• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari "

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka

teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana

masalah penelitian akan disoroti. Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori

dan model dari literature yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu.

Dalam kerangka teoritis, secara logis dikembangkan, digambarkan, dan

dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi antara variable-variabel yang

diidentifikasi melalui survei atau telaah literature (Silalahi, 2009:92). Dalam

penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan antara lain, komunikasi,

pemasaran, komunikasi pemasaran, strategi komunikasi pemasaran, teori

pengambilan keputusan, sikap, teori AIDDA dan hotel.

2.1.1 Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama,” communico, communicatio, atau,communicare yang berarti membuat sama (to make common). Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu

adalah pikiran atau perasaan orang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Mulyana, 2000:46).

Dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society, Harold Laswell menyatakan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan

“Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa,

kepada siapa dan apa pengaruhnya.” Paradigma Laswell tersebut

menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yakni : sumber

(source), pesan (message), media (channel), penerima (receiver), efek (effect).

Komunikator atau sumber adalah pihak yang berinisiatif atau

(2)

individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.

Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam

kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau pikiran

tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang idealnya

dipahami oleh penerima pesan. Pengalaman masa lalu, rujukan nilai,

pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan sumber mempengaruhinya

dalam merumuskan pesan.

Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan sumber kepada

penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal

yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan

mempunyai tiga komponen: makna, simbol, yang digunakan untuk

menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan.

Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan

sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh

jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima,

apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Pada dasarnya saluran

komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara,

meskipun kita bisa juga menggunakan kelima indra kita untuk menerima

pesan dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan:

apakah langsung tatap muka atau lewat media cetak maupun elektronik.

Keempat, penerima, yakni orang yang menerima pesan dari

sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan,

persepsi, pola piker dan perasaanya, penerima pesan ini menerjemahkan

atau menafsirkan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang ia terima

menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini disebut

penyandian-balik (decoding).

Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia

menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak

tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dar tidak setuju menjadi

setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia

membeli barang yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya), dan lain

(3)

Komunikasi menurut Shannon dan Weaver (1949) adalah bentuk

interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya,

sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi

menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan,

seni dan teknologi. Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi adalah

proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau

lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Cangara,

2006: 20).

Sunarto (2004) menyatakan bahwa : ” Langkah langkah yang perlu

dilakukan agar komunikasi efektif adalah sebagai berikut :

1. Mengenali audiens sasaran

Seseorang komunikator pemasaran memulai pekerjaan dengan sasaran yang tertanam jelas dalam benaknya. Sasaran bias saja pembeli potensial atau pemakai lama, mereka yang mengambil keputusan pembelian atau mereka yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan itu. Audiensinya bisa saja individu, kelompok, masyarakat tertentu, atau msyarakat pada umumnya. Audiens sasaran sangat berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil komunikator, apa yang akan dikatakan, bagaimana, mengatakannya, kapan mengatakannya, dan siapa yang akan mengatakannya.

2. Menetapkan tujuan komunikasi

Setelah audiens sasaran ditentukan, komunikator pemasaran harus memutuskan respon seperti apa yang diinginkan adalah pembelian. Tetapi membeli adalah hasil dari proses panjang yang dilakukan oleh konsumen dalam pengambilan keputusan. Komunikator pemasaran perlu mengetahui dimana mereka harus dipengaruhi. Sasaran mungkin berada di salah satu dari enam tahap kesiapan- pembeli (buyer readiness stages), tahap yang biasa dilalui konsumen sebelum melakukan pembelian. Tahap-tahap ini meliputi kesadaran, pengetahuan, rasa suka, prefensi (keberpihakan), keyakinan, dan pembelian.

3. Merancang pesan

(4)

kesadaran sampai ke tahap pembelian, tetapi kerangka AIDA menyajikan kualitas yang dikehendaki dari suatu pesan yang baik. Dalam merangkai pesan, komunikator pemasaran harus menyelesaikan tiga masalah : apa yang dikatakan (isi pesan), dan bagaimana mengatakannya (struktur dan format pesan).

a. Isi pesan

Komunikator harus mencari tahu daya tarik atau tema apa yang menghasilkan respon yang dikehendaki. Ada tiga tipe daya tarik : rasional, emosional, dan moral. Daya tarik rasional berkaitan dengan minat pribadi audiens. Daya tarik ini menunjukan bahwa produk akan menghasilkan manfaat yang dikehendaki. Daya tarik emosional bertujuan untuk menggugah emosi negative maupun positif yang dapat memotifasi pembelian. Daya tarik moral ditujukan untuk apa yang dipandang para audiens sebagai “benar” dan “layak”. Daya tarik ini sering dipakai untuk mendorong orang agar mendukung gerakan-gerakan sosial.

b. Struktur pesan

Komunikator juga harus memutuskan bagaimana menangani tiga permasalahan yang berkenaan dengan struktur pesan. Yang pertama adalah apakah ia harus menarik kesimpulan atau membiarkan audiens melakukannya. Yang kedua adalah apakah menampilkan argumentasi satu sisi (hanya menyebutkan keunggulan produk), atau argumentasi dua sisi (menceritakan keunggulan produk sekaligus mengakui juga kekurangannya). Permasalahan ketiga adalah apakah menyampaikan argument terkuat di depan atau dibelakang.

c. Format pesan

Komunikasi pemasaran juga memerlukan format yang kuat untuk pesan tersebut. Dalam iklan media cetak, komunikator, harus memutuskan kepala judul, hak cipta, ilustrasi, dan warna. Untuk menarik perhatian, pengiklanan dapat menggunakan sesuatu yang unik dan kontras, ukuran dan letak pesan, serta warna, bentuk dan pergerakannya. Bila pesan disiarkan lewat radio, komunikator harus memilih kata-kata, bunyi, dan suara. Bunyi dari pembaca pengumuman yang mempromosikan jasa bank harus berbeda dari pembaca yang mempromosikan mebel bermutu.

4. Memilih media

(5)

5. Menyeleksi sumber pesan

Dampak pesan pada audiens juga dipengaruhi oleh cara memandang pengirimnya. Pesan yang disampaikan oleh sumber yang terpercaya akan lebih persuasif.

6. Mengumpulkan umpan balik

Setelah mengirimkan pesan, komunikator harus meneliti pengaruh pesan tersebut pada audiens. Ini mencakup menanyakan kepada audiens sasaran apakah mereka mengingat pesan, berapa kali mereka mengingat pesan, berapa kali mereka melihatnya, hal apa saja yang mereka ingat, bagaimana pendapat mereka mengenai pesa tersebut, dan sikap mereka, sebelum dan sesudah melihat pesan, terhadap produk serta perusahaan.”

2.1.2 Pemasaran dan Komunikasi Pemasaran 2.1.2.1Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan

oleh para pengusaha dalam usahanya mempertahankan kelangsungan

hidup perusahaan, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Berhasil

tidaknya dalam mencapai tujuan tergantung pada keahlian mereka

dibidang pemasaran, produksi keuangan maupun bidang lain, yang satu

sama lain saling berkaitan dalam mencapai tujuan perusahaan. Kata

“pemasaran” merupakan istilah yang diambil dari bahasa Inggris

“marketing” yang definisi terpendeknya adalah memenuhi kebutuhan

secara menguntungkan ( Kotler dan Keller, 2007 ).

Kotler dan Keller (2007) mengatakan bahwa Manajemen

Pemasaran adalah sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan

mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan

menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang

unggul. Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki

kebutuhan dan keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam

pertukaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan itu (Kotler dan

Sutanto, 2006).

Malcom, McDonald, Keagen (2005) mengatakan pemasaran adalah

(6)

mencapai timbal balik yang saling menguntungkan. Sunarto (2004)

mengemukakan pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu

dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai

dengan pihak lain.

Kotler dan Amstrong (2005) : “Marketing is a social managerial process where by individuals and groups obtain what they need and want through creating and exchanging products of value with others”, artinya pemasaran ialah proses sosial dan manajerial dimana individu dan

kelompok memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka melalui pertukaran

produk yang bernilai dengan orang lain. Manusia akan berusaha untuk

mendahulukan kebutuhan yang dirasakan sangat mendesak. Manusia juga

memilih produk yang menghasilkan kepuasan tertinggi dengan alat tukar

yang mereka miliki.

Boyd, et all (2003) mengemukakan pemasaran adalah suatu proses

sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan

individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain, dan untuk

mengembangkan hubungan pertukaran.

Stanton (2004) mennyatakan: “ pemasaran adalah sistem

keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan

jasa yang memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun

pembeli potensial.”

Foster (2005) menyatakan bahwa “Pemasaran sebenarnya adalah :

1. Suatu firasat yang menyatakan bahwa arah perusahaan lebih dipengaruhi oleh kemudahan produksi atau teknik yang dimiliki.

2. Suatu proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian usaha yang sistematik. Suatu bentuk organisasi

3. Pemasaran menggunakan wadah dan system lebih maju 4. Suatu system komersial

5. Merancang Inovatif

(7)

Lamb, et all (2003) mengatakan pemasaran merupakan proses

perencanaan dan menjalankan konsep harga, promosi, dan distribusi

sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu

memuaskan individu dan organisasi.

2.1.2.2Pemasaran Jasa

Konsep pemasaran jasa pada hakekatnya sama dengan pemasaran

produk. Dalam kedua hal tersebut, pemasaran harus memilih dan

menganalisis pasar dan sasarannya kemudian suatu program pemasaran

harus dibangun sekitar bagian-bagian dari marketing mix. Sumarni dan

Soeprihanto (2007) menyatakan bahwa : ”Jasa milik empat ciri utama

yang mempengaruhi design atau rancangan program pemasarannya yaitu :

1. Didengar, atau dibaui sebelum dibeli merupakan suatu yang ketidaknyataan, maksudnya jasa tidak nyata. Tidak seperti produk fisik, ia tidak dapat dilihat, dirasakan, di kecap tidak berwujud.

2. Keadaan tidak terpisahkan, maksudnya jasa-jasa diperoleh umumnya secara khusus dan dikonsumsi bersama.

3. Jasa sangat bervariasi karena tergantung pada siapa yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan.

4. Keadaan tidak tahan lama, maksudnya jasa tidak disimpan melainkan jasa itu berlaku hanya pada saat ditawarkan dan langsung digunakan.”

Converse (2007) menyatakan bahwa jasa dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

1. Personalized Service

Jasa ini bersifat personal, yang tidak dapat dipisahkan dari orang yang menghasilkan jasa tersebut, oleh sebab itu pelayanan harus ditangani sendiri oleh produsen. Pemakaian peralatan dalam hal ini tidak praktis. Saluran distribusi sangat padat karena penjualan langsung adalah paling tepat.

Personalized service dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu : a. Personal Service

b. Profesional Service c. Business Service

Yang sangat diperlukan dalam pemasaran jasa seperti ini adalah : a. Lokasi yang baik

(8)

c. Nama baik yang bersangkutan

2. Financial Service

Financial Service terdiri dari : a. Banking Service b. Insurance Service c. Investment Service

3. Public Utility and Transportation

Perusahaan Public Utility mempunyai monopoli secara alamiah, sedangkan dalam transportasi service ialah meliputi : angkutan kereta api, kendaraan umum dan sebagainya. Pelayanan di sini ditujukan untuk angkutan penumpang dan angkutan barang.

4. Entertaiment

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah usaha-usaha dalam bidang olahraga, bioskop, gedung-gedung, pertunukkan dan usaha liburan lainnya.

5. Hotel Service

Hotel bukan merupakan objek wisata, melainkan merupakan salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan, maka dalam hal ini perlu mengadakan kegiatan bersama dengan tempat rekreasi, hiburan travel biro, dan lain-lain untuk menonjolkan suatu yang khas dari objek wisata, agar dapat menjadi daya tarik tempat tersebut yang bersangkutan.”

2.1.2.3Komunikasi Pemasaran

Ada beberapa definisi komunikasi pemasaran sebagai berikut:

1. Komunikasi pemasaran adalah istilah yang menggambarkan

bagaimana organisasi perusahaan atau pemerintahan

mengkomunikasikan pesan-pesan kepada khalayak sasaran

mereka.Khalayak sasaran adalah kelompok konsumen potensial

yang menerima pesan-pesan pemasaran mereka (Lwin dan

Aitchison, 2005:5).

2. Komunikasi pemasaran adalah semua elemen-elemen promosi

dari marketing mix yang melibatkan komunikasi antarorganisasi dan target audience pada segala bentuknya

(9)

Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan

misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Komunikasi

pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya yaitu

komunikasi dan pemasaran, komunikasi adalah proses dimana pemikiran

dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antar organisasi dengan

individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan

organisasi lainnya mentranfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka

dengan pelanggannya. Sedangkan komunikasi pemasaran

mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek

yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti

yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Komunikasi

pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik

terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar.

Konsep yang secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan

adalah apa yang disebut bauran promosi atau bauran pemasaran. Di dalam

bauran pemasaran ini biasanya sering digunakan berbagai jenis promosi.

Terdapat lima jenis promosi yang biasa disebut bauran pemasaran seperti

yang dijelaskan diatas, penjualan tatap muka, humas, promosi penjualan,

publisitas serta perusahaanan langsung.

Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting

bagi perusahaan karena tanpa komunikasi konsumen maupun masyarakat

secara keseluruhan tidak akan mengetahui keberadaan produk di pasar.

Komunikasi pemasaran juga secara berhati-hati dan penuh perhitungan

dalam menyusun rencana komunikasi perusahaanan. Penentuan siapa saja

yang menjadi sasaran komunikasi akan sangat menentukan keberhasilan

komunikasi, dengan penentuan sasaran yang tepat, proses komunikasi

akan berjalan efektif dan efisien.

Tjiptono (2004) menyatakan bahwa : ” Ada tiga unsur pokok

dalam struktur proses komunikasi pemasaran, yaitu :

1. Pelaku Komunikasi

(10)

sedangkan komunikannya adalah khalayak, seperti pasar pribadi, pasar organisasi, maupun masyarakat umum (yang berperan sebagai initiator, influencer, decider, purchaser, dan user).

2. Material Komunikasi

Ada beberapa material komunikasi pemasaran yang penting, yaitu:

a. Gagasan, yaitu materi pokok yang hendak disampaikan pengirim

b. Pesan (message), yakni himpunan berbagai simbol (oral, verbal, atau nonverbal) dari suatu gagasan. Pesan hanya dapat dikomunikasikan melalui suatu media.

c. Media, yaitu pembawa (transporter) pesan komunikasi. Pilihan media komunikasi pemasaran bisa bersifat personal maupun non-personal. Media personal dapat dipilih dari tenaga penganjur (misalnya konsultan), tenaga ahli professional, atau dari masyarakat umum. Media non-personal meliputi media massa (radio, TV, internet, Koran, majalah, tabloid), kondisi lingkungan (ruangan, gedung) ataupun peristiwa tertentu (hari-hari besar atau special).

d. Response, yaitu reaksi pemahaman atas pesan yang diterima oleh penerima

e. Feed-back, yaitu pesan umpan balik dari sebagian atau keseluruhan respon yang dikirim kembali oleh penerima

f. Gangguan (noise), yaitu segala sesuatu yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Paling tidak ada lima macam gangguan yang biasanya menghambat proses komunikasi pemasaran, yaitu gangguan fisik, masalah semantik/bahasa, perbedaan budaya, efek status, dan ketiadaan umpan balik.

3. Proses Komunikasi

Proses penyampaian pesan (dari pengirim kepada penerima) maupun pengiriman kembali respon (dari penerima kepada pengirim) akan memerlukan dua kegiatan, yaitu encoding (fungsi mengirim) dan decoding (fungsi menerima).

a. Encoding adalah proses merancang atau mengubah gagasan secara simbolik menjadi suatu pesan untuk disampaikan kepada penerima.

b. Decoding adalah suatu proses menguraikan atau mengartikan symbol sehingga pesan yang diterima dapat dipahami.”

Model komunikasi pemasaran yang biasa dikembangkan pada

(11)

Model komunikasi pemasaran meliputi sender atau disebut juga sumber

(source). Seperti gambar dibawah ini.

Gambar 1

Model Komunikasi Pemasaran

Umpan Balik

Pertama kali pesan komunikasi datang dari sumber. Dalam

pemasaran sumber berarti pihak yang mengirim pesan pemasaran kepada

konsumen. Pihak yang mengirim pesan tentu saja perusahaan. Proses

selanjutnya yaitu perusahaan menentukan bagaimana pesan itu disusun agar

bisa dipahami dan direspons secara positif oleh penerima dalam hal ini

konsumen. Pada proses tersebut ditentukan pula jenis komunikasi apa yang

akan digunakan. Apakah pesan akan disampaikan melalui iklan, personal

selling, promosi penjualan, publik relation atau pemasaran langsung. Proses

enconding ini juga disebut sebagai proses menerjemahkan tujuan-tujuan

komunikasi ke dalam bentuk-bentuk pesan yang akan dikirimkan kepada

penerima.

(12)

Proses selanjutnya yaitu menyampaikan pesan melalui media. Jika

pesan dirancang dalam bentuk iklan, maka pesan harus disampaikan dalam

bentuk media cetak atau media elektronik. Pesan yang disampaikan dalam

media cetak akan berbeda bentuk dan strukturnya dengan pesan yang

disampaikan dalam media elektronik. Pesan dalam media cetak biasanya

bersifat detail dan menjelaskan karakteristik produk secara lengkap.

Sedangkan pesan yang akan disampaikan dalam media elektronik seperti

radio dan televisi tidak boleh secara detail menerangkan produk karena

akan sangat memakan biaya. Proses penyampaian pesan melalui media ini

disebut sebagai proses transmisi.

Pesan yang disampaikan melalui media akan ditangkap oleh

penerima. Ketika pesan diterima, penerima akan memberikan respons

terhadap pesan yang disampaikan. Respons yang diberikan bisa positif,

negatif atau netral. Respon positif tentu saja adalah respons yang

diharapkan oleh pengirim pesan. Respon positif identik dengan terjadinya

keserasian antara harapan pengirim pesan dengan tanggapan penerima

pesan. Dengan perkataan lain, pesan yang dirancang direspons sesuai

dengan keinginan perancang pesan. Kesesuaian antara harapan pengirim

dengan tanggapan penerima inilah yang diharapkan terjadi, karena hal ini

akan mempengaruhi perilaku konsumen secara positif. Hal yang tidak

diharapkan terjadi adalah respons negatif atau netral dari konsumen

(penerima pesan), respon negatif ini terjadi karena tidak terjadinya

keserasian antara harapan pengirim pesan dengan respons dilakukan oleh

penerima. Pengirim mengharapkan A, konsumen mengharapkan B, jadi ada

ketidaksesuaian antara harapan pengirim dengan tanggapan konsumen.

Proses memberikan respons dan menginterprestasikan pesan yang diterima

disebut sebagai proses decoding. Proses decoding berarti penerima pesan

memberi interprestasi atas pesan yang diterima.

Proses decoding ini akan dilanjutkan dengan tindakan konsumen

sebagai penerima pesan, jika pesan yang sampai diterima secara positif,

maka hal ini akan memberikan pengaruh positif pada sikap dan perilaku

(13)

konsumen untuk melakukan tindakan pembelian, karena dibatasi oleh

kemampuan daya beli. Sedangkan sikap negatif terhadap produk akan

menghalangi konsumen untuk melakukan tindakan pembelian. Janganlah

sikap negatif, sikap positif pun tidak semuanya diakhiri dengan pembelian

apalagi jika sesorang mempunyai sikap negatif, pasti akan sangat

menghalangi tindakan pembelian. Oleh karena itu, pembentukan sikap

positif terhadap produk sangat penting dilakukan oleh perusahaan.

Proses terakhir yaitu umpan balik atas pesan yang dikirimkan.

Perusahaan mengevaluasi apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan

harapan, artinya mendapat respons dan tindakan yang positif dari

konsumen atau justru pesan tidak sampai secara efektif. Pengukuran

efektifitas pesan adalah tingkat penjualan produk yang ditawarkan ke pasar.

Pesan melalui iklan disebut berhasil atau efektif jika tingkat penjualan

produk setelah proses penyampaian pesan meningkat secara signifikan.

Sebaliknya pesan yang disampaikan tidak efektif jika setelah pesan

disampaikan penjualan produk tidak meningkat, atau justru turun. Indikator

penjualan ini seharusnya menjadi sinyal awal bagi perusahaan untuk

melakukan penelitian atas pesan yang sampaikan ke konsumen. Tujuan

iklan umumnya mengandung misi komunikasi, dimana iklan adalah suatu

komunikasi massa yang dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan

informasi, mengembangkan sikap atau mengharapkan adanya suatu

tindakan yang menguntungkan bagi perusahaan.

Gitosudarmo (2003) menyatakan: ”Ada 2 jenis komunikasi pemasaran

yaitu komunikasi personal dan komunikasi nonpersonal.

1. Komunikasi Personal

Komunikasi personal adalah komunikasi dengan kontak langsung antara pihak penjual dengan pembeli atau pengusaha dengan

(14)

a. Advocate Channels

Advocate Channels adalah penganjur atau pemberi motivasi pembelian kepada konsumen, contohnya salesmen.

b. Expert Channels

Expert Channels adalah pribadi bebas yang dengan keahliannya memberikan pernyataan maupun komentar kepada konsumen. Dengan demikian konsumen mendapat pengetahuan tambahan tentang produk perusahaan yang dikomentari oleh expert channels, sehingga konsumen lebih mudah dalam mengambil keputusan pembelian.

c. Social Channels

Social Channels adalah anggota masyarakat pada umumnya, bisa tetangga,saudara, sahabat atau perkumpulan pengajian dan perkumpulan lainnya yang berbicara atau membuat pernyataan kepada konsumen.

d. Word of mouth influence

Word of mouth influence adalah komentar atau pembicaraan masyarakat secara tidak langsung, seringkali berbentuk gossip

2. Komunikasi Nonpersonal

Komunikasi nonpersonal adalah komunikasi yang membawa pesan tanpa melalui kontak pribadi. Saluran komunikasi nonpersonal ini meliputi

a. Media Massa

Terdiri dari media cetak, elektronik dan display. Media massa ditujukan pada sejumlah besar audiens atau pembaca atau konsumen potensial. Sedangkan untuk media selektif ditujukan kepada audiens tertentu saja. Media massa ini dapat mempengaruhi sikap dan prilaku pribadi melalui proses komunikasi dua tahap.

Proses komunikasi dua tahap tersebut adalah :

1. Menyajikan pendapat pemimpin atau opinion leader dalam media massa. Di sini pemimpin opini (opinion leader) akan menyatakan pendapatnya dan pendapatnya ini akan didengar atau dibaca oleh audiens atau konsumen atau masyarakat pada umumnya. Selanjutnya akan terjadi efek yang merembes ke bawah (trike down effect). Di sini pemimpin opini akan ditiru oleh audiens atau konsumen terhadap pernyataan atau prilakunya yang berkaitan dengan produk atau jasa yang dia komentari.

2. Mengadakan kontak langsung dengan pemimpin opini

(15)

sepeda santai, pertama kalinya berupaya mempromosikan sepeda santainya itu kepada para pejabat pemerintah sebagai pemimpin opini.

b. Suasana

Suasana adalah lingkungan yang diciptakan untuk meningkatkan hasrat pembeli atau mengkonsumsi suatu produk. Suasana ini harus diciptakan sedemikian rupa, terutama untuk produk baru.

c. Kejadian (peristiwa khas)

Kejadian merupakan suatu peristiwa atau suatu kesempatan yang sengaja dirancang untuk berkomunikasi dengan target audiens atau target konsumen.”

2.1.3 Strategi Komunikasi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan sesuatu yang sangat penting bagi

perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut Philip Kotler dan

Gary Armstrong (2004:81) pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang

akan digunakan oleh unit bisnis untuk mencapai tujuan pemasarannya.

(16)

Tabel 2. Elemen Strategi Pemasaran Elemen strategi pemasaran Pengertian

Target Market Fokus dari segmentasi pemasaran perusahaan

Brand names Sebuah nama, simbol, tanda yang didesain untuk

mengkombinasikan pada identitas barang atau sesuatu

yang dijual.

Brand Extention Segala usaha yang digunakan untuk menyukseskan

penggunaan brand/merek

Positioning Bagaimana konsumen mendefinisikan produk, biasanya

dikaitkan dengan keberadaan competitor

Marketing mix Sejumlah perangkat/sarana pemasaran yang digunakan

perusahaan untuk mencapai tujuan dalam target

pemasaran. Terdapat 4 variabel P yang pemasar

gunakan untuk memfasilitasi perubahan pelanggan.

a. Product Segala kebijakan terhadap produk, seperti

mengurangi/menghilangkan produk, modifikasi,

penambahan desain, pengemasan, dan lain sebagainya

b. Price Kebijakan pemberian harga mengikuti pada keinginan

kelompok target pasar

c. Place Berkaitan dengan kebijakan umum, dalam artian dimana

pemasaran menyalurkan produknya dalam kaitan

dengan lokasi atau tenpat dimana pemasar berada.

d. Promotion Kebijakan umum tentang bagaimana berkomunikasi

dengan pelanggan dengan cara mempromosikan produk,

lewat pengiklanan, sales force, sales promotion, public

relations, pameran, direct mail, dan sarana komunikasi

lain yang dikaitkan dengan pemeliharaan brand atau

merek produk.

Marketing Expenditure

Level

Anggaran yag diperlukan untuk membuat strategi

pemasaran yang profit bagi perusahaan.

Research & Development Unit dari perusahaan yang menghubungkan riset dengan

desain produk dan pengembangan produk.

Marketing research Desain sistematik, analisis koleksi dan laporan dari

(17)

2.1.3.1Marketing Mix (Bauran Pemasaran)

Maketing mix merupakan tool atau alat bagi marketer yang terdiri

dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu

dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning

yang ditetapkan dapat berjalan sukses (Lupiyoadi, 2001:58). Menurut

Tjiptono (2005:30), bauran pemasaran jasa adalah seperangkat alat yang

dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang

ditawarkan kepada pelanggan. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk

menyusun strategi jangka panjang dan merancang program taktik jangka

pendek.

Unsur-unsur bauran pemasaran jasa tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Produk (Product)

Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk

mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan

konsumen. Keputusan bauran produk yang dihadapi pemasar jasa bisa

sangat berbeda dengan apa yang dihadapi pemasar barang. Aspek

pengembangan produk jasa baru juga memiliki keunikan khusus yang

berbeda dengan barang, yakni jasa baru sukar diproteksi dengan paten.

Menurut Yoeti (2004:59), produk hotel adalah segala sesuatu yang dapat

dinikmati tamu, sejak ia sampai atau datang, selama tinggal dan menginap

di hotel, sampai ia meninggalkan hotel untuk tujuan lain. Marketer harus

dapat mengembangkan value tambahan dari produknya selain basic

features-nya, supaya dapat dibedakan dan bersaing dengan produk lain,

dengan kata lain memiliki image tersendiri (Lupiyoadi, 2001:59).

2. Harga (Pricing)

Merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk

mendapatkan suatu barang atau jasa (Lamb, dkk. 2001:268). Harga

berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis, seperti tingkat harga,

struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga di

antara berbagai kelompok pelanggan. Menurut Tjiptono (2005:181),

(18)

khususnya daya beli. Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan

dalam pemberian value kepada konsumen dan mempengaruhi image

produk serta keputusan konsumen untuk membeli. Pricing juga

berhubungan dengan pendapatan dan turut mempengaruhi supply atau

marketing channel. Akan tetapi, yang paling penting adalah keputusan

dalam pricing harus konsisten dengan strategi pemasaran secara

keseluruhan.

3. Promosi (Promotion)

Meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa

kepada pelanggan potensial dan aktual. Yang perlu diperhatikan dalam

promosi adalah pemilihan bauran promosi yang sangat penting untuk

dilaksanakan oleh perusahaan untuk memasarkan jasa dalam kegiatan

pembelian penggunaan jasa. Metode tersebut terdiri atas aktivitas

periklanan (advertising), personnel selling, promosi penjualan, public

relations, informasi dari mulut ke mulut (word of mouth), dan pemasaran

langsung (direct marketing). Meskipun secara garis besar bauran promosi

untuk sama dengan jasa, promosi jasa seringkali membutuhkan penekanan

tertentu pada upaya meningkatkan kenampakan jasa. Selain itu, dalam

kasus pemasaran jasa, personel produksi juga menjadi bagian penting.

a. Advertising

Merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal

(impersonal communication) yang digunakan oleh perusahaan baik yang

memproduksi barang atau jasa. Dalam hal ini konsumen diharapkan dapa

tertarik terhadap produk yang ditawarkan, mau membeli dan

menggunakan produk yang ditawarkan.

b. Personal Selling

Personal Selling mempunyai peranan yang penting dalam

pemasaran jasa dimana bila dibandingkan dengan media periklanan, maka

pesan yang disampaikan melalui media ini ditujukan kepada orang-orang

yang sebenarnya bukan prospek (calon pembeli/pengguna), sebaiknya

melalui personal selling, perusahaan sudah berhadapan dengan calon

(19)

c. Sales Promotion

Point of sales promotion yang diterapkan pada perusahaan ini

terdiri dari pembagian brosur, informasi sheet, dengan menjelaskan

langsung pada calon konsumen dan pemberian souvenir pada calon

customer yang akan menggunakan suatu produk tertentu.

d. Public Relations

Salah satu teknik / cara perusahaan dalam menarik calon cutomer

yang dalam hal ini bagian marketing (pemasar), yaitu pemasar tidak hanya

berhubungan dengan pelanggan perorangan saja, tetapi juga berhubungan

dengan perusahaan besar lainnya atau dengan kata lain berhubungan

dengan kumpulan kepentingan publik yang lebih besar, yaitu dengan

melakukan presentasi maupun seminar-seminar dalam produk perusahaan

tersebut.

e. Word of Mouth

Dalam hal ini customer akan berbicara kepada orang lain tentang

pengalamannya dalam menerima layanan ataupun kepuasan terhadap suatu

produk tertentu. Cara ini sangat besar pengaruhnya / dampaknya terhadap

pemasaran jasa dibandungkan dengan aktivitas komunikasi lainnya.

4. Lokasi (Place)

Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap

jasa bagi para pelanggan potensial. Menurut Lupiyoadi (2001:61), place

dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas

saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara

penyampaian jasa kepada konsumen dan di mana lokasi yang strategis.

2.1.4 Teori tentang Pengambilan Keputusan

Menurut Setiadi (2003:25), konsumen adalah raja. Konsumen

adalah individu konsumen dan pembeli berbentuk organisasi yang

menukarkan sumber daya untuk berbagai macam baarang dan jasa.

Konsumen memiliki kemampuan penuh untuk menyaring semua upaya

untuk mempengaruhi dengan hasil bahwa semua yang dilakukan oleh

(20)

konsumen. Pasar konsumen terdiri dari semua individu dan rumah tangga

yang membeli atau memperoleh barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.

Para konsumen sangat beraneka ragam menurut usia, pendapatan, tingkat

pendidikan, pola perpindahan tempat dan selera.

Tahap konsumsi berada pada tahap proses keputusan konsumen,

disinilah seorang konsumen memutuskan untuk membeli dan

menggunakan produk atau jasa atau tidak. Keputusan konsumen yang

dilakukan dalam usaha perhotelan adalah keputusan seseorang untuk

menginap di hotel tersebut. Keputusan yang dipilih konsumen dalam

memilih hotel adalah kunci bagi kelangsungan siklus sebuah hotel karena

konsumen merupakan aset. Keputusan yang diambil oleh tamu pada

prinsipnya merupakan keputusan konsumen dalam memilih hotel sebagai

tempat untuk menginap, yang secara garis besar dijelaskan dalam perilaku

konsumen.

Simamora (2003) menyatakan bahwa: ”minat beli terjadi melalui

beberapa tahap, antara lain:

1. Kesadaran (awareness), pada tahap ini perusahaan melakukan promosi agar konsumen mengenal produk dan menyadari bahwa produk tersebut ada.

2. Pengetahuan (knowlwdge), pada tahap ini perusahaan melakukan promosi yang informatif agar konsumen sasaran memiliki pengetahuan yang banyak atas produk

3. Suka (liking), pada tahap ini konsumen sudah menyukai dan berminat terhadap produk

4. Menjadikan produk sebagai pilihan (preference), pada tahap ini konsumen sudah menempatkan produk sebagai pilihan utama.

5. Yakin dengan produk (conviction), pada tahap ini konsumen memiliki keyakinan terhadap produk dan menganjurkannya pada orang lain

6. Pembelian (purchase), pada tahap ini konsumen yang sudah mengenal, tahu, suka, menjadikan produk sebagai pilihan dan yakin akan pilihannya, akan membeli pada saat yang tepat.”

Keputusan konsumen merupakan salah satu bagian yang terdapat di

dalam perilaku konsumen. Swasta dan Handoko (1994) mengemukakan

(21)

lansung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang

dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada

persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.

Semakin kompleks keputusan biasanya akan melibatkan semakin

banyak pihak yang terkait dan semakin banyak pertimbangan.

Sunarto (2004) menyatakan : ”tipe-tipe prilaku membeli

berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara

berbagai merek adalah sebagai berikut :

1. Prilaku membeli kompleks.

Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks ketika mereka benar-benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda antar merek yang satu dengan yang lain. Konsumen mungkin amat terlibat ketika produknya mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat menonjolkan ekspresi diri. Biasanya konsumen harus banyak belajar mengenai kategori produk tersebut. Orang pemasaran dari produk yang banyak melibatkan pembeli harus memahami pengumpulan informasi dan prilaku evaluasi dari konsumen yang terlibat.

2. Mengurangi ketidakcocokan

Prilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan (dissonance reducing buying behaviour) terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan diantara merek- merek yang ada. Untuk melawan ketidakcocokan ini, komunikasi purnajual orang pemasaran harus memberikan bukti-bukti dan dukungan yang membantu konsumen menyenangi pilihan merek mereka.

3. Prilaku membeli karena kebiasaan

Prilaku membeli karena kebiasaan terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan antar mereka. Proses membeli melibatkan keyakinan merek yang terbentuk karena pengetahuan pasif, diikuti dengan prilaku membeli, yang belum tentu diikuti oleh evaluasi. Karena membeli produk dengan keterlibatan rendah tidak kuat komitmennya terhadap merek apapun, pemasar produk-produk semacam itu sering kali menggunakan harga dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk

4. Mencari variasi

(22)

semacam itu, strategi pemasaran mungkin berbeda untuk merek yang menjadi pemimpin pasar dengan merek yang kurang ternama.”

Menurut Kotler dan Keller (2007:235), para sarjana pemasaran

telah menyusun “model lima tahap” proses keputusan pembelian. Para

konsumen melewati lima tahap, yaitu:

Gambar 2

Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap

1. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif mencari informasi, seperti, mencari bahan bacaan, menelepon teman dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.

3. Evaluasi Alternatif

Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

4. Keputusan Pembelian

(23)

melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub keputusan: merek, dealer, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.

Menurut Tjiptono (2005:54) Salah satu perbedaan fundamental

antara pembelian barang dan jasa adalah menyangkut proses produksi dan

konsumsi. Pada barang, tahap pembelian dan konsumsi biasanya terpisah.

Meskipun terdapat interaksi antara pemasar dan pelanggan selama tahap

pembelian aktual, tahap pemakaian barang biasanya terlepas dari pengaruh

langsung para pemasar. Sebaliknya sebagian besar jasa diproduksi dan

dikonsumsi secara bersamaan. Konsekuensinya, perusahaan jasa

berpeluang besar untuk secara aktif membantu pelanggan

memaksimumkan nilai dari pengalaman konsumsinya sehingga penyedia

jasa secara efektif mempengaruhi proses konsumsi dan evaluasi.

Menurut Prawirosentono (2002), keputusan dapat diambil dengan

masalah yang dihadapi. Cravens (1996) mengatakan bahwa dalam

pengambilan keputusan diperlukan pengetahuan tentang kebutuhan pasar

dan kecenderungan terhadap perkembangan pasar, persaingan, serta

keunggulan bersaing organisasi.

Pengambilan keputusan konsumen adalah Proses pengintegrasian

yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih

perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya (Setiadi, 2003:415).

Menurut Tjptono (2005:43), proses keputusan konsumen bisa

diklasifikasikan secara garis besar ke dalam tiga tahap utama, yakni pra

pembelian, konsumsi, dan evaluasi purna beli. Menurut Kotler dan

Amstrong (2001:226) Keputusan Konsumen adalah tahap dalam proses

pengambilan keputusan pembelian di mana konsumen benar-benar

(24)

Menurut Hasan (2008:139), proses pengambilan pembelian

berakhir pada tahap perilaku purna beli di mana konsumen merasakan

tingkat kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan akan mempengaruhi

perilaku berikutnya. Banyak orang berpendapat bahwa pembeli yang puas

merupakan iklan yang terbaik bagi produk

Agar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat,

bijaksana, dan ilmiah, maka menurut Flippo (1993), di dalam melakukan

pengambilan keputusan kita harus memperhatikan urutan langkah dalam

pengambilan keputusan, yaitu:

1. Mengenal dan merumuskan masalah yang memerlukan tindakan.

2. Menentukan alternatif pemecahan yang mungkin.

3. Mengumpulkan dan menganalisis fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah.

4. Memutuskan suatu pemecahan

Pada prinsipnya para pemasar dan pihak-pihak yang berusaha

mempengaruhi perilaku konsumen terletak pada empat promis yang

esensial, yaitu:

1. Konsumen adalah raja. Konsumen memiliki kemampuan penuh

menyaring semua upaya untuk mempengaruhi mereka, dengan

hasil bahwa semua yang dilakukan oleh perusahaan harus

disesuaikan dengan motivasi dan perilaku konsumen.

2. Motivasi dan perilaku konsumen. Dapat dimengerti melalui

penelitian prediksi yang sempurna tidak dimungkinkan, tetapi

hasil strategissangat meningkat melalui penelitian yang

dijalankan dandimanfaatkan dengan benar.

3. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan persuasif

yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang

berkuasa dandengan maksud tertentu.

4. Bujukan dan pengaruh konsumen memiliki hasil yang

menguntungkan secara sosial asalkan pengamanan hukum,

etika, dan moral berada pada tempat untuk mengekang upaya

(25)

Pada umumnya manusia bertindak rasional dan

mempertimbangkan segala jenis informasi yang tersedia dan

mempertimbangkan segala sesuatu yang bisa muncul dari tindakannya

sebelum melakukan sebuah perilaku tertentu. Para konsumen akan

melewati lima tahapan dalam melakukan pembelian yaitu: pengenalan

masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian (Kotler, 2005).

2.1.5 Teori AIDDA

Dalam komunikasi pemasaran perlu dirumuskan tujuan yang ingin

dicapai dari proses komunikasi pemasaran yang akan dilakukan. Setelah

khalayak sasaran dengan persepsinya, pemasar harus memutuskan respon

yang akan terjadi. Respon khalayak tersebut dapat berupa conitive (tahap kesadaran), affective (tahap pengaruh), behavioral tahap tindakan pembelian).

Model AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision, Action) adalah salah satu model hirarki respon yang cukup populer bagi pemasar

sebagi pedoman dalam melaksankan kegiatan pemasaran. Menurut model

ini, alat promosi harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong

minat, keinginan dan menghasilkan tindakan. Dalam membangun program

komunikasi yang efektif, aspek terpenting adalah memahami proses

terjadinya respon dari konsumen tersebut. (Phill Astrid, 2000: 117).

Berkaitan dengan menumbuhkan nilai beli, tahapan selektivitas

konsumen melalui tahapan-tahapan konsep AIDDA, dengan gambar

sebagai berikut:

1. Attention (perhatian); dalam tahap ini konsumen mempunyai perhatian terhadap suatu produk.

2. Interest (minat); kemudian konsumen metasa tertarik dan berusaha untuk memahami apakah produk itu berguna atau tidak baginya.

(26)

4. Decision (keputusan); merupakan tahap dimana konsumen mengambil keputusan untuk melakukan pemesanan produk yang diinginkan.

5. Action (tindakan); sebagai tindakan yang diambil untuk membeli atau tidak membeli produk yang ditawarkan.

Dari model di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan untuk

membeli atau tidask membeli suatu produk yang ditawarkan oleh

produsen, sangat bergantung pada diri khalayak itu sendiri. Tetapi

kecenderungan semakin sering melihat suatu iklan produk tertentu akan

cenderung mempengaruhi pemikiran seseorang untuk membeli. Hingga

dalam mencapai pasar penjualan yang diinginkan, produsen-produsen

senantiasa menggunakan perhatian khalayak untuk sedemikian rupa

disampaikan melalui pesan iklan masyarakat memutuskan untuk membeli.

Teori AIDDA Bungin (2005:6), mengatakan bahwa pengambilan

keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh

konsumen atau pembeli prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh

perhatian (attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut

yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap

berhasrat/berminat (desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan dorongan dari dalam atau ransangan persuasive dari luar maka

konsumen atau pembeli tersebut selanjutnya membuat keputusan

(decision) dan akhirnya melakukan kegiatan pembelian (action).

2.1.6 Sikap

Sikap merupakan kecenderungan orang untuk berpikir,

berperasaan, berpendapat maupun berperilaku tertentu terhadap suatu

objek. Jadi, sikap dibentuk oleh beberapa komponen, yaitu pengetahuan

(kognitif), perasaan atau penilaian (afektif), dan perilaku (behavior) tertentu. Wujud sikap adalah ekspresi setuju atau tidak setuju, menerima

(27)

promotion – seperti periklanan, promosi, penjualan, dsb). Biasanya objek sikap dalam komunikasi pemasaran mencakup:

- Kesadaran akan kategori dan merek produk di dalam kategori produk.

- Terminologi produk (misalnya, “rem cakram” dalam produk sepeda

motor).

- Atribut atau ciri produk

- Kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan mengenai

merek spesifik

- Strategi komunikasi yang digunakan untuk promosi produk.

Menurut Jalaluddin Rakhmat (2007:39) mengemukakan lima

pengertian sikap, yaitu:

1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.

2. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.

3. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan.

4. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan

hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.

Konsep sikap telah dideskripsikan oleh Gordon Allport 1954 dalam

James W. Tankard (2009 : 178) yaitu “mungkin adalah yang paling

istimewa atau penting dalam psikologi sosial Amerika kontemporer”.

Allport menyebutkan bahwa istilah itu muncul untuk mengggantikan

istilah-istilah samar psikologi seperti naluri, adat istiadat, tekanan sosial

(28)

Beberapa definisi penting sikap dalam James W. Tankard (2009 :

179) adalah sebagai berikut :

• Sikap pada dasarnya adalah suatu cara “pandang” terhadap sesuatu • Kesiapan mental dan sistem saraf yang diorganisasikan melalui

pengalaman menimbulkan pengaruh langsung atau dinamis pada respons-respons seseorang terhadap semua objek dan situasi terkait. • Sebuah kecenderungan yang bertahan lama, dipelajari untuk

berperilaku dengan konsisten terhadap sekelompok objek.

• Sebuah system evaluasi positif atau negatif yang awet, perasaan-perasaan emosional, dan tendensi tindakan pro atau kontra terhadap suatu objek sosial.

Katz 1960 dalam James W. Tankard (2009:196) berpendapat

bahwa pembentukan sikap da perubahan sikap harus dipahami dalam

istilah fungsi-fungsi sikap bagi kepribadian. Karena fungsi-fungsi ini

berbeda demikian pula dengan kondisi dan teknik perubahan sikap.

Katz 1960 dalam James W. Tankard (2009 : 197) mengidentifikasi

empat fungsi utama sikap berikut ini yang dapat bermanfaat bagi

kepribadian :

1. Fungsi instrumental, penyelarasan atau kebermanfaatan yaitu sejumlah sikap dipegang kuat karena manusia berjuang keras untuk memaksimalkan penghargaan dalam lingkungan eksternal mereka dan meminimalkan sanksi. Misalnya seorang pemegang hak pilih yang beranggapan bahwa pajak terlalu tinggi mungkin akan memilih seseorang kandidat politik karena kandidat itu berjanji untuk menurunkan pajak.

2. Fungsi pertahanan diri yaitu sejumlah sikap kuat dipegang karena manusia melindungi ego mereka dari hasrat mereka sendiri yang tidak dapat diterima atau dari pengetahuan tentang kekuatan yang mengancam dari luar. Perasaan rendah diri sering diproyeksikan pada anggota-anggota sebuah kelompok minoritas sebagai alat memperkuat ego. Ini merupakan sebuah contoh sikap berprasangka yang memiliki fungsi pertahanan diri. 3. Fungsi ekspresi nilai yaitu beberapa sikap dipegang kuat karena

memungkinkan seorang memberikan ekspresi positif pada nilai-nilai sentral dan pada jati diri. Misalnya seorang remaja yang menyukai sebuah grup musik rock and roll mengekspresikan kepribadiannya melalui sikap ini.

(29)

2.1.7 Hotel

Kata hotel memilki pengertian atau definisi yang cukup banyak,

masing –masing orang berbeda dalam menguraikannya. Berikut ini adalah

beberapa pengertian hotel :

1. Menurut Menteri Perhubungan, hotel adalah suatu bentuk

akomodasi yang dikeloloa secara komersial, disediakan bagi

setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan berikut

makan dan minum (SK.Menhub.RI.No.PM

10/PW.391/PHB-77).

2. Menurut AHMA (American Hotel and Motel Associations), hotel adalah suatu tempat dimana disediakan penginapan,

makanan, dan minuman, serta pelayanan lainnya, untuk

disewakan bagi para tamu.

3. Menurut Webster, hotel adalah suatu bangunan atau lembaga

yangmenyediakan kamar untuk menginap, makanan dan

minuman sertapelayanan lainnya untuk umum.

4. Menurut Ritherford dalam Yoeti (2004:9), pemasaran hotel

adalah aktivitas yang menggunakan strategi dan taktik, yang

direncanakan sedemikian rupa untuk menyampaikan ‘cerita’

tentang pelayanan yang dapat diberikan suatu hotel, dengan

memberikan rangsangan yang bergairah pada tamu untuk mau

memilih pesan yang disampaikan hotel untuk dibandingkan

dengan pilihan lain dari hotel pesaing

Dengan mengacu apda pengertian diatas dan untuk menertibkan

perhotelanIndonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan

dalam Surat Keputusan Menparpostel No.KM/37/PW.340/MPPT-86,

tentang peraturan usaha dan penggolongan hotel, Bab 1, Ayat (b) dalam

SK tersebut menyebutkan bahwa : “ Hotel adalah suatu jenis akomodasi

yang dipergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan

jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi

(30)

Mengenai penggolongan hotel ditetapkan oleh Departemen

Pariwisata berdasarkan fasilitas yang tersedia serta kondisi fasilitas yang

tersedia, dan kondisi fasilitas tersebut. Fasilitas yang dimiliki oleh hotel

ialah adanya kolam renang, tempat parkir, restoran, coffee shop, bar,

televise di ruang tamu dan kamar, radio, laundry, taksi, cold – water,

money changer, biro perjalanan, dan lain – lain. Berdasarkan kondisi

fasilitas tersebut maka hotel diberi kategori bintang 1, 2, 3, 4 dan bintang

5.Hotel bintang 1 dan 2 dalam bentuk usahanya dapat berupa CV, PT,

Firma dan Koperasi.Sedangkan hotel bintang 3, 4 dan 5 harus berbentuk

Badan Usaha PT. Sedangkan penginapan kecil digolongkan atas Melati 1,

2 dan Melati 3.

Menurut Komar (2006:115) Salah satu cara umum digunakan

untuk menggolongkan hotel adalah berdasarkan ukuran jumlah ruangan

yang ada di dalam bangunan hotel. Kategori-kategori yang ingin

ditemukan oleh para tamu ketika mereka pertama kali masuk hotel (check

in), yaitu:

1. Commercial Hotel

Sebuah Commercial Hotel mengacu pada bangunan hotel yang

khususunya melayani para tamu bisnis. Commercial Hotel biasanya

berlokasi di pusat kota atau daerah bisnis dan mungkin ukurannya kecil,

sedang, atau besar. Sebagian besar Commercial Hotel memiliki sejumlah

ruang konferensi atau suites; layanan makanan juga disediakan. Di sekitar

lobi di Commercial Hotel terdapat layanan laundry satu hari, layanan

seragam, layanan pengurus hotel, tempat penjualan tiket, dan toko

souvenir untuk kenyamanan para tamu. Meskipun tujuan utama dari

Commercial Hotel adalah untuk melayani para tamu bisnis; kelompok tur,

turis individu, dan kelompok konferensi kecil juga menganggap hotel ini

menarik.

2. Airport Hotel

Hotel semacam ini terletak di sekitar wilayah airport karena

kenyamanannya bagi para tamu. Untuk meningkatkan daya tariknya,

(31)

pertemuan para pengunjung dari luar kota (yang menginap di hotel) dan

penduduk lokal (yang pergi ke hotel untuk mengikuti rapat). Ukuran dari

Airport Hotel dapat bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai

yang berukuran besar. Semuaa fasilitas dari hotel-hotel termewah ada atau

tidak ada di Airport Hotel.

3. Economy Hotel

Economy Hotel tersebar di seluruh negara untuk tamu dengan biaya terbatas. Penekanannya adalah pada ruangan yang bersih serta ruang

rapat sebagai kebutuhan paling mendasar bagi para tamu. Para tamu

mungkin tidak akan mendapatkan fasilitas seperti yang biasanya

ditemukan di hotel-hotel yang lebih mahal. Layanan makanan dan

minuman sering kali tidak disediakan di hotel ini dan mungkin hanya

dapat ditemukan di restoran terdekat. Para pelanggan Economy Hotel biasanya para keluarga dengan anak-anak mereka, kelompok tur bus, para

pelaku bisnis yang sedang bepergian, dan wisatawan, hingga kelompok

rapat.

4. Suite Hotel

Jenis hotel yang baru dan sedang berkembang adalah Suite

hotel. Jenis hotel ini ditandai dengan ruang tamu yang memiliki kamar

tidur dan ruang tamu yang terpisah (atau yang sering disebut parlour).

Namun terkadang suite hanyalah merupakan satu ruang kecil tertentu. Di

beberapa Suite Hotel, perlengkapan dapur mungkin disediakan, sedangkan

di tempat lain, sebuah lemari es dan dapur basah (tempat cuci piring dibuat

di sini) adalah bagian dari suite. Para pelanggan hotel ini, yang biasanya

berlokasi di daerah pinggiran atau setidaknya di pusat kota kecil, termasuk

para pelaku bisnis, para wisatawan, dan tipe tamu lainnya dapat ditemukan

di hotel jenis ini. Pasar ini terdiri dari pelaku bisnis, yang dipindah ke

daerah yang baru oleh perusahaan mereka, yang belum memiliki rumah

yang tetap. Sebagai daya tarik yang lebih jauh lagi, beberapa Suite Hotel

menyediakan sarapan ringan atau sarapan penuh dan atau cocktail

(32)

5. Residental Hotel

Gambaran Residental Hotel hampir sama dengan Suite Hotel;

ruang tamu biasanya termasuk ruang duduk, kamar tidur, dan dapur kecil.

Orang-orang yang tinggal di Residental Hotel dalam waktu yang lama, berdasarkan fakta dianggap sebagai “penyewa” dan mungkin jika mereka

memang memilih demikian, membuat perjanjian untuk mendapatkan

beberapa atau semua layanan yang didapat oleh para tamu di hotel

sementara ini. Hotel ini mungkin menyediakan jasa pembantu sehari-hari,

layanan telepon, meja depan, layanan yang seragam. Sebuah Coffee Shop atau restoran dan lounge sering kali terletak di ruangan penyewa yang ingin menghibur tamu-tamunya untuk mereka yang lebih suka makan di

restoran daripada kamar mereka.

Banyak hotel di kategori lainnya yang memiliki tamu

semipermanen atau permanen yang tinggal unntuk waktu yang lama. Dan

juga, beberpaa Residental Hotel menawarkan pilihan jasa yang terbatas

untuk tamu atau kerja sama sementara, fasilitas akomodasi untuk tamu

yang menginap dalam waktu singkat.

6. Casino Hotel

Hotel-hotel ini menarik para tamu ke perusahaan judi mereka

dan ke ruang pertunjukkkan mereka untuk melihat hiburan ternama.

Meskipun ruang tamunya, sering kali cukup mewah, hotel ini berfungsi

lebih pada peran penunjang seperti fasilitas kasino dan judi. Sama halnya,

kualitas makanan dan minuman yang disajikan setara dengan hotel terbaik

di negara, namun untuk keperluan aktivitas perjudian masih berada di

urutan kedua.Saat ini sebagian besar Casino Hotel, meskipun telah

diiklankan secara terus-menerus dan menyediakan sumbangan promosi

secara terus-menerus, mengharapkan semua outlet-nya untuk membawa

maknanya sendiri dan menghasilkan untung.

Bukanlah hal yang umum bagi hotel-hotel kasino untuk

menawarkan restoran khusus, pertunjukkan luar biasa, dan menyewa

penerbangan untuk para pendatang dari kalangan atas untuk menarik

(33)

di beberapa Casino Hotel dapat beroperasi secara terus-menerus selama

dua puluh empat jam sehari, hal ini memiliki dampak yang besar bagi

operasi makanan dan minuman dan bagian kamar.

7. Resorts

Resorts Hotel dibedakan dari hotel lainnya oleh fakta bahwa

resort ini merupakan pilihan terakhir dari para tamu. Dengan kata lain,

para tamu berencana untuk datang ke resort tertentu karena pemandngan

alam di sekelilingnya, aktivitas yang tersedia, atau untuk menyingkir dari

kehidupan mereka sehari-hari. Biasanya, para tamu di Resort Hotel

tinggal untuk jangka waktu yang lama daripada para tamu hotel

sementara. Atmosfer yang lebih menyenangkan dan membuat rileks

membedakan resorts ini dari rekan usaha yang lain yang lebih komersial.

Tujuan dari staf hotel adalah untuk menyediakan pengalaman yang akan

dinikmati para tamu, menceritakan kepada teman-teman mereka tentang

resort tersebut, dan ingin kembali ke resort ini lagi. Suatu resort biasanya

sejauh ini sangat diperhatikan dan melayani penuh makanan, minuman,

kamar, dan kebutuhan yang bersifat rekreasi untuk para tamu.

Catatan khusus sehubungan dengan resort adalah pengaturan

tagihan untuk makanan. Banyak resort yang menggunakan apa yang

disebut Modified American Plan (MAP). Dengan pengaturan tagihan ini,

daftar harga sehari-hari termasuk biaya untuk kamar tamu dan dua kali

makan biasanya sarapan dan makan malam. Sistem tagihan lainnya

kadang-kadang digunakan resort adalah American Plan. Satu-satunya

perbedaan antara kedua rencana tersebut adalah American Plan termasuk

biaya untuk kamar tamu dan tiga kali makan, bukan dua.

Rencana-rencana ini dapat dibedakan dari European Plan, di mana makanan diberi

harga terpisah dari kamar, harga yang tertera hanya untuk kamar tamu

saja.

Kotler (2000) memberikan batasan tentang pemasaran hotel

bertujuan untuk menyenangkan tamu dan dari kegiatan itu hotel

memperoleh keuntungan. Pemasaran selalu terdiri dari beberapa aktivitas

(34)

agar terterik untuk membeli barang dan jasa pelayanan hotel. Dalam hal

ini tugas utama pemasaran adalah merubah sikap orang yang tidak suka

menjadi senang terhadap suatu barang dan jasa. Disamping itu,

pemasaran bertujuan untuk menghalangi atau merintangi dan bisa pula

menghancurkan permintaan terhadap produk dan jasa pelayanan hotel

pesaing.

Dalam industri perhotelan kita mengenal istilah tamu (guest) dan

pelanggan (client/customer). Kita menggunakan istilah guest kalau yang

datang adalah tamu yang pertama kali menginap di hotel tersebut, tetapi

kalau tamu itu sudah sering datang dan menginap di hotel tersebut,

mereka biasa disebut client atau customer.

Bagi pemilik modal atau pemegang saham, pemasaran bertugas

untuk memacu pertumbuhan peningkatan kekayaan (asset)

perusahaan.Bagi manajemen hotel, pemasaran bertujuan agar penjualan

kamar, makanan, minuman dapat ditingkatkan. Dengan meningkatnya

penjualan berarti pendapatan juga akan meningkatkan dan sekaligus juga

akan menaikkan laba. Itulah sebabnya mengapa pemasaran selalu

berusaha meningkatkan pangsa pasar (market share), karena dengan

meningkatnya pangsa pasar, berarti segmen pasar juga bertambah.

Segmen pasar yang bertambah maksudnya, terjadinya peningkatan

penjualan atau laba menjadi lebih besar. Itulah tugas pemasaran yang

sebenarnya, oleh karena itu, sejak awal tugas pelaku pemasaran harus

jelas. Ketika hotel akan dibangun atau ketika konsultan sedang menyusun

proposal untuk perencanaan pembangunan hotel, aspek – aspek

pemasaran itu sudah harus dianalisis. Analisis itu harus meliputi

penetapan lokasi, bentuk dan arsitektur bangunan hotel, interior dan

dekorasi, sampai dengan fasilitas yang akan dibangun yang semuanya

(35)

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang

bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan

didapat mengantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang

dibentuk dengan mengeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang

diperoleh dari pengamatan. Bungin (2001:73) mengartikan konsep sebagai

generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk

menggambarkan beberapa fenomena yang sama.

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam

menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah

yang diuji kebenarannya.Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris maka

harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variable terikat. Tanpa variable ini,

maka variable berubah sehingga akan muncul variable terikat yang

berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak

muncul (Nawawi, 1995:57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

strategi pemasaran.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang

menjadi akbat karena danya variable bebas.Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah keputusan menginap.

3. Variabel antara (Z)

Variabel antara adalah variable yang berada di antara variable bebas

dan variable terikat yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah

(36)

antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang

meliputi:

• Jenis kelamin • Usia

• Pekerjaan

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat disusun model teoritis

sebagai berikut:

Gambar 3 Model Teoritis

2.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di

atas, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian sebagai

berikut:

Variabel Bebas (X) Strategi pemasaran

Variabel Terikat (Y) Keputusan menginap

Variabel antara (Z) Karakteristik

(37)

Tabel 3.

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (x)

Strategi Komunikasi Pemasaran

- Product (Produk)

- Price (Harga)

- Place (Lokasi)

- Promotion (Promosi)

Variabel Terikat (Y)

Keputusan Menginap

- Prioritas

- Loyalitas

- Kebutuhan

Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

- Jenis Kelamin

- Usia

- Pekerjaan

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakam penjabaran lebih lanjut tentang konsep

yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah

suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel.

Dengan kata lain, definisi operasional adalg suatu informasi ilmiah yang amat

membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

(Singarimbun, 2008:46).

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas (X)

1. Product (produk) : Produk yang ditawarkan oleh hotel sangat

beragam dan menjadi daya tarik untuk menarik pelaku jasa.

2. Price (harga) : Teknik penetapan harga sebuah hotel, yang

bervariasi, sesuai dengan kondisi kamar dan waktu.

3. Place (lokasi) : Tempat hotel tersebut, saluran distribusi dan akses

tempat tersebut.

4. Promotion (Promosi) : Promosi berkaitan dengan cara

mengkomunikasikan jasa hotel yang ditawarkan, melalui berbagai

teknik promosi seperti advertising, public relation, dan yang paling

(38)

b. Variabel Terikat (Y)

1. Prioritas : Sebuah pilihan yang dipilih dari sekian banyak pilihan

yang ada di dalam pikiran atau benak kita sesuai dengan keadaan

atau situasi tertentu.

2. Loyalitas : Secara harafia loyal bearti setia dan loyalitas dapat

diartikan sebagai kesetiaan. Kesetiaan timbul tanpa paksaan, tetapi

timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Loyalitas konsumen

merupakan sebuah sikap yang menjadi dorongan perilaku untuk

melakukan pembelian produk/jasa dari suatu perusahaan yang

menyertakan aspek perasaaan didalamnya, khususnya yang

membeli secara teratur dan berulang-ulang dengan konsistensi

yang tinggi, namun tidak hanya membeli ulang suatu barang dan

jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap yang positif

terhadap perusahaan yang menawarkan produk/jasa.

3. Kebutuhan : Keinginan manusia terhadap benda atau jasa yang

dapat memberikan kepuasan jasmani maupun rohani.

c. Variabel Antara (Z)

1. Jenis Kelamin : jenis kelamin responden tamu hotel Grand Aston

City Hall Medan, yaitu laki-laki dan perempuan.

2. Usia : usia responden yang mengisi kuesioner.

Gambar

Gambar 1 Model Komunikasi Pemasaran
Tabel 2. Elemen Strategi Pemasaran
Gambar 3 Model Teoritis
Tabel 3. Variabel Operasional

Referensi

Dokumen terkait