaan harus melalui tahap-tahap yang jelas, sehingga memaksimalkan hasil pendidikan.Tahapan itu berkaitan dengan keterkaitan dengan pilar metode kepramukaan yang lain. Metode belajar sambil melakukan mempunyai urutan pembelajaran (learning syntax) yang harus diikuti agar mendapatkan hasil pendidikan yang maksimal.

Urutan pembelajaran untuk belajar sambil melakukan dalam mendirikan tenda yakni, (1) peserta didik mendirikan tenda tanpa dibantu oleh pembina pramuka, (2) pembina pramuka mengamati proses mendirikan tenda, (3) pembina pramuka mengevaluasi dan merefleksi hasil pengamatan, (4) peserta didik memperbaiki tenda berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pembina pramuka. Learning syntax tersebut dilakukan secara terus menerus pada metode kepramukaan belajar sambil melakukan.

(27)

Metode Kepramukaan harus dilaksanakan secara bersistem, berkait, dan saling memberikan makna bagi kompetensi peserta didik, seperti gambar berikut.

Gambar 2.1 Sintaks Metode Kepramukaan

1. Alam Terbuka

Alam terbuka dalam metode kepramukaan adalah sebagai tempat belajar, konteks belajar, dan wahana belajar. Peserta didik dapat belajar dengan leluasa dan lebih bebas bergerak di alam terbuka. Alam terbuka memungkinkan membuka pikiran-pikiran baru yang terbelenggu ruang, memberi kesempatan melihat lebih luas, dan belajar dalam keadaan yang senyatanya. Alam terbuka memberi ruang belajar yang bebas dan dinamis.

“Alam terbuka adalah tempat belajar yang memerdekakan peserta didik”.

2. Belajar Sambil Melakukan

Peserta didik diberi kesempatan mencoba, praktik langsung, berkreasi tanpa takut salah, dan mengalami proses belajar selanjutnya direfleksi oleh pembina pramuka untuk memberi penguatan, mengevaluasi kesalahan, dan melakukan pembetulan.

“Belajar terbaik adalah melakukan langsung apa yang dipelajari”.

METODE KEPRAMUKAAN

Alam Terbuka

Belajar Sambil Melakukan

Kegiatan Menarik & Menantang

Berke-lompok

Tanda Penghar-gaan Kiasan Dasar

Satuan Terpisah Kemitraan

Orang Dewasa

(28)

3. Kegiatan Menarik dan Menantang

Kegiatan menarik dan menantang dalam metode kepramukaan adalah suasana belajar yang penuh kejutan, kebaruan, tantangan, dan dalam kegembiraan. Ragam aktivitas belajar dikemas sedemikian rupa sehingga peserta didik dalam suasana belajarnya tidak merasa sedang belajar. Ragam aktivitas tersebut dapat berbentuk permainan, menyanyikan lagu, menerapkan ragam tepuk kinestetis, halang rintang , penjelajahan, dan bentuk aktivitas menarik dan menantang lainnya.

Peserta didik akan belajar dalam kondisi pikiran rileks tanpa tekanan dalam suasana yang menyenangkan. Hal tersebut akan memudahkan penyerapan materi pembelajaran dan akan melekat lebih lama karena proses belajarnya juga terkenang dalam memori otak mereka.

“Suasana belajar perlu dibangun untuk mendapatkan hasil belajar yang

dikehendaki”.

4. Sistem Berkelompok

Dalam sistem berkelompok akan terjadi interaksi atau hubungan sosial, fisik, dan psikis. Belajar dalam kelompok dapat memacu percepatan belajar, karena terjadi komunikasi dan kerjasama dalam tim.

Kelemahan salah satu anggota dalam kelompok akan tertutupi dengan kekuatan anggota kelompok lainnya. Sistem berkelompok dalam metode Kepramukaan difungsikan sebagai jejaring pembelajaran, memacu kerjasama, memunculkan sikap toleransi, saling menghargai dan tenggang rasa dalam anggota kelompok.

“Belajar dalam kelompok adalah upaya mempercepat pemerataan transfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik”.

5. Tanda Penghargaan

Prinsip dari pemberian tanda penghargaan adalah untuk memotivasi, pengakuan harga diri, aktualisasi diri, dan memberikan kenyamanan belajar bagi peserta didik.

(29)

Tanda penghargaan berupa Tanda Kecakapan Umum (TKU), Tanda Kecakapan Khusus (TKK), Tanda Pramuka Garuda (TPG), Tanda Ikut Serta Kegiatan (Tiska), dan lain-lainnya. Untuk tanda tersebut hanya diberikan kepada peserta didik yang mengikuti model reguler.

Jika hasil belajar layak diakui, ia layak diberikan tanda keberhasilan

belajar”.

6. Kiasan Dasar

Kiasan dasar dalam metode kepramukaan adalah sebagai sarana pemudahan, pemaknaan, penguatan, penyimbolan, dan sebagai skenario pengemasan pembelajaran. Peserta didik akan lebih mudah memahami sebuah konsep jika dibungkus dengan simbol atau kiasan.

Contoh penerapan kiasan dasar untuk memberi pesan kepada peserta didik agar kelak mereka menjadi pemimpin hebat, kita dapat menyajikannya

sebagai berikut “Adik-adikku, kelak jika kalian menjadi pemimpin maka

tirulah matahari”. Dari kalimat “tirulah matahari”, tersirat pesan bahwa

pemimpin itu berlaku adil sebagaimana matahari membagi adil sinarnya, dan

seterusnya. Kiasan dasar adalah “Tanda” dan “Penanda”. Dalam ilustrasi

“pemimpin matahari” di atas, “Tanda = Matahari” sebagai “Penanda = Kepemimpinan”. Seseorang belajar dari memaknai tanda-tanda atau simbol-simbol pengetahuan yang sengaja diciptakan atau yang telah ada secara alamiah.

“Kiasan dasar itu metakognitif, kumpulan pengetahuan yang disajikan dalam satu benda atau peristiwa ”.

7. Satuan Terpisah

Satuan terpisah dalam metode kepramukaan adalah pelaksanaan pemisahan peserta didik, puteri berlatih sesama puteri dibina oleh pembina puteri, begitupun peserta didik putera berlatih sesama putera dibina oleh pembina putera. Pengelompokan satuan terpisah ini diharapkan dapat membangun jadi diri dan kepercayaan diri.

Belajar dalam satuan terpisah membuat peserta didik merasa lebih bebas dan dapat mengeksplorasi kemampuan diri dengan lebih optimal. Peserta didik akan lebih menghormati dan menghargai satu sama lain. Satuan terpisah menghindari terjadinya perilaku asusila.

“Laki-laki dan perempuan dapat setara dalam pengetahuan dan

(30)

8. Kemitraan Orang Dewasa

Orang Dewasa dalam metode kepramukaan adalah pembina pramuka yang berperan sebagai fasilitator, organisator, motivator, dan sekaligus narasumber agar kegiatan belajar yang dilakukan terpola, tersistem serta terencana sehingga perkembangan peserta didik teramati dan terkendali. Pembina Pramuka harus mengetahui proses yang dijalani peserta didik agar dapat mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan perkembangan peserta didiknya, kemudian memberikan penguatan untuk dapat dilakukan kembali oleh peserta didik dengan lebih baik.

Meski kuat dalam belajar sambil melakukan, tetap dibutuhkan seseorang sebagai penentu hasil belajar. Peserta didik tetap membutuhkan orang dewasa yang memastikan proses belajarnya adalah benar. Guru dalam hal ini berperan sebagai orang dewasa yang menentukan hasil belajar peserta didik.

“Anak-anak belajar, harus dalam pengawasan orang dewasa sebagai pihak yang memastikan bahwa yang dipelajari adalah kebaikan”.

9. Kode Kehormatan

Kode kehormatan dalam metode kepramukaan adalah norma/aturan belajar dan juga sekaligus tujuan dari proses belajar itu sendiri. Karena itu, norma belajar bagi seorang pramuka yang juga menjadi norma hidupnya yang berupa satya dan dharma pramuka. Satya berarti janji dan darma berarti perilaku.

a. Kode Kehormatan Pramuka Siaga terdiri dari Dwisatya dan Dwidarma Pramuka;

Dwisatya

Demi Kehormatanku Aku berjanji akan bersungguh-sungguh:

 Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menurut aturan keluarga.

 Setiap hari berbuat kebaikan.

Dwidarma

1. Siaga berbakti pada ayah dan ibundanya 2. Siaga berani dan tidak putus asa

(31)

b. Kode Kehormatan Pramuka Penggalang terdiri dari Trisatya Pramuka Penggalang dan Dasadarma;

Trisatya

“Demi kehormatanku, Aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong sesama hidup, dan

mempersiapkan diri membangun masyarakat, serta menepati Dasadarma”

Dasadarma

1. Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa;

2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia; 3. Patriot yang sopan dan ksatria;

4. Patuh dan suka bermusyawarah; 5. Rela menolong dan tabah; 6. Rajin, terampil, dan gembira; 7. Hemat, cermat, dan bersahaja; 8. Disiplin, berani, dan setia;

9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya; 10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

B.

BELAJAR SAMBIL MELAKUKAN (

LEARNING BY DOING

) SEBAGAI

INTI METODE KEPRAMUKAAN

Belajar sambil melakukan merupakan siklus awal dalam pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning). Tidaklah cukup jika pembina menggunakan metode kepramukaan hanya sebatas peserta didik melakukan kegiatan tertentu saja. Berikut ini langkah-langkah menerapkan metode kepramukaan dengan baik.

1. Experience (Melakukan) 2. Sharing (Berbagi)

3. Process (mengalami)

(32)

Gambar 2.2 Siklus Eksperiential Learning

Usahakan, model penerapan metode kepramukaan dirancang untuk memungkinkan peserta didik agar belajar dengan benar-benar melakukan. Mereka belajar keterampilan berkemah, mengamati, menguatkan fisik dengan benar-benar melakukan. Belajar dengan metode kepramukaan memungkinkan peserta didik untuk berlatih dan menjadi percaya diri dalam kemampuan untuk melakukan.

Berikut ini model yang dapat digunakan sebagai sarana penerapan metode kepramukaan.

1. Alat 2. Permainan

3. Halang Rintang Buatan 4. Halang Rintang Alam 5. Penjelajahan

6. Keterampilan Produktif 7. Berkemah

(33)

Belajar dengan metode kepramukaan pada hakikatnya bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut.

a. Menumbuhkan motivasi belajar

Peserta didik akan lebih termotivasi jika dalam belajarnya mereka melakukan secara langsung. Peserta didik termotivasi untuk menyelesaikan tugas praktiknya sampai bisa karena tertantang oleh target penyelesaian. Meskipun berangkat dari sebuah kesalahan saat praktik, peserta didik akan terus termotivasi untuk melakukan hal yang dianggap benar. Pembina harus mendorong agar peserta didik memiliki rasa ingin tahu, keinginan mencoba, dan sikap mandiri, dan memberikan rangsangan dengan pemberian pujian atau tanda tangan di SKU jika berprestasi.

b. Memantik peserta didik untuk beraktivitas

Belajar sambil melakukan tentu dapat memantik peserta didik untuk beraktivitas melalui berbagai kegiatan buatan maupun alami. Contoh kegiatan buatan antara lain penciptaan permainan, kegiatan, gerakan, loncatan, merangkak, dan seterusnya. Contoh kegiatan alamiah antara lain meletakkan perkemahan yang jauh dari sumber air agar peserta dapat berjalan dan menggerakkan raganya, hujan yang tiba-tiba datang akan memantik anak untuk berinisitatif mencari tempat berteduh atau memperbaiki tenda agar tidak bocor. Dengan begitu terjadi proses interaksi edukaktif melibatkan intelek-emosional peserta didik dalam meningkatkan aktivitas dan motivasi.

c. Menghargai perbedaan individual

Belajar sambil melakukan sangat bermanfaat untuk menghargai perbedaan individual yang tampak saat peserta didik melangsungkan aktivitas praktik. Jika peserta didik berdiam diri saja, pembina akan sulit mengetahui perbedaan individual. Namun, jika peserta didik senantiasa belajar sambil melakukan, pembina akan dengan cepat mengetahui perbedaan individual yang sangat bermanfaat untuk melakukan tindakan pembinaan selanjutnya. Pembina harus memahami kondisi masing-masing peserta didik.Sangat tidak tepat jika pembina menyamakan semua peserta didik karena setiap peserta didik mempunyai bakat yang berlainan dan kecepatan belajar yang bervariasi.

d. Mengajar dengan umpan balik

(34)

e. Memudahkan penyampaian konsep

Saat peserta didik praktik langsung, kesalahan demi kesalahan akan muncul dengan sendirinya dan tanpa disadari. Saat itulah, pembina dapat menyampaikan konsep yang benar. Pembina dapat mengamati dengan seksama tindakan peserta didik. Hasil amatan itu digunakan sebagai bekal untuk perbaikan. Pembina dapat menyampaikan konsep tujuan belajar ke dalam situasi-situasi nyata. Ketika peserta didik salah langkah dalam berbaris, pembina dapat menyampaikan perbaikan perubahan langkah sesuai dengan aturan berbaris yang benar.

f. Menanamkan pemahaman yang logis dan psikologis

Dalam belajar sambil melakukan, peserta didik dapat secara langsung menerapkan berpikir logis maupun bertindak psikologis. Saat itulah pembina langsung dapat mengenali logika peserta didik. Urutan memasak akan cepat dikenali oleh peserta didik ketika mereka praktik langsung. Pengenalan urutan memasak itu akan membangun kekuatan berpikir logis peserta didik. Begitu pula, urutan tidur, makan bersama, senam, persiapan kegiatan, dan seterusnya akan membantu peserta didik bertindak logis dan menguatkan psikologisnya. Belajar sambil melakukan pada akhirnya dapat mempercepat peserta didik dalam berpikir logis dan bertindak psikologis.

Belajar sambil melakukan harus melibatkan hubungan antara perbuatan dan pemikiran. Kolb (2006:35) memberikan siklus yang melibatkan empat tahap yang berurutan, seperti pada diagram berikut.

(35)

Siklus di atas secara sederhana dapat dikembangkan menjadi D-O-R-A

(Do, Observation, Reflective, Application) dalam setiap melakukan kegiatan belajar sambil melakukan yang membentuk siklus belajar yang harus diikuti secara berurutan tanpa terputus agar mendapatkan hasil yang maksimal. Siklus itu akan terus membesar, membaik, dan menormalkan hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Gambar 2.4 Siklus Experiential Learning DORA

Diperlukan desain yang cermat dalam menggunakan metode kepramukaan. Desain tersebut harus memungkinkan peserta didik untuk memiliki kebermaknaan, pengalaman belajar yang relevan, dan dapat digunakan di masa depan. Desain itu berkaitan dengan langkah-langkah yang diterapkan dengan disiplin.

C.

PRINSIP DASAR KEPRAMUKAAN DAN SISTEM AMONG SEBAGAI

PONDASI METODE KEPRAMUKAAN

Kegiatan kepramukaan didasari oleh prinsip dasar kepramukaan, dijalankan dengan metode kepramukaan, dan dikemas dengan sistem among.

1. Prinsip Dasar Kepramukaan

Prinsip Dasar Kepramukaan merupakan azas dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan di alam terbuka yang menarik dan menantang dengan sasaran akhir pembentukan karakter.

Do

(Lakukan)

Observation

(Amati)

Reflective

(Kuatkan)

Application

(36)

Prinsip Dasar Kepramukaan terdiri atas:

a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya; c. Peduli terhadap diri pribadinya; dan

d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.

Prinsip Dasar Kepramukaan adalah landasan berpikir dan bertindak (pondasi) bagi seorang Pramuka sehingga semua prinsip merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam pelaksanaanya Prinsip Dasar Kepramukaan diibaratkan sebuah pondasi bangunan, semakin kuat ditanam maka akan semakin kokoh bangunan tersebut, sehingga semakin dalam penjiwaan prinsip tersebut, semakin kokoh pendalaman seorang Pramuka.

Penerapan Prinsip Dasar Kepramukaan dilakukan secara pribadi, dengan memahami antara lain:

a. Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dengan beribadah sesuai tata cara agama yang dipeluknya, serta menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

b. Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama dengan sesama manusia dalam kehidupan bersama yang didasari oleh prinsip perikemanusiaan yang adil dan beradab.

c. Mengakui bahwa manusia diberi tempat hidup dan berkembang oleh Tuhan Yang Maha Esa, di bumi yang berunsurkan tanah, air dan udara sebagai tempat bagi manusia untuk hidup bersama, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dengan rukun dan damai.

d. Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial serta memperkokoh persatuan menerima kebhinekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

e. Merasa wajib dan peduli terhadap lingkungannya dengan cara menjaga, memelihara dan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

f. Menyadari bahwa sebagai anggota masyarakat, wajib dan peduli pada kebutuhan diri sendiri agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

g. Selalu berusaha taat pada Satya dan Darma Pramuka dalam kehidupan sehari-hari.

Prinsip Dasar Kepramukaan memiliki fungsi, antara lain: a. Norma hidup anggota Gerakan Pramuka

Berfungsi sebagai aturan yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup lebih bahagia dan sejahtera.

b. Landasan kode etik Gerakan Pramuka

Berfungsi sebagai pedoman berperilaku dan berinteraksi sesama manusia. c. Landasan sistem nilai Gerakan Pramuka

(37)

d. Pedoman dan arah pembinaan kaum muda anggota Gerakan Pramuka

Berfungsi sebagai pedoman organisasi dalam membina kaum muda Indonesia.

e. Landasan gerak dan kegiatan Pramuka mencapai sasaran dan tujuannya Berfungsi sebagai semangat untuk mencapai tujuan pembinaan generasi muda.

2. Sistem Among

Sistem among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa, dengan sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah keharusan, paksaan, dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri, kreativitas dan aktivitas sesuai dengan aspirasi peserta didik.

Prinsip-prinsip sistem among terdiri atas:

a. Ing ngarsa sung tuladha, di depan sebagai teladan, berarti Orang Dewasa adalah figur yang diteladani peserta didik.

b. Ing madya mangun karsa, di tengah memberikan semangat, berarti Orang Dewasa adalah motivator bagi peserta didik.

c. Tut wuri handayani, di belakang memberikan dorongan, berarti Orang Dewasa adalah pemberi dukungan bagi peserta didik.

Inti dari sistem among adalah prinsip kebermanfaatan. Sebagaimana semboyan

pramuka “Siap Sedia”. Di manapun dan dalam kondisi apapun seorang pramuka

(38)

Dalam konteks pembelajaran, prinsip dasar merupakan pondasi yang melandasi proses pembelajaran. Bahwa belajar membutuhkan aturan dasar yang mengikat peserta didik dalam beraktivitas. Semua kegiatan pembelajaran tidak

boleh bertentangan dengan prinsip dasar”.

Dengan memahami konsep-konsep dalam prinsip dasar dan metode kepramukaan, guru dapat melakukan analogi-analogi dalam menerapkan

(39)

BAB

III

MENYUSUN DAN MENERAPKAN

MODEL BLOK

A.

KONSEP DASAR MODEL BLOK

Model blok merupakan kegiatan awal dalam penerapan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan. Kegiatan blok difungsikan sebagai media orientasi pendidikan kepramukaan kepada peserta didik. Kegiatan blok di Sekolah Dasar dikemas dalam kegiatan perkemahan. Bagi kelas I, II, III, IV, perkemahan dilaksanakan tanpa menginap di masa orientasi di awal tahun pembelajaran. Bagi kelas V dan VI dilaksanakan dengan menginap sekali dalam setahun dan bersifat wajib. Muatan materi kegiatan blok meliputi materi pelajaran, orientasi pendidikan kepramukaan, dan penumbuhan budi pekerti.

Sebagai ilustrasi, dalam kompetensi dasar muatan mata pelajaran ditemukan materi-materi yang butuh dipraktikkan di luar jam pelajaran dan membutuhkan waktu malam. Sebagai contoh KD membedakan siang dan malam pada kelas tinggi, peserta didik selamanya tidak akan mempelajari ciri-ciri malam hari dalam waktu yang sebenarnya dalam pendampingan guru, karena jam belajar di sekolah hanya sampai siang hari. Melalui perkemahan model blok, peserta didik berkesempatan mengamati perbedaan siang dan malam dalam kondisi yang sebenarnya dalam bimbingan guru. Hal ini dapat dilakukan dengan metode kepramukaan alam terbuka dengan teknik perkemahan. Begitulah contoh sederhana penerapan model blok di awal tahun pelajaran.

(40)

B.

SIFAT DAN BENTUK KEGIATAN MODEL BLOK

Kegiatan model blok bersifat wajib bagi seluruh peserta didik, dilaksanakanan setahun sekali di awal tahun pembelajaran, terjadwal, dengan sistem penilaian umum. Untuk peserta didik kelas I Sekolah Dasar kegiatan blok diintegrasikan dengan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Kegiatan model blok di sekolah dasar dilaksanakan dalam bentuk perkemahan selama 18 jam. Untuk kelas I, II, III, dan IV dilaksanakan tanpa menginap di lokasi perkemahan, sedangkan untuk kelas V dan VI dilaksanakan dengan menginap di lokasi perkemahan.

Pelaksanaan model blok sebagaimana tercantum dalam Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 sebagai berikut:

1. Bersifat (1) wajib, (2) dilaksanakan setahun sekali, (3) berlaku bagi seluruh peserta didik, (4) terjadwal, dan (5) panilaian umum.

2. Pengorganisasian (1) kolaboratif, (2) dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan satuan pendidikan (intramular dan ekstramular).

C.

PENGORGANISASIAN DAN KONTEN KEGIATAN MODEL BLOK

Kegiatan blok dikelola oleh secara kolaboratif antara guru sebagai Pembina ekstrakurikuler dan Pembina Satuan Gugus Depan dibawah pengendalian kepala sekolah selaku ketua Mabigus sebagai penanggungjawab keterlaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib dalam kurikulum 2013. Dalam melaksanakan kegiatan blok, kepala sekolah dapat membentuk kepanitiaan dengan melibatkan semua guru dan pembina pramuka di Gugus Depan.

Kolaboratif yang dimaksud adalah guru dapat bekerjasama dengan pembina pramuka di Gugus Depan untuk membantu merancang dan melaksanakan kegiatan perkemahan model blok.

D.

TAHAPAN MENYUSUN MODEL BLOK

Untuk menyusun model blok, berikut tahapan yang perlu dilakukan:

1) Menyusun Struktur Materi Kegiatan Model Blok

(41)

penumbuhan budi pekerti. Untuk kelas awal (kelas 1) dintegrasi dengan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Guru kelas, guru agama, guru olahraga, dan Pembina pramuka bermusyawarah untuk mengidentifikasi materi yang akan disajikan dalam kegiatan blok. Hasil musyawarah berupa struktur materi kegiatan blok dengan konten materi orientasi pendidikan kepramukaan, muatan mata pelajaran, dan penumbuhan budi pekerti sesuai jenjang kelas peserta didik.

Contoh struktur materi blok kelas 1.

No Materi Narasumber Jml. Jam

1 Orientasi Pendidikan

Kepramukaan Pembina Pramuka 4 jam

2 Penumbuhan budi pekerti Guru 4 jam

3 Pengenalan lingkungan sekolah Guru 4 jam

4 Muatan mata pelajaran Guru 6 jam

Jumlah 18 jam

Untuk kelas II s.d. VI materi dikembangkan sesuai tujuan kegiatan blok masing-masing kelas, tanpa materi pengenalan lingkungan sekolah. Selanjutnya, untuk tiap materi diperinci oleh pengelola kegiatan model blok.

2) Menyusun Silabus Kegiatan Model Blok

(42)

Gambar 3.1 Contoh Ruang Lingkup Pembelajaran dalam Buku Guru K-13

(43)

Contoh silabus Blok Kelas 1

(terintegrasi dengan materi pengenalan lingkungan sekolah)

NO KOMPETENSI

DASAR

MATERI

PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Mengikuti Orientasi Pendidikan Kepramukaan

Mengenal Siaga Mula Praktik bentuk barisan siaga

Main puzle Dwisatya dan Dwidarma

Mengenal barung dan perindukan

Mendirikan tenda

Membiasakan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan

Sholat berjamaah

Mengucapkan salam kepada guru, Pembina, dan teman.

Nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan

Menghormat bendera

Menyanyikan lagu nasional

Menyanyikan lagu daerah Interaksi positif antara

peserta didik dengan guru dan orang tua

Menghormati guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan dengan pembiasaan senyum, salam, sapa. Interaksi positif antar

peserta didik

Bertutur kata dan berperilaku santun terhadap teman sebaya.

Merawat diri dan lingkungan sekolah

Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar

Potensi Diri Peserta didik Secara Utuh

Mengajukan pertanyaan dengan mengangkat tangan kanan. Pelibatan orangtua dan

masyarakat

Menghadirkan orang tua dan tokoh masyarakat dalam kegiatan

Berkenalan dengan guru dan kepala sekolah

Mencari dan menemukan kelasku

Mencari dan menemukan ruang guru dan ruang kepala sekolah

Mencari Lokasi Kamar Mandi, Kantin, UKS dll

Lomba kerajinan melipat kertas

Lomba kerajinan kolase kertas

5. Muatan mapel MAT;

Mengenal bangun datar dan bangun

Bangun datar dan bangun ruang di sekitar

(44)

NO KOMPETENSI DASAR

MATERI

PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

ruang

menggunakan benda-benda yang ada di sekitar rumah, sekolah, atau tempat bermain.

rumah, sekolah, atau tempat bermain.

6. Muatan mapel PJOK;

Menunjukkan kemauan bekerjasama dalam melakukan berbagai aktivitas fisik.

Bekerjasama dalam berbagai aktivitas fisik. Sportifitas.

Perlombaan dalam permainan siaga

(45)

Contoh silabus Blok Kelas 5

(kegiatan 18 jam dalam bentuk perkemahan).

NO KOMPETENSI

DASAR

MATERI

PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Mengikuti Orientasi Pendidikan

Kepramukaan

Mengenal

Penggalang Ramu

Praktik upacara penggalang

Sambung kata Dasadarma

Mengenal regu dan pasukan

Mengenal tanda regu, pinru, wapinru, dan pratama

Membiasakan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan

Mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan sesuai dengan kepercayaannya

Mengucapkan salam kepada guru, Pembina, dan teman.

Nilai-nilai kebangsaan dan kebhinnekaan

Upacara Bendera

Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya

Menyanyikan lagu daerah Interaksi positif

antara peserta didik dengan guru dan orang tua

Menghormati guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan dengan pembiasaan senyum, salam, sapa.

Interaksi positif antar peserta didik

Bertutur kata dan berperilaku santun terhadap teman sebaya.

Merawat diri dan lingkungan sekolah

Membuang sampah pada tempatnya

Potensi Diri Peserta didik Secara Utuh

Mampu memimpin barisan upacara.

Pelibatan orangtua dan masyarakat

(46)

NO KOMPETENSI DASAR

MATERI

PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

4. Muatan mapel MAT;

Mengukur luas dan keliling benda-benda berbentuk lingkaran.

Berburu rantai makanan

3) Menyusun Jadwal Kegiatan Model Blok

(47)

Contoh Jadwal Kegiatan Blok Kelas 1

(terintegrasi dengan masa pengenalan lingkungan sekolah)

Kegiatan Hari Pertama; (6 jam)

No Pukul Kegiatan Tempat Pemandu

1 06.00 – 06.30

Kedatangan peserta didik diantar orang tua atau anggota keluarga lainnya

 Hormat bendera merah putih

 Pengarahan guru/kepala sekolah

 Berdoa memulai kegiatan

Lapangan

 Memilih ketua kelompok

 Membuat yell kelompok

Lapangan (kantor guru, perpustakaan, toilet, kantin, dsb)

 Hormat bendera merah putih

 Pesan guru/kepala sekolah

 Berdoa mengakhiri kegiatan

Lapangan

Guru dan Pembina pramuka

10 12.00 – 12.30

Pembiasaan nilai moral dan spiritual;

 Praktik berwudlu

 Praktik sholat dzuhur berjamaah

 Bersalaman sesudah berjamaah

Mushola sekolah atau ruang kelas

Guru agama

11 12.30 – 13.00 Peserta didik pulang dijemput orang tua atau anggota keluarga lainnya

Halaman

(48)

Kegiatan Hari Kedua; (6 jam)

No Pukul Kegiatan Tempat Pemandu

1 06.00 – 06.30

Kedatangan peserta didik diantar orang tua atau anggota keluarga lainnya

 Hormat bendera merah putih

 Pengarahan guru/kepala sekolah

 Berdoa memulai kegiatan

Lapangan

 Mendirikan tenda dibimbing guru dan pembina pramuka

 Hormat bendera merah putih

 Pesan guru/kepala sekolah

 Berdoa mengakhiri kegiatan

Lapangan

Guru dan Pembina pramuka

9 12.00 – 12.30

Pembiasaan nilai moral dan spiritual;

 Praktik berwudlu

 Praktik sholat dzuhur berjamaah

 Bersalaman sesudah berjamaah

Mushola sekolah atau ruang kelas

Guru agama

10 12.30 – 13.00 Peserta didik pulang dijemput orang tua atau anggota keluarga lainnya

Halaman

(49)

Kegiatan Hari Ketiga; (6 jam)

No Pukul Kegiatan Tempat Pemandu

1 06.00 – 06.30

Kedatangan peserta didik diantar orang tua atau anggota keluarga lainnya

 Hormat bendera merah putih

 Pengarahan guru/kepala sekolah

 Berdoa memulai kegiatan

Lapangan

 Mengenal bangun ruang melalui bentuk rumah dan benda-benda yang ditemui sepanjang

8 11.00 – 11.30 Membongkar tenda bersama-sama Lapangan

Guru dan

 Hormat bendera merah putih

 Pesan guru/kepala sekolah

 Berdoa mengakhiri kegiatan

Lapangan

Guru dan Pembina pramuka

10 12.00 Peserta pulang dijemput orang tua

atau anggota keluarga lainnya

4) Menyusun Kepanitiaan Pelaksana Kegiatan Model Blok

(50)

Contoh Susunan Panitia Kegiatan Blok

1. Penanggungjawab : Kepala Sekolah

2. Ketua Panitia : Guru

3. Wakil Ketua : Guru

4. Sekretaris : Guru

5. Bendahara : Guru

6. Bidang Kegiatan : Guru

Pembina Pramuka

Pembantu Pembina Pramuka 7. Bidang Sarana Prasarana : Guru

Petugas

8. Bidang Konsumsi : Guru

Petugas

9. Bidang Kesehatan : Guru Petugas

Susunan panitia dapat ditambahkan atau dikurangi menyesuaikan perencanaan kegiatan blok yang telah dibuat.

5) Menyusun Perangkat Evaluasi/Penilaian Kegiatan Model Blok

Penilaian kegiatan model blok bersifat umum berbentuk penilaian kualitatif. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta didik. Proses penilaian Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib menitikberatkan pada ranah nilai sikap. Keterampilan kepramukaan merupakan pendukung terhadap penilaian pendidikan kepramukaan itu sendiri. Teknik penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik. Teknik penilaian keterampilan dilakukan melalui demonstrasi keterampilannya.

(51)

Contoh Evaluasi/Penilaian Model Blok.

LAPORAN PERKEMBANGAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK SD NEGERI 001 JAKARTA PUSAT

Nomor Induk : ... Kelas/Semester : ... Nama Peserta didik : ... Tahun Pelajaran : ...

No Aspek Penilaian SKOR

4 3 2 1

1 Melakukan kegiatan peribadatan dengan tertib (sholat, doa awal kegiatan, dll )

2 Mematuhi peraturan yang telah disepakati selama perkemahan

3 Melakukan kegiatan tepat waktu dan menyelesaikan secara tuntas

4 Bersikap sportif dalam melaksanakan kegiatan 5 Menjaga fasilitaas dan lingkungan tempat kegiatan

6 Melaksanakan kegiatan dengan semangat

7 Berana mengungkapkan ide dan toleransi dalam perbedaan pendapat

8 Melakukan komunikasi dalam kelompok untuk

menyelesaikan tugas

9 Mampu berbagi tugas dan melakukan komunikasi

dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas 10 Berani melakukan penilaian dengan menggunakan

anggota tubuh

Skor Rumus: Skor akhir x 2

Deskripsi Akhir:

Jakarta, ……… 2018

Guru Pendamping Kegiatan,

(………)

(52)

Sederhananya,

model blok

merupakan kegiatan perkemahan selama 18 jam dengan muatan materi mengorientasi KI-KD yang akan diaktualisasikan selama

satu tahun pelajaran, mengenalkan kepramukaan, dan

(53)

BAB

IV

MENYUSUN DAN MENERAPKAN

MODEL AKTUALISASI

A.

KONSEP DASAR MODEL AKTUALISASI

Kegiatan aktualisasi adalah kegiatan pembelajaran di luar kelas yang difungsikan sebagai wahana mengaktualisasikan muatan sikap dan keterampilan KI-1, KI-2, dan KI-4 mata pelajaran yang tidak selesai di kelas dan/atau membutuhkan penguatan di luar kelas dengan menggunakan metode kepramukaan. Kegiatan aktualisasi di Sekolah Dasar dikemas dalam kegiatan serupa latihan kepramukaan, bersifat wajib bagi seluruh peserta didik, dilaksanakan selama 120 menit di luar jam pelajaran dalam satu minggu. Muatan materi kegiatan aktualisasi meliputi muatan materi pelajaran yang tidak selesai di kelas dan/atau membutuhkan penguatan di luar kelas ditambah penumbuhan budi pekerti.

Pelaksanaan kegiatan aktualisasi mengikuti urutan berikut:

1. Upacara Pembukaan Latihan

Upacara pembukaan latihan berisi kegiatan; a) Pengibaran bendera merah putih;

b)Penghormatan kepada bendera merah putih; c) Pengucapan Pancasila;

d)Pengucapan Dharma Pramuka; e) Pembacaan Doa; dan

f) Penjelasan teknis kegiatan oleh guru Pembina.

2. Kegiatan Inti

Berisi materi mata pelajaran yang dikemas melalui teknik kepramukaan. Teknik kepramukaan yang dapat digunakan sebagai kemasan mata pelajaran antara lain;

a) Orienteering (penjelajahan, pemetaan, observasi, penaksiran); b)Pioneering (konstruksi, tali temali);

c) Survival (berkemah, memasak, pertolongan pertama, dll); d)Komunikasi (sandi, semboyan, isyarat, tanda jejak); dan e) Teknik kepramukaan lainnya.

3. Upacara Penutupan latihan

Upacara penutupan latihan berisi kegiatan; a) Penurunan bendera merah putih;

Gambar

Gambar 1.2 Area Pengembangan Sikap dan Keterampilan Kurikulum 2013.
Gambar 1.3 Skema Penerapan Model Blok dan Aktualisasi melalui Metode Kepramukaan.
Gambar 1.5. Contoh Skema Penerapan KI-KD melalui Teknik Kepramukaan.
Gambar 1.7  Tanggung Jawab Sekolah dalam Penerapan  Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh pajak penghasilan terhadap earnings management pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri

Six tetraploid Alstroemeria clones were micropropagated by rhizome multiplication, a system whereby the shoots were cut off from the rhizome and discarded. In a three-week

Sehubungan dengan jadwal e-proc Pengadaan Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi SD / SMP (APBD Provinsi 2016 ) pada Dinas Pendidikan Kota Singkawang

berhitung secara cepat (baca: lambat ) maka bisa dipastikan anak tersebut tidak akan mampu mengerjakan soal ujian matematika tersebut secara sempurna... MENGAPA HAL

Dalam ketidakpastian, pengambil keputusan tidak dapat memusatkan perhatiannya hanya pada satu kolom saja, namun untuk seluruh tabel sehingga tidak jelas tindakan mana yang

Hal yang diharapkan oleh klien yaitu setelah dirawat dan melalui proses penyembuhan dan pengobatan klien dapat sembuh dan dapat beraktivitas seperti biasa. Saat

Selain itu, penulis juga memiliki tujuan yang sama dalam analisis teks ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana Tempo dan Gatra mendefinisikan masalah Konflik KPK-Polri

Perlu juga anda ketahui bahwa meskipun penyakit kutil kelamin ini, Umumnya tumbuh di daerah genital tapi juga bisa tumbuh di Anus, Bibir, Mulut dan Tenggorokan atau bagian tubuh